Anda di halaman 1dari 1

SINTREN

Salah satu kesenian tradisional Pemalang yang hampir punah adalah Sinten. Seni tari
yang mensyaratkan ritual dan sesajian eksistensi perlahan tergerus oleh arus modernisasi
zaman. Sintren atau juga dikenal dengan nama Lais adalah sebuah kesenian tari tradisional
masyarakat Jawa Tengah dan Jawa Barat. Kesenian ini terkenal di pesisir utara Jawa Tengah
dan Jawa Barat, antara lain di daerah Pemalang, Pekalongan, Brebes, Banyumas, Kuningan,
Cirebon, Indramayu hingga Jatibarang.

Kesenian sintren sendiri berawal dari kisah cinta Sulandono seorang anak dari Ki
Bahurekso hasil pernikahan dengan Dewi Rantamsari, yang memadu kasih dengan Sulasih
seorang putri dari Kalisalak, namun tidak mendapatkan restu dari Ki Bahurekso.Sulandono
patah hati dan pergi bertapa, sedangkan Sulasih memilih jadi Namun meski berpisah di dunia
nyata, mereka masih sering bertemu melalui alam ghaib. Pertunjukkan Sintren akan di awali
dengan tembang-tembang yang dinyanyikan oleh para sinden yang dibantu oleh pemain
musik lainnya. Jumlahnya sinden biasanya beragam mulai dari 4 hingga 15 orang banyaknya.
Setelah lagu-lagu berdendang, gadis calon Sintren yang masih mengenakan pakaian biasa
(misalnya Kaos dan celana jeans) kemudian dimasukkan ke dalam kurungan ayam dalam
keadaan tangan dan kaki terikat.

Setelah gadis berada di dalam kurungan, kemenyan akan mulai terbakar, sementara
para sinden melantunkan tembang yang tujuannya menggunakan kekuatan tak kasat mata.
Kekuatan inilah yang nantinya akan mengganti dan mendandani busana calon Sintren.
Selanjutnya tembang-tembang berikutnya dinyanyikan tujuannya adalah agar ikatan tali pada
sintren bisa terlepas dan busana sang sintren bisa berubah. Jika kurungan Sintren sudah
terlihat tergetar itu pertanda bahwa sang kekuatan luar telah memasuki sukma si Sintren dan
gadis itu betul-betul menjadi Sintren. Sembari tembang-tembang di lagukan, kurungan akan
di buka, menampilkan sesosok Sintren berpakaian kebaya khas penari cantik. Selanjutnya
nyanyian Sintren akan mulai berlenggak-lenggok menari mengikuti irama gamelan yang
dimainkan oleh para penabuh.

Belakang Sintren nantinya akan nampak seorang wanita tua yang bertindak sebagai
pawang. Tugas mengais itu adalah guna menjaga Sintren jika sewaktu-waktu Sintren jatuh
pingsan karena tidak sengaja bersentuhan dengan tangan lelaki atau mendapat lemparan uang
logam. Suasana yang ditunjukkan akan semakin menarik saat tampil satu atau dua orang
badut yang mengenakan pakaian unik menyajikan banyolan dan tingkah lucu. Saat melalukan
pertunjukkan para penari Sintren tidak dapat merasakan apa-apa dan tidak akan merasa lelah
walaupun melakukan tarian secara terus menerus saat musik di mainkan. Hal ini dikarenakan
adanya kepercayaan bahwa penyanyi sudah di rasuki oleh bidadari 40 yang bisa memberi
kekuatan serta energi tak terbatas.Uniknya, pada gerakan tentara ini sendiri tidak ditentukan,
hal ini berjalan dengan sendirinya sesuai dengan kemauan Sintren. Pakaian yang di gunakan
pada Sintren sendiri saat ini cenderung tidak memiliki pakem seperti warna atau atributnya.
Hanya saja yang pasti sintren tetap harus berpakaian sopan berkebaya dan ber-kain jarik. Tak
lupa juga mengenakan kembang serta kacamata hitam karena menurut rumornya mata penari
akan berubah putih saat kerasukan dan guna dari kacamata hitam adalah untuk menutupi hal
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai