MATERI I
FILSAFAT PENDIDIKAN
IDEOLOGI PENDIDIKAN
1
Antonio Gramsci, Selections from the Prison Notebooks of Antonio
Gramsci, diedit and diterjemahkan oleh Quintin Hoare and Geoffrey Nowell
Smith (New York: International Publishers, 1971).
2
Louis Althusser, “Ideology and Ideological State Apparatuses,” dalam Lenin
and Philosophy and Other Essays, terj. Ben Brewster (New York: Monthly
11 | Sekolah Pendidikan Kritis II
Menarik dari penjelasan beberapa teori yang
diungkapkan dari beberapa tokoh sentral yang paham
terhadap ideologi dari definisi atau pengertiannya maka dapat
kita uraikan di sekitar kita atau dalam konteks yang lebih
sederhana, ideoologi merupakan suatu konsep yang
kemudian diyakini dan dijadikan komitmen dalam
meneruskan proses-proses baik sosial, ekonomi, politik
bahkan dalam pendidikan, dengan diyakini dan dijadikan
prinsip secara kelompok sehingga dapat dikatagorikan dari
karakternya, sifat dan beberapa ciri yang tertanam. Dalam
negara Indonesia secara luas dan normatifnya dari
perkembangan ideologi yang ada, saat ini ideologi yang
yakini dan dipahami ialah Pancasila, yang kemudian menjadi
prinsip bernegara dan berbangsa di negara Indonesia ini.
Sehingga di negara Indonesia ini dapat dicirikan, dilihat dari
karakter masyarakatnya yang berpegang pada ideologi
tersebut jelas dapat dibedakan dengan negara-negara lainnya.
2. Pengertian Pendidikan
Makna pendidikan dapat dilihat dalam pengertian
secara khusus dan secara luas. Dalam arti khusus, Langeveld
mengemukakan bahwa pendidikan adalah bimbingan yang
diberikan orang dewasa kepada anak yang belum dewasa
untuk mencapai kedewasaannya. Selanjutnya Abu Ahmadi
dan Nur Uhbiyati mengemukakan beberapa definisi
pendidikan sebagai berikut :
3. Tujuan Pendidikan
Merupakan gambaran pandangan hidup manusia baik
perseorangan maupun kelompok yang menyangkut sistem
nilai dan norma-norma dalam konteks kebudayaan. Pancasila
sebagai pandangan hidup bangsa merupakan dasar sekaligus
tujuan yang ingin dicapai dalam melaksanakan pendidikan
yang ditujukan untuk menghasilkan manusia yang seutuhnya,
memiliki kepribadian bermasyarakat, dan bernegara yang
dijiwai oleh nilai-nilai pancasila. Dalam Undang-Undang No
2 Tahun 1989 tujuan pendidikan adalah “pendidikan
nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia yang seutuhnya, yaitu manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
dan berbudi pekerti luhur memiliki pengetahuan dan
keterampilan kesehatan jasmani dan rohani kepribadian
yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan”.
B. Ideologi Pendidikan
1. Pengertian Ideologi Pendidikan
Berdasarkan definisi dari ideologi sendiri apabila
dibenturkan dengan pendidikan ideologi dapat bersifat
dinamis yang akan mengalami pertumbuhan, perkembangan,
dan keragaman. Walaupun definisi ideologi berarti jamak
15 | Sekolah Pendidikan Kritis II
namun sebenarnya ideologi memiliki misi yang sama yaitu
untuk memanusiakan manusia. Berbicara mengenai ideologi
pendidikan sebenarnya ideologi pendidikan terbagi menjadi
dua jenis yaitu ideologi pendidikan konservatif yeng meliputi
fundamentalisme pendidikan, intelektualisme pendidikan dan
konservatisme pendidikan dan juga ideologi pendidikan
liberalisme yang meliputi liberalisme pendidikan,
liberasionisme pendidikan, dan anarkisme pendidikan.
3
Soeharto. (Perdebatan Ideologi Pendidikan). Surabaya: Perpustakaan FIP
Universitas Negeri Surabaya (Skripsi). Hal. 9
4
O’neil, W. F. Ideologi-Ideologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hal. 23
16 | Sekolah Pendidikan Kritis II
sifat dan muatan dari kurikulum, metode mengajar dan
evaluasi serta mekanisme kontrol di dalam kelas.
a. Fundamentalisme pendidikan
Fundamentalisme disini meliputi semua corak
konservatisme politik yang pada dasarnya anti
intelektual. Artinya disini ingin meminimalisasi
pertimbangan-pertimbangan filosofis atau intelektual dan
cenderung berdasarkan pada penerimaan yang relatif
tanpa kritik terhadap kebenaran yang diwahyukan atau
konsensus sosial yang mapan (akal sehat). Dalam
ungkapan politisnya, konservatisme reaksioner gagasan
untuk kembali terhadap kebijakan-kebijakan terdahulu
baik yang pernah ada maupun yang hanya dihayalkan.
Apabila dilihat dari sudut pandang seperti ini kemudian
dibenturkan dengan pendidikan terdapat 2 variasi.
1) Fundamentalisme pendidikan religius, dapat dilihat
dalam gereja-gereja Kristen tertentu yang bersifat
fundamentalis, yang memiliki komitmen yang sangat
kuat terhadap pandangan dari kenyataan yang secara
harfiah cukup kaku seperti yang diungkap oleh
otoritas Alkitab.
Dalam fondamentalis pendidikan religius ini secara
realita dapat kita lihat disekita kita sama halnya dari
contoh diatas di Indonesia yang mayoritas
penduduknya Islam yang juga banyak berkembang
pendidikan dari peninggalan ulama ulama terdahulu
yang konservatif yang berkembang sampai saat ini
seperti pondok pesantren salafiyah yang bercorak
konservatif dimana metode pembelajaran yang
digunakan yaitu mendengarkan, hafalan dan
mempercayai dengan yakin apa yang diajarkan oleh
17 | Sekolah Pendidikan Kritis II
guru atau Kiyai yang memberikan suatu pengetahuan
, sehingga oleh peserta didik atau santri dipegang dan
diamalkan secara serius tanpa keraguan sedikitpun
mengenai kebenaran yang disampaikan.
2) Fundamentalisme pendidikan sekuler, pendidikan
sekuler merupakan konsep pendidikan yang
memisahkan urusan agama dengan urusan dunia,
sehingga dalam pelaksanaanya pendidikan sekuler ini
tidak terikat pada aturan atau nilai-nilai agama yang
dimasukkan dalam pendidikan tersebut.5
Dampak nyata adanya sekulerisme dalam pendidikan
di Indonesia ialah dalam Undang-undang Sistem
pendidikan Nasional (Sisdiknas) No. 20 tahun 2003,
pada Bab VI tentang jalur, jenjang dan jenis
pendidikan bagian kesatu pasal 15 yang berbunyi :
“Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum,
kejuruan, akademik, profesi, advokasi, keagamaan
dan khusus”.
Dari pasal yang termuat diatas dapat diuraikan bahwa
terdapat dikotimi antara pendidika agama dengan
pendidikan umum. ini menjadi buti bahwa
pendidikan di Indonesia mulai ada perkembangan
yang mengarah pada pendidikan yang bercorak
sekuler.
b. Intelektualisme Pendidikan
Ideologi Intelektualisme menganut sebuah etika diri
yang universalistik atau terbuka, dan cenderung semua
intelektualis lahir dari ungkapan konservatisme politik
yang berdasarkan pada sistem pemikiran filosofis. Pokok
5
Jarman Arroisi, Hidayatus Sa’dah, Sekularisasi Pendidikan dan
Implikasinya Terhadap Peserta Didik, Jurnal pendidikan Gontor, Vol 02,
No.1, 2020, 56.
18 | Sekolah Pendidikan Kritis II
permasalahan yang muncul pada konsep pendidikan
intelektualisme ini tidaklah jauh dari kepentingan untuk
mencapai kemapanan dalam praktik-praktik pendidikan,
dapat disimpulkan bahwa konsep pendidikan ini tidak
jauh dari kepentingan antar individu kearah pemahaman
yang luas.6
Dalam pendidikan kontemporer, Konservatisme
filosofis mengungkapkan diri sebagai intelektualisme
pendidikan dimana ada 2 variasi mendasar yaitu
Intelektualisme pendidikan (bersifat sekuler, dapat
diamati dalam pemikiran beberapa orang teoretisi
pendidikan kontemporer seperti Robert Maynard
Hutchins dan Mortimer Adler) dan Intelektualisme
teologis (yang memiliki orientasi yang tercantum dalam
tulisan para filsuf pendidikan Katolik Roma kontemporer
seperti William McGucken dan John Donahue).
Penerapan pendidikan intelektualisme ini
memerelukan kadar elitis intelektual dalam pendidikan
yang memerankan berjalannya sistem pendidikan, yang
kemudian harus membawa pendidikan ke ranah individu
yang mempunyai daya nalar tinggi di sekolah. Selain itu
salah satu caranya lagi ialah dengan menggunakan
metode pembelajaran yang tradisonal seperti ceramah,
tes, dan diskusi secara struktur yang diarahkan oleh guru.
Pada pembelajaran juga harus diarahkan oleh guru ,
namun guru juga harus berusaha untuk bekerjasama
dengan siswa secara alamiah rasional, sehingga murid
6
Ketut Wisarja, Ketut Sudarsana, Refleksi Kritis Ideologi
Pendidikan Konservatisme Dan Liberalisme Menuju Paradigma Baru
Pendidikan, Journal of Education Research and Evaluation, Vol. 1, No.4,
2017, 286.
19 | Sekolah Pendidikan Kritis II
tidak buta terhadap pengetahuan karena adanya
indoktrinasi dalam penyampaiannya.
c. Konservatisme Pendidikan
Pada dasarnya konservatisme adalah posisi yang
mendukung ketaatan terhadap lembaga dan proses
budaya yang telah teruji oleh waktu dengan didampingi
dengan rasa hormat yang mendalam terhadap hukum dan
tatanan sebagai landasan perubahan sosial yang
konstruktif. Ideologi Pendidikan Konservatif juga
memegang pemahan bahwa pendidikan lebih cenderung
dengan konsep meneruskan dan melestarikan keyakinan-
keyakinan serta praktik-praktik pendidikan yang sudah
mapan sebagai cara yang normal dan dianggap benar
untuk kehidupan sosial.7
Dalam ranah pendidikan seorang konservatif
beranggapan bahwa sasaran utama sekolah adalah
pelestarian dan penerusan pola sosial serta tradisi yang
telah mapan. Ada 2 ungkapan konservatisme pendidikan
yaitu:
1) Konservatisme pendidikan religius, menekankan
peran sentral pelatihan rohaniah sebagai landasan
membangun karakter moral yang tepat. Dalam hal
ini nilai-nilai religius yang diwariskan oleh agama,
budaya, dan warisan yang secara tradisi memiliki
nilai-nilai relogius terhadap peserta didik yang
mengarahan pada terbentuknya karakter yang
religius.
7
Richard Junior Kapoyos, Paradigma Pendidikan Seni Melalui
Ideologi Liberal dan Ideologi Konservatif dalam Menghadapi Revolusi
Industri 4.0, Jurnal Pertunjukan dan Pendidikan Musik, Vol.2, No. 1, 2020,
44.
20 | Sekolah Pendidikan Kritis II
2) Konservatisme pendidikan sekular, lebih ke
memusatkan pada perlunya melestarikan dan
meneruskan keyakinan dan praktik yang telah ada
sebagai cara untuk menjamin pertahanan hidup
secara sosial serta efektivitas secara kuat oleh
orientasi pendidikan yang bersifat Al-kitabiah dan
Evangelis (mendakwahkan agama). Konservatisme
sekular cenderung terwakili oleh para kritisi tajam
dari kalangan pendukung progresifisme dan
permesifisme pendidikan seperti James Koerner dan
Hyman Rickover.
3. Ideologi Pendidikan Liberal
Liberal atau liberalisme adalah suatu pandangan yang
menekankan pengembangan kemampuan, melindungi hak
dan kebebasan (freedom), serta mengidentifikasi problem
dan upaya perubahan sosial secara inskrimental demi
menjaga stabilitas jangka panjang.8 Bagi penganut liberalis,
pendidikan adalah usaha untuk melestarikan dan
meningkatkan mutu tatanan sosial yang ada dengan cara
mengajarkan pada setiap anak-anak bagaimana cara
mengatasi masalah-masalah kehidupannya sendiri secara
efektif. Pendidikan diperoleh melalui pengalaman (empiris)
dan terbentuk serta dipengaruhi oleh lingkungan
(behavioris). Menurutnya pendidikan harus bisa
menyesuaikan diri terhadap kondisi zaman dengan cara
memecahkan berbagai macam masalah internal melalui
reformasi diri secara “kosmetik”, seperti pengadaan sarana
prasarana yang memadai, menyeimbangkan rasio murid dan
guru, menciptakan metode pembelajaran yang efektif (cara
belajar siswa aktif, modul, remedial learning, learning by
8
Subagja, S. (Gagasan Liberalisasi Pendidikan. Malang) Madani.
Hal.13
21 | Sekolah Pendidikan Kritis II
doing, experimental learning), penataan manajemen sekolah
dan lain-lain Menyebutkan bahwa ideologi pendidikan liberal
ada tiga macam yaitu:
a. Liberalisme Pendidikan
Tujuan jangka panjang pendidikan menurut seorang
yang liberal adalah untuk melestarikan dan memperbaiki
tatanan sosial yang ada dengan cara mengajar siswa
sebagaimana caranya menghadapi persoalan-persoalan
dalam kehidupannya sendiri secara efektif. Intensitas
liberalisme pendidikan berbeda-beda. Dari yang relatif
lunak yaitu liberalisme metodis dengan tokoh Maria
Montessori, ke liberalisme direktif (liberalisme yang
bersifat mengarahkan) yang barang kali sarat akan
muatan filosofis dari John Dewey, hingga ke liberalisme
non-direktif atau liberalisme laissez faire (liberalisme
pengarahan) yang merupakan sudut pandang dari A.S.
Neill atau Carl Rogers.
b. Liberasionisme Pendidikan
Liberasionisme sendiri adalah sebuah sudut pandang
yang menganggap harus adanya perombakan yang
berlingkup besar terhadap tatanan politik yang ada
sebagai cara untuk memajukan kebebasan individu dan
mempromosikan perujudan potensi diri secara maksimal.
Liberasiomisme pendidikan mencakup spektrum
pandangan yang luas, yang merentang dan
liberasionisme pembaharuan yang relatif bersifat
konservatif di pertengahan tahun 1960 an dalam berbagai
protes menuntut hak warga negara ke komitmen yang
kuat dan mendesak terhadap liberasionisme revolusioner
dengan seruan agar sistem pendidikan segera mengambil
EPISTEMOLOGI PENDIDIKAN
4. JUGEN HABERMAS
Jurgen Habermas merupakan filsuf & teoritis social yang
lahir pada 18 Juni 1927 pada kota Dusseldorf, Jerman. Ia
adalah generasi ke 2 mazhab Frankfurt sekaligus profesor
filsafat Ketika Mazhab Frankfurt secara resmi telah lahir lagi.
Hebermas merupakan pelanjut tombak perjuangan
pendahulunya dalam meneruskan toritis kritis mazab
frankfrut. Pandangan hebermas menegenai teori kritis
bukanlah seperti teori ilmiah dengan sistematis
metodologinya seperti membuat tesis atas kejadian apapun.
Teori kritis beusaha mengupkan kejadian dibalik realitas
sosial yang terjadi untuk menemukan sebuah fakta objektif
yang mungkin kali masih adanya keabstrakan.
Seperti penerusnya pendahulu hebermas di lingkaran
teori kritis, hebermas bisa dikata penerus estafet perjuangan
tokoh-totkoh sebelumnya dalam peneragan antara teori kritis
dan prasisi lapangan. Menurut hebermas keterkaitan teori
atas praksisi lapangan menunjukan aktualisasi tersendiri
khususnya dalam jangka munculnya kritis sedniri. Dalam
hubungan interaksi manusia tidak bisa dipisahkan dengan
konsekuesi manusia satu dengan satunya akan tumbuh
12
Muh. Hanif, ‘DESAIN PEMBELAJARAN UNTUK TRANSFORMASI SOSIAL (Studi Perbandingan
Pemikiran Paulo Freire Dan Ivan Illich Tentang Pendidikan Pembebasan)’, KOMUNIKA: Jurnal
Dakwah Dan Komunikasi, 8.2 (1970), 113–28 <https://doi.org/10.24090/komunika.v8i2.752>.
13
Zulfatmi Zulfatmi, ‘Reformasi Sekolah (Studi Kritis Terhadap Pemikiran Ivan Illich)’, Jurnal
Ilmiah Didaktika, 14.1 (2013), 221–37 <https://doi.org/10.22373/jid.v14i1.498>.
44 | Sekolah Pendidikan Kritis II
justru lebih banyak dilakukan di luar sekolah. Anak belajar
berbicara, merasa dicintai, bermain, bekerja sama, peduli dan
keterampilan hidup lainnya, dari lingkungan keluarga. Siswa
mempelajari sebagian besar dari yang seharusnya
diajarkan oleh gurunya, justru dari teman sebaya, dari
bahan bacaan sekunder dan praktik mandiri.Maka relasi
guru dan muridharus dibebaskan dari belenggu berkuasa
dan dikuasai(relasi yang membebaskan)(Illich, 2000).Ketiga,
memberi kesempatan kepada setiap orang untuk
mengakses sumber belajar secara mudah. Keempat,
memungkinan setiap orang yang memiliki suatu
pengetahuan berbagi kepada orang lain dengan mudah,
tanpa dibatasi formalisasi tertentu. Kelima,adanya jaminan
setiap orang atau pihak dapat berkontribusi dalam
pendidikan (Illich, 2000).14
Menurut illich wajib sekolah menimbulkan polarisasi
dalam masyarakat. Negara dinilai seperti kasta-kasta yang
drajat pendidikannya di tentukan jumlah rata-rata banyaknya
tahun pendidikan bagi warganya, kesempatan mendapatkan
pendidikan yang sama merupakan tujuan yang dapat di
laksanakan namun menyamkan dengan keharusan sekolah
sama halnya dengan anggapan keselamatan greja. Sekolah
telah menjadi gama yang di anut oleh proletar modern dan
memberikan janji-janji hampa dan keselamatan kepada kaum
miskin di zaman tekhnologi sekarang ini.
14
A Subkhan, ‘Relevansi Kebijakan Merdeka Belajar Terhadap Konsep Pendidikan Tanpa
Sekolah Ivan Illich’, At -Tarbiyat: Jurnal Pendidikan Islam, 04.03 (2021), 539–53
<http://jurnal.staiannawawi.com/index.php/At-Tarbiyat/article/view/314%0Ahttp://
jurnal.staiannawawi.com/index.php/At-'mpTarbiyat/article/download/314/246>.
45 | Sekolah Pendidikan Kritis II
MATERI IV
MARXISME PENDIDIKAN
B. Marxisme
Marx mempunyai pandangan bahwasannya dalam
pemikirannya ia meneruskan dan menyempurnakan ketiga
aliran ideologi yang pokok pada abad ke-19 yang kemudian
masing-masing muncul dari tiga negeri yang paling maju dari
umat manusia yaitu: filsafat klasik Jerman, Ekonomi Politik
Klasik Inggris dan Sosialisme Perancis yang dirangkaikan
dengan ajaran Revolusioner Perancis. Hal yang pokok dalam
ajaran Marx ialah penjelasan tentang peranan sejarah yang
meliputi seluruh dunia dari pada proletariat sebagai pembina
masyarakat Sosialis. Marxisme merupakam metode analisa,
2. Filsafat Meterialisme
Filsafat yang menyatakan bahwa dunia ada
dengan tidak bergantung kepada kesadaran, sensasi
atau pengalaman, materi adalah kenyataan yang
objektif yang diberikan kepada kita dalam sensasi.
Materi, alam yang jasmaniah adalah primer; dan
jiwa, kesadaran, sensasi kejiwaan adalah sekunder.
Perlu ditekankan bahwa materi dunia melahirkan
benda dalamn dirinya sendiri, yang diberikan dalam
sensasi tidaklah bergantung kepada sensasi, yaitu,
materi itu tidak bergantung kepada manusia dan
pengalaman manusia. Ajaran tentang tidak
bergantungnya dunia luar pada kesadaran (sensasi,
pengalaman) adalah dalil pokok daripada
C. Jenis-Jenis Materialisme
1. Materialisme Rasionalistis: menurut materialisme
rasionalistis, seluruh kenyataan dapat dimengerti
seluruhnya berdasarkan ukuran dan bilangan (jumlah).
2. Materialisme Mitis atau Biologis: menyatakan bahwa
dalam peristiwa-peristiwa material terdapat misteri
yang mengungguli kita. Misteri itu tidak berhubungan
dengan suatu prinsip imaterial.
3. Materialisme Parsial: diajurkan oleh orang-orang yang
dalam bidang apapun mereduksikan unsur imaterial
atau formal pada sesuatu yang material dan karenanya
menyangkal adanya ciri khusus unsur imaterial atau
formal.
4. Materialisme Antropologis: muncul dalam dua bentuk.
Pertama, materialisme yang membantah adanya jiwa.
Jiwa disamakan dengan materi dan dengan perubahan-
perubahan fisik-kimiawi dengan materi. Kedua,
15
Karl Marx dan Frederick Engels, Selected Correspondance,
Letter to Bloch, 21-22 September 1890, dikutip dalam Allan Wood, Reason
and Revolt (Yogyakarta: IRE Press,2006)
55 | Sekolah Pendidikan Kritis II
hasil dari proses kognitf direalisasikan dalam aktivitas
material, obyektif manusia.
Marx meletakkan dasar emasipasi atas keterasingan
manusia pada tiga hal: Pertama, emansipasivatas
keterasingan manusia Karl Marx berangkat dari kritik
terhadap hukum negara Hegel. Hegel
melukiskanvmasyarakat sebagai kacau balau, sebagai bellum
omnium contra omnes (perang semua lawan semua) karena
satu-satunya hukum batinnya adalah pemuasan kebutuhan
individu-individu. Masyarakat semacam itu mesti
menghancurkan diri sendiri karena semua anggota hanya
mencari kepentingan egois mereka masing-masing. Oleh
karena itu masyarakat tidak boleh dibiarkan begitu saja,
tetapi harus ditampung oleh negara.
Maka, Hegel menganggap negara sebagai realitas
dan tujuan masyarakat yang sebenamya sedangkan keluarga
dan masyarakat luas ini merupakan unsur-unsmya. Anggapan
itu dikritik oleh Marx, pertama, Hegel memutar balikkan
tatanan yang sebenarnya. Bukan negara sebagai subyek yang
unsurunsurnya adalah keluarga dan masyarakat luas,
melainkan keluarga dan masyarakat luas adalah
pengandaian-pengandaian negara. Dengan sarkasme tajam
Marx menulis: "Logika ini bukan unuk membuktikan negara,
melainkan negara dipakai sebagai bukti logika". Marx
mengkritik bahwa masyarakat luas merupakan realitas yang
terpisah dari negara. Masyarakat hidup dalam dunia
skizofren: Dalam masyarakat luas ia hidup sebagai individu
egois terisolasi, sedangkan hakikat sosialnya terpisah
daripadanya dijadikan negara yang menghadapinya sebagai
kekuatan represif. Manusia harus memecahkan hakikatnya,
eksistensi negara sebagai pemerintah selesai tanpa anggota
KAPITALISME PENDIDIKAN
A. KAPITALISME
1. Pengertian Kapitalisme
Apabila ditinjau dari kata, kapitalisme merupakan
sebuah kata benda yang disamakan dengan terma
“Capital” yang bermakna dana dan dipahami sebagai bak
alat pabrikasi umpama uang dan tanah. Menurut oxford
dictionary Kapital memiliki pengertian yaitu;
1. A sum of money used to start a business.
2. People who use their money to start business.
3. All the wealth owned by a person or a business.
4. Wealth property that can be used to produce more
wealth.
a. Adam Smith
b. Max Weber
d. Ayn Rand
Mendefinisikan kapitalisme laksana a social
system based on the recognition of individual rights,
including property rights, in which all property is
privately owned (suatu sistem sosial yang
berlandaskan pada pengakuan atas hak- hak
personal, termasuk hak milik dimana semua
kepemilikan adalah eksklusif (Rand, 1970).16
16
Hasan, Mahyudi. Analisis terhadap Pemikiran Ekonomi Kapitalisme Adam
Smith. Universitas Ibrahimy Sukorejo Situbondo.
https://core.ac.uk/download/pdf/300042135.pdf
64 | Sekolah Pendidikan Kritis II
sebagai penanda (sinyal). Jika harga dianggap melebihi
biaya produksi dan margin laba, hal tersebut merupakan
sinyal bagi pelaku ekonomi lain untuk masuk ke pasar
menambah persediaan (supply) barang/jasa sehingga
dapat menurunkan harga; demikian juga sebaliknya.
Kedua, setiap individu memiliki kebebasan untuk
mempunyai hak kepemilikan (property rights) sebagai
dasar melakukan transaksi. Tanpa adanya hak
kepemilikan, individu tidak akan pernah bisa
mengeksekusi kegiatan ekonomi. Oleh karena itu, salah
satu fungsi terpenting dari kapitalisme adalah
menawarkan dan melindungi hak kepemilikan swasta.
Ketiga, kegiatan ekonomi dipisahkan oleh tiga pemilik
faktor produksi yakni pemodal, tenaga kerja, dan pemilik
lahan. Pemilik modal memperoleh pendapatan dari laba,
tenaga kerja dari upah, dan pemilik lahan dari sewa.
Keempat, tidak ada halangan bagi pelaku ekonomi untuk
masuk dan keluar pasar. Pelaku ekonomi yang melihat
peluang profit bisa langsung pasar. Demikian pula pelaku
ekonomi yang gagal (rugi) dapat langsung keluar tanpa
ada regulasi yang menghambatnya (Ahmad Erani
Yustika, 2012: 220).17
17
Itok Dwi Kurniawan, Sri Lahir. SISTEM KAPITALISME NEGARA SEBAGAI
ALTERNATIF SISTEM EKONOMI KERAKYATAN BERDASARKAN PANCASILA.
2017. Jurnal Edunomika vol.1. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi AAS Surakarta.
https://jurnal.stie-aas.ac.id/index.php/jie/article/view/153/119
65 | Sekolah Pendidikan Kritis II
untuk menutupi ongkos-ongkos yang dikeluarkan,
dipergunakan pula untuk mengadakan perusahaan baru pula.
Jadi laba bukan dianggap sebagai karunia yang dapat diraih
dengan cara yang mudah. Belum tentu bahwa tiap-tiap
milik / hasil disebut capital (Romein : 97). Kapital ialah
milik yang dipergunakan untuk memperbanyak milik,
sebagai contoh yaitu sebuah cikar kepunyaan seorang tukang
pedati atau perahu seorang nelayan dipergunakan untuk
mencari sesuap nasi bagi diri dan anak istrinya dapat
dinamakan kapital dalam bentuk yang kecil. Tukang pedati
atau pemilik perahu tadi itu bukan termasuk kaum kapitalis.
Kapitalis ialah orang yang membuat rumah atau membeli
rumah dengan tujuan menyewakannya atau seorang pemilik
kapal yang melayarkan kapalnya dengan tujuan sisa uang
yang diperolehnya akan dipergunakannya mungkin ditambah
dengan uang yang didapatnya dengan berhutang dengan
membeli kapal yang kedua, ketiga dan seterusnya.
Hal-hal penting dalam dunia ini mula-mula timbul secara
sederhana demikian pula dengan kapitalisme ini. Mula-mula
timbul di Eropa barat dalam lapangan industri tekstil kra-kira
tahun 1250. Pada mulanya sebuah perusahaan tenun domba
milik Negara Belanda memperoleh bahan dari daerahnya
sendiri. Tetapi kemudian ekspor barang tenunan meningkat,
bulu domba didatangkan dari daerah lain, terutama dari pasar
Calais, yang mendatangkan bulu domba dari tanah Inggris.
Saudagar yang banyak modalnya menempatkan dirinya
antara penenun dan bahan tenunan, diborongnya bulu domba
di Calais itu, lalu dijualnya kepada penenun. Dalam taraf
berikut bulu domba benar-benar telah menjadi milik
saudagar yang telah dapat disebut menjadi seorang
pengusaha. Dalam sistem kapitalisme orang mengadakan
produksi tidak hanya untuk menutupi kebutuhan hidup,
D. Periodisasi Kapitalisme
18
Intan Amariati. KAPITALISME : SEJARAH, BENTUK DAN
PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/d4253a62231b12
6b9bf73d2b05eb754f.pdf
73 | Sekolah Pendidikan Kritis II
perdagangan yang terima oleh masyarakat pada
umumnya (Kristeva, 2015).
2. Kapitalisme Klasik (17-1914)
Pada periode ini, kapitalisme mengalami perubahan
dari monopoli kapital dagang menjadi kapital industri.
Perkembangan ini merupakan ciri khas revolusi industri
di Inggris. Jadi, penerapan secara praktis dari ilmu
pengetahuan teknis yang ada selama berabad-abad
lamanya, sedikit demi sedikit berangsur-angsur telah
dilakukan. Dengan demikian, kapitalisme menginjak
dan menjadi pelopor bagi perubahan teknologi karena
akumulasi modal memungkinkan penggunaan
pembaharuan. Pada periode ini pula, tepatnya
kapitalisme memulai dan meletakkan pondasi dasarnya,
yaitu; laisez faire sebagai doktrin mutlak Adam Smith.
3. Kapitalisme Lanjut (Pasca 1914)
Pada masa ini, konsep kapitalisme lanjut mulai kuat
dan berkembang, tepatnyapada abad XIX tahun 1914.
Kapitalisme fase ini ditandai oleh tiga momentum,
yaitu:
a) Adanya kesadaran bangsa-bangsa di Asia dan
Afrika terhadap penjajahan Eropa sebagai pintu
dari kapitalisme klasik, yang pada akhirnya
membuat negara-negara tersebut melakukan
perlawanan.
b) Perpindahan penguasaan asset dari Eropa ke
Amerika.
c) Perubahan besar-besaran Bolzhevik Rusia
meluluhlantahkan institusi fundamental
kapitalisme yang berupa kepemilikan modal
secara perorangan atas penguasaan struktur
kelas sosial, alat produksi, sistem
19
Hasan & Mahyudi – Analisis terhadap Pemikiran Ekonomi Kapitalisme
Adam Smith. Universitas Ibrahimy Sukorejo Situbondo.
https://core.ac.uk/download/pdf/300042135.pdf
20
Faizal Alifandi, Potret Pendidikan: antara pendidikan, globalisasi dan
kapitalisme, jurnal IAIN Purwokerto JPA, Vol.19 No.2, Juli –Desember 2018,
Hlm 98
21
Htpps://databoks.katadata.co.id/datapublis/2021/01//11/terdapatt-157-
ribu-siswa-puyus-sekolah-pada- tahun-ajaran-20192020
22
UUD 1945
76 | Sekolah Pendidikan Kritis II
ekonomi pasar. Dalam pasal 5 ayat (1) UU SISDIKNAS No.
20 tahun 2003 yang berbunyi “Setiap warga negara
mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan
yang bermutu”23 namun juga realitanya pendidikan masih
menjadi jurang pemisah antara masyarakat kaya dan
masyarakat kurang mampu dalam mengakses pendidikan itu
sendiri.
Metode pembelajaran yang masih menganut sistem
bank dimana peserta didik hanya di jadikan objek dalam
jalanya pendidikan. Peserta didik seperti diibaratkan sebagai
sebuah rekening yang siap untuk diisi apa saja oleh pendidik
tanpa berhak menolak apa yang pendidikan sampaikan, dan
juga nantinya pendidik berhak untuk memetik keuntungan
dari peserta didik berupa bayaran berupa uang ataupun yang
sejenisnya. Peserta didik hanya dipersilahkan untuk
menyadap apa yang pendidik sampaikan sehingga membuat
peserta didik menjadi objek pasif dan memenjarakan
kreatifitas serta pemikiran meraka. Yang mana seharusya
peserta didik berhak mendapakan pembelajaran baik dari segi
kognitiif, psikomotorik, dan afektif serta peserta didik adalah
sebagai subjek dalam jalanya pendidikan untuk objeknya
adalah ilmu pengetahuan agar pengembangan intelektual
peserta didik bisa berjalan.
Kapitalisme pendidikan merupakan faktor yang
merubah logika pendidikan,dari public goods telah berubah
sebagai private goods. Di mana pendidikan tidak lebih dari
sarana untuk akumulasi kapital. Kondisi seperti ini adalah
akibat adanya privatisasi pendidikan yang merupakan imbas
diberlakukannya kebijakan kapitalisme dalam system
perekonomian Indonesia. Implikasi lebih jauh adalah
mahalnya biaya pendidikan yang menyebabkan pendidikan
23
UU 20 Tahun 2003
77 | Sekolah Pendidikan Kritis II
hanya dapat diakses oleh mereka yang berkantong tebal saja,
orang kaya. Sedangkan orang miskin tidak lagi memiliki
kesempatan untuk mengaksesnya. Berbagai kebijakan yang
dibuat pemerintah seperti pencabutan subsidi pendidikan dan
memandirikan pengelolaan pendidikan pada institusi sekolah
adalah nyata sebagai bentuk diskriminasi terhadap orang
miskin dalam akses pendidikan. Orang miskin dilarang
sekolah adalah benar adanya dalam masyarakat Indonesia. 24
24
Umami, Kapitalisme pendidikan dalam presfektif islam, skripsi IAIN
Walisongo Semarang, 2009, Hlm, II
78 | Sekolah Pendidikan Kritis II
2. Solusi Teknis
Solusi Teknis yaitu solusi untuk menyelesaikan
berbagai permasalahan internal dalam
penyelenggaraan sistem pendidikan. Bahwa secara
tegas, pemerintah harus mempunyai komitmen untuk
mengalokasikan dana pendidikan nasional dalam
jumlah yang memadai yang diperoleh dari hasil-hasil
eksploitasi sumber daya alam yang melimpah. Dengan
adanya ketersediaan dana tersebut, maka
pemerintahakan dapat menyelesaikan permasalahan
pendidikan dengan memberikan pendidikan gratis
kepada seluruh masyarakat pada usia sekolah dan yang
belum sekolah baik untuk tingkat pendidikan dasar
(SD-SMP) maupun pendidikan menengah (SMA).
Atau misalnya lagi yaitu menyelesaikan masalah
kualitas guru dan prestasi siswa.
Banyak sekali faktor yang menjadikan rendahnya
kualitas pendidikan di Indonesia. Salah satunya
adalah faktor teknis. Faktor-faktor yang bersifat
teknis di antaranya adalah rendahnya kualitas guru,
rendahnya sarana fisik, mahalnya biaya pendidikan,
rendahnya prestasi siswa, rendahnya kesejahteraan
guru, rendahnya relevansi pendidikan dengan
kebutuhan, kurangnya pemerataan kesempatan
pendidikan. Namun sebenarnya yang menjadi
masalah mendasar dari pendidikan di Indonesia
adalah sistem pendidikan di Indonesia itu sendiri
yang menjadikan siswa sebagai objek, sehingga
manusia yang dihasilkan dari sistem ini adalah
manusia yang hanya siap untuk memenuhi
kebutuhan zaman dan bukannya bersikap kritis
terhadap zamannya. Maka di sinilah dibutuhkan