FGTHFJ
FGTHFJ
BENTENG VASTENBURG
Disusun Oleh:
Kelompok 5
Nama Anggota:
Disusun Oleh:
Kelompok 5
Nama Anggota:
HALAMAN JUDUL...................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................15
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia memiliki berbagai peninggalan berupa bangunan bersejarah dari masa
kolonial yang beragam bahkan menghasilkan sebuah gaya arsitektur baru yang tersebar
pada banyak bangunan. Bangunan-bangunan yang memiliki gaya arsitektur khas kolonial
ini terdapat pada banyak bangunan, seperti gedung pemerintahan, fasilitas pendidikan
dan medis, fasilitas militer bahkan sampai kompleks rumah sekalipun. Namun sayang
banyak dari bangunan-bangunan tersebut dialihfungsikan menjadi sebuah bangunan yang
baru, sehingga mungknmin terdapat beberapa bangunan dengan sejarah yang berharga
hilang begitu saja jejaknya. Tindakan tersebut cukup disayangkan mengingat bahwa
dengan mengingat dan memahami sejarah lebih mendalam melalui bangunan bersejarah
dapat meningkatkan rasa bela negara dari masyarakat Indonesia. Namun masih banyak
bangunan bersejarah yang masih berdiri kokoh dan cukup terawat hingga saat ini. Salah
satu bangunan tersebut adalah Benteng Vastenburg yang menjadi pembahasan pada
makalah ini.
Benteng Vastenburg merupakan benteng pertahanan yang terkait dengan posisi
keraton Surakarta dan rumah Gubernur Belanda. Benteng tersebut didirikan di pusat
Kota Surakarta yang dikenal sebagai salah satu kota yang kental dengan budaya Jawa
dan sejarahnya dalam memerangi penjajah, hal ini ditunjukkan dengan keberadaan
Keraton Surakarta serta bangunan-bangunan lainnya dan juga berbagai bangunan
peninggalan kolonial Belanda yang masih ada sampai saat ini.
Benteng Vastenburg didirikan oleh Gubernur Jenderal Baron Van Imboff pada
tahun 1775 sampai 1779 atau 32 tahun setelah berdirinya bangunan Keraton Surakarta
yang menjadi pusat kerajaan Mataram baru. Benteng Vastenburg dahulu berfungsi
sebagai benteng pertahanan yang didalamnya terdapat rumah Gubernur Belanda dan
dikelilingi oleh kompleks bangunan lain yang berfungsi sebagai bangunan rumah
tinggal perwira dan asrama atau mess perwira (sekitar 6-7 asrama). Dalam konteks
morfologi perkotaan, benteng Vastenburg memiliki peranan penting sebagai pusat
penghubung antar Surakarta-Semarang(Pangestiningrum dkk., 2021).
Benteng Vastenburg juga merupakan salah satu ikon kota Surakarta yang memiliki
nilai sejarah tinggi yang dapat dijadikan suatu wadah aktivitas edukatif dan rekreatif.
Selain itu keberadaannya merupakan aset yang sangat penting karena menunjukan
1
masyarakat kota Surakarta adalah masyarakat yang menghargai sejarah, mencintai alam,
dan peduli akan masa depan. Tertulis dalam peraturan Menteri Kebudayaan dan
Pariwisata nomor PM.57/PW.007/MKP/2010, Benteng Vastenburg ditetapkan sebagai
salah satu bangunan cagar budaya, namun sampai saat ini belum ada upaya perawatan
dari pemerintah daerah.
B. Rumusan Masalah
Pada makalah ini yaitu tentang Benteng Vastenburg memiliki rumusan masalah
sebagai berikut.
1. Apa saja nilai sejarah yang terkandung dalam pembangunan Benteng Vastenburg?
2. Apa saja fungsi pembangunan Benteng Vastenburg pada zaman dahulu?
3. Apa saja karakteristik Benteng Vastenberg?
4. Apa saja sarana dan prasarana penunjang bagi wisatawan yang ada di Benteng
Vastenburg?
C. Tujuan
Pada makalah dengan judul Benteng Vastenburg ini, memiliki tujuan sebagai
berikut.
1. Mengetahui apa saja nilai sejarah yang terkandung dalam pembangunan benteng
Vastenburg
2. Mengetahui apa saja fungsi pembangunan Benteng Vastenburg pada zaman dahulu
3. Mengetahui apa saja karakteristik Benteng Vastenberg
4. Mengetahui apa saja sarana dan prasarana bagi wisatawan yang ada di Benteng
Vastenburg
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tujuan awal dibentuknya benteng ini yaitu untuk mempertahankan Belanda dari
Keraton Surakarta serta mengawasi keraton itu. Di sekitar benteng, bangunan ini
dikelilingi parit yang mengitari sepanjang tembok di sampingnya. Parit tersebut berfungsi
untuk melindungi benteng sebab parit ini mampu membuat musuh merasa kewalahan
untuk menyusup ke dalam benteng tersebut. Selain berfungsi sebagai tempat pasukan,
Benteng Vastenburg juga memiliki peran sebagai kantor Residen Surakarta. Penempatan
pasukan di benteng ini bertujuan untuk memfasilitasi pergerakan mereka jika terjadi
kebutuhan di wilayah Karesidenan Surakarta.
3
Benteng Vastenburg termasuk dalam jaringan utama pertahanan militer yang
dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda untuk mengawasi Keraton Kasunanan
Surakarta Hadiningrat. Pada tahun 1891, dilakukan penambahan bangunan tangsi dan
kandang kuda untuk pasukan kavaleri kota. Pada saat itu, residen masih tinggal di dalam
kompleks benteng. Namun, pada tahun 1896, kantor Residen Surakarta dipindahkan dari
dalam kompleks benteng dan sebuah bangunan baru dibangun di luar benteng sebagai
kantor residen(Houben, 2002).
4
RI hingga tahun 1986. Pada tahun 1970-1980- an benteng ini sering digunakan sebagai
tempat pelatihan keprajuritan dan pusat Brigadir Infantri 6/Trisakti Baladaya/Kostrad
untuk wilayah Karesidenan Surakarta dan sekitarnya.
Pada tahun 1986, saat Surakarta dibawah kepemimpinan walikota Hartomo, ada
inisiatif dari pihak Pemkot untuk memindahkan Kompi Brigif Kostrad ke lahan yang lebih
luas dan lebih layak untuk ditempati, karena apabila markas Brigif Kostrad tersebut
terletak di tengah kota, dirasakan akan mengganggu pemandangan kota Solo. Berdasarkan
SK walikota, akhirnya markas Brigif Kostrad dipindahkan. Dengan alasan tersebut,
kemudian walikota Solo, Hartomo berinisiatif bahwa tanah sekitar Bentang Vastenburg
harus dikelola oleh investor swasta, karena Pemkot membutuhkan dana untuk pemindahan
Brigif Kostrad tersebut. Untuk itu pada tahun 1991 dilakukan proses tukar guling. Oleh
Pemkot benteng ini ditukar gulingkan dengan pihak swasta dan kini telah terkapling-
kapling dengan kepemilikan lima instansi berbeda. Berdasarkan Laporan Studi Arkeologis
yang disusun BP3 Jateng, kawasan tersebut dikuasai lima investor swasta yaitu PT
Benteng Gapuratama, PT Benteng Perkasa Utama, Perusahaan Pengelola Aset (PPA) ,
Bank Danamon dan sisanya dimiliki perseorangan(Fauzi, 2010).
5
Gambar 3. Lokasi Benteng Vastenburg(Sumber:Google Earth)
Beberapa bangunan penting terletak di sekitar Benteng Vastenburg yang beberapa
diantaranya mempunyai nilai historis, karena dibangun pada masa kolonial Belanda dan
memegang peran penting dalam sejarah perkembangan kota Surakarta. Sebelah Utara
berhadapan dengan Kantor Telkom Indonesia Cabang Solo, sebelah Selatan berhadapan
dengan Kantor Bank Danamon dan Pusat Grosir Solo (PGS), sebelah Barat berhadapan
dengan Kantor Bank Indonesia, dan Kantor Pos Solo, serta sebelah Timur berhadapan
dengan Pusat Perbelanjaan Luwes Loji Wetan. Sementara itu tidak jauh dari Benteng
Vastenburg juga terdapat beberapa bangunan historis kota Solo, yaitu Pasar Gedhe,
Balaikota (yang dulunya merupakan rumah tinggal Gubernur Jendral Belanda yang sempat
terbakar dan direnovasi ulang), dan Keraton Surakarta Hadiningrat.
6
Gambar 4. Plakat Benteng Vastenbeurg
( Sumber: https://www.aroengbinang.com/2018/03/benteng-vastenburg-solo.html )
Kawasan Benteng Vastenburg secara total memiliki luas sekitar 66.960m 2 dengan
bentuk tapak berbentuk kotak dan kontur tanah yang relatif datar. Luas lahan di dalam
tembok benteng sendiri mencapai sekitar ± 17.590 m2, sementara luas bangunan tembok
bentengnya sekitar ± 10.032 m2 (Fauzi, 2010). Benteng Vastenburg saat ini telah
ditetapkan sebagai Bangunan Cagar Budaya (BCB) melalui Surat Keputusan (SK)
Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Surakarta Nomor: 646/116/I/1997. Selain itu,
bangunan ini juga tercatat sebagai Bangunan Cagar Budaya (BCB) Kota Surakarta dengan
Nomor 14-26/C/Pk/2012.
Benteng Vastenburg memiliki bentuk bangunan yang berupa bujur sangkar dengan
dinding batu bata setinggi enam meter, serta terdapat penonjolan ruangan di setiap
sudutnya atau disebut bastion. Terdapat bentuk bangunan tembok benteng Vastenburg
tidak banyak berbeda dengan benteng-benteng Belanda di kota-kota lainnya, seperti
benteng Vredeburg di Jogja, benteng Ontmoeting di Ungaran, yaitu berupa bujur sangkar
yang ujung- ujungnya terdapat penonjolan ruang yang sama untuk teknik peperangan yang
disebut seleka (bastion). Pintu masuk ada 2 yaitu barat dan timur dengan jembatan jungkit
yang menghadap ke timur dan barat. Bangunan terdiri dari beberapa barak yang terpisah
dengan fungsi masing-masing dalam militer. Mengelilingi tembok benteng, terdapat parit
yang dalam dengan penghubung berupa jembatan gantung untuk menuju ke pintu gerbang.
Di tengah Benteng Vastenburg terdapat lapangan cukup luas, yang dulunya digunakan
sebagai apel bendera atau persiapan pasukan. Sedangkan bangunan di dalam benteng
7
dipetak-petak untuk rumah tinggal para prajurit dan keluarganya. Selain itu, ada pula
sekitar tujuh bangunan asrama yang mengelilingi benteng dan digunakan sebagai rumah
tinggal para perwira(Syafrian, 2015).
8
Gambar 6. Model Bangunan Benteng Vastenburg Tampak Belakang
( Sumber:Foto mahasiswa sendiri )
Pada zaman dahulu, Benteng Vastenburg adalah benteng yang digunakan Belanda
untuk mempertahankan diri dan mengawasi Keraton Surakarta. Mulai tahun 1945
(tercantum dalam Prasasti Benteng Vastenburg) benteng ini beralih fungsi menjadi
benteng yang digunakan Keraton Surakarta untuk melakukan penyerangan dan
pertahanan.
Bela Negara adalah sikap dan tindakan warga negara yang teratur menyeluruh
terpadu dan berlanjut yang dilandasi oleh kecintaan pada tanah air, kesadaran berbangsa
dan bernegara Indonesia serta keyakinan akan kesaktian Pancasila sebagai Ideologi
Negara dan kerelaan untuk berkorban guna meniadakan setiap ancaman baik dari luar
negeri maupun dalam negeri yang mmebahayakan kemedekaan dan kedaulatan negara,
kesatuan dan persatuan bangsa, keutuhan wilayah dan yurisdiksi nasional serta nilai-nilai
Pancasila dan UUD RI 1945(Arliman, 2018). Dari defiinisi tersebut, terdapat hubungan
antara Benteng Vastenburg dengan Bela Negara, dikeranakan pada era kemerdekaan
benteng ini berperan sebagai asrama militer dan kompleks militer untuk Brigadir Infanteri
6, Trisakti Baladaya, dan Kostrad. Untuk itu Benteng Vastenburg adalah saksi bisu
perjuangan rakyat Indonesia dalam membela negara demi mempertahankan kemerdekaan.
9
BAB III
METODE PENELITIAN
10
BAB IV
DISKUSI DAN PEMBAHASAN
Benteng Vastenburg memiliki fungsi awal yaitu sebagai benteng pertahanan, hal ini
bisa dilihat dari bentuk bangunannya yang memiliki menara pengawas di keempat
sudutnya dan dikelilingin parti memutar. Secara spesifik, dibentuknya benteng ini yaitu
untuk mempertahankan Belanda dari Keraton Surakarta serta mengawasi keraton itu. Di
sekitar benteng, bangunan ini dikelilingi parit yang mengitari sepanjang tembok di
sampingnya. Parit tersebut berfungsi untuk melindungi benteng sebab parit ini mampu
membuat musuh merasa kewalahan untuk menyusup ke dalam benteng tersebut. Selain
berfungsi sebagai tempat pasukan, Benteng Vastenburg juga memiliki peran sebagai kantor
Residen Surakarta. Penempatan pasukan di benteng ini bertujuan untuk memfasilitasi
pergerakan mereka jika terjadi kebutuhan di wilayah Karesidenan Surakarta.
Benteng Vastenburg termasuk dalam jaringan utama pertahanan militer yang
dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda untuk mengawasi Keraton Kasunanan
11
Surakarta Hadiningrat. Pada tahun 1891, dilakukan penambahan bangunan tangsi dan
kandang kuda untuk pasukan kavaleri kota. Pada saat itu, residen masih tinggal di dalam
kompleks benteng. Namun, pada tahun 1896, kantor Residen Surakarta dipindahkan dari
dalam kompleks benteng dan sebuah bangunan baru dibangun di luar benteng sebagai
kantor residen(Houben, 2002).
12
Gambar 7. Benteng Vastenburg Temo dulu
( Sumber:https://docplayer.info/71690979-Bab-ii-gambaran-umum-benteng-
vastenburg-a-sejarah-benteng-vastenburg-nusantara-dan-merupakan-salah-satu-dari-
275-benteng-yang-tersebar-di-seluruh.html )
Sebagai sebuah bangunan yang terletak di pusat Kota Surakarta, Benteng Vastenburg
memiliki lokasi yang strategis yang mudah dijangkau oleh berbagai jenis transportasi, baik
itu kendaraan pribadi maupun angkutan umum. Aksesibilitas bagi wisatawan yang ingin
mengunjungi benteng ini dapat dilihat melalui fasilitas dan infrastruktur yang tersedia di
sekitar area tersebut, sebagai berikut.
1. Sarana Transportasi
Wilayah Benteng Vastenburg, yang terletak di pusat kota Solo, merupakan pusat
lalu lintas yang sibuk baik pada hari kerja maupun akhir pekan. Hal ini disebabkan
oleh pertemuan berbagai jalan protokol, seperti Jl. Jend. Sudirman dan Jl. Slamet
Riyadi. Kondisi jalan di sekitar Benteng Vastenburg sangat baik, terlihat dari
kelancaran lalu lintas yang masuk dan keluar dari area tersebut.
Di sekitar Benteng Vastenburg, terdapat berbagai jenis transportasi yang dapat
digunakan, seperti bus, angkutan umum, serta kendaraan roda dua dan empat. Untuk
mencapai Benteng Vastenburg menggunakan transportasi umum, tersedia bus Batik
Solo Trans (BST), becak, dan angkutan perkotaan.
13
Gambar 8. Bus Batik Solo
( Sumber:https://amiamia.home.blog/2021/11/22/kikuk-saat-naik-bus-batik-
solo-trans/ )
2. Sarana Komunikasi
Sarana Komunikasi adalah bagian dari kehidupan manusia yang penting dan
setiap individu memerlukan sarana untuk berkomunikasi dengan individu lainnya.
Dengan tersedianya sarana komunikasi yang baik pada suatu lokasi maka akan
berakibat pada mudahnya seseorang untuk mengakses informasi terbaru dari tempat
tersebut. Sarana komunikasi yang tersedia di Benteng Vastenburg boleh dikatakan
minim. Hanya tersedia jaringan Nirkabel / WLAN atau biasa disebut Hotspot yaitu
jaringan yang menggunakan Wifi sebagai sarana berkomunikasi yang tersedia di
lingkungan kantor Telkom Indonesia, sementara untuk jaringan sinyal operator seluler
yang terdapat di lingkungan Benteng Vastenburg bisa dikatakan sangat baik karena
berada di jantung kota Solo.
14
Gambar 9. Hospot disekitar Kantor Telkom
( http://karysmafm.com/headline/telkom-solo-sediakan-wifi-id-corner )
3. Sarana Akomodasi
Sarana akomodasi merupakan komponen yang penting dalam sektor
pariwisata, karena tujuan utama dari industri pariwisata adalah memberikan
kenyamanan kepada wisatawan dan memungkinkan mereka untuk tinggal lebih lama
di tujuan wisata tersebut. Dengan lokasi yang strategis, di sekitar Benteng
Vastenburg menawarkan berbagai sarana akomodasi mulai dari hotel murah hingga
hotel berbintang. Kehadiran banyak pilihan akomodasi ini memudahkan para
wisatawan untuk tinggal di dekat area tersebut dan memiliki akses mudah ke objek
wisata lainnya, seperti Keraton Surakarta Hadiningrat dan Pura Mangkunegaran.
15
4. Amenitas
Amenitas adalah sarana dan prasarana tambahan atau fasilitas – fasilitas yang
ada di daerah tujuan wisata yang mampu menunjang perkembangan daerah tujuan
wisata tersebut agar mampu menarik minat wisatawan yang berkunjung.
Benteng Vastenburg memiliki bebarapa fasilitas tambahan bagi para wisatawan,
akan tetapi masih sangat terbatas jumlahnya. Fasilitas-fasilitas tersebut yaitu, banku
taman sebanyak 8 buah, sebuah toilet, dan tempat sampah. Dari fasilitas tersebut yang
masih digunakan antara lain hanya bangku taman dan tempat sampah, sedangkan toilet
sudah tidak lagi digunakan dikarenakan kurangnya perawatan.
( Sumber: https://regional.kompas.com/image/2021/06/22/150215778/rs-
lapangan-benteng-vastenburg-solo-rawat-15-pasien-covid-19-bergejala?page=1 )
16
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1.
17
DAFTAR PUSTAKA
Arliman, L. (2018). Perlindungan hukum bagi anak dalam perspektif pancasila dan bela
negara. UNIFIKASI: Jurnal Ilmu Hukum, 5(1), 58-70.
18