Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pendidikan adalah kegiatan sosial budaya masayarakat dan bangsa yang sangat penting
dan vital dalam membangun dan mengembangkan kualitas warga negara dan bangsa untuk
kehidupan masa kini yang akan datang. Dalam setiap kegiatan pendidikan sealalu ada sejarah
dalam posisinya hal ini secara Historiografi yaitu sejarah dalam perkembangan kehidupan
sosial di masa lalu dengan mendepankan history – history dimasa lalu dengan mengenang
sejarah yang terbaik. Secara harfiah “ Historiografi” berarti pelukisan sejarah, gambaran
sejarah tentang peristiwa yang terjadi pada waktu yang disevbut masa lalu dalam sejarah.
Sejarah bukan semata – semata rangkaian fakta belaka, tetapi sejarah adalah sebuah cerita.
Cerita yang dimaksud adalah penghubungan antara kenyataan yang sudah menjadu kenyataan
peristiwa dan perhubungan kenyataan dengan masa lalu denga manusia lah yang
memberikan penafsiran tersebut. Sejarah juga menjadikan landasan paling utama keadaan
pada masa lampau dengan yang sekarang menjadi kisah yang timbul dari para sejarawan –
sejarawan. Sejarah adalah mata pelajaran wajib yang perlu dipelajari oleh semua siswa.
Dengan mempelajari sejarah, diharapkan siswa dapat mengetahui sejarah dan menghargai
jasa para pahlawan terdahulu serta menarik subjek dari nilai-nilai yang terkandung di
dalamnya. Melalui sejarah dapat dikembangkan nilai-nilai dan kecakapan-kecakapan sosial
bagi siswa berupa nilai demokrasi, nasionalisme, patriotisme, bertanggungjawab, mandiri dan
pentingnya pendidikan bagi kemajuan suatu bangsa.

Sejarah memiliki arti strategis dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa yang
bermatabat dalam pembentukan manusi memiliki rasa cinta dengan sejarah masa lalu, e
sejarah juga mengungkit pada psikologi yang dimana psikologi ini hanya melihat ada
pemikiran – pemikran dengan kepribadian yang berbeda dalam sejarahnya psikologi dengan
studi yang secara sistemattis ini dapat seseorang belajar dan berusaha memiliki pengetahuan.

Menurut (Bimo Walgito, 2005) menyatakan bahwa “Psikologi adalah ilmu yang
mempelajari kondisi kejiwaan (kesadaran) manusia dalam melakukan aktivitas-aktvitasnya,
baik aktivitas motorik, kognitif maupun emosionalnya. Seperti yang sudah dikemukakan
mengenai pengertian psikologi merupakan ilmu yang membicarakan tentang jiwa itu sendiri
tidak nampak, maka yang dapat dilihat atau diobservasi ialah perilaku atau aktivitas-aktivitas
yang merupakan manifestasi atau penjelmaan kehidupan jiwa. Perilaku dalam hal ini yaitu
meliputi perilaku yang nampak (overt behavior) dan juga perilaku yang tidak menampak
(innert behavior)” . psikolgi dalam perkembangan yang mempelajari kondisi kejiwaan
seseorang dalam setiap aktivitas – aktivitas dengan kata lain keterampilan motorik yang dapat
kita pelajari dengan kognitif darai segi pengetahuan maupun secara emosional hal ini
menyangkut dengan kepribadian yang mendukung dalam psikologi tersebut.

Berdasarkan uraian diatas maka penlis tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai
pembahasan yang akan disampaikan yaitu “ Historiografi Psikolog” yang akan di kaji secara
mendalam dan dapat di berikan pembahasan yang akan di sampaikan mengenai sejarah
perkembangan ilmu psikologi, sejarah perkembangan psikologi indonesia dan psikologi
kontemporer hal ini dapat dikaitkan dalam pembahasan kali ini untuk dapat di kaji.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang diatas, maka dalam penulisan ini dapat merumuskan
identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana sejarah perkembangan ilmu psikologi dalam dunia pendidikan?


2. Bagaiman sejarah perkembangan psikologi di Indonesia sebagai landasan pemikiran?
3. Bagaimana psikologi kotemporer dapat mencerminkan manusia yang berpikir
emosional?
C. Tujuan penulisan
Tujuan penulisan dapat di paparkan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan ilmu psikologi
2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan psikologi di Indonesia
3. Untuk mengetahui psikologi kontemporer
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Perkembangan Ilmu Psikologi
a. Hakikat Psikologi

Sebagian dari ilmu pengetahuan psikologi melalui sebuah perjalanan panjang


bahkan sebelum Wundt menetapkan laboratorium pada tahun 1879 yang
dipandang sebagai kelahiran psikologi sebagai ilmu pandangan tentang manusia
dapat diteruskan jauh ke masa Yunani kuno. Dapat dikatakan bahwa sejarah
psikologis sejalan dengan perkembangan intelektual di Eropa dan mendapatkan
bentuk praktisnya. Oleh karena itu sebelum mempelajari psikologi perkembangan
perhatian berawal pada pemahaman yang mendalam pada pada anak-anak dasar
pemikiran merujuk bahwa penelitian dan buku-buku tentang anak sedikit
pemahaman terhadap serbuk kehidupan anak sangat tergantung pada keyakinan
dan tradisional yang ada di daerah sekitar kita. Seorang filsuf Plato mengatakan
bahwa perbedaan-perbedaan individual mempunyai dasar genetis potensi individu
dikatakan telah ditentukan oleh faktor keturunan artinya sejak lahir anak telah
memiliki bakat atau benih-benih kemampuan yang dapat dikembangkan melalui
pengasuhan dan pendidikan.

Psikologi berasal dari Yunani yang artinya jiwa logos berarti ilmu
pengetahuan jadi secara etimologi psikologi Berarti ilmu yang mempelajari
tentang jiwa baik mengenai gejala proses maupun latar belakangnya namun
pengertian antara ilmu jiwa dan psikologi sebenarnya berbeda atau tidak Sama
Tidak sama menurut gerungan karena

Ilmu jiwa adalah ilmu jiwa secara luas termasuk khayalan dan spekulasi
tentang jiwa itu

 Ilmu psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai jiwa yang diperoleh


secara sistematis dengan metode-metode ilmiah

Psikologi didefinisikan sebagai kajian saintifik tentang tingkah laku dan


proses mental organisme 3 ide penting dalam definisi ini ialah saintifik tingkah
laku dan proses mental saintifik bermakna kajian yang dilakukan dan data yang
dikumpulkan mengikuti proses prosedur yang sistematik walaupun kaidah
saintifik diikuti alih-alih psikologi perlu membuat berbagai inference yang tafsiran
berdasarkan temuan yang diperoleh ini dikarenakan subjek yang dikaji ialah
hewan dan manusia dan tidak seperti suatu sel seperti dalam kajian biologi atau
bahan kimia seperti dalam kajian kimia yang secara perbandingan lebih stabil
manakah mengkaji tingkah laku hewan atau memang suka dan perlu kerap
membuat inference atau tafsiran.

Dibandingkan dengan disiplin ilmu lain, psikologi merupakan ilmu yang


relatif muda. Namun demikian, dalam lintasan sejarah psikologi, banyak para ahli
telah menulis tentang psikologi. Psikologi adalah ilmuyang tergolong muda
(sekitar akhir 1800an.) Tetapi, manusia di sepanjang sejarah telah memperhatikan
masalah psikologi. Seperti filsuf yunani terutama Platodan Aristoteles. Setelah itu
St. Augustine(354-430) dianggap tokoh besar dalam psikologi modern karena
perhatiannya pada intropeksi dan keingintahuannya tentang fenomenapsikologi.
Descartes(1596-1650) mengajukan teoribahwa hewanadalah mesin yang dapat
dipelajari sebagaimana mesinlainnya. Ia juga memperkenalkan konsep kerja
refleks. Banyak ahli filsafatterkenal lain dalam abadtujuh belas dan delapan belas
—Leibnits, Hobbes, Locke, Kant, dan Hume—memberikan sumbangan dalam
bidang psikologi. Pada waktu itu psikologi masih berbentuk wacana belum
menjadi ilmu pengetahuan.Berabad-abad setelah zaman Yunani Kuno, Psikologi
masih merupakan bagian dari Filsafat.
Pada masa Renaissance,di Francis muncul Rene Decartes (1596-1650) yang
terkenal dengan teori tentang “kesadaran”, sementara di Inggris muncul tokoh-
tokoh seperti John Locke (1623-1704), George Berkeley (1685-1753), James Mill
(1773-1836), dan anaknya John Stuart Mill (1806-1873), yang semuanya itu
dikenal sebagai tokoh-tokoh aliran Asosianisme. Dalam perkembangan Psikologi
selanjutnya, peran sejumlah sarjana ilmu Faal yang juga menaruh minat terhadap
gejala-gejala kejiwaan tidak dapat diabaikan. Tokohnya antara lain: C. Bell (1774-
1842), F. Magendie (1785-1855), J.P. Muller (1801-1858), P. Broca (1824-1880),
dan sebagainya. Nama seorang sarjana Rusia, I.P. Pavlov (1849-1936), tampaknya
perlu dicatat secara khusus karena dari teori-teorinya tentang refleks kemudian
berkembang aliran Behaviorisme, yaitu aliran dalam psikologi yang hanya mau
mengakui tingkah laku yang nyata sebagai objek studinya dan menolak anggapan
sarjana lain yang mempelajari juga tingkah laku yang tidak tampak dari luar.
Selain itu, peranan seorang dokter berdarah campuran Inggris-Skotlandia bernama
William McDaugall (1871-1938) perlu pula dikemukakan. Ia juga telah memberi
inspirasi kepada aliran Behaviorisme di Amerika dengan teori-teorinya yang
dikenal dengan nama “Purposive Psychology”. Sementara para sarjana Filasafat
maupun ilmu Faal berusaha untuk menerangkan gejala-gejala kejiwaan secara
ilmiah murni, muncul pula orang-orang yang secara spekulatif mencoba untuk
menerangkan gejala-gejala kejiwaan dari segi lain. Diantara mereka adalah F.J.
Gall (1785-1828) yang mengemukakan bahwa jiwa manusia dapat diketahui
dengan cara meraba tengkorak kepala orang tersebut. Teori Gall dikembangkan
dari pandangan Psikologi Fakultas (Faculty Psychology) yang dikemukakan
seorang tokoh gereja bernama St. Agustine (354-430).Menurut Agustine, dengan
mengeksplorasi kesadaran melalui metode “introspeksi diri”, dalam jiwa terdapat
bagian-bagian atau fakultas (faculties). Fakultas tersebut antara lain: ingatan,
imajinasi, indera, kemauan, dan sebagainya. Menurut Gall, karena setiap fakultas
kejiwaan dicerminkan pada salah satu bagian tertentu di tengkorak kepala maka
dengan mengetahui bagian-bagian tengkorak mana yang menonjol kita akan
mengetahui fakultas-fakultas kejiwaan mana yang menonjol pada orang tertentu
sehingga kita dapat mengetahui pula keadaan jiwanya. Teori dari Gall tersebut
dikenal dengan Phrenologi. Teori yang seolah-olah ilmiah ini pada dasarnya
hanya bersifat ilmiah semu (pseudo science).
Metote lainnya yang juga bersifat ilmiah semu antara lain:
1. Phiognomi (IlmuWajah/Raut Muka),
2. Palmistri (Ilmu Rajah Tangan), Astrologi (Ilmu Perbintangan),
3. Numerologi (Ilmu Angka-angka), dan sebagainya. Pada akhir abad ke-19
terjadilah babak baru dalam sejarah Psikologi.
Pada tahun 1879, Wilhem Wundt (Jerman, 1832-1920) mendirikan
laboratorium Psikologi pertama di Leipzig yang menandai titik awal Psikologi
sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri. Sebagai tokoh Psikologi Eksperimental,
Wundt memperkenalkan metode Introspeksi yang digunakan dalam eksperimen-
eksperimennya. Ia dikenal sebagai tokoh penganut Strukturalisme karena ia
mengemukakan suatu teori yang menguraikan struktur dari jiwa. Wundt percaya
bahwa jiwa terdiri dari elemen-elemen (Elementisme) dan ada mekanisme
terpenting dalam jiwa yang menghubungkan elemen-elemen kejiwaan satu sama
lainnya sehingga membentuk suatu struktur kejiwaan yang utuh yang disebut
asosiasi. Oleh karena itu, Wundt juga dianggap sebagai tokoh
Asosianisme.Bandingkan dengan hadits: “Barang siapa mengenal diri (jiwa)nya,
maka ia akan mengenal Tuhannya.”Salah satu hadis yang mengatakan:
“Sesungguhnya masing-masing kamu itu kejadiannya terkumpul dalam perut
ibunya 40 hari hari lamanya,...kemudian Allah mengutus malaikat supaya
menghembuskan ruh ke dalamnya dan malaikat tersebut diperintah untuk
menyampaikan 4 perkara kepadanya, yaitu: menetapkan rizkinya, ajalnya,
perbuatannya, celaka dan bahagianya.” Juga berkaitan dengan hadits yang
mengatakan bahwa “.... seseorang akan dimudahkan untuk apa ia diciptakan “.
Mazhab Ilmu Psikologi Boeree ( 2005, hlm. 289-436 ) membaginya dalam
sembilan mazhab psikologi, yakni psikologi eksperimental dan fisiologi,
psikoanalisis, behaviourisme, gestalt, humanistic-existensialisme-fenomenologis,
dan kognitif.
b. Psikologi Eksperimental dan Klasik
Istilah Psikologi eksperimental menurut Atkinson (1996, hlm 20) sebenarnya
sebutan yang keliru karena para ahli psikologi dengan keahlian bidang lain pun
melakukan eksperimen. Kelompok ini biasanya terdiri dari para ahli psikologi yang
mempergunakan metode Eksperimen untuk mempelajari bagaimana orang bereaksi
terhadap rangsangan indra, memandang dunia ini, belajar dan mengingat, menjawab
secara emosional, dan digerakkan untuk bertindak, baik oleh rasa lapar maupun oleh
keinginan untuk sukses dalam hidup. Metode eksperimen dalam psikologi mulai
diperkenalkan oleh dua tokoh ahli psikologi ternama Wilhelm Wundt dan William
James yang dianggap “Bapak Psikologi.
c. Psikologi Psikoanalisis
Psikoanalisis adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat tentang
manusia dan metode psikoterapi. Sumbangan utama yang bersejarah dari teori dan
praktis psikoanalisis meliputi: Kehidupan mental individu menjadi dapat dipahami, dan
pemahaman terhadap sifat manusia dapat diterapkan pada perbedaan penderitaan
manusia.Tingkah laku diketahui seiring ditentukan oleh factor-faktor tidak
sadar.Perkembangan pada masa dini kanak-kanak memiliki pengaruh yang kuat terhadap
kepribadian di masa dewasa,Menurut pandangan psikoanalitik, struktur kepribadian
terdiri atas tiga system, yaitu id, ego, superego. Ketiganya adalah nama bagi proses dan
bukan sebagai agen yang terpisah dalam mengoperasikan kepribadian, tetapi merupakan
fungsi-fungsi kepribadian sebagai keseluruhan.
1. Id Komponen biologis, tempat bersemayamnya naluri, buta, menuntut, dan
mendesak. Seperti kawah yang terus mendidih dan bergolak, tidak dapat
mentoleransi tegangan,dan bekerja untuk melepaskan tegangan itu sesegara
mungkin, serta didorong oleh kepentingan naluriah atas kesenangan yang bersifat
tidak sadar.
2. Ego adalah tempat bersemayamnya inteligensi dan rasionalitas yang mengawasi
impuls-impuls buta dari Id. Berbeda dengan superego yang merupakan cabang
moral atau hukum dari kepribadian yang urusan utamanya adalah apakah tindakan
itu baik atau buruk?
3. Superego Merepresentasikan nilai-nilai yang dijunjungorang tua dan masyarakat
yang diajarkan kepada anak. Selain itu, superego pun berkaitan dengan imbalan
dan hukuman, seperti rasa bangga ataupun rasa berdosa.
Freudian memandang bahwa pada dasarnya sifat manusia adalah pesimistik,
deterministic, mekanistik, dan reduksionistik. Menurut Freud, manusia
dideterminasi oleh kekuatan irrasional, motivasi tidak sadar, kebutuhan dan
dorongan biologis-naluriah, serta oleh peristiwa-peristiwa psikoseksual yang
terjadi selama lima tahun pertama pada masa kanak-kanak (masa oral, anal, dan
falik). Manusia dipandang sebagai system energi dari id, ego, dan superego,
namun karena energi psikis terbatas maka suatu system memegang kendali yang
tersedia sambil mengorbankandua system yang lainnya

Konsep lain yang perlu diketengahkan adalah tentang kecemasan. Terdapat


tiga bentuk kecemasan yang berfungsi mengingatkan adanya bahaya atau ancaman
bagi ego. Kecemasan realistis adalah kecemasan/ketakutan terhadap bahaya dari dunia
eksternal. Kecemasan neurotic adalah kecemasan/ketakutan terhadap tidak
terkendalinya naluri menyebabkan seseorang melakukan tindakan yang dapat
mendatangkan hukuman bagi dirinya. Kecemasan moral merupakan ketakutan
terhadap hati nuraninya sendiri. Orang yang hati nuraninya berkembang baik
cenderung merasa berdosa apabila ia melakukan sesuatu yang berlawanan dengan
kode moral yang dimilikinya ( Corey,1995. Hlm 17).

d. Psikologi Behaviorisme
Menurut ( Boeree, 2005. Hlm. 385 ). Behaviorisme adalah posisi filosofis
yang mengatakan bahwa untuk menjadi ilmu pengetahuan, psikologi harus
memfokuskan perhatiannya pada sesuatu yang dapat diteliti, yaitu lingkungan dan
perilaku, daripada focus pada apa yang tersedia dalam individu, seperti persepsi,
pikiran, berbagai citra, dan perasaan sehingga tidak akan pernah dapat menjadi ilmu
pengetahuan yang objektif psikologi pada dasarnya merupakan stimuli dan respons.
Emosi pada dasarnya merupakan respons terhadap stimuli. Pikiran adalah
pembicaraan yang tidak terungkapkan, kesadaran itu tidak ada apa-apanya.
Behaviorisme radikal direfleksikan dalam ungkapan yang terkenal : Beri saya selusin
bayi sehat dan dalam keadaan baik dengan lingkungan yang saya tentukan sendiri
untuk mengasuhinya. Saya jamin, jika saya mengambil seorang secara acak maka
saya akan melatihnya menjadi ahli apa pun yang saya mau pilih: dokter, artis,
pengacara, pedagang, bahkan pengemis dan pencuri, tanpa memandang talenta,
kegemaran kecenderungan, kemampuan, khususnya suku bangsa leluhurnya.

B. Sejaran Perkembangan Psikologi Indonesia


a. Awal Masuk Psikologi di Indonesia

Di Indonesia, lahirnya psikologi pada tahun 1953 adalah karena kebutuhan


yang sudah sangat tinggi akan psikologi terapan sebagaimana yang diucapkan oleh
Prof. Dr. Slamet Iman Santoso dalam pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar
Psikiatri di Fakultas Kedokteran UI pada tahun itu: “ Indonesia memerlukan psikologi
untuk memperoleh the right man in the right place” (Sarwono, 1996). Sejak itulah
lahir fakultas-fakultas psikologi di Indonesia dan psikologi pun diterapkan di mana-
mana (di sekolah, industri, militer, instansi-instansi pemerintah, panti-panti sosial, dan
sebagainya), baik melalui fakultas-fakultas psikologi dan biro-biro jasa psikologi
maupun oleh psikolo yang bekerja di organisasi-organisasi, instansi atau perusahaan
yang bersangkutan.
Psikologi sebagai ilmu pertama kali masuk bersamaan dengan berdirinya
Fakultas Psikologi di UI dan Fakultas Paedagogi di UGM, karena psikologi juga
merupakan salah satu mata kuliah di Fakultas Paedagogi di UGM. Jadi psikologi di
UGM awalnya adalah pada Fakultas Paedagogi. Di Paedagogi itu mata kuliah
utamanya adalah pendidikan, tapi juga diajarkan psikologi. Karena di UGM, Fakultas
Paedagogi dibagi menjadi dua bagian, bagian pendidikan dan bagian psikologi
( Masroen. 2007: 13).
Perkembangan Psikologi di Indonesia sampai saat ini bagus, tetapi butuh
penelitian lebih lagi. Karena teori-teori yang dipelajari di Indonesia pada dasarnya
berasal dari Barat. Sementara teori-teori tersebut harus disesuaikan dengan keadaan
masyarakat Timur yang berbeda budayanya dengan masyarakat Barat. Maka itu
diperlukan penelitian lebih lagi di Indonesia.
b. Tokoh – tokoh Psikologi Indonesia
Slamet Iman Santoso adalah nama lengkap dari tokoh psikologi Indonesia.
Beliau seorang psikiater yang lahir di Wonosobo, Jawa Tengah pada 7 September
1907. Istrinya bernama Suprapti Sutejo. Ayah tokoh yang satu ini memiliki aktivitas
sebagai seorang asisten Wedana Banjaran. Slamet Iman Santoso sering dikenal
sebagai perintis dan pendiri Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan studi
psikologi di Indonesia. Gelar yang diberikan kepadanya sebagai Bapak Psikologi
Indonesia merupakan bentuk penghargaan atas jasanya di bidang psikologi negeri ini
(Ahira, 2004). Sebagai perintis psikologi, jelas Prof. Dr. Slamet Iman Santoso,
meskipun beliau adalah seorang neuro-psikiater. Tokoh sebagai ilmuwan psikologi
yang telah mengemukakan teori-teori psikologi yang baru atau temuan-temuan yang
spektakuler, menurut penulis belum ada. Kalau yang populer di masyakat mungkin
ada beberapa orang, tetapi apakah ia populer sebagai psikolog atau justru populer di
bidang lain dan kebetulan ia seorang psikolog. Prof. Dr. Saparinah Sadli misalnya,
adalah tokoh psikologi sekaligus tokoh tentang perempuan. Kajian Wanita merupakan
wilayah keilmuan yang ditekuni oleh beliau dengan latar belakang psikologi yang
kuat. Lalu, Prof. Dr. Fuad Hassan, psikolog yang lebih menekuni bidang politik.
Tokoh populer masa dulu, misalnya Prof. Dr. Moelyono G, beliau mengasuh acara
“Psikologi untuk Anda” di TVRI. Tokoh populer lain mungkin Prof. Dr. Sarlito
Wirawan Sarwono yang dulu pernah populer di kalangan pemuda (Hadis, 2007: 110).
c. Himpunan psikologi Indonesia.

Himpunan Psikologi Indonesia merupakan organisasi profesi psikologi di Indonesia,


didirikan di Jakarta pada tanggal 11 Juli 1959 dengan nama Ikatan Sarjana Psikologi,
disingkat ISPsi. Sejalan dengan perubahan sistim pendidikan tinggi di Indonesia,
melalui Kongres Luar Biasa pada tahun 1998 di Jakarta, organisasi ini mengubah
nama menjadi Himpunan Psikologi Indonesia, disingkat Himpsi. Sebagai organisasi
profesi, Himpsi merupakan wadah berhimpunnya profesional Psikologi (Sarjana
Psikologi, Magister Psikologi, Doktor Psikologi dan Psikolog). Sejaktahun 2003,
lulusan program pendidikan profesi psikologi sudah setara dengan jenjang Magister.

Menurut Umar (2007: 191), ditinjau dari masalah dan tantangan psikologi
maka agar Himpsi berperan penting dan bermakna bagi perkembangan psikologi di
Indonesia serta bagi anggota-anggotanya (dan agar menarik bagi anggota-
anggotanya), maka Himpsi hendaknya meninjau kembali struktur dan fungsi
organisasi, tujuan, dan kegiatannya. Harus ada kerjasama dan saling mendukung
antara Himpsi Pusat dan cabang- cabang. Juga kerjasama antara Himpsi dan fakultas-
fakultas psikologi. Harus mengetahui perkembangan psikologi, masalah dan
tantangan-tantangan.

Saat ini peran psikologi dalam masyarakat Indonesia belum maksimal terkait
dengan masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia. Masyarakat
sebenarnya sudah mengetahui psikologi, tetapi belum mengerti apa sebenarnya
psikologi. Padahal seharusnya psikologi berperan penting dalam pertumbuhan
masyakarat di Indonesia. Contohnya ada kasus-kasus maraknya pembunuhan, negara
harus mengupayakan peran psikologi dalam hal ini. Himpsi harus memiliki kekuatan
untuk bergerak tidak hanya dalam masalah mikro, namun juga makro.

C. Psikologi Kontemporer

Awalnya psikologi kontemporer dibahas bercampur dengan filsafat hingga Wilhem


Wund mendirikan laboratoriumnya di Jerman dan membawa psikologi ke ranah empirik
sehingga ia kemajuannya di abad ke 14 dengan cara memaksa, memberontak melepaskan
diri dari kungkungan agama yang mereka anggap tidak masuk akal, tidak ilmiah dan
menghambat kemajuan ilmu pengetahuan. Sebelumnya, banyak sekali ilmuan yang dihukum
mati hanya karena pikirannya tidak sesuai dengan doktrin keagamaan yang berlaku disana
(gereja). Setelah renaissance, berkembanglah faham bahwa agama tidak sejalan dengan
sains, agama hanya menghambat kemajuan sains dan peradaban, agama non-sense, agama
tidak masuk akal dan tidak bisa dibuktikan secara empiris. Faham ini selanjutnya membuat
kaum ilmuan menjadi sangat antipati terhadap agama dan berusaha dengan sekuat mungkin
untuk memisahkan ilmu pengetahuan dengan agama, seolah-olah bebas dari agama adalah
syarat mutlak dari sains. Di sisi lain, agama mayoritas di Eropa dan Amerika yaitu Kristen
percaya bahwa manusia adalah makhluk pendosa, yang diciptakan beserta dosa kutukan yang
diwariskan dari nenek moyang mereka, Adam dan Hawa telah membuat dosa ketika hidup di
surga sebelum dikutuk dan dihukum hidup didunia yang fana ini. Kristen memandang
hakikat manusia dari sudut pandang yang negatif.

Kelompok awal pendiri psikologi kontemporer rata-rata hidup dizaman perang dan
berlatarbelakang ilmu kedoteran, mereka mempelajari anatomi dan faal manusia, lalu
kemudian beralih ke dimensi mental manusia karena rasa penasaran yang mereka rasakan
ketika menemukan kasus-kasus penyakit fisik yang sama sekali tidak berhubungan dengan
kesehatan jasmani pasien-pasiennya, secara otomatis latar belakang keilmuan dan
pengalaman ini mempengaruhi cara mereka memandang manusia, yang dapat kita lacak
dari perkembangan psikologi kontemporer di masa- masa awal yang menjadi dasar dari
ilmu psikologi yang berkembang sekarang ini. Setelah era Wund, psikologi kontemporer
terpecah kepada tiga mazhab besar, yaitu : 1) Mazhab psikoanalisa, 2) Mazhab
behavioristik, dan 3) Mazhab humanistik.
1. Mazhab Psikoanalisa

Mazhab psikoanalisa yang menekankan analisis terhadap struktur kejiwaan manusia


yang relative stabil dan menetap. Aliran ini dipelopori oleh Sigmund Freud (1856-1939)
yang kemudian disempurnakan oleh Carl Gustav Jung dan Erik H. Erikson. Ciri utama
mazhab ini adalah:

a. Menentukan aktivitas manusia berdasarkan dinamika struktur kejiwaan yang terdiri


dari id, ego dan super ego. Lebih lanjut, id merupakan sumber dari impuls-impuls
yang menuntut untuk dipuaskan dan ia tunduk pada kesenangan (pleasure
principle), sementara ego merupakan sistem kesadaran manusia yang bertugas
untuk memuaskan id cara yang disetujui oleh super ego. Sigmund Freud
menggambarkan interaksi ketiga struktur ini dengan analogi orang berkuda. Id
adalah kuda yang bergerak dan menerjang sesukanya, sementara ego adalah orang
yang memegang tali kekang dan mengendalikan kuda agar berjalan sesuai dengan
aturan lalu-lintas dan aturan itu sendiri adalah super ego.
b. Motif dasar penggerak struktur jiwa manusia adalah libido dan insting yang terdiri
dari eros (insting yang mengarah pada kehidupan – konstruktif – membangun dan
memelihara) dan tanatos (insting yang mengarah kepada kematian – destruktif –
merusak dan menghancurkan), motif-motif dasar ini berkedudukan di dalam id.
Selanjutnya Freud lebih konsen membahas libido seksual, bahkan banyak teori-
teorinya dilandaskan pada libido yang satu ini.

c. Alam kesadaran manusia terbagi menjadi tiga tingkatan yaitu; alam pra sadar (pre-
conscious), alam tak sadar (unconscious) dan alam sadar (conscious). Yang
menjadi kedudukan dari masing masing struktur kepribadian.
d. Memandang bahwa gangguan mental disebabkan oleh ketidakmampuan ego
menyelaraskan pemenuhan id dengan nilai-nilai yang dianut super ego.

2. Mazhab Behavioristik

Behavioristik adalah aliran psikologi yang menekankan teorinya pada perubahan


tingkah laku manusia. Aliran ini dipelopori oleh John Millar, BF. Skinner dan Neal E
Miller. Mazhab behavioristik menolak bahwa struktur kejiwaan manusia yang relative
stabil dan menetap, mereka berkeyakinan bahwa tingkah laku individu mudah
berubah yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Menurut pandangan mazhab
ini, manusia dilahirkan dalam kondisi kosong atau netral, sehingga tingkahlaku yang
ada merupakan wujud dari kebiasaan-kebiasaan yang dibentuk oleh lingkungan.
Seiring dengan perkembangannya, mazhab ini banyak menyumbangkan teori-teori
modifikasi perilaku termasuk teori-teori tentang belajar.
Menurut pandangan mazhab ini perilaku manusia tidak lebih dari respon terhadap
stimulus yang ia terima (teori S-R, teori awal aliran ini), respon-respon yang
ditampilkan oleh manusia juga ikut dipengaruhi oleh penguatan (reinforcement) yang
ia terima dari lingkungan. Pendek kata dalam pandangan mazhab ini tingkah laku
manusia sangat mungkin untuk diprediksikan dan dimodifikasi. Lebih lanjut, mazhab
ini sama sekali tidak tertarik pada pembahasan struktur kejiwaan, mereka hanya
membahas perilaku, terutama proses terjadinya dan bagaimana caranya perilaku
tersebut bisa jadi menetap.

3. Mazhab Humanistik

Mazhab humanistik adalah aliran psikologi yang menekankan fahamnya pada kekuatan
dan keistimewaan manusia. Menurut aliran ini manusia lahir dengan citra dan atribut
yang baik dan dipersiapkan untuk berbuat baik pula. Diantara citra baik tersebut adalah
sifat-sifat dan kemampuan khusus manusia, seperti berpikir, berimajinasi,
bertanggungjawab, berestetika, beretika, dan sebagainya. Orientasi aliran ini lebih
menekankan pada pola-pola kemanusiaan sehingga ia lebih dikenal sebagai aliran yang
berpaham humanisme.
BAB III
KESIMPULAN

Psikologi didefinisikan sebagai kajian saintifik tentang tingkah laku dan proses mental
organisme 3 ide penting dalam definisi ini ialah saintifik tingkah laku dan proses mental
saintifik bermakna kajian yang dilakukan dan data yang dikumpulkan mengikuti proses
prosedur yang sistematik walaupun kaidah saintifik diikuti alih-alih psikologi perlu membuat
berbagai inference yang tafsiran berdasarkan temuan yang diperoleh ini dikarenakan subjek
yang dikaji ialah hewan dan manusia dan tidak seperti suatu sel seperti dalam kajian biologi
atau bahan kimia seperti dalam kajian kimia yang secara perbandingan lebih stabil manakah
mengkaji tingkah laku hewan atau memang suka dan perlu kerap membuat inference atau
tafsiran.

Perkembangan Psikologi di Indonesia sampai saat ini bagus, tetapi butuh penelitian lebih lagi.
Karena teori-teori yang dipelajari di Indonesia pada dasarnya berasal dari Barat. Sementara
teori-teori tersebut harus disesuaikan dengan keadaan masyarakat Timur yang berbeda
budayanya dengan masyarakat Barat.

perkembangan psikologi kontemporer di masa- masa awal yang menjadi dasar dari ilmu
psikologi yang berkembang sekarang ini. Setelah era Wund, psikologi kontemporer terpecah
kepada tiga mazhab besar, yaitu : 1) Mazhab psikoanalisa, 2) Mazhab behavioristik dan 3)
Mazhab humanistik.
DAFTAR PUSTAKA
Walgito, bimo. (2005). Bimbingan dan Konseling (Studi dan karir). Jogjakarta: CV Audi Offset.
Boeree C, Gerge (2000). Sejarah Psikologi: dari masa kelahiran Sampai masa modern.
Yogyakarta: Primasophie.
Artkinson. (1996). Pengantar psikologi.Jakarta: Erllangga
Gerald Corey (1995). Teori dan Praktek dari Konseling dan Psikoterapi. Semarang : IKIP
Semarang Pres.
Sarwono, Sarlito. W. (2009). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali.
Ahira, anne. (1994). Pendidikan psikologi. Jakrata : Jurnal IKIP Jakarta
Umar, Husein. (2007). Psikologi kontemporer. Jakarta : Grafindo persada.

Anda mungkin juga menyukai