Anda di halaman 1dari 50

USTEK

JASA KONSULTANSI KONSTRUKSI PERENCANGAN PEMBANGUNAN


SMA SWASTA AL KHAIRAAT KOLONO SMA DAN SWASTA CHAIRUL AMIN

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG

Kabupaten Morowali dan Kab. Tojo Una - Una yang terletak ± 533 km dari pusat Kota
Palu, memiliki fasilitas transportasi yang begitu baik dan fasilitas pendukung lainnya
termasuk komunikasi, persoalan fasilitas pendidikan merupakan persoalan yang
sangat penting bagi masyarakat Prov. Sulawesi tengah khususnya Kab. Morowali
dan Kab. Tojo Una - Una, persoalan pendidikan merupaka situasi akan terus
berlanjut ke depan, sehingga diperlukan tindak lanjut terhadap pembangunan
fasilitas pendidikan. Namun demikian Pembangunan fasilitas pendidikan dianggap
dapat menjawab persoalan pendidikan yang lebih maju di Kab. Morowali dan Kab.
Tojo Una - Una

I.2. MAKSUD DAN TUJUAN

Tujuan utama dari pekerjaan ini adalah membuat Detail Engineering Drawing (DED)
bangunan gudang pendidikan yang akan difungsikan sebagai tempat belajar
mengajar

1. Gambar Perencanaan Site Plan


2. Gambar Detail Engineering Drawing (DED) bangunan gedung pendidikan,
yang mencakup :
 Gambar Rencana Arsitektural
 Gambar Rencana Struktur
 Gambar Rencana Mekanikal dan Elektrikal

3. Dokumen Rencana Estimate Engginering (EE)


4. Dokumen Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)
5. Dokumen Biil Of Quantity ( BOQ)
Manfaat dari adanya Pembuatan Desain Rancangan Teknik Terinci fasilitas
pendidikan ini adalah:

1. Dapat menjadi dokumen master Pembutan Perencanaan Pembangunan


fasilitas pendidikan, meskipun dalam pelaksanaannya dijadikan beberapa
tahap pengembangan, sehingga tetap menjadi satu kesatuan.
2. Dapat menjadi faktor pendorong untuk program-program yang berfokus
pada masalah pendidikan dan sosial guna meningkatkan kualitas kawasan
yang kontekstual.

I.3. LOKASI PEKERJAAN

Lokasi pekerjaan Perencanaan Pembangunan SMA Swasta Al Khairaat Kolono


SMA dan Swasta Chairul Amin di Kab. Morowali dan Kab. Tojo Una- Una Prov.
Sulawesi tengah yang memiliki jarak tempuh dari kota palu ± 533km.

I.4. SUMBER DANA

Perencanaan Pembangunan SMA Swasta Al Khairaat Kolono SMA dan Swasta


Chairul Amin di Kab. Morowali dan Kab. Tojo Una- Una ini dibiayai melalui Dana
Alokasi Khusus (DAK) Tahun Anggaran 2023.

I.5. MASA PELAKSANAAN PEKERJAAN

Masa pelaksanaan Perencanaan Pembangunan SMA Swasta Al Khairaat Kolono


SMA dan Swasta Chairul Amin di Kab. Morowali dan Kab. Tojo Una- Una ini
adalah 1 bulan atau sekitar 30 (Tiga Puluh) hari kalender.
USTEK
JASA KONSULTANSI KONSTRUKSI PERENCANGAN PEMBANGUNAN
SMA SWASTA AL KHAIRAAT KOLONO SMA DAN SWASTA CHAIRUL AMIN

BAB II
PENGALAMAN PERUSAHAAN

II.1. UMUM

Kami Konsultan Perencana, Cv. Multikon berkeinginan untuk berperan serta dalam
proses persiapan Perencanaan Pembangunan SMA Swasta Al Khairaat Kolono
SMA dan Swasta Chairul Amin di Kab. Morowali dan Kab. Tojo Una- Una. Maka
kami akan ikut serta dalam proses pelelangan pekerjaan Perencanaan
Pembangunan SMA Swasta Al Khairaat Kolono SMA dan Swasta Chairul Amin
di Kab. Morowali dan Kab. Tojo Una- Una. Dan salah satu persyaratan ikut
pelelangan tersebut adalah membuat Usulan Teknis. Usulan Teknis ini kami susun
sesuai dengan apa yang telah ditentukan dalam Kerangka Acuan Kerja (Term of
Refference) tetapi terbatas pada hal tercantum dalam Kerangka Acuan Kerja
tersebut. Usulan Teknis ini dibuat atas Undangan Pengadaan Jasa Konsultan.Untuk
memberikan suatu gambaran yang lebih jelas terhadap pandangan proyek tersebut
maka Usulan Teknis ini juga merinci pelayanan jasa konsultan yang dibutuhkan
berupa penanganan perusahaan dalam menangani suatu pekerjaan, metodologi,
rencana kerja, organisasi dan personil yang dibutuhkan.

II.2. LATAR BELAKANG KONSULTAN

Cv. Fasade Nusantara tmemiliki kemampuan dalam pelaksanaan konstruksi dan


perencanaan khusunya dalam bidang Arsitektural. Cv. Multikon juga memiliki
beberapa tenaga ahli yang sudah berpengalaman luas dalam Bidang Arsitektur.
Sejak berdiri Cv. Multikon telah banyak memiliki pengalaman baik dalam bidang
perencanaan, pengawasan serta studi kelayakan yang berhubungan dengan
konstruksi dan perencanaan. Kami, Cv. Multikon sebagai Jasa Pelayanan Konsultan
yang ikut serta dalam “Perencanaan Pembangunan SMA Swasta Al Khairaat
Kolono SMA dan Swasta Chairul Amin di Kab. Morowali dan Kab. Tojo Una-
Una” merasa perlu untuk menyampaikan Usulan Teknis yang dibuat berdasarkan
Kerangka Acuan Kerja (term of Refference). Usulan ini dibuat untuk memberikan
gambaran terhadap kegiatan tersebut sehingga Pengguna Jasa dapat memberikan
penilaian sesuai dengan standarisasi yang diharapkan untuk kegiatan selanjutnya.
II.3. BIDANG LAYANAN

Sesuai dengan ruang lingkup pekerjaan yakni Jasa konsultasi perusahaan Cv.
Multikon dengan golongan badan usaha “Kecil” serta memilki surat badan usaha
jasa konstruksi dan non konstruksi

Adapun Klasifikasi Sub-Bidang layanan akan diuraikan secara rinci berdasarkan


sertifikat badan usaha yang masih berlaku.

1. Jasa Konsultasi Konstruksi


a. Bidang Arsitektur
 Arsitektur Bangunan
b. Bidang Sipil
 Irigasi, Bendungan
 Rawa, Sungai dan Pengendalian Banjir
 Pengendalian erosi/Konversi Tanah.
c. Prasarana Transfortasi
 Jalan, Jembatan,Simpang Susun dan Terowongan
 Teknik Pengendalian Lalu Lintas
 Jalan Kereta Api
 Landasan
 Pelabuhan dan Prasarana angkutan SDP.
d. Teknik Lingkungan
 Air Minum
 Penyehatan Lingkungan/Pemukiman.
 Persampahan.

Sedangkan Lingkup Layanan Konstruksi berdasarkan Sertifikat Badan Usaha Jasa


Konsultasi Konstruksi, meliputi :
1. Jasa Survey Teritis.
2. Survey Pengendalaian jauh/ fotogrametri.
3. Survey hidrologi/ batimetri.
4. Survei Informasi Geografi.
5. Survei hidrologi.
6. Investigasi Teknik.
7. Manajemen Konstruksi.
8. Manajemen Proyek.
9. Quantity Survey.
10. Pengawasanan Umum.
11. Pengawasanan Teknik, Operasional dan Pemeliharaan.
12. studi Kelayakan.
13. Jasa Penelitian.
14. Jasa Bantuan & nasihat Teknik.
15. jasa Inspeksi/Supervisi.

Sedangkan lingkup layanan berdasarkan layananan non konstruksi berdasarkan


Sertifikat Badan Usaha Jasa Konsultasi Non Konstruksi, meliputi :
1. Jasa Survey
 Jasa Survey Teritis.
 Survey Pengendalaian jauh/ fotogrametri.
 Survei Informasi Geografi.
 Survei hidrologi.
 Survey Registrasi kepemilikan.
 Survey Geologi.
 Survey Pertanian.

II.4. PENGALAMAN PERUSAHAAN

Sejak berdiri Cv. Multikon telah mempunyai pengalaman yang banyak dan
mempunyai tenaga ahli yang mampu mengerjakan pekerjaan Perencanaan
Pembangunan SMA Swasta Al Khairaat Kolono SMA dan Swasta Chairul Amin
di Kab. Morowali dan Kab. Tojo Una- Una
USTEK
JASA KONSULTANSI KONSTRUKSI PERENCANGAN PEMBANGUNAN
SMA SWASTA AL KHAIRAAT KOLONO SMA DAN SWASTA CHAIRUL AMIN

BAB III
PEMAHAMAN DAN TANGGAPAN
TERHADAP KERANGKA ACUAN KERJA

III.1. UMUM

Secara garis besar, Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang diberikan sudah cukup
memberikan informasi dan data-data mengenai pekerjaan pada proyek ini sehingga
Konsultan dapat menyusun proposal/usulan berdasarkan Kerangka Acuan Kerja,
maka secara umum kami dapat memahami dengan lengkap maksud dan tujuan serta
ruang lingkup pekerjaan yang merupakan tanggung jawab konsultan dalam
melaksanakan pekerjaan perencanaan maupun dalam menyiapkan usulan
sebagaimana dimaksud dalam KAK. Mengingat pentingnya peran dari konsultan,
maka sudah sepatutnya pihak konsultan siap dengan pandangan dan pemahaman
lingkungan tugas, tanggung jawab perangkat dan mampu menginterprestasikan
pekerjaan yang akan ditangani sehingga mengahasilkan produksi yang optimal.
Setelah membaca dan memahami seluruh isi dokumen Pengadaan Jasa Konsultan,
Pekerjaan Perencanaan Pembangunan SMA Swasta Al Khairaat Kolono SMA
dan Swasta Chairul Amin di Kab. Morowali dan Kab. Tojo Una- Una Tahun
Anggaran 2023, yang telah diberikan berikut Berita Acara Penjelasan Pekerjaan,
maka dapat disimpulkan bahwa isi dari penjelasan yang diberikan, merupakan
gambaran apa yang harus dilaksanakan baik dalam persiapan, mobilisasi,
pelaksanaan pekerjaan maupun akhir pekerjaan baik itu menangani lingkup tugas,
tanggung jawab maupun perangkat konsultan, yang harus disediakan guna
melaksanakan pekerjaan perencanaan. Dokumen berikut addendum tersebut di atas
cukup jelas dan lengkap untuk dipakai sebagai pegangan/acuan dalam pelaksanaan
pekerjaan. Meskipun demikian kemungkinan dalam pelaksanaan fisik pekerjaan
nanti perlu penyesuaian dengan permasalahan / kondisi yang ada dilapangan,
misalnya adalah pekerjaan tambah dan kurang karena dalam Dokumen dan
Addendum belum termasuk hal tersebut diatas. Dokumen dan Addendumnya yang
telah diberikan cukup mudah dimengerti dan jelas dalam rangka konsultan
menyiapkan, membuat Usulan Dokumen Administrasi, Usulan Dokumen Teknis dan
Usulan Dokumen Biaya.
A. DOKUMEN ADMINISTRASI

Materi dokumen administrasi yang dipersiapkan pada Kerangka Acuan Kerja adalah
sesuai peraturan yang berlaku berikut petunjuk teknisnya dan sesuai dengan surat
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum tentang standar dokumen lelang, pengadaan
barang dan jasa di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum, sehingga persyaratan
tersebut cukup jelas untuk dipahami dan dimengerti.

B. USULAN TEKNIS

Materi yang tercantum dalam Kerangka Acuan Kerja ditambah rapat penjelasan
pekerjaan berikut Berita Acara Penjelasan yang diterbitkan telah dapat memberi
gambaran umum dengan jelas terhadap lingkup pekerjaan yang menjadi tanggung
jawab personil konsultan dalam melaksanakan pekerjaan perencanaan maupun
dalam memberikan pelaporan-pelaporan sebagaimana diminta oleh proyek. Isi dari
Kerangka Acuan Kerja dapat dijadikan titik tolak dalam penyusunan rencana kerja,
penyiapan personil, metodologi dan manajemen yang akan diterapkan dalam
melaksanakan pekerjaan perencanaan.

C. USULAN BIAYA

Bentuk usulan biaya dalam KAK beserta contoh formatnya walaupun dengan sistem
pembiayaan Lump Sump sudah dapat dimengerti meskipun belum lengkap item-
itemnya.

III.2. LINGKUP KEGIATAN

III.2.1. LINGKUP KEGIATAN

Sebagaimana dijelaskan di atas mengenai maksud dan tujuan pekerjaan maka


lingkup tugas yang akan dilakukan meliputi secara pokok sebagai berikut:

1. Kegiatan inventarisasi data dan survey lapangan, terdiri dari:

a. Survey primer topografi


b. Survey primer penyelidikan tanah
c. Inventarisasi data (Kapasitas gedung) dan
d. Survey harga satuan bahan dan upah
2. Analisa Data

Analisa data juga menghasilkan progam fasilitas Rancangan Teknik Tlrinci (Detail
Enginering Design/ DED) yang mencakup perancangan fasitiras-fasilitas sarana dan
prasarana serta pentahapan pelaksa pekerjaan konstruksi berdasarkan studi
rencana, meliputi:

a. Analisa kebutuhan dan kapasitas bangunan gedung (Ruang, penataan lahan,


eksterior, struktur bangunan, serta penataan lansekap pada fasilitas
perparkiran)
b. Analisa kebutuhan dan kapasitas prasarana sisi darat (jalan akses, transportasi
antar fasilitas, perparkiran dan drainase)
c. Analisa kebutuhan bangunan perawatan dan administrasi, fasilitas mekanikal
elektrikal, pendidikan teknik dan bangunan pertemuan atau rapat serta
semua gedung perkantoran dan operasional.

3. Perancangan Pekerjaan

Perencanaan yang terkoordinasi satu sama lain, mencakup perancangan bangunan


gedung, dan parkiran, serta pelaksanaan pekerjaan konstruksi meliputi:

a. Pekerjaan arsitektural
b. Pekerjaan sipil struktur gedung
c. Pekerjaan mekanikal
d. Pekerjaan elektrikal
e. Rincian volume pekerjaan, rencana anggaran biaya dan spesifikasi tiap-tiap
item pekerjaan.
f. Penyiapan dokumen tender
g. Meliputi penyiapan seluruh dokumen tender, termasuk gambar-gambar kerja
yang telah disahkan.

III.2.2. LINGKUP TUGAS

Lingkup tugas yang akan dilaksanakan adalah Jasa Konstruksi Perencanaan Desain
Rancangan Teknik Perencanaan Pembangunan SMA Swasta Al Khairaat Kolono
SMA dan Swasta Chairul Amin di Kab. Morowali dan Kab. Tojo Una- Una yang
akan dilaksanakan pada Tahun Anggaran 2021. Terdiri atas :

1. Tahap Konsepsi Perencanaan

a. Pengumpulan Data Informasi Lapangan, meliputi :


 Data Studi rencana induk
 Data Hidrologi, suhu dan kelembaban
 Rencana lokasi bangunan gedung
 Interpretasi Terhadap KAK
2. Penyusunan Pra Rancangan

a. Membuat Pra Rencana Tampak


b. Membuat Pra Rancangan Denah, Tampak, Potongan
c. Konsultasi dengan pemakai/ pemilik sampai mendapat ijin prinsip

3. Penyusunan Pengembangan Rancangan

a. Rencana Arsitektur beserta uraian perencanaannya


b. Rencana Struktur beserta uraian perencanaannya
c. Rencana Penempatan Utilitas beserta perencanaannya

4. Penyusunan Rancangan Gambar Detail

a. Membuat Rencana Detail Arsitektur


b. Membuat Rencana Detail Struktur
c. Membuat Rencana Detail Utilitas
d. Membuat Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (Rks)
e. Membuat Perincian Volume Pekerjaan
f. Membuat Rencana Anggaran Biaya Konstruksi (Berdasarkan Sni)

5. Pelaksanaan Pelelangan

a. Membantu menyusun dokumen pelelangan


b. Membantu Menyusun Program Pelelangan
c. Membantu Memberikan Penjelasan Pekerjaan Termasuk Penjelasan
d. Membuat Dokumen Pelaksanaan

6. Pengawasan Berkala

a. Pemberi pekerjaan dapat meminta penyedia jasa untuk memeriksa


Pelaksanaan Pekerjaan secara berkala dan menyediakan persoalan yang
timbul yang berkaitan dengan hasil kerja perencanaan tanpa meminta biaya
tambahan untuk melakukan kegiatan dimaksud.
b. Membuat Laporan Akhir Perencanaan setelah pelaksanaan pekerjaan fisik
selesai.
c. Penyusunan Petunjuk Penggunaan dan Perawatan Bangunan Gedung

III.3. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN

Untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan ini sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja,
terhitung sejak dikeluarkannya SPMK oleh Pengguna Anggaran. Selama jangka
waktu tersebut Konsultan harus menyelesaikan dan menyerahkan semua hasil
pekerjaan sebagaimana diuraikan dalam Kerangka Acuan Tugas (Term of
Reference).
USTEK
JASA KONSULTANSI KONSTRUKSI PERENCANGAN PEMBANGUNAN
SMA SWASTA AL KHAIRAAT KOLONO SMA DAN SWASTA CHAIRUL AMIN

BAB IV
APRESIASI DAN INOVASI

Berdasarkan pertimbangan dari jenis pekerjaan ini nantinya akan mengeluarkan


Pembuatan Perencanaan Pembangunan SMA Swasta Al Khairaat Kolono SMA
dan Swasta Chairul Amin di Kab. Morowali dan Kab. Tojo Una- Una, maka
konsultan mengusulkan beberapa hal, yaitu:

1. Menerapkan konsep Green Building / bangunan hijau yang saat ini sudah marak
dikembangkan dilingkungan perencanaan di Indonesia. Konsep ini diterapkan
sebagai respons terhadap krisis energi dan keprihatinan masyarakat tentang
lingkungan hidup. Inovasi untuk mengembangkan green building terus
dilakukan sebagai upaya untuk menghemat energi dan mengurangi masalah-
masalah lingkungan.
2. Kebijakan penyusunan tata ruang dan sirkulasi dari perencanaan pembangunan
agar tetap mengacu pada kepentingan masyarakat, Sehingga dihasilkan sebuah
tatanan ruang yang memudahkan pengguna maupun tamu sebagai pasien.
3. Dalam penyusunannya agar memperhatikan pelayanan pendidikan yang telah
disusun Pemerintah Prof. Sulawesi Tengah yang orientasinya adalah untuk
kebutuhan pelayanan parsial dengan pertimbangan perencanaan yang
komprehensive, meskipun pelayanan tersebut harus tetap dikaji untuk
dilakukan penyesuaian-penyesuaian sesuai dengan scenario pengembangan
yang direncanakan serta tetap memperhatikan asas legalitas terhadap perijinan
yang telah dikeluarkan.
4. Memperhatikan kebijaksanaan dan perencanaan sektoral yang terdapat atau
yang direncanakan di wilayah perencanaan.
5. Melengkapi dengan tampilan-tampilan perspektive atau bentuk tiga dimensi
lainnya untuk memperjelas kondisi lapangan dan rencana pengembangan yang
dilakukan
USTEK
JASA KONSULTANSI KONSTRUKSI PERENCANGAN PEMBANGUNAN
SMA SWASTA AL KHAIRAAT KOLONO SMA DAN SWASTA CHAIRUL AMIN

BAB V

PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Untuk mencapai tujuan sesuai sasaran yang ditentukan di dalam kerangka


Acuan Kerja maka sebelum dibuat metode terperinci perlu ditentukan lebih dahulu
prinsip-prinsip dasar dan penyederhanaan pelaksanaan. Harus lebih dahulu
dipastikan tujuan dan prinsip yang benar sehingga keputusan yang akan diambil
dapat mencapai sasaran. Tanpa hal ini maka program yang dilaksanakan
kemungkinan akan gagal dan tidak efisien selama pelaksanaannya sehingga tujuan
akhir tidak tercapai. Sangat diperlukan membuat identifikasi dan mengerti ruang
lingkup, pekerjaan yang akan dilaksanakan nantinya sebelum memutuskan metode
pelaksanaan yang diperlukan.

IV.1. METODOLOGI PELAKSANAAN

Berdasar dari lingkup pekerjaan yang telah disampaikan melalui Kerangka Acuan
Kerja agar didapat hasil yang sesua dengan tujuan utama pekerjaan, maka dalam
penyusunan desain ini akan dilakukan metode :

1. Studi Observasi Studi ini berupa pengumpulan data untuk diolah dalam
perancangan ini. Pada proses pekerjaan perencanaan ini data yang dibutuhkan
antara lain, diagram rancangan kebutuhan ruang, satuan keperluan ruang
sehingga didapatkan luas bangunan yang dibutuhkan dan penggunaan.

2. Studi Literatur atau juknis Adalah kajian perencana atas referensi-referensi yang
ada baik berupa buku maupun karya-karya ilmiah yang berhubungan dengan
pekerjaan perenceanaan ini. Beberapa referensi yang dibutuhkan untuk
perancangan ini antara luasan kebutuhan yang dibutuhkan setiap orang yang
dibutuhkan untuk melakukan aktifitasnya disesuaikan dengan tingkat
pekerjaannya. Studi literature juga dilakukan melalui internet untuk mencari
literature mengenai contoh bangunan gedung pendidikan yang baik dan
mampu diterapkan di wilayah Prof. Sulawesi Tengah dan tentu saja
menyesuaikan dengan kondisi di wilayah Kab. Morowali Dan Kab. Tojo Una- Una
3. Analisa data dan Perancangan Pengolahan data dan analisa data yang kemudian
digunakan sebagai masukan dalam penghitungan secara manual dan dengan
program simulasi bangunan seperti Autodesk Ecotect Analysis maupun Design
Builder untuk menganalisi kesesuaian suhu dengan kebutuhan serta
perancangan instalasi dengan program AutoCad.

4. Studi Bimbingan Konsultan dalam proses perencanaan pembangunan ini bersama


pemberi tugas yang merupakan pengguna gedung Pendidikan merupakan
sumber data dan masukan sebagai penyesuaian desain dengan keinginan
pengguna bangunan.

IV.2. PENDEKATAN PERENCANAAN

IV.2.1. PENDEKATAN ENVIRONMENTAL (Green Building Concept)

I. Permasalahan Konsumsi Energi dan Polusi di Indonesia Masyarakat modern yang


berbasis pada teknologi mengkonsumsi energy dalam jumlah yang besar. Di
Indonesia, bagian terbesar dari energi yang digunakan berasal dari energy fosil
yang tidak dapat diperbarui untuk memproduksi listrik. Kondisi ini
menimbulkan beberapa problem, yaitu:

a. Nasional

Laju pertumbuhan pemakaian energi di Indonesia dalam kurun waktu 1985-2000


mencapai rata rata 7%/tahun (bandingkan dengan pemakaian energi di dunia
rata rata 1,2%/tahun, negara negara APEC 2,6%/tahun) yang diakibatkan
beberapa faktor yaitu jumlah penduduk, pertumbuhan pendidikan dan tingkat
kehidupan masyarakat.

b. Global

Proses pembakaran energi fosil menjadi listrik menimbulkan gas buang CO2
dalam jumlah besar yang dilepaskan ke atmosfer secara konstan dan terus
menerus yang pada akhirnya menimbulkan efek rumah kaca yang
mengakibatkan pemanasan global (global warming). Saat ini Jakarta merupakan
kota dengan kualitas udara yang berada pada urutan ketiga terburuk dunia
setelah Meksiko dan Panama, dan peningkatan polusi udara tersebut
mengakibatkan penurunan produkifitas dan peningkatan pembiayaan
pendidikan yang berarti terjadinya pemborosan anggaran keuangan negara.
2. Sustainable Design

Sustainable design (desain berkelanjutan) merupakan reaksi dari krisis lingkungan


global. Sustainable design (juga mengarah pada green design, eco design, atau
design for environment) adalah seni mendesain objek fisik dan lingkungan
sekitarnya untuk keseimbangan prinsip berkelanjutan dengan aspek ekonomi, dan
social.

3. Sustainable Construction Elements

Sumber: Sustainable Design and Constructions Undang-Undang Nomor 28 Tahun


2002 tentang Bangunan Gedung mendorong pembangunan bangunan ber-arsitektur
lokal terasa lebih ramah lingkungan dan selaras dengan lingkungan asal. Desain
bangunan (green building) hemat energi, membatasi lahan terbangun, layout
sederhana, ruang mengalir, kualitas bangunan bermutu, efisiensi bahan, dan
material ramah lingkungan (green product). Bangunan hijau mensyaratkan layout
desain bangunan (10 persen), konsumsi dan pengelolaan air bersih (10 persen),
pemenuhan energy listrik (30 persen), bahan bangunan (15 persen), kualitas udara
dalam (20 persen), dan terobosan inovasi (teknologi, operasional) sebesar 15
persen. Skala bangunan dan proporsi ruang terbuka harus memerhatikan koefisien
dasar bangunan (KDB) dan koefisien dasar hijau (KDH) yang berkisar 40-70 persen
ruang terbangun berbanding 30-60 persen untuk ruang hijau untuk bernapas dan
menyerap air.

4. Tingkat Sustainable Bangunan

Ke-sustainable-an suatu bangunan dipengaruhi oleh banyak faktor. Diantaranya


adalah tolak ukur yang digunakan The Leadership in Energy and Environment
Design (LEED) System menggunakan beberapa factor yang harus dianalisa terlebih
dahulu sebelum merencanakan sebuah desain bangunan beserta lingkungannya,
yaitu:

 Site planning
 Efficient water consumption
 Energy and atmosphere
 Materials and resource protection
 Indoor air quality Innovativeness and design/contruction proses

5. Penerapan Teori Sustainable

Desain arsitektur adalah sebuah proses untuk mewujudkan sebuah visi.


Menerapkannya dalam langkah nyata dengan pemilihan material dan penentuan
sistem struktur yang layak dan sesuai dengan karakter sitenya. Hal yang dapat
dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu:

 Menganalisa keadaan lingkungan alamnya, seperti topografi, karakter iklim,


keadaan tanah dan hidrologinya, flora dan faunanya, serta keadaan udaranya.
 Belajar dengan mengamati spirit of the place, lansekap, dan kebudayaannya.
 Harmonisasi dengan masyarakat setempat, hal ini karena biasanya bangunan
tidak berdiri sendiri Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam suistenable
desain adalah:

IV.2.2. PENDEKATAN KEBUTUHAN RUANG

IV.2.3. PENDEKATAN AKSESIBILITAS

IV.2.4. PENDEKATAN RENCANA TAPAK

1. PENDEKATAN PERENCANAAN

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam suistenable desain adalah:

1. Site

Site merupakan faktor besar dalam penentuan sebuah desain. Berbagai factor
berpengaruh tergantung pada site.

a. Landform/Microclimate

Sumber panas utama bagi permukaan bumi adalah matahari (Jacobson, 2002).
Setelah melewati atmosphere bumi sinar matahari diurai menjadi komponen-
komponen antara lain sinar inframerah yang menyebabkan naiknya suhu
dipermukaan bumi. Semua bagian setting yang menghambat sinar matahari baik
dalam bentuk gelombang panjang maupun energi thermal dianggap dapat
mengurangi suhu di permukaan bumi. Oleh karena itu dapat dihipotesakan bahwa
suhu di suatu lingkungan akan dipengaruhi oleh bayangan yang ditimbulkan oleh
bangunan dan vegetasi.

b. Topography

Dengan mengetahui topografi lahan akan memudahkan penentuan solusi desain


bangunan. Perataan lahan akan mempermudah desain bangunan yang sama tinggi.
Namun disisi lain dengan adanya perbedaan ketinggian tanah, akan memberi kesan
yang menarik dan berfariasi pada lingkungan. Pada tapak yang memiliki perbedaan
ketinggian atau topografi miring, pengelompokan bangunan cenderung
ditempatkan secara informal sesuai dengan kondisi konturnya. Dalam pemecahan
perancangan secara tradisional (konvensional) pada puncak bukit, efek dari bentuk
bangunan terlihat secara nyata yaitu jalan-jalan dan bagian depan bangunan
berbentuk kurva yang secara teratur mengikuti kontur.

c. Light-colored surfacing

Penggunaan warna dinding diberi warna muda karena mampu menyerap sebagian
radiasi matahari dengan baik daripada warna gelap. Bahan pelapis dengan warna
terang dapat mengurangi cooling load hingga 40 %. Untuk permukaan gedung
dapat dipilih material yang cenderung memantulkan panas daripada menyerapnya.
Atau material yang mempunyai kemampuan insulasi yang tinggi sehingga panas
tidak masuk ke dalam interior bangunan.

d. Vegetative cooling

Membuat hijau di sekitar gedung/bangunan dengan memberi banyak lahan


tanaman, hal in dapat dilakukan dengan memberikan pepohonan di halaman depan,
belakang atau tengah gedung/bangunan (bila sudah terlanjur tidak ada halaman
tanahnya, dapat diberikan tanaman dalam pot) agar terjadi penyaringan udara yang
masuk ke gedung tersebut, sehingga terdapat udara yang lebih segar. Dapat juga
dengan memberikan unsur tanaman/pepohonan pada atap gedung/bangunan, hal
ini sudah mulai banyak dilakukan. Sehingga berguna agar sinar matahari tidak
dipantulkan tapi dapat dserap oleh tumbuhan tersebut dan udara di bawah atap juga
tidak terlalu panas.

e. Wind buffering/channeling

Dalam perencanaan orientasi tidak hanya perlu memperhatikan sinar matahari yang
mengakibatkan panas saja, melainkan juga arah angin yang memberi kesejukan.
Udara yang bergerak atau angin mampu menurunkan suhu dan mempercepat
proses penguapan sehingga memberikan efek penyegaran. Kecepatan angin yang
nikmat yaitu yang memiliki batas kecepatan 0,1-0,15m/secon.

f. menempatkan vegetasi sebagai penyegar dan penghalang matahari

g. Pemakaian kisi-kisi pada bukaan

h. Pemanfaatan wing-wall, untuk mengarahkan angin masuk ke dalam bangunan.

i. Wing Wall Pada Jendela


a. Evaporative cooling

Kecepatan aliran udara yang lebih rendah menghasilkan penurunan temperatur dan
efektifitas lebih tinggi serta memerlukan laju penguapan air lebih rendah. Semakin
tinggi temperatur dan semakin rendah RH, udara masuk semakin besar penurunan
temperatur dan efektifitas evaporative cooler; temperatur air yang rendah membuat
laju penguapan air berkurang. Evaporative cooler dan Air Conditioner dapat
dikolaborasikan untuk membuat pendingin ruangan yang ramah lingkungan dan
hemat energi serta udara yang dihasilkan karena kaya Oksigen sangat baik dipakai
terutama di rumah sakit.

4. Cara kerja Evaporative cooling

Site Design

a. Solar orientation

Orientasi bangunan terhadap sinar matahari yang paling cocok dan menguntungkan
terdapat sebagai kompromi antara letak gedung berarah dari timur ke barat dan
yang terletak tegak lurus terhadap arah angin. Dari hasil penelitian Ken Yeang
didapatkan bahwa untuk iklim tropis, bangunan umumnya memiliki orientasi ke
utara - selatan dan serong 5 o dari sumbu utara - selatan. Maka, mengorientasikan
bangunan pada arah utara-selatan di iklim tropis dengan menegakluruskan arah
datangnya angin bisa menjadi salah satu solusi.

5. Orientasi Bangunan Pada Iklim Tropis

Pemakaian beranda (veranda) sebagai ruang transisi dan ruang pelindung


daripanas matahari serta penggunaan sunshading juga dapat menjadi salah satu
strategi yang dapat digunakan dalam mensiasati arah datangnya sinar matahari dan
angin.

6. Horizontal Shade (Kiri) dan Louvre System (Kanan)

a. Pedestrian orientation

Orientasi pedestrian didefinisikan sebagai rancangan lingkungan dalam sekala


manusia. Bangunan harus didesain untuk menciptakan perbedaan level dengan
jalan dan memberi kenyamanan bagi pejalan kaki.Pintu, pedestrian, jendela, dan
elemen pendukung jalan harus diperhitungkan untuk memciptakan kenyamanan
bagi pejalan kaki dan memberi ruang yang cukup.
Solusi ideal untuk merancang bangunan yang hemat energi adalah dengan
mendapatkan akses matahari penuh namun mendapat perlindungan dari unsur-
unsur alam yang berbahaya. Beberapa hal yang mempengaruhi iklim mikro adalah:

 Orientasi bangunan
 Lokasi objek disekitarnya
 Kondisi landskap sekitar

Iklim mikro berpengaruh terhadap penentuan bentuk bangunan dan bagaimana


bangunan tersebut diletakkan disuatu lokasi dan perletakan lokasi ruangan dalam
gedung. Zonasi dan orientasi bangunan dapat memiliki dampak yang besar pada
pola konsumsi energi bangunan. Pohon dapat memberikan naungan ketika cahaya
dan panas matahari terlalu kuat.

1. Infrastructure Efficiency

a. Water supply and use

Sumber air pada umunya berasal dari sumur air. Sumber air dimanfaatkan se-efisien
mungkin sehingga dapat mengurangi pemakaian air yang tidak perlu. Sumber air
dari sumur setempat merupakan air tanah. Pemanfaatan dengan efisien akan
mengurangi dampak pengurangan air tanah secara berlebihan. Sumber air yang
berasal dari air olahan limbah selain mengurangi biaya pembelian di PDAM juga
mengurangi pemakaian yang berlebihan.

b. Wastewater collection

Membuat sistem pengolahan limbah domestik seperti air kotor (black water, grey
water) yang mandiri dan tidak membebani sistem aliran air kota. Sistem pengolahan
limbah ini berdiri sendiri dan memiliki sistem pengolahan limbah mandiri. Limbah-
limbah yang sudah terolah akan diresapkan kembali ke area pengolahan. Sistem ini
menguntungkan karena menambah jumlah air tanah di dearah tersebut. Berbeda
dengan sistem saluran air kota yang mengalirkan air ke sistem pembuangan
sehingga air tidak teresap ke tanah didearah tersebut..

2. Energy Conservation

Terdapat enam prinsip dalam konstruksi yang berkelanjutan (Kibert, 1994), yaitu:

1. Meminimalkan konsumsi sumber daya


2. Memaksimalkan pemanfaatan kembali (re-use) sumber daya
3. Menggunakan sumber daya yang terbarukan (renewable) dan didaur
ulang(recycleable)
4. Melestarikan lingkungan alam
5. Menciptakan lingkungan yang sehat dan tidak berbahaya
6. Menjadikan kualitas sebagai tujuan dalam membangun

a. Building Form and Configuration

Iklim Indonesia adalah iklim tropis. Sebuah bentuk bangunan diharapkan mengacu
pada aturan-aturan yang ada dalam membangunan bangunan tropis. Sehingga
meminimalisir bentuk yang merugikan dan menyesuaikan ukuran ruang sesuai
dengan kebutuhan namun tetap mengacu standard bangunan tropis. Sehingga
didapat efisiensi dalam bentuk, dan ukuran bangunan.Bangunan jangan sampai
memiliki bangunan yang gemuk. Sebisa mungkin memiliki bangunan yang
memanjang sehingga pengudaraan dan pencahayaan alami dapat berjalan baik.

3. Alternative bentuk bangunan

a. Materials

Memilih material ramah lingkungan menjadi penting karena tidak hanya semata-
mata demi kelestarian alam, tetapi juga sebenarnya jauh lebih efisien dan hemat
dari segi estimasi biaya jangka panjang. pemilihan material yang ramah dapat
dijabarkan menjadi dua hal yakni dari sisi teknologi dan penggunaan. Dari sisi
teknologi, pemilihan bahan sebaiknya menghindari adanya toksin atau racun dan
diproduksi tidak bertentangan dengan alam. Sebagai contoh, minimalkan
penggunaan material kayu, batu alam ataupun bahan bangunan yang mengandung
racun seperti asbeston. Sedangkan dari sisi penggunaan, pemilihan material yang
ramah lingkungan misalnya menggunakan lampu hemat energi seperti semen instan
yang praktis dan efisien, ataupun memilih keran yang memakai tap yang hanya
mengeluarkan air dalam volume tertentu. Selain memiliki sifat ramah lingkungan
dan tidak mencemarkan material ramah lingkungan sebaiknya terbuat dari bahan
daur ulang, atau setidaknya tidak menghabiskan sumber daya alam, bahkan dapat
memberikan nilai tambah pada lingkungan dan harus didukung 3R yaitu Reused
(memanfaatkan kembali material yang masih bisa dipakai) Reduce (mengurangi
pemakaian material yang berlebihan) serta Recycle (mendaur ulang material agat
bermanfaat kembali).

4. Energy Efficiency

a. Glazing

Kaca yang dapat menghemat energi merupakan kaca yang didesain khusus.
Beberapa penelitian mengklaim bahwa terdapat beberapa jenis kaca yang dapat
menyaring radiasi panas matahari, hingga menghemat penggunaan pendingin
udara. Terdapat tiga jenis kaca yang dikategorikan penghemat energi.

b. Kaca Warna

Dari namanya nampak jelas, kaca ini tidak murni bening. Biasanya berwarna biru
kehijauan, perak atau abu-abu. Kaca ini dapat menyaring panas hingga suhu dalam
ruang tetap terjaga. Jenis kaca warna yang baik mempunyai sifat seperti kaca film
pada mobil. Ia mampu membuat Anda melihat pemandangan luar nampak jernih,
namun menyaring jumlah cahaya yang masuk ke dalam ruangan.

c. Kaca Pantul

Kaca ini sering dijumpai di gedung perkantoran. Kaca ini menyaring panas lebih
banyak daripada jenis lain. Ada satu kekurangan dari kaca pantul adalah pandangan
dari dalam akan kurang indah karena terjadi distorsi.

d. Kaca Low-e, Low Emissivity

Diartikan kaca rendah emisi. Kaca ini menjaga suhu di dalam ruang tetap tinggi.
Terdiri dari dua lapis. Pada bagian tengah diisi lapisan udara kosong dan lapisan
metal transparan.Kaca jenis ini pun memantulkan sinar ultraviolet. Untuk iklim
Indonesia, kaca macam ini tidak disarankan, karena hawa panas tetap berada di
dalam ruang. Menjadikan ruang bertambah panas. Jenis ini populer digunakan di
negara sub tropis.

5. Frame double wall

a. Insulation

Isolasi termal pada bangunan adalah faktor penting untuk mencapai kenyamanan
termal untuk penghuninya. Insulasi panas yang tidak diinginkan akan merugikan
dan dapat menurunkan efektifitas energi sistem pemanas atau pendingin. Dalam
pengertian lain isolasi dapat hanya penyesuaian pada bahan isolasi yang digunakan
untuk menghambat hilangnya panas ruang, seperti: selulosa, kaca wol, wol batuan,
plastik, busa urethane, vermikulit, dan tanah. Tetapi dapat juga menggunakan
desain khusus dan teknik khusus untuk mengatasi perpindahan panas atau konduksi,
radiasi dan konveksi. Masalah kualitas konstruksi termasuk uap memadai hambatan,
dan masalah dengan rancangan-pemeriksaan. Selain itu, sifat dan densitas bahan
isolasi itu sendiri sangat penting. Sebagai contoh, menurut Leah Twings, Kualitas
Manager Kepatuhan Textrafine Isolasi, fiberglass bahan isolasi yang terbuat dari
serat-serat pendek berlapis kaca tidak begitu tahan lama seperti isolasi yang
terbuat dari untaian serat panjang kaca.
b. Efficient Lighting

Lampu pijar pada dasarnya merupakan lampu ruang yang menghasilkan panas
selain juga mengeluarkan cahaya. Hal ini sangat tidak efisien, membuang sebagian
besar energi yang di konsumsi dan menjadikannya sebagai panas yang tidak
diinginkan. Salah satu lampu yang merupakan lampu hemat energy adalah lampu
LED. Lampu LED menghemat energi yang digunakan sampai 48% (berarti
penghematan tagihan listrik) ditambah dengan kecilnya panas yang dihasilkan oleh
lampu LED. Hal ini membuat bangunan tidak perlu menyalakan mesin pendingin
ruangan (AC) dalam posisi maksimal, yang berarti terjadi penghematan lagi.

Keuntungan dari lampu LED:

 Lampu LED tidak mengandung Mercury


 Jauh lebih hemat dalam hal pemakain listrik
 Daya tahan lebih lama, yaitu 60x lebih lama dibanding dengan tipe lampu
Incandescent dan 10x lebih lama dibanding tipe Fluorescent.
 Lampu LED juga tidak menghasilkan panas sehingga dapat menghemat
pemakaian AC (air conditioning).

6. LED

Daylighting

Sistem pencahayaan alami terutama dipakai pada siang hari dengan memanfaatkan
cahaya matahari, pemasukan sinar matahari ke dalam ruangan diusahakan
mencapai tingkat kenyamanan pencahayaan tertentu seperti yang diharapkan. Pada
prinsipnya, dalam ruangan dengan lubang pencahayaan yang tetap, semakin ke
dalam semakin menurun intensitas cahaya yang diterima. Guna mencapai kualitas
kenyamanan yang diisyaratkan semakin lebar ruangan/bangunan, semakin luas
pula lubang pencahayaannya.

Untuk menanggulangi radiasi panas sinar matahari yang akan mengurangi


kenyamanan penghawaan dan menyebabkan kesilauan di daerah iklim tropis, selain
diusahakan sesedikit mungkin sisi bangunan dan bukaan-bukaan ruangan yang
terkena sinar matahari langsung, juga dengan membuat penghalang sinar matahari
(sun shading, sun screen).

1. Water

a. Zero-run-off
Air limbah buangan sebisa mungkin dimanfaatkan tanpa harus ada yang terbuang
ke saluran pembuangan kota. Air limbah buangan dimanfaatkan sebagai penyiram
tanaman sekaligus dapat sebagai pupuk. Air limbah diresapkan di area tanaman.
Kalau muatan resapan berlebihan, baru dilakukan pembuangan ke saluran
pembuangan.

b. Grey water system

Pemanfaatan grey water akan mengurangi pembebanan pada air tanah. Dengan
memanfaatakan lagi grey water sama halnya memanfaatkan air dua kali atau lebih
namun tepat dalam penggunaannya. Pemanfaatan grey water misalanya air buangan
dari wastafel dapat dimanfaatkan untuk penyiraman tanaman. Ataupun air bekas
cucian setelah mengalami proses penyaringan dapat pula dimanfaatkan untuk
menyirami taman.

2. PENDEKATAN KEBUTUHAN RUANG

Umumnya ruang kerja gedung tidak berpindah-pindah, karenanya gedung tersebut


dilengkapi pula dengan ruang-ruang untuk mesin-mesin, kantin, ruang rapat arsip,
dan aktivitas penunjang lainnya, yang menyita 1/3 luas ruang yang dibutuhkan oleh
suatu organisasi. Berbagai hal yang perlu diperhatikan dalam pendekatan
kebutuhan fisik bangunan adalah sebagai berikut:

 Pembagian ruang
 Pembagian ruang yang dimaksud adalah pembagian pengelompokan ruang
antara ruang public, ruang khusus, ruang service, ruang pengelola, dan lahan
parker.
 Fasilitas utama dalam gedung
 Merupakan pendekatan untuk mengetahui kebutuhan utama dalam
perancangan kebutuhan sebuah gedung pendidikan.
 Program ruang kantor
 Pendekatan mengenai berbagai ruangan dalam gedung yang tidak dapat
dipisahkan dan letaknya tak boleh berjauhan sehingga efektif dalam
pemakaian ruang.
 Syarat fisik interior gedung
 Syarat-syarat dalam interior sebuah gedung memiliki ketentuan yang harus
diikuti.
 Standar ruang
 Ukuran-ukuran ruang ditentukan oleh standar ruang yang mengalokasikan
bidang dan ruang tertutup menurut tingkatan status tingkatan pengguna
ruang.
 Sistem interior Sistem interior merupakan penilaian terhadap sebuah
bangunan dilihat dari segi pencahayaan, penghawaan, akustik, kemananan
bangunan dan perawatan yang perlu dilakukan.

3. PENDEKATAN AKSESIBILITAS

1. PENCAPAIAN BANGUNAN

Pencapaian bangunan atau aksesbilitas adalah suatu kemudahan yang disediakan


bagi semua orang, termasuk yang memiliki ketidak-mampuan fisik—seperti
misalnya, penyandang cacat, lanjut usia, ibu hamil dan penyandang cacat akibat
penyakit tertentu—guna mewujudkan kesamaan kesempatan dalam segala aspek
kehidupan dan penghidupan pada suatu lingkungan terbangun. Aksesibel :
menggambarkan kondisi suatu tapak, bangunan, fasilitas, atau bagian darinya yang
memenuhi standar pedoman ini. Elemen Bangunan : komponen arsitektural atau
mekanikal dari suatu bangunan, fasilitas, ruang atau tapak. Contoh-contoh elemen
tersebut seperti telepon, curb-ramp, pintu, tempat duduk atau WC. Rute Aksesibel :
suatu jalur lintasan tanpa penghalang yang langsung menghubungkan suatu elemen
dan ruang aksesi dari bangunan. Rute aksesibel interior dapat termasuk koridor,
lantai, ramp.

setiap struktur yang digunakan atau dimaksudkan untuk menunjang atau mewadahi
suatu penggunaan atau kegiatan. Bagian bangunan : bagian ruang dari bangunan
seperti kamar, koridor, ruang untuk kegiatan tertentu dsb.

 Ruang Lantai Bebas : ruang lantai atau tanah yang tidak terhalang, minimum
diwajibkan untuk menampung sebuah kursi roda dan penggunanya.
 Rambu : tanda-tanda yang bersifat verbal ( informasi yang dapat didengar),
bersifat visual (informasi yang berupa gambar), simbol, atau yang dapat
dirasa/diraba, atau.
 Ruang : suatu daerah yang dapat ditentukan batasnya, seperti kamar, toilet,
hall, tempat pertemuan, jalan masuk, gudang.

A. Persyaratan Teknis Aksesbilitas

Dalam rangka menciptakan lingkungan binaan yang memenuhi persyaratan


aksesibilitas maka diperlukan persyaratan bangunan gedung dan lingkungannya
yang didasarkan kepada prinsip-prinsip sebagai berikut:
 Kegiatan perencanaan, perancangan, dan pelaksanaan bangunan umum,
tapak bangunan, dan lingkungan di luar bangunan harus dilakukan secara
terpadu untuk menciptakan lingkungan aksesibel yang menyeluruh.
 Setiap kegiatan perencanaan, perancangan, dan pelaksanaan lingkungan di
luar bangunan yang dikunjungi dan digunakan masyarakat umum secara luas
harus memperhatikan persyaratan aksesibilitas terutama pada :
Ukuran dasar
Area parkir
Landaian (ramp)
Rambu

a. Setiap kegiatan perencanaan, perancangan, dan pelaksanaan tapak bangunan


umum yang memiliki luas lantai sama atau lebih besar dari 300m2 perlantai harus
memperhatikan persyaratan aksesibilitas terutama:

Ukuran dasar
Ramp
Rambu

b. Setiap kegiatan perencanaan, perancangan, dan pelaksanaan bangunan umum


yang memiliki luas lantai sama atau lebih besar dari 300m2 perlantai harus
memperhatikan persyaratan aksesibilitas terutama:

Ukuran dasar
Ramp
Pintu
Tangga
Kamar kecil
Pancuran
Wastafel
Perabot
Perlengkapan
Rambu

e. Persyaratan aksesibilitas suatu fasilitas dalam bangunan dimungkinkan digunakan


pada tapak bangunan, atau lingkungan di luar bangunan. Demikian pula sebaliknya,
jika dalam persyaratan aksesibilitas fasilitas di luar bangunan atau tapak bangunan
digunakan di dalam bangunan, maka butir-butir persyaratan aksesibilitas dalam
pedoman ini bisa digunakan sesuai dengan kebutuhan. Misalnya: kamar kecil atau
telepon umum yang berada di taman, area parkir yang berada di dalam bangunan,
dan kasus-kasus sejenis.
f. Pada kondisi lingkungan di luar bangunan yang belum aksesibel, setiap
perencanaan, perancangan, dan pelaksanaan konstruksi bangunan umum beserta
tapaknya tetap diwajibkan memenuhi persyaratan aksesibilitas, sehingga akan
mendorong terciptanya lingkungan yang aksesibel di masa mendatang.

1. Persyaratan Teknis Aksesbilitas

Sumber: KEPUTUSAN MENTERI PEKERJAN UMUM

REPUBUK INDONESIA NOMOR: 468/ KPTS/ 1998

1. Ramp

Merupakan alternatif rute/ jalan untuk orang-orang yang tidak bias menggunakan
tangga

Syarat:

i. Kemiringan suatu ramp di dalam bangunan tidak boleh melebihi rasio 1:12,
perhitungan kemiringan tersebut tidak termasuk awalan/ akhiran ramp(curb
ramps/landing). Sedangkan kemiringan suatu ramp yang ada di luar bangunan
adalah 1:15 .

ii. Maksimum panjang mendatar dari satu ramp (dengan kemiringan 1:12) tidak
boleh lebih dari 900 cm. Ramp dengan kemiringan yang lebih rendah bisa menjadi
lebih panjang.

iii. Lebar minimum dari ramp adalah 95 cm. Untuk ramp yang juga digunakan
sekaligus untuk pejalan kaki dan pelayanan angkutan barang harus
dipertimbangkan secara seksama lebarnya, sedemikian sehingga bisa dipakai
untuk kedua fungsi tersebut, atau dilakukan pemisahan ramp dengan fungsi sendiri-
sendiri. Untuk ramp atau ramp dengan fungsi ganda melayani angkutan barang,
harus diperhitungkan secara tersendiri.

iv. Landing atau muka datar pada awalan atau akhiran ramp dari suatu ramp harus
bebas dan datar sehingga memungkinkan, sekurang-kurangnya untuk memutar
kursi dengan ukuran minimum 150 cm.

v. Permukaan datar dari landing (baik awalan atau akhiran ramp) harus memiliki
tekstur sehingga tidak licin baik diwaktu hujan atau tidak.

vi. Pembatas rendah pinggir ramp (low curb) dirancang untuk menghalangi roda
kursi roda agar tidak terperosok atau keluar dari jalur ramp. Apabila berbatasan
langsung dengan lalu-lintas jalan umum atau persimpangan harus dibuat
sedemikian rupa agar tidak mengganggu jalan umum.

vii. Ramp harus diterangi dengan pencahayaan yang cukup yang akan membantu
penggunaan ramp saat malam hari. Penerangan khususnya disediakan pada bagian-
bagian ramp yang memiliki ketinggian terhadap muka tanah sekitarnya dan bagian-
bagian yang membahayakan.

viii. Ramp harus dilengkapi dengan pegangan (handrail) yang dijamin kekuatannya
dan dengan ketinggian yang sesuai untuk pengguna ramp.

Sumber: KEPUTUSAN MENTERI PEKERJAN UMUM

REPUBUK INDONESIA NOMOR: 468/ KPTS/ 1998

2. Tangga

Ruang dan fasilitas bagi pergerakan vertikal yang dirancang dengan


mempertimbangkan ukuran dan kemiringan pijakan dan tanjakan dengan lebar
yang cukup untuk berpapasan dan aman

Syarat:

1. Harus memiliki dimensi pijakan dan tanjakan yang berukuran seragam


2. Harus memiliki kemiringan yang kurang dari 600
3. Tidak terdapat tanjakan yang berlubang yang dapat membahayakan
pengguna tangga.
4. Harus dilengkapi dengan handrail pada kedua sisinya
5. Handrail (pegangan rambat) harus mudah dipegang dengan ketinggian 70-90
cm dari lantai dan bebas dari elemen konstruksi yang mengganggu dan
bagian ujungnya harus bulat atau dibelokkan dengan baik ke arah lantai,
dinding atau tiang
6. Handrail harus ditambah panjangnya pada bagian ujung-ujungnya (puncak
dan bagian bawah) dengan 10-15 cm.
7. Untuk tangga yang terletak di luar bangunan, maka tangga harus dirancang
sehingga tidak ada air hujan yang menggenang
Sumber: KEPUTUSAN MENTERI PEKERJAN UMUM

REPUBUK INDONESIA NOMOR: 468/ KPTS/ 1998

3. Kamar Kecil

Merupakan fasilitas sanitasi yang disediakan untuk semua orang (tanpa terkecuali
penyandang cacat, orang tua dan ibu-ibu hamil) yang sedang mengunjungi suatu
bangunan atau fasilitas umum.

Syarat:

i. Toilet/kamar kecil umum yang aksesibel harus dilengkapi dengan tampilan


tanda/gambar simbol universal (“kursi roda”) pada bagian luarnya.

ii. Toilet/kamar kecil umum harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk
dan keluar pengguna kursi roda.

iii. Ketinggian dari tempat duduk kloset harus sesuai dengan ketinggian pengguna
kursi roda.

iv. Toilet/kamar kecil umum harus dilengkapi dengan pegangan yang memiliki
posisi dan ketinggian disesuaikan dengan pengguna kursi roda dan penyandang
cacat yang lain. Pegangan disarankan merupakan bentuk siku-siku mengarah ke
atas untuk membantu pergerakan/perpindahan menyamping dari tubuh pengguna
kursi roda.

v. Letak kertas tissu, air, kran air atau shower dan perlengkapan-perlengkapan
seperti tempat sabun, pengering tangan harus dipasang sedemikian hingga mudah
digunakan oleh orang yang memiliki keterbatasan-keterbatasan fisik/cacat dan bisa
dijangkau dengan baik oleh pengguna kursi roda.

vi. Wastafel harus aksesibel dan disesuaikan dengan ketinggian pengguna kursi
roda.

vii. Kran pengungkit sebaiknya dipasang pada wastafel

viii. Bahan dan penyelesaian lantai harus tidak licin

ix. Pintu harus membuka keluar untuk memudahkan pengguna kursi roda untuk

membuka dan menutup.

x. Kunci-kunci toilet atau grendel dirancang/dipilih sedemikian sehingga bisa


dibuka dari luar jika terjadi kondisi darurat
Sumber: KEPUTUSAN MENTERI PEKERJAN UMUM

REPUBUK INDONESIA NOMOR: 468/ KPTS/ 1998

4. Wastafel

Fasilitas cuci tangan, cuci muka, berkumur atau gosok gigi yang bias digunakan
untuk semua orang, khususnya bagi pengguna kursi roda.

Syarat:

i. Wastafel harus dipasang sedemikian sehingga posisinya baik tinggi maupun


lebarnya dapat dimanfaatkan oleh pengguna kursi roda.

ii. Ruang gerak bebas yang cukup harus disediakan di depan wastafel.

iii. Wastafel harus memiliki ruang gerak di bawahnya sehingga tidak menghalangi
lutut dan kaki pengguna kursi roda.

iv. Pemasangan ketinggian cermin harus juga diperhitungkan terhadap pengguna


kursi roda

Sumber: KEPUTUSAN MENTERI PEKERJAN UMUM

REPUBUK INDONESIA NOMOR: 468/ KPTS/ 1998

5. Telepon

Merupakan fasilitas komunikasi yang disediakan untuk semua orang (tanpa


terkecuali penyandang cacat, orang tua dan ibu-ibu hamil) yang sedang
mengunjungi suatu bangunan atau fasilitas umum.

Syarat:

i. Telepon umum harus terletak pada lantai yang aksesibel bagi semua orang
termasuk penyandang cacat, orang tua dan ibu-ibu hamil.

ii. Ruang gerak yang cukup harus disediakan di depan telepon umum sehingga
memudahkan pengguna kursi roda untuk mendekati dan menggunakan telepon.

iii. Ketinggian telepon dipertimbangkan terhadap dasar-dasar penggunaan pesawat


telepon misalnya; keterjangkauan gagang telepon, tombol-tombol angka atau
system dialing. Sebaiknya telepon umum menggunakan tombol tekan angka.
iv. Bagi pengguna yang memiliki pendengaran yang kurang, perlu disediakan
control volume suara yang terlihat dan mudah terjangkau.

v. Bagi tuna rungu sebaiknya disediakan faksimili sebagai alat komunikasi yang
lebih bernilai, khususnya pada kantor pos, fasilitas komersial, dan fasilitas publik.

vi. Bagi tuna netra sebaiknya disediakan petunjuk dalam huruf Braille dan
dilengkapi juga dengan talking sign (isyrat bersuara) yang terpasang di dekat
telepon umum.

vii. Panjang kabel gagang telepon harus memungkinkan pengguna kursi roda untuk

menggunakan telepon dengan posisi yang nyaman. (+ 75cm).

viii. Teleponboks (booth) dilengkapi dengan kursi yang disesuaikan dengan area
gerak pengguna.

Sumber: KEPUTUSAN MENTERI PEKERJAN UMUM

REPUBUK INDONESIA NOMOR: 468/ KPTS/ 1998

6. Perlengkapan dan Peralatan

Merupakan perlengkapan-perlengkapan tambahan yang bias mempermudah semua


orang (tanpa terkecuali penyandang cacat, orang tua, dan ibu-ibu hamil) untuk
melakukan suatu kegiatan tertentu.

Syarat:

i. Sistem alarm/ peringatan

 Harus tersedia peralatan peringatan yang dapat terdiri dari dari system
peringatan suara (vocal alarms), sistem peringatan bergetar (vibrating
alarms) dan berbagai petunjuk dan penandaan untuk melarikan diri pada
situasi darurat .
 Stop kontak harus dipasang dekat tempat tidur untuk mempermudah
pemasangan sistem alarm, termasuk peralatan bergetar (vibrating devices) di
bawah bantal,
 Semua peralatan pengontrol peralatan listrik harus dapat dioperasikan
dengan satu tangan dan tidak memerlukan pegangan yang sangat kencang
atau sampai dengan memutar lengan.
ii. Tombol dan stop kontak

Tombol dan stop kontak dipasang pada tempat yang posisi dan tingginya sesuai dan

mudah dijangkau.

iii. Pencahayaan

Semua ruang harus memiliki pencahayaan yang merata dan cukup yang tidak
menimbulkan silau. Ruang tangga harus dilengkapi dengan peralatan pencahayaan
yang cukup

l. Perabot

Perletakan barang-barang perabot/ furniture dengan menyisakan ruang gerak dan


sirkulasi yang cukup bagi penyandang cacat.

Syarat:

i. Sebagian dari perabot yang tersedia dalam bangunan dapat digunakan oleh
pengguna yang berkursi roda, termasuk dalam keadaan darurat.

2. Rambu

Fasilitas dan atau elemen yang digunakan untuk untuk memberikaninformasi, arah,
penanda atau petunjuk.

Syarat:

i. Penggunaan rambu, terutama dibutuhkan pada:

 KM/WC umum, telepon umum dsb


 Nama fasilitas dan tempat.

ii. Beberapa Rambu yang digunakan :

 Rambu huruf timbul atau huruf Braille yang dapat dibaca oleh tuna netra dan
dapat penyandang cacat lain.
 Rambu yang berupa gambar dan simbol yang mudah dan cepat ditafsirkan
artinya.
 Rambu yang berupa tanda dan simbol internasional
 Rambu yang menerapkan metode khusus (misal; pembedaan perkerasan
tanah, warna kontras, dll) Karakter dan latar belakang rambu harus dibuat
dari bahan yang tidak silau. Karakter dan simbul harus kontras dengan latar
belakangnya, apakah karakter terang di atas gelap atau sebaliknya.
 Proporsi huruf atau karakter pada rambu harus mempunyai rasio lebar dan
tinggi antara 3 : 5 dan 1 : 1 dan ketebalan huruf antara 1: 5 dan 1: 10
 Tinggi karakter huruf dan angka pada rambu harus diukur sesuai dengan
jarak pandang dari tempat rambu itu dibaca.

iii. Lokasi penempatan rambu :

 Penempatan yang sesuai dan tepat serta bebas secara vertkal dan horizontal.
 Cukup mendapat penerangan termasuk penambahan lampu pada kondisi
gelap.
 Bisa dimasukkan dalam street furniture.
 Tidak mengganggu arus (pejalan kaki, dll) dan sirkulasi (buka/tutup pintu,
dll).

FITUR-FITUR YANG RAMAH BAGI PENGGUNA

Pencapaian bangunan mengaplikasikann prinsip-prinsip dari desain secara umum,


yaitu:

a. Kesetaraan penggunaan

 Ukuran saklar yang lebih lebar, dilengkapi dengan lampu led ketika
dinyalakan dan atau dilapisi dengan fosfor sangat memudahkan
pengoperasian.

b. Fleksibel dalam penggunaan

Desain dapat digunakan oleh pengunjung secara luas dengan berbagai background
pendidikan dan kemampuan.

 Penggunaan computer yang tersedia dalam mode standar ataupun


pilihaneasy acces.
 Tersedianya ramp pada bangunan yang memudahkan kaum difabel dalam
mengakses bangunan.
 Pintu dengan dua daun pintu mengakomodir pengguna biasa dan kidal.

c. Sederhana dan mudah digunakan

Desain mudah digunakan secara umum, berdasar pengalaman individu, prosedur


penggunaan yang mudah dipahami.

d. Informasi yang mudah dicerna pengguna Informasi penggunaan disajikan secara


informatif kepada pengguna dan mudah dipahami oleh indera mereka.
 Warna signage yang kontras dengan warna background nya.
 Kabel merah dan putih membedakan mana yang bermuatan positif dan
negatif.

e. Meminimalisir kesalahan dalam penggunaan Desain harus meminimalisir


kerugian ataupun kecelakaan bila terjadi kesalahan dalam penggunaan.

 Tombol cancel pada printer untuk mengurangi kertas yang terbuang percuma
karena kesalahan printing.
 Kemasan benda beracun diberikan warna mencolok dengan keterangan di
luarnya.

f. Hanya memerlukan sedikit usaha fisik.

Desain harus efisisen dan nyaman digunakan, serta memberikan seminim mungkin
efek lelah.

 Keyboard lengkung yang merespon posisi alamiah jari-jari tangan lebih


nyaman dibandingkan ke board horizontal yang cenderung membuat
pergelangan tangan terasa pegal.
 Permukaan lantai yang rata memudahkan perpindahan peralatan berat yang
memerlukan roda.

g. Dimensi yang mudah digunakan, dijangkau maupun dilihat.

Dimensi dan ruang pelingkup yang menyediakan kemudahan untuk mengakses


segala fasilitas.

 Pintu dengan lebar yang memungkinkan diakses oleh pengguna dengan


berbagai postur tubuh.

4. PENDEKATAN RENCANA TAPAK

Pendekatan rencana tapak ini biasa dilakukan pada awal perencanaan suatu
bangunan atau kawasan.Dalam kegiatan ini, kondisi tapak perencanaan telah
terbentuk, sehingga konsultan perencana hanya melakukan beberapa usulan desain
yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan di sekitar bangunan. Maka
aspek-aspek lingkungan yang harus diperhatikan adalah:

A. Pendekatan konservasi lingkungan dilakukan dengan tetap mempertahankan


rasio ruang terbuka, dengan tetap memperhatikan kemungkinan resapan- resapan
air.
B. Penciptaan iklim mikro (micro climate) yang nyaman, dicapai melalui
penempatan vegetasi-vegetasi perindang.

1. PENDEKATAN NON FISIK

Pendekatan non fisik yang dilakukan untuk menyesuaikan kebutuhan pengguna


bangunan dapat dilihat dari berbagai hal yang menyangkut organisasi koperasi.
Pendekatan non fisik yang dilakukan adalah pendekatan kepada:

1. Fungsi dan peran dari organisasi tersebut


2. Prinsip Kerja
3. Jenis-jenis Bidang atau bagian dari organisasi
USTEK
JASA KONSULTANSI KONSTRUKSI PERENCANGAN PEMBANGUNAN
SMA SWASTA AL KHAIRAAT KOLONO SMA DAN SWASTA CHAIRUL AMIN

BAB VI
RENCANA KERJA

Program pelaksanaan pekerjaan ini disusun dengan tujuan sebagai berikut:

1. Terciptanya sistem koordinasi yang baik antara Konsultan dengan Pemberi


Tugas;
2. Terciptanya koordinasi yang baik antara unit-unit kerja yang terlibat dalam
penanganan pekerjaan ini;
3. Terjaminnya fungsi kontrol/pengawasan yang diperlukan;
4. Terjaminnya kelancaran pelaksanaan setiap unit kerja;
5. Terjaminnya kualitas hasil pekerjaan.

Apabila faktor-faktor tersebut diatas dapat dipenuhi, maka berarti juga kelancaran
jalannya pekerjaan dapat secara keseluruhan terjamin. Rencana pelaksanaan
pekerjaan memuat penetapan masing-masing item pekerjaan sesuai dengan lingkup
pekerjaan yang tertera di dalam Kerangka Acuan Kerja. Rencana kerja yang
dimaksud dibuat agar tahapan-tahapan pekerjaan dapat dilaksanakan tanpa ada
yang terlewatkan sehingga sasaran pekerjaan ini dapat dicapai dengan waktu yang
juga telah direncanakan. Tahap pelaksanaan pekerjaan dibedakan menjadi 5 (lima)
tahap sebagai berikut:.

1. TAHAP PEKERJAAN PERSIAPAN

Program kerja ini mencakup tahap persiapan awal, seluruh proses perencanaan dan
perancangan serta kewajiban yang harus dilaksanakan konsultan pada tahap
pelaksanaan konstruksinya/secara keseluruhan program kerja konsultan mencakup:

1. Mobilisasi

Dalam tahap mobilisasi ini akan dilakukan persiapan-persiapan yang menyangkut


pengerahan tenaga ahli dan tenaga pelaksanaan, baik yang bersifat teknis maupun
administratif dengan kualitas dan kuantitas yang sesuai dengan beban kerja,
pengadaan perlengkapan kantor, bahan dan alat- alat tulis, dan pengadaan alat
transportasi.
2. Penyusunan Program Kerja

Sebagai langkah awal dari pelaksanaan pekerjaan ini. Konsultan akan menyusun
program kerja dan pedoman penugasan / pengelolaan tugas, penyediaan sumber
daya dan lain-lain yang harus dilaksanakan oleh semua pihak yang terlibat. Usulan
ini harus mendapat persetujuan dari pengelola proyek.

3. Persiapan Survei

Tahap ini merupakan langkah persiapan pelaksanaan survei lapangan maupun


institusional yang mencakup:

a. Mempelajari denah bangunan eksisting beserta kondisi di lapangan


b. Pengadaan peralatan survai lapangan.
c. Mempelajari karakteristik dan spesifikasi masing-masing kegiatan dan fungsi
bangunan.

4. Pengamatan Karakteristik arsitektur

Pengamatan dan pengkajian arsitektur dan budaya serta perilaku merupakan hal
yang esensial sebagai dasar bagi pengembangan gagasan/idea perancangan suatu
bangunan.

5. Studi Literatur

Studi literatur semua aspek yang berkaitan dengan perancangan bangunan. Studi
yang dilakukan akan meliputi program ruang, kegiatan, persyaratan environment,
serta persyaratan-persyaratan teknis lainnya. Hasil studi akan disesuaikan dengan
kondisi Gedung.

6. Diskusi dengan pemberi tugas dan pemakai

Diskusi dengan calon pemakai (users) dilakukan untuk mendapatkan gambaran


yang lebih terinci akan spesifikasi dan karakteristik program, peralatan kegiatan
serta kebutuhan-kebutuhan khusus lainnya untuk masa sekarang maupun masa akan
datang.

7. Survei Pengumpulan Data

Data dari Pemberi Tugas Beragam data, baik primer maupun sekunder, yang
banyak berkaitan dengan kegiatan administrasi kepemerintahan yang akan
menempati bangunan ini serta memenuhi kebutuhan pengembangan di masa
mendatang, serta aspirasi staf akan di kumpulkan melalui diskusi/wawancara dan
observasi lapangan. Secara rinci kebutuhan data dari pemberi tugas yang akan
dikumpulkan

meliputi:

a. Organisasi operasional dan rencana pengembangannya,


b. Pengukuran dan perekaman kondisi bangunan yang ada.
c. Kebutuhan ruang dan rencana pengembangannya.
d. Persyaratan teknis ruang.
e. Aspirasi staff dan pimpinan.
f. Leveling setiap lantai.
g. Sistem drainasi dan lingkungan.
h. Kondisi tapak dan lingkungan (bangunan sekitar dsb).
i. Jaringan Air bersih.
j. Elevasi dasar saluran-saluran.
k. Sistem daya dan jaringannya.
l. Sistem jaringan listrik

2. TAHAP PENYUSUNAN PRA PERANCANGAN

Tahap Pra Perancangan merupakan tahapan penting dimana semua konsep-konsep


dasar dirumuskan. Semua staff senior dari berbagai disiplin yang dibutuhkan akan
dilibatkan dalam diskusi intensif untuk menyusun landasan perencanaan dan
perancangan. Proses perencanaan dan perancangan yang dilakukan lebih bersifat
sintesis dengan menggabungkan berbagai alternatif dan kombinasi alternatif yang
semuanya akan dituangkan dalam laporan dengan bentuk diagramatis yang
sederhana. Berbagai pekerjaan yang akan dilakukan pada tahap Pra perancangan
mencakup:

1. Penyusunan Konsep Perancangan

Konsep perancangan yang akan menjadi arahan bagi semua pertimbangan


perencanaan dan perancangan tahap berikutnya, akan dirumuskan oleh Arsitek
Utama dibantu oleh semua staf ahli dari masing-masing divisi. Konsep perancangan
merupakan uraian diskriptif yang mencakup bidang arsitektur, sistem mekanikal,
sistem elektrikal, sistem utilitas, sistem struktur, equipment, interior, exterior dan
pengembangan lahan.

2. Pra Rancangan Arsitektur

Berisi gagasan awal rancangan arsitektural dan lansekap yang merupakan hasil
transformasi dari konsep perancangan arsitektur serta site developmentnya.
3. Pra-Rancangan Struktur, Mekanikal, Elektrikal dan Utilitas.

Equipment operasional, Interior dan Exterior/Pengembangan lahan. Berisi uraian


dan diagram skematis sistem-sistem struktur, mekanikal, elektrikal, utilitas,
equipment operasional, Interior dan Exterior/Pengembangan lahan yang diterapkan
sesuai dengan fungsi dan karakteristik bangunan. Selain itu juga akan dijelaskan
fungsi dan cara penerapannya masing-masing system dalam sistem bangunan
secara keseluruhan.

4. Pengembangan Sistem dan Rancangan

Pengembangan sistem dan rancangan mencakup gambar-gambar hasil


pengembangan rancangan arsitektural, lansekap struktur, mekanikal, elektrikal,
utilitas, equipment operasional, Interior dan Exterior/Pengembangan lahan. Sebagai
satu sistem bangunan yang utuh. Oleh karena penentuan dan penempatan setiap
sistem harus memperhitungkan sistem-sistem lainnya, sesuai dengan kriteria-
kriteria yang ada dalam konsep perancangannya. Sistem yang dipilih juga harus
memperhitungkan kemudahan pelaksanaannya.

5. Cost Limit

Cost limit akan disusun pada tahap pra-rancangan maupun tahap pengembangan
rancangan sebagai alat kontrol agar hasil rancangan sesuai dengan kelas atau
kualitas bangunan yang diinginkan.

3. TAHAP PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESAIN

Dalam tahapan ini semua hasil pra-rancangan yang telah dikomunikasikan dan
disetujui oleh pihak pemberi tugas akan diolah lebih lanjut menjadi dokumen tender
yang akan di jadikan dasar bagi pelaksanaan konstruksi. Kegiatan yang akan
dilaksanakan dalam tahap ini mencakup:

1. Perhitungan dan Pembuatan Detail Rancangan

Dalam tahap ini akan didahului dengan perhitungan-perhitungan pada masing-


masing sistem beserta dasar-dasarnya sesuai dengan peraturan dan persyaratan
yang berlaku.

2. Perhitungan Struktur
Berisi perhitungan-perhitungan struktur yang diterapkan dalam rancangan sesuai
dengan peraturan dan persyaratan yang berlaku perhitungan struktur akan
merupakan bagian dari dokumen lelang.

3. Penyusunan Spesifikasi Teknis (RKS)

Spesifikasi teknis berisi penjelasan terinci tentang jenis, ukuran dan karakteristik
teknis setiap material (bahan) yang akan digunakan, mencakup bidang pekerjaan,
untuk memudahkan kemungkinan pelaksanaan konstruksi oleh beberapa sub
kontraktor.

4. Penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB)

RAB berisi penjelasan terinci tentang harga setiap pekerjaan yang akan
dilaksanakan di lapangan beserta item dan volume pekerjaannya. Setiap material
(bahan) yang akan digunakan, mencakup bidang pekerjaan, untuk memudahkan
kemungkinan pelaksanaan konstruksi oleh beberapa sub kontraktor.

4. KELUARAN

Hasil yang diharapkan dari pekerjaan Perencanaan Desain Rancangan Teknik


Gedun Puskesmas Penembani adalah:

a. Laporan Pekerjaan Perencanaan yang dibagi menjadi 3 tahap yaitu Laporan


Pendahuluan, Laporan Antara dan Laporan Akhir
b. Dokumen Lelang yang dibagi menjadi 3 bagian yaitu Dokumen Gambar DED,
Rencana Kerja dan Syarat, dan Rencana Anggaran Biaya.
c. Dokumen Volume Pekerjaan (BoQ)
d. Laporan Ringkasan Akhir Perencanaan
USTEK
JASA KONSULTANSI KONSTRUKSI PERENCANGAN PEMBANGUNAN
SMA SWASTA AL KHAIRAAT KOLONO SMA DAN SWASTA CHAIRUL AMIN

BAB VII
JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN

No Uraian kegiatan

Waktu Pelaksanaan (Minggu-Bulan)

I (Satu) Bulan

Minggu Ke. 1, Minggu Ke. 2, Minggu Ke. 3, Minggu Ke. 4 dan Minggu Ke. 5

I Tahap Persiapan

a. Pemahaman Materi Pekerjaan


b. Pemantapan Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
c. Pemantapan sistem danorganisasi pelaksanaan pekerjaan
d. Melengkapi danmemobilisasi tenagaahli
e. Kajian Awal (Studi Literatur)
f. Pembuatan rencana / metodologi survey
g. Pembuatan Rancangan/Metodologi Pembahasan

II Tahap Konsep Desain

a. Survei Lapangan

 Kondisi Tata Guna Lahan


 Kondisi Struktur
 Kondisi pengguna
 Kondisi Sarana Prasarana
 Kondisi Kelembagaan

b. Penyusunan Data Eksisting

c. Konsep Skematik Desain

d. Tahap Pra Rencana


 Penyusunan Gambar Pra Rencana
 Gambar Pra Rencana Arsitektur
 Gambar Pra Rencana Struktur
 Gambar Pra Rencanam Utilitas (Mekanikal Elektrikal)

e. Perkiraan Biaya Pembangunan

f. Draft Rencana Kerja dan Syarat

III Tahap Pengembangan Rencana

a. Gambar Pengembangan Rencana

 Gambar Rencana Arsitektur


 Gambar Rencana Struktur
 Gambar Rencana Utilitas (Mekanikal Elektrikal)

b. Konsep Perhitungan Struktur dan utilitas bangunan

e. Draft Rencana Anggaran Biaya

f. Draft Rencana Kerja dan Syarat

IV Tahap Detail

a. Gambar Perencanaan Detail

 Gambar Rencana Arsitektur


 Gambar Rencana Struktur
 Gambar Rencana Utilitas (Mekanikal Elektrikal)
 Rencana Anggaran Biaya
 Rencana Kerja dan Syarat
 Dokumen Perhitungan Struktur
 Dokumen Perhitungan Utilitas
 Dokumen Perhitungan Volume Pekerjaan (BoQ)

b. Penyerahan Laporan

 Laporan Pendahuluan
 Laporan Antara
 Laporan Akhir
 Dokumen Lelang (Gambar DED, RAB, RKS)
TABEL. JADWAL WAKTU PELAKSANAAN

WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN


KET.
30 (Tiga Pulu) hari kalender
NO. URAIAN KEGIATAN

7 Hari 7 Hari 7 Hari 7 Hari 2 Hari


M.Ke-1 M.Ke-2 M.Ke-3 M.Ke-4 M.Ke-5

1 Persiapan

Survai Lokasi &


2 Pengumpulan Data

3 Analisis Data
Penyususnan Fuctional
4 Program

5 Perancangan
(Pengambaran)

Penyusunan Spesifikasi
6
Teknis

Perhitungan Volume
7
(RAB)

Ouput Prodak

- Gambar Kontrak

- Spesifikasi Teknis
8
- Rencana Anggaran
Biaya (RAB)

-Bill Of Quantity (BOQ)

- Rancangan Konseptual
(SMKK)
USTEK
JASA KONSULTANSI KONSTRUKSI PERENCANGAN PEMBANGUNAN
SMA SWASTA AL KHAIRAAT KOLONO SMA DAN SWASTA CHAIRUL AMIN

BAB VIII
TENAGA AHLI DAN TANGGUNG JAWAB

1. UMUM

Bentuk organisasi kerja ini bertitik tolak dari tujuan yang hendak dicapai, yaitu
diselesaikannya Pekerjaan Perencanaan Desain Rancangan Teknik Gedun
Pendidikan. Untuk menangani tugas pelaksanaan pekerjaan, Konsultan
mengusulkan Daftar Tenaga seperti tercantum pada tabel halaman berikut dimana
personil tersebut masing-masing sudah berpengalaman di dalam bidangnya
sehingga kami yakin akan dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan ini dengan
hasil yang memuaskan. Dengan struktur dan tata kerja tersebut maka diharapkan
pekerjaan akan dapat diselesaikan dengan sempurna dan tepat pada waktunya
sesuai Kerangka Acuan Kerja.

2. URAIAN TUGAS

Tugas- tugas para tenaga ahli dapat dilihat sebagai berikut:

a. Tenaga Ahli Arsitektur

Disyaratkan harus sarjana minimal S-1 jurusan Teknik Arsitektur / Sipil lulusan
universitas negeri/ swasta, berpengalaman dalam pelaksanaan dibidang bangunan
Arsitektur/ Sipil khususnya pekerjaan perencanaan sekurang- kurangnya 3 tahun.
Sebagai Team Leader tugas utamanya memimpin dan mengkoordinasi seluruh
kegiatan anggota TIM Kerja dalam pelaksanaan pekerjaan semenjak ditanda-
tanganinya Kontrak sampai dengan pekerjaan dinyatakan selesai.

b. Tenaga Ahli K3 Konstruksi

Disyaratkan harus sarjana minimal S-1 jurusan Arsitektur / Sipil lulusan universitas
negeri/ swasta, berpengalaman dalam pelaksanaan dibidang bangunan Arsitektur/
Sipil khususnya pekerjaan perencanaan sekurang-kurangnya 1 tahun. Sebagai
Tenaga Ahli K3 Konstruksi tugas utamanya Membuat prosedur kerja dan instruksi
kerja dan penerapan ketentuan K3 dalam pelaksanaan pekerjaan, semenjak ditanda-
tanganinya Kontrak sampai dengan pekerjaan dinyatakan selesai..

Tugas- tugas para tenaga Sub Professional staf dapat dilihat sebagai berikut:

a. Drafter
Minimal lulusan SMK jurusan Bangunan pengalaman minimal 3 (Tiga) tahun dengan
jumlah 1 orang.
b. Estimator
Minimal lulusan SMK jurusan Bangunan pengalaman minimal 3 (Tiga) tahun dengan
jumlah 1 orang.
c. Surveyor
Minimal lulusan SMK jurusan Bangunan pengalaman minimal 1 (Satu) tahun dengan
jumlah 1 orang.
d. Operator Komputer
Minimal lulusan SMK Sederajat pengalaman minimal 1 (Satu) tahun dengan jumlah 1
orang.
USTEK
JASA KONSULTANSI KONSTRUKSI PERENCANGAN PEMBANGUNAN
SMA SWASTA AL KHAIRAAT KOLONO SMA DAN SWASTA CHAIRUL AMIN

BAB IX
JADWAL PENUGASAN TENAGA AHLI

NO Tenaga Nama Man Month

Waktu Pelaksanaan

(Minggu – Hari)

Waktu Pelaksanaan

(Minggu – Hari)

Waktu Pelaksanaan

(Minggu – Hari)

Waktu Pelaksanaan

(Minggu – Hari)

Waktu Pelaksanaan

(Minggu – Hari)

I (Satu) Bulan

1- 2- 3- 4 -5

1 Tenaga Ahli

 TA. Arsitektur

2 Tenaga pendukung

 CAD Operator
 Juru Ukur
 Estimator
 Tenaga Administrasi
TABEL. JADWAL PENUGASAN PERSONIL
USTEK
JASA KONSULTANSI KONSTRUKSI PERENCANGAN PEMBANGUNAN
SMA SWASTA AL KHAIRAAT KOLONO SMA DAN SWASTA CHAIRUL AMIN

BAB X

ORGANISASI PELAKSANAAN PEKERJAAN

DIREKTUR

DIVISI ADMINISTRASI &


KEUANGAN

DIVISI PENGEMBANGAN
SDM & PEMASARAN

DIVISI OPERASIONAL

BIDANG BIDANG JASA BIDANG BIDANG JASA BIDANG TATA


LAYANAN SIPIL INSPEKSI LAYANAN SURVEY LINGKUNGAN
ARSiTEKTUR

STAF AHLI TEKNIK

KET.
Garis Komando
Garis Kordinasi
USTEK
JASA KONSULTANSI KONSTRUKSI PERENCANGAN PEMBANGUNAN
SMA SWASTA AL KHAIRAAT KOLONO SMA DAN SWASTA CHAIRUL AMIN

BAB XI
LAPORAN

Sesuai dengan yang dinyatakan dalam Kerangka Acuan Tugas, bahwa Konsultan
diwajibkan untuk menyiapkan laporan-laporan yang direncanakan akan
dilaksanakan sebagai berikut:

1. Laporan Konsep Perancangan

2. Laporan Pra Rencana

 Membuat Pra Rencana Tampak


 Membuat Pra Rancangan Denah, Tampak, Potongan
 Konsultasi dengan pemakai
 Rencana Arsitektur beserta uraian perencanaannya
 Rencana Struktur beserta uraian perencanaannya

c. Rencana Penempatan Utilitas beserta uraiannya (Blok Plan)

 Laporan Gambar Detail

 Membuat Rencana Detail Arsitektur


 Membuat Rencana Detail Struktur
 Membuat Rencana Detail Utilitas
 Membuat Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (Rks)
 Membuat Perincian Volume Pekerjaan
 Membuat Rencana Anggaran Biaya Konstruksi (Berdasarkan Sni)
 Membuat Dokumen Perencanaan

5. Dokumen Pelelangan Untuk Kontraktor Pelaksana

6. Laporan Pengawasan Berkala

7. Laporan Akhir Perencanaan


8. Menyerahkan Hasil Kerja dalam bentuk Soft Copy Cd atau Flash Disc dan dapat di
edit Pemberi Kerja tanpa menyimpan dalam bentuk Program PDF

USTEK
JASA KONSULTANSI KONSTRUKSI PERENCANGAN PEMBANGUNAN
SMA SWASTA AL KHAIRAAT KOLONO SMA DAN SWASTA CHAIRUL AMIN

BAB XII
PERALATAN PENUNJANG

Setelah mempelajari dan memahami KAK, dalam Perencanaan Desain Rancangan


Teknik Gedun Pendidikan dibutuhkan peralatan yang akan digunakan sebagai
berikut :

No. Peralatan Jumlah

1 Kantor

2 Peralatan Kantor

 Printer A4 1 Buah
 Printer A3 1 Buah
 Scanner A4 1 Buah
 Alat Komunikasi 1 Ls

3 Peralatan Lapangan

 Perlengkapan Survey (meteran, GPS) 1 Ls


 Perlengkapan Dokumentasi 2 Ls
 Bahan dan Alat Tulis 3 Ls

4 Kendaraan Operasional 2 Buah

Dengan perlengkapan di atas kami yakin pekerjaan Perencanaan Desain Rancangan


Teknik Gedun Pendidikan, akan dapat dilaksanakan dan diselesaikan tepat waktu
waktu dan memenuhi persyaratan sesuai dengan Kerangka Acuan Tugas.
USTEK
JASA KONSULTANSI KONSTRUKSI PERENCANGAN PEMBANGUNAN
SMA SWASTA AL KHAIRAAT KOLONO SMA DAN SWASTA CHAIRUL AMIN

BAB XIII
PENUTUP

Dengan adanya Pekerjaan Perencanaan Perencanaan Pembangunan SMA Swasta


Al Khairaat Kolono SMA dan Swasta Chairul Amin di Kab. Morowali dan Kab.
Tojo Una- Una, maka realisasi dari pekerjaan ini diharapkan dapat memudahkan
pengguna jasa untuk melakukan pelaksanaan pembangunan Prov. Sulawesi Tengah.
Diharapkan nantinya hasil yang telah dicapai dari pekerjaan ini dapat
diimplementasikan pada masa mendatang guna menunjang ketersediaan sarana dan
prasarana bagi Pemerintah Prov. Sulawesi Tengah guna mengoptimalkan pelayanan
dalam bidang pendidikan kepada masyarakat setempat. Oleh karena itu pihak
konsultan berusaha untuk konsisten dalam melaksanakan tugas yang akan
dilimpahkan secara profesional dan tepat waktu.

Palu 03 Mei 2023


Cv. Multikon

Helmi. ST
Direktur

Anda mungkin juga menyukai