Anda di halaman 1dari 88

1 | Sekolah Pendidikan Kritis II

MATERI I

FILSAFAT PENDIDIKAN

A. Pengantar Filsafat Pendidikan


1. Pengertian Filsafat
Kata filsafat berasal dari Yunani Kuno yaitu “Philos” yang
artinya cinta dan “Shopia” yang berarti kebijaksanaan. Jadi
secara harfiah filsafat merupakan cinta yang sangat mendalam
terhdap sebuah kebijaksanaan. Istilah filsafat sering diartikan
sebagai suatu pendirian hidup dan dapat juga disebut
pandangan hidup masyarakat. Jadi dengan kata lain filsafat
diartikan sebagai suatu pandangan kritis yang sangat
mendalam sampai ke akar-akarnya yaitu dengan berpikir
reflektif dan kritis. Setiap manusia mengalami titik puncak
dalam berfilsafat manusia akan menemukan sebuah
kebijaksanaan baik dari perkataan maupun perbuatan.
Berfilsafat merupakan salah satu kegiatan manusia yang
memiliki peran penting dalam menentukan dan menemukan
eksistensi nya. Dalam kegiatan berfilsafat manusia akan
berusaha untuk mencapai kearifan dan kebajikan. Kearifan
merupakan buah yang dihasilkan filsafat dari usaha mencapai
hubungan-hubungan antara berbagai pengetahuan, dan
menentukan implikasinya baik yang tersurat maupun yang
tersirat dalam kehidupan. Berfilsafat berarti berpikir, tetapi
tidak semua berpikir berati berfilsafat. Berpikir dapat
dikategorikan sebagai berfilsafat jika mengandung tiga ciri
yaitu radikal, sistematis, dan universal.
Oleh karena itu ketika kita sebagai upaya dalam merawai
ilmu pengetahuan serta merawan ilmu pengetahuan secara
konsisten dalam mempertahankanya. Banyak fenomenologi

1 | Sekolah Pendidikan Kritis II


yang terjadi saat ini seperti menyikapi perkembanyan zaman
yang terjadi, dalam berfilsafat berfikir secara rasional dan
logika bagaimana kita menyikapi dampak dara perkembangan
zaman seperti saat ini akan kah menjadi tantangan atau
menjadi sebuah peluang. Setiap manusia berfikir dalam setiap
harinya, berfikir tersebut merupakan sebuah proses menuju
sebuah kebijaksanaan dalam diri, setiapharinya kita senantiasa
berfikir untuk berbenah pada hari esok yang akan datang.
Dalam kehidupan ketika berfilsafat terdapat beberapa hal yang
yang harus diketahui secara umum.
Secara fungsional filsafat sebagai sebuah bentuk alat
dalam hal menemukan seubah permasalahan yang terjadi
seperti saat ini. Dalam konteks pendidikan banyak perobelm
atau permasalahan yang masih dipersoalkan dan tugas
manusia menjadi sebuah pemecah atau solusi sebuah
permasalahan-permasalahan yang terjadi yang ada di Dunia
ini. Sebelum mengetahui permasalahan-permasalahn yang
terjadi kita harus memeiliki sebuah modal pengetahuan yang
cukup sebagai moda awal dalam mengahadapi problematika
yang ada.
Terdapat tiga persoalan yang dibahas dalam filsafat yaitu
sebagai berikut :
a. Metafisika
Metafisika berasal dari bahasa yunani kuno, yaitu
dari kata meta dan kata fisika. Meta berarti sesudah
atau melampaui dan fisika berarti alam nyata.
Metafisika merupakan cabang filsafat yang
membahas mengenai hakikat yang tesimpul
dibelakang dunia fenomena. Metafisika melampaui
pengalaman obeknya di luar hal yang dibahas panca
indera.

2 | Sekolah Pendidikan Kritis II


Metafisika berhubungan dengan penjelasan
hakikat se-rasional dan se-komperehensif mungkin.
Metafisika dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu
ontologi dan metafisika khusus. Ontologi
mempersoalkan esensi sesuatu yang ada. Sedangkan
metafiska khusus membahas mengenai teologi
(menyangkut tentang tuhan), antropologi (mengenai
manusia) dan kosmologi (menyangkut mengenai
alam).
Ontologi merupakan sebuah cabang filsafat yang
mendasar dan yang awal ontologi ini merupakan
esensi dari sebuah keperadaan yang sudah dijelaskan,
dalam didunia adanya sebuah matrial dalam dunia ini
merupakan sebuah contoh dari Ontologi.
b. Epistemologi
Istilah epistimologi berasal dari bahasa yuanani
kuno denga kata episteme dan logos. “Episteme”
berarti pengetahuan dan “logos” berarti ilmu.
Sehingga epistimologi berarti ilmu atau teori
mengenai pengetahuan, cabang filsafat ini membahas
atau mengkaji tentang asal, struktur, metode serta
kebahasaan pegetahuan.
Epistimelogi merupakan sebuah tahapan
selanjutnya untuk mendapatkan ilmu pengetahuan
yang bersifat selain sebuah keberadaan dan tentang
sebuah nilai. Epistimologi ini sangat pentinglah
penting untuk kita pelajari karena sebagai sebuah
landasan manusia untuk bertindak dalam kehidupan
sehari-hari. Sebagai dasar untuk mengembangkan
khazanah ilmu pengetahuan dan sebagai sarana dalam
memvalidasikan pengetahuan.

3 | Sekolah Pendidikan Kritis II


Pengetahuan ini dibagi menjadi beberapa
pengetahuan yaitu:
1. Pengetahuan wahyu, yaitu pengetahuan yang
bersumber langsung dari Tuhan yang diberikan
kepada manusia.
2. Pengetahuan intuitif, diperoleh manusia dari
dalam dirinya sendiri, saat ia menghayati sesuatu,
sehingga akan muncul kesadaran dalam dirinya.
3. Pengetahuan rasional, merupakan pengetahuan
yang diperoleh dengan latihan atau rasio akal
semata yang tidak disertai dengan observasi
terhadap peristiwa-peristiwa faktual.
4. Pengetahuan empiris, diperoleh atas bukti
penginderaan sehingga memiliki konsep dunia di
sekitar kita.
5. Pengetahuan otoritas,menerima suatu kebenaran
bukan karena kita telah mengeceknya, namun
menerima kebenaran yang telah dijamin oleh
otoritas lapangan.
c. Aksiologi
Secara epistimologi istilah ini berasal dari bahasa
yunani kuno yang terdiri dari kata “aksio” yang
artinya niali dan “logos” yang berarti ilmu. Sehingga
aksiologis berarti ilmu yag mempelajari mengenai
hakikat nilai atau kemanfaatan. Dalam artian
epistimologi ini ialah mempelajari tentang norma-
norma, manfaat, kebaiakan, kejujuran dan lain
sebagainya.
Dalam konteks nilai dalam teori Nilai dibagi
menjadi 2 jenis-jenisnya yaitu :

1. Etika

4 | Sekolah Pendidikan Kritis II


Etika berasal dari kata Ethos yang berarti adat
kebiasaan. Dalam istilah lain para ahli dibidang
etika ada yang menyebutkannya dengan moral.
Meski antara keduanya ada terdapat perbedaan
tetapi para ahli tidak membedakannya dengan
tegas bahkan secara praktis memberi arti yang
sama. Etika merupakan teori tentang nilai yang
membahas ilmu kesusilaan yang menmuat dasar-
dasar untuk berbuat susila. Cara memandangnnya
dari sudut baik dan tidak baik.
Dalam kehidupan masyarakat terdapat sebuah
norma, ataupun peraturan dalam kehidupan
bermasyarakat merupakan sebuah bentuk hasil
dari sebuah Nilai tentang etika.
2. Estetika
Estetika merupakan nilai yang berkaitan dengan
kreasi seni. Prinsip yang berhubungan dengan
estetika sering dikaitkan sebagai hakikat
keindahan. Manusia memiliki sebuah panca
pengelihatan dan sebagai sebuah bentuk untuk
menikmati sebuah karya yang memiliki sebuah
keindahan dalam seni hal tersebut meruakan
manusia merasakan sebuah keindahan terdapat
nilai estetika dalam filsafat aksiologi.
2. Pengertian Pendidikan
Makna pendidikan dapat dilihat dalam pengertian secara
khusus dan secara luas. Dalam arti khusus, Langeveld
mengemukakan bahwa pendidikan adalah bimbingan yang
diberikan orang dewasa kepada anak yang belum dewasa
untuk mencapai kedewasaannya. Selanjutnya Abu Ahmadi
dan Nur Uhbiyati mengemukakan beberapa definisi
pendidikan sebagai berikut :

5 | Sekolah Pendidikan Kritis II


1. Menurut Prof. Hoogeveld, mendidik adalah
membantu anak supaya kelak anak itu cakap
menyelesaikan tugas hidupnya atas tanggung jawab
sendiri.
2. Menurut Prof. S. Brojonegoro, mendidik berarti
memberi tuntutan kepada manusia yang belum
dewasa dalampertumbuhan dan perkembangan
sampai tercapainya kedewasaan dalam arti rohani dan
jasmani. Jadi dapat disimpulkan pendidikan dalam
arti khusus hanya dibatasi sebagai usaha orang
dewasa dalam membimbing anak yang belum dewasa
untuk mencapai kedewasaannya. Setelah anak
menjadi dewasa dengan segala cirinya, maka
pendidikan dalam arti khusus ini menggambarkan
upaya pendidikan yang terpusat dalam lingkungan
keluarga.
Menurut Drijarkara, pendidikan secara prinsip dalah
berlangsung dalam lingkungn keluarga. Pendidikan
merupakan tangung jawab orang tua, oleh ayah dan ibu yang
merupakan figursentral dalam pendidikan. Ayah dan ibu
bertanggung jawab untuk membantu memanusiakan,
membudayakan, dan menanamkan nilai-nilai terhadap
anaknya. Bimbingan yang dilakukan ayah dan ibu tersebut
akan berkhir jika sang anak menjadi manusia yang sempurna
atau manusia purnawan.
Menurut Henderson, pendidikan merupakan suatu proses
pertumbuhan dan perkembangan, sebagai hasil interaksi
individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik yang
berlangsung sepanjang hayat sejak manusia dilahirkan.
Warisan sosial merupakan bagian dari lingkungan masyarakat,
yang merupakan alat bagi manusia untuk pengembangan

6 | Sekolah Pendidikan Kritis II


manusia yang terbaik dan intelejen. untuk meningkatkan
kesejahteraan hidupnya.
Dalam GBHN tahun 1973 dikemukakan pengertian
pendidikan bahwa “pendidikan pada hakikatnya merupakan
suatu usaha yang disadari untuk mengembangkan kepribadian
dan kemampuan manusia, yang dilaksanakan didalam
maupun diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup.”
Dalam Undang-Undang RI No 2 Tahun 1989 tentang sistem
pendidikan nasional bahwa pendidikan adalah suatu usaha
sadar untuk menyiapkan subjek didik melalui kegiatan
bimbingan pengajaran, atau latihan bagi peranannya dimasa
yang akan datang. Pendidikan nasional berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu
kehidupan dan martabat manusia indonesia dalam upaya
mewujudkan upaya nasional.
Dari beberapa teori yang dikemukakan diatas pengertian
pendidikan ialah sebuah bentuk upaya dalam proses
mendewasakan manusi. Pendidikan sebagai pondasi awal
dalam diri manusia menjadi lebih baik. Manusia diberikan
pendidikan dari orang tua sebagai bekal awal dalam mendidik
anaknya menjadi apa yang diharapkan oleh orang tua.
Makadari itu pendidikan sebagai proses dalam menanamkan
penanaman dalam hal kedewasaan dalam kehidupan.
Tujuan Pendidikan, merupakan gambaran pandangan
hidup manusia baik perseorangan maupun kelompok yang
menyangkut sistem nilai dan norma-norma dalam konteks
kebudayaan.
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa merupakan
dasar sekaligus tujuan yang ingin dicapai dalam melaksanakan
pendidikan yang ditujukan untuk menghasilkan manusia yang
seutuhnya, memiliki kepribadian bermasyarakat, dan
bernegara yang dijiwai oleh nilai-nilai pancasila. Dalam

7 | Sekolah Pendidikan Kritis II


Undang-Undang No 2 Tahun 1989 tujuan pendidikan adalah
“pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia yang seutuhnya, yaitu
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan berbudi pekerti luhur memiliki pengetahuan
dan keterampilan kesehatan jasmani dan rohani kepribadian
yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan”.
Tujuan pendidikan terapat pula yang termaktup pada UU
Sistem pendidikan no. 20 tahun 2003. Dalam UU ini
penyelengara pendidikan wajib memegang prinsip demokratis
dan berberkeadilan tidak diskrimatif serta menjunjung tinggi
nilai-nilai Hak asasi manusia, Agama, budaya dan menjunjung
kemajuan bangsa Indonesia.
3. Filsafat Pendidikan
Pengertian Filsafat, Berasal dari kata Philos, philore
(cinta) dan sophos atau sophia (kebajikan, kebaikan,
kebenaran). Ilmu yang mempelajari hakikatsegala sesuatu,
Manusia, Alam dan Tuhan. Filsafat Pendidikan menurut Al-
Syaibany (1979) adalah pelaksanaan pandangan Falsafah dan
kaidah falsafah dalam bidang pendidikan. Fiksafat itu
mencerminkan satu segi dari segi pelaksanaan falsafah umum
dan menitikberatkan pada pelaksanaan prinsip-prinsip dan
kepercayaan-kepercayaan yang menjadi dasar dari falsafah
umum dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan
secara praktis.
Al-Syaibany juga berpandangan bahwa filsafat
pendidikan seperti halnya filsafat umum, yaitu berusaha
mencari hakikat serta masalah yang berkaitan dengan proses
pendidikan, yang berusaha untuk mendalami konsep-konsep
pendidikan dan memahami sebab-sebab yang hakiki dari
masalah pendidikan.

8 | Sekolah Pendidikan Kritis II


Berfilsafat merupakan sebuah bentuk berfikir secara
reflektif untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan yang
mendasar dan universal. Jawaban tersebut di susun dengan
sistematis, ayng diuji dengan nalar kritis dan ilmiah untuk
memperoleh sebuah kebenaran yang valid, jawaban dari
beberapa persoalan yang di dapat belum tentu selesai untuk
mencapai sebuah kesempurnaan.
Hubungan filsafat dan pendidikan, filsafat ini merupakan
sebuah pisau Analisa dalam menelaah realita sosial dangan
mengunakan karakteristiknya. Selain itu juga bawasanya
filsafat tidak hanya melahirkan ilmu pengetauhan yang baru
akan tetapi juga melahirkan. Tujuan lahirnya filsafat
pendidikan pendidikan yang ada pada saat ini menjadi sebuah
perkembangan dalam ranah pendidikan sehingga pendidikan
dari masa ke masa mengalami perkembangan dan tidak
menjadi penurunan dalam pendidikan. Selain itu juga Filsafat
pendidikan menjadi sebuah formulasi dalam persoalan-
persoalan dalam pendidikan.

9 | Sekolah Pendidikan Kritis II


MATERI II

IDEOLOGI PENDIDIKAN

A. Ideologi Dan Pendidikan


1. Pengertian Ideologi
Ideologi adalah seperangkat keyakinan yang
memungkinkan seseorang untuk menjelaskan dan
membenarkan masyarakat yang mereka inginkan, sebuah
ideologi ini mencakup asumsi mengenai masa depan dan juga
tujuan masyarakat termasuk sifat terkait individu, dimana hal
ini dapat menstimulus seseorang untuk menilai kehidupan dan
masyarakat serta sebagai sarana untuk menilai diri sendiri.
Sedangkan menurut pendapat lain ideologi merupakan dasar
pegangan yang kuat mengenai ide, teori maupun sistem yang
diakui kebenarannya, diikuti dan dilaksanakan secara praktik
dengan komitmen dan tanggung jawab (journalpapers.org).
Berbeda dengan pendapat tersebut menurut Karl Marx
ideologi-ideologi politik pun mayoritas adalah pembenaran
bagi materi yang ada atau organisasi ekonomi masyarakat.
Sementara konsep mannheim mengenai sebuah ideologi total
pada intinya sama dengan yang disampaikan oleh Karl Marx
dalam bukunya ideologi and utopia Mannheim meminta
perhatian terhadap kenyataan bahwa ideologi paling bisa
dipahami dalam proses kesejarahan yang terbuka.

Sedangkan menurut Alastair C. Maclntyre ia


berpandangan bahwa ideologi berupaya untuk
menggambarkan karakteristik umum mengenai alam dan atau
masyarakat, hubungan keterkaitan antar hakikat, dan ideologi
sendiri tidak hanya dipercayai oleh anggota kelompok sosial
tertentu namun diyakini sedemikian rupa bagi mereka konsep-

10 | Sekolah Pendidikan Kritis II


konsep yang tertanam, keyakinan mengenai suau konsep
mencerminkan kelompok tersebut sehingga dapat
memunculkan eksistensi bagi kelompok. Pendapat Sargent
medngenai ideologi dalam bukunya Contemporary Political
Ideologies menyatakan bahwa ideologi adalah sebuah sistem
nilai atau keyakinan yang diterima sebagai fakta atau
kebenaran oleh kelompok tertentu yang tersusun dari
rangkaian sikap terhadap berbagai kelompok masyarakat.
Apabila dilihat dari berbagai pendapat mengenai ideologi
maka dapat ditarik pemahaman bahwa ideologi adalah
pegangan atau keyakinan yang dimiliki oleh seseorang
mengenai gambaran karakteristik umum dan dilaksanakan
secara praktik dengan komitmen dan tanggung jawab penuh.

Menurut salah satu aliran Maxian yaitu Antonio


Gramsci dalam buku Prision Ntebooks1, berpendapat bahwa
secara historis ideologi telah mengorganisir rakyat dan massa
yang kemudian membuat mereka dalam memperjuangkan
kesadaran atas posisi mereka, berjuang dengan mereka
maupun sebaliknya. Ideologi menjadi penting dalam
melasanakan sebuah Hegemoni, meraka memepengaruhi
untuk mengendalikan sebuah kuasa dengan melaksanakan
sebuah persetujuan jejaring sebuah Lembaga, hubungan sosial
dan ide. Lenin mengkhususkan Ideologi sebuah perjuangan
kelas, serta bisa berbicara mengenai tentang ideologi sosial
dan ideologi Borjuis.2

1
Antonio Gramsci, Selections from the Prison Notebooks of Antonio
Gramsci, diedit and diterjemahkan oleh Quintin Hoare and Geoffrey Nowell
Smith (New York: International Publishers, 1971).
2
Louis Althusser, “Ideology and Ideological State Apparatuses,” dalam Lenin
and Philosophy and Other Essays, terj. Ben Brewster (New York: Monthly
Review Press, 1991).
11 | Sekolah Pendidikan Kritis II
Menarik dari penjelasan beberapa teori yang
diungkapkan dari beberapa tokoh sentral yang paham terhadap
ideologi dari definisi atau pengertiannya maka dapat kita
uraikan di sekitar kita atau dalam konteks yang lebih
sederhana, ideoologi merupakan suatu konsep yang kemudian
diyakini dan dijadikan komitmen dalam meneruskan proses-
proses baik sosial, ekonomi, politik bahkan dalam pendidikan,
dengan diyakini dan dijadikan prinsip secara kelompok
sehingga dapat dikatagorikan dari karakternya, sifat dan
beberapa ciri yang tertanam. Dalam negara Indonesia secara
luas dan normatifnya dari perkembangan ideologi yang ada,
saat ini ideologi yang yakini dan dipahami ialah Pancasila,
yang kemudian menjadi prinsip bernegara dan berbangsa di
negara Indonesia ini. Sehingga di negara Indonesia ini dapat
dicirikan, dilihat dari karakter masyarakatnya yang berpegang
pada ideologi tersebut jelas dapat dibedakan dengan negara-
negara lainnya.

2. Pengertian Pendidikan
Makna pendidikan dapat dilihat dalam pengertian
secara khusus dan secara luas. Dalam arti khusus, Langeveld
mengemukakan bahwa pendidikan adalah bimbingan yang
diberikan orang dewasa kepada anak yang belum dewasa
untuk mencapai kedewasaannya. Selanjutnya Abu Ahmadi
dan Nur Uhbiyati mengemukakan beberapa definisi
pendidikan sebagai berikut :

a. Menurut Prof. Hoogeveld, mendidik adalah membantu


anak supaya kelak anak itu cakap menyelesaikan tugas
hidupnya atas tanggung jawab sendiri.

b. Menurut Prof. S. Brojonegoro, mendidik berarti memberi


tuntutan kepada manusia yang belum dewasa dalam

12 | Sekolah Pendidikan Kritis II


pertumbuhan dan perkembangan manusia sampai
tercapainya kedewasaan dalam arti rohani dan jasmani.
Jadi dapat disimpulkan pendidikan dalam arti khusus
hanya dibatasi sebagai usaha orang dewasa dalam
membimbing anak yang belum dewasa untuk mencapai
kedewasaannya. Setelah anak menjadi dewasa dengan
segala cirinya, maka pendidikan dalam arti khusus ini
menggambarkan upaya pendidikan yang terpusat dalam
lingkungan keluarga.

Menurut Drijarkara, pendidikan secara prinsip dalah


berlangsung dalam lingkungan keluarga. Pendidikan
merupakan tanggung jawab orang tua, oleh ayah dan ibu yang
merupakan figursentral dalam pendidikan. Ayah dan ibu
bertanggung jawab untuk membantu memanusiakan,
membudayakan, dan menanamkan nilai-nilai terhadap
anaknya. Bimbingan yang dilakukan ayah dan ibu tersebut
akan berkhir jika sang anak menjadi manusia yang sempurna
atau manusia purnawan.

Menurut Henderson, pendidikan merupakan suatu


proses pertumbuhan dan perkembangan, sebagai hasil
interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan
fisik yang berlangsung sepanjang hayat sejak manusia
dilahirkan. Warisan sosial merupakan bagian dari lingkungan
masyarakat, yang merupakan alat bagi manusia untuk
pengembangan manusia yang terbaik dan intelejen. untuk
meningkatkan kesejahteraan hidupnya.

Dalam GBHN tahun 1973 dikemukakan pengertian


pendidikan bahwa “pendidikan pada hakikatnya merupakan
suatu usaha yang disadari untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan manusia, yang dilaksanakan
didalam maupun diluar sekolah dan berlangsung seumur
13 | Sekolah Pendidikan Kritis II
hidup.” Dalam Undang-Undang RI No 2 Tahun 1989 tentang
sistem pendidikan nasional bahwa pendidikan adalah suatu
usaha sadar untuk menyiapkan subjek didik melalui kegiatan
bimbingan pengajaran, atau latihan bagi peranannya dimasa
yang akan datang. Pendidikan nasional berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu
kehidupan dan martabat manusia indonesia dalam upaya
mewujudkan upaya nasional.

3. Tujuan Pendidikan
Merupakan gambaran pandangan hidup manusia baik
perseorangan maupun kelompok yang menyangkut sistem
nilai dan norma-norma dalam konteks kebudayaan. Pancasila
sebagai pandangan hidup bangsa merupakan dasar sekaligus
tujuan yang ingin dicapai dalam melaksanakan pendidikan
yang ditujukan untuk menghasilkan manusia yang seutuhnya,
memiliki kepribadian bermasyarakat, dan bernegara yang
dijiwai oleh nilai-nilai pancasila. Dalam Undang-Undang No
2 Tahun 1989 tujuan pendidikan adalah “pendidikan nasional
bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia yang seutuhnya, yaitu manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
dan berbudi pekerti luhur memiliki pengetahuan dan
keterampilan kesehatan jasmani dan rohani kepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan”.

Dari paparan diatas mengenai apa arti pendidikan?


apa tujuan pendidikan yang secara jelas telah diperdebatkan
melalaui beberapa pendapat tokoh pendidikan yang kemudian
dapat kita uraikan secara jelas bahwasannya pendidikan
merupakan usaha dari manusia untuk mengarahkan manusia
lainnya memahami suatu hal pengetahuan sehingga manusia

14 | Sekolah Pendidikan Kritis II


tersebut menjadi pribadi yang dewasa, bermoral dan
mempunyai intelegensi yang matang untuk melanjutkan
kehidupan.

Dalam prakteknya pendidikan saat ini secara formal


memiliki keterkaitan secara jelas dengan arti pendidikan,
namun dalam pemahaman secara umum oleh manusia tidak
semua memeiliki pandangan bahwasannya secara esensi
pendidikan mempunyai kadar yang penting untuk
keberlangsungan bagi manusia. Pendidikan dalam
perkembangannya terkhusus di Indonesia mempunyai aspek
yang penting dalam tubuh pendidikan, yaitu Pendidikan
Formal, Non formal dan Informal, namun maraknya ada
ketidakstabilan dalam memaknai perkembangan pendidikan
di Indonesia ini terutama di wilayah urgensi pendidikan,
banyak yang berpandangan bahwasannya pendidikan formal
menjadi wadah proses belajar yang paling penting satu-
satunya, padahal definisi pendidikan secara esensialnya
memaknai pendidikan merupakan proses transformasi
pengetahuan yang bertujuan untuk membimbing kedewasaan,
menata moral dan tercapainya manusia yang mempunyai daya
nalar untuk berpikir, sehingga mencapai insan kamil dan yang
memanusiakan manusia

B. Ideologi Pendidikan
1. Pengertian Ideologi Pendidikan
Berdasarkan definisi dari ideologi sendiri apabila
dibenturkan dengan pendidikan ideologi dapat bersifat
dinamis yang akan mengalami pertumbuhan, perkembangan,
dan keragaman. Walaupun definisi ideologi berarti jamak
namun sebenarnya ideologi memiliki misi yang sama yaitu
untuk memanusiakan manusia. Berbicara mengenai ideologi
15 | Sekolah Pendidikan Kritis II
pendidikan sebenarnya ideologi pendidikan terbagi menjadi
dua jenis yaitu ideologi pendidikan konservatif yeng meliputi
fundamentalisme pendidikan, intelektualisme pendidikan dan
konservatisme pendidikan dan juga ideologi pendidikan
liberalisme yang meliputi liberalisme pendidikan,
liberasionisme pendidikan, dan anarkisme pendidikan.

2. Ideologi Pendidikan Konservatif


Menurut Karti Soeharto diskursus ideologi
pendidikan secara historis bermula dari perdebatan konseptual
antara perspektif sistem formal dan presfektif proses empiris. 3
Kemudian pada tahun 1981 William F. O'Neil memetakan
tipologi ideologi pendidikan menjadi enam kelompok yang
berbeda di bawah dua kategori utama. 4 Oleh O’Neil Ideologi-
ideologi pendidikan kemudian dikategorikan sebagai ideologi
pendidikan konservatif dan liberal dengan tiga sub kelompok
untuk setiap kategori. Ideologi pendidikan konservatif
meliputi ideologi pendidikan fundamentalisme, ideologi
pendidikan intelektualisme, dan ideologi pendidikan
konservatisme. Sedangkan ideologi pendidikan liberal
meliputi ideologi pendidikan liberalisme, ideologi pendidikan
liberasionisme, dan ideologi pendidikan anarkisme. O'Neil
juga berpandangan bahwa ideologi pendidikan memiliki
dampak pada keyakinan individu yang berkaitan dengan
tujuan-tujuan pendidikan, tujuan sekolah, administrasi
pendidikan, mekanisme kontrol subyek didik, sifat dan
muatan dari kurikulum, metode mengajar dan evaluasi serta
mekanisme kontrol di dalam kelas.

3
Soeharto. (Perdebatan Ideologi Pendidikan). Surabaya: Perpustakaan FIP
Universitas Negeri Surabaya (Skripsi). Hal. 9
4
O’neil, W. F. Ideologi-Ideologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hal. 23
16 | Sekolah Pendidikan Kritis II
a. Fundamentalisme pendidikan
Fundamentalisme disini meliputi semua corak
konservatisme politik yang pada dasarnya anti intelektual.
Artinya disini ingin meminimalisasi pertimbangan-
pertimbangan filosofis atau intelektual dan cenderung
berdasarkan pada penerimaan yang relatif tanpa kritik
terhadap kebenaran yang diwahyukan atau konsensus
sosial yang mapan (akal sehat). Dalam ungkapan
politisnya, konservatisme reaksioner gagasan untuk
kembali terhadap kebijakan-kebijakan terdahulu baik
yang pernah ada maupun yang hanya dihayalkan. Apabila
dilihat dari sudut pandang seperti ini kemudian
dibenturkan dengan pendidikan terdapat 2 variasi.
1) Fundamentalisme pendidikan religius, dapat dilihat
dalam gereja-gereja Kristen tertentu yang bersifat
fundamentalis, yang memiliki komitmen yang sangat
kuat terhadap pandangan dari kenyataan yang secara
harfiah cukup kaku seperti yang diungkap oleh
otoritas Alkitab.
Dalam fondamentalis pendidikan religius ini secara
realita dapat kita lihat disekita kita sama halnya dari
contoh diatas di Indonesia yang mayoritas
penduduknya Islam yang juga banyak berkembang
pendidikan dari peninggalan ulama ulama terdahulu
yang konservatif yang berkembang sampai saat ini
seperti pondok pesantren salafiyah yang bercorak
konservatif dimana metode pembelajaran yang
digunakan yaitu mendengarkan, hafalan dan
mempercayai dengan yakin apa yang diajarkan oleh
guru atau Kiyai yang memberikan suatu pengetahuan
, sehingga oleh peserta didik atau santri dipegang dan

17 | Sekolah Pendidikan Kritis II


diamalkan secara serius tanpa keraguan sedikitpun
mengenai kebenaran yang disampaikan.
2) Fundamentalisme pendidikan sekuler, pendidikan
sekuler merupakan konsep pendidikan yang
memisahkan urusan agama dengan urusan dunia,
sehingga dalam pelaksanaanya pendidikan sekuler ini
tidak terikat pada aturan atau nilai-nilai agama yang
dimasukkan dalam pendidikan tersebut. 5
Dampak nyata adanya sekulerisme dalam pendidikan
di Indonesia ialah dalam Undang-undang Sistem
pendidikan Nasional (Sisdiknas) No. 20 tahun 2003,
pada Bab VI tentang jalur, jenjang dan jenis
pendidikan bagian kesatu pasal 15 yang berbunyi :
“Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum,
kejuruan, akademik, profesi, advokasi, keagamaan
dan khusus”.
Dari pasal yang termuat diatas dapat diuraikan bahwa
terdapat dikotimi antara pendidika agama dengan
pendidikan umum. ini menjadi buti bahwa pendidikan
di Indonesia mulai ada perkembangan yang mengarah
pada pendidikan yang bercorak sekuler.
b. Intelektualisme Pendidikan
Ideologi Intelektualisme menganut sebuah etika diri
yang universalistik atau terbuka, dan cenderung semua
intelektualis lahir dari ungkapan konservatisme politik
yang berdasarkan pada sistem pemikiran filosofis. Pokok
permasalahan yang muncul pada konsep pendidikan
intelektualisme ini tidaklah jauh dari kepentingan untuk

5
Jarman Arroisi, Hidayatus Sa’dah, Sekularisasi Pendidikan dan
Implikasinya Terhadap Peserta Didik, Jurnal pendidikan Gontor, Vol 02,
No.1, 2020, 56.
18 | Sekolah Pendidikan Kritis II
mencapai kemapanan dalam praktik-praktik pendidikan,
dapat disimpulkan bahwa konsep pendidikan ini tidak
jauh dari kepentingan antar individu kearah pemahaman
yang luas.6
Dalam pendidikan kontemporer, Konservatisme
filosofis mengungkapkan diri sebagai intelektualisme
pendidikan dimana ada 2 variasi mendasar yaitu
Intelektualisme pendidikan (bersifat sekuler, dapat
diamati dalam pemikiran beberapa orang teoretisi
pendidikan kontemporer seperti Robert Maynard
Hutchins dan Mortimer Adler) dan Intelektualisme
teologis (yang memiliki orientasi yang tercantum dalam
tulisan para filsuf pendidikan Katolik Roma kontemporer
seperti William McGucken dan John Donahue).
Penerapan pendidikan intelektualisme ini
memerelukan kadar elitis intelektual dalam pendidikan
yang memerankan berjalannya sistem pendidikan, yang
kemudian harus membawa pendidikan ke ranah individu
yang mempunyai daya nalar tinggi di sekolah. Selain itu
salah satu caranya lagi ialah dengan menggunakan metode
pembelajaran yang tradisonal seperti ceramah, tes, dan
diskusi secara struktur yang diarahkan oleh guru. Pada
pembelajaran juga harus diarahkan oleh guru , namun
guru juga harus berusaha untuk bekerjasama dengan siswa
secara alamiah rasional, sehingga murid tidak buta
terhadap pengetahuan karena adanya indoktrinasi dalam
penyampaiannya.

6
Ketut Wisarja, Ketut Sudarsana, Refleksi Kritis Ideologi
Pendidikan Konservatisme Dan Liberalisme Menuju Paradigma Baru
Pendidikan, Journal of Education Research and Evaluation, Vol. 1, No.4,
2017, 286.
19 | Sekolah Pendidikan Kritis II
c. Konservatisme Pendidikan
Pada dasarnya konservatisme adalah posisi yang
mendukung ketaatan terhadap lembaga dan proses budaya
yang telah teruji oleh waktu dengan didampingi dengan
rasa hormat yang mendalam terhadap hukum dan tatanan
sebagai landasan perubahan sosial yang konstruktif.
Ideologi Pendidikan Konservatif juga memegang
pemahan bahwa pendidikan lebih cenderung dengan
konsep meneruskan dan melestarikan keyakinan-
keyakinan serta praktik-praktik pendidikan yang sudah
mapan sebagai cara yang normal dan dianggap benar
untuk kehidupan sosial.7
Dalam ranah pendidikan seorang konservatif
beranggapan bahwa sasaran utama sekolah adalah
pelestarian dan penerusan pola sosial serta tradisi yang
telah mapan. Ada 2 ungkapan konservatisme pendidikan
yaitu:
1) Konservatisme pendidikan religius, menekankan
peran sentral pelatihan rohaniah sebagai landasan
membangun karakter moral yang tepat. Dalam hal ini
nilai-nilai religius yang diwariskan oleh agama,
budaya, dan warisan yang secara tradisi memiliki
nilai-nilai relogius terhadap peserta didik yang
mengarahan pada terbentuknya karakter yang religius.
2) Konservatisme pendidikan sekular, lebih ke
memusatkan pada perlunya melestarikan dan

7
Richard Junior Kapoyos, Paradigma Pendidikan Seni Melalui
Ideologi Liberal dan Ideologi Konservatif dalam Menghadapi Revolusi
Industri 4.0, Jurnal Pertunjukan dan Pendidikan Musik, Vol.2, No. 1, 2020,
44.
20 | Sekolah Pendidikan Kritis II
meneruskan keyakinan dan praktik yang telah ada
sebagai cara untuk menjamin pertahanan hidup secara
sosial serta efektivitas secara kuat oleh orientasi
pendidikan yang bersifat Al-kitabiah dan Evangelis
(mendakwahkan agama). Konservatisme sekular
cenderung terwakili oleh para kritisi tajam dari
kalangan pendukung progresifisme dan permesifisme
pendidikan seperti James Koerner dan Hyman
Rickover.
3. Ideologi Pendidikan Liberal
Liberal atau liberalisme adalah suatu pandangan yang
menekankan pengembangan kemampuan, melindungi hak dan
kebebasan (freedom), serta mengidentifikasi problem dan
upaya perubahan sosial secara inskrimental demi menjaga
stabilitas jangka panjang.8 Bagi penganut liberalis, pendidikan
adalah usaha untuk melestarikan dan meningkatkan mutu
tatanan sosial yang ada dengan cara mengajarkan pada setiap
anak-anak bagaimana cara mengatasi masalah-masalah
kehidupannya sendiri secara efektif. Pendidikan diperoleh
melalui pengalaman (empiris) dan terbentuk serta dipengaruhi
oleh lingkungan (behavioris). Menurutnya pendidikan harus
bisa menyesuaikan diri terhadap kondisi zaman dengan cara
memecahkan berbagai macam masalah internal melalui
reformasi diri secara “kosmetik”, seperti pengadaan sarana
prasarana yang memadai, menyeimbangkan rasio murid dan
guru, menciptakan metode pembelajaran yang efektif (cara
belajar siswa aktif, modul, remedial learning, learning by
doing, experimental learning), penataan manajemen sekolah

8
Subagja, S. (Gagasan Liberalisasi Pendidikan. Malang) Madani.
Hal.13
21 | Sekolah Pendidikan Kritis II
dan lain-lain Menyebutkan bahwa ideologi pendidikan liberal
ada tiga macam yaitu:

a. Liberalisme Pendidikan
Tujuan jangka panjang pendidikan menurut seorang
yang liberal adalah untuk melestarikan dan memperbaiki
tatanan sosial yang ada dengan cara mengajar siswa
sebagaimana caranya menghadapi persoalan-persoalan
dalam kehidupannya sendiri secara efektif. Intensitas
liberalisme pendidikan berbeda-beda. Dari yang relatif
lunak yaitu liberalisme metodis dengan tokoh Maria
Montessori, ke liberalisme direktif (liberalisme yang
bersifat mengarahkan) yang barang kali sarat akan muatan
filosofis dari John Dewey, hingga ke liberalisme non-
direktif atau liberalisme laissez faire (liberalisme
pengarahan) yang merupakan sudut pandang dari A.S.
Neill atau Carl Rogers.
b. Liberasionisme Pendidikan
Liberasionisme sendiri adalah sebuah sudut pandang
yang menganggap harus adanya perombakan yang
berlingkup besar terhadap tatanan politik yang ada sebagai
cara untuk memajukan kebebasan individu dan
mempromosikan perujudan potensi diri secara maksimal.
Liberasiomisme pendidikan mencakup spektrum
pandangan yang luas, yang merentang dan liberasionisme
pembaharuan yang relatif bersifat konservatif di
pertengahan tahun 1960 an dalam berbagai protes
menuntut hak warga negara ke komitmen yang kuat dan
mendesak terhadap liberasionisme revolusioner dengan
seruan agar sistem pendidikan segera mengambil peran
aktif dalam menggulingkan tatanan politik yang ada.

22 | Sekolah Pendidikan Kritis II


Bagi pendidik liberasionis sekolah harus bersifat
obyektif namun tidak sentral. Sekolah memiliki fungsi
ideologis bukan hanya mengajarkan bagaimana cara
berfikir efektif namun juga membantu siswa untuk
menemukan keputusan dalam menyelesaikan masalah.
Dengan kata lain liberasionisme pendidikan dilandasi oleh
sistem kebenaran yang terbuka yang mencakup komitmen
tertentu terhadap tindakan yang bersifat obyektif.
Puncaknya liberasionisme pendidikan adalah orientasi
yang berpusat pada problem atau aturan. Namun juga
memandang bahwa sekolah secara moral berkewajiban
untuk mengenali dan mempromosikan program sosial
konstruktif bukan hanya melatih pikiran siswa.
Metode yang sering digunakan oleh penganut
liberasionisme pendidikan adalah metode hafalan untuk
mengasah intelektual siswa dan metode kedisiplinan.
Dilihat dari metode yang digunakan, maka Ideologi ini
menganggap bahwa manusia harus mengusahakan
pembaruan/perombakan pendidikan dalam ruang lingkup
besar, sebagai jalan menuju perluasan kebebasan
individual serta untuk mempromosikan perwujudan
potensi-potensi personal sepenuhnya.9
c. Anarkisme Pendidikan
Seorang pendidik yang anarkis seperti pendidik
liberal dan pendidik liberasionis umumnya menerima
sistem penyidikan eksperimental yang terbuka
(pembuktian melalui pengetahuan dan penalaran ilmiah),

9
Rofiqotul Aini. (Titik Temu Ideologi Pendidikan Islam Konservatif
dan Liberal). Jurnal Pendidikan Islam. Vol. 2, No. 2, Desember 2017, hlm.
243
23 | Sekolah Pendidikan Kritis II
atau mau menerima pikiran-pikiran yang dianggap selaras
dengan sestem pendidikan semacam itu. Seorang pendidik
anarkis beranggapan bahwa perlunya meminimalisir atau
menghapus pembatasan kelembagaan terhadap perilaku
personal, membuat masyarakat bebas lembaga. Sejalan
dengan pemikiran tersebut, pendekatan terhadap
pendidikan terbaik adalah pendekatan yang
mengupayakan untuk mempercepat perubahan
humanistik yang berskala besar yang mendesak dalam
masyarakat dengan cara menghapus sistem persekolahan.
Seperti pemikiran Ivan Illich dan Paul Goodman. Sudut
pandang anarkisme pendidikan meliputi anarkisme taktis
(ingin melebur sekolah-sekolah sebagai cara untuk
membebaskan kekayaan sumberdaya untuk keperluan
yang mendesak) hingga ke anarkisme utopis (yang
memimpikan terciptanya masyarakat yang secara mutlak
terbebas dari segala pembatasan kelembagaan).
Anarkisme pendidikan memiliki tujuan untuk
membawa perombakan perombakan dan pembaharuan
yang segera dan berlingkup (berskala) besar serta bersifat
humanistis, yaitu dengan cara menghapus sistem
pendidikan formal yang ada sekarang secara keseluruhan
dan menggantikannya dengan pola belajar yang
ditentukan sendiri oleh perorangan secara sukarela. Hal
ini dapat dilakukan dengan menyediakan akses yang
bebas dan universal ke bahan-bahan pendidikan sehingga
tidak menonjolkan adanya sistem persekolahan wajib.

24 | Sekolah Pendidikan Kritis II


MATERI III

EPISTEMOLOGI PENDIDIKAN

A. Pendidikan Kritis Paulo Friere


1. Riwayat Hidup Paulo Freire
Paulo Freire merupakan seaorang tokoh pendidikan
yang lahir di Brazil pada tanggal 19 September 1921 dari
pasangan Joaquim Temistocles Freire dan Edeltus Neves
Freire. Paulo Freire dilahirkan di dalam keluarga kelas
menengah di Recife, Brazil. Recife merupakan sebuah kota
pelabuhan di timur Brazil, di mana wilayah tersebut masih
dalam lingkup wilayah yang penuh kemiskinan dan
keterbelakangan. Keluarga kelas menengah dan juga wilayah
miskin inilah yang menjadi latar belakang dari pemikirannya
yang condong kepada rakyat miskin dan masyarakat
menengah kebawah.
Pada saat krisis ekonomi yang melanda Amerika
Serikat pada tahun 1992 juga mulai melanda Brazil, keluarga
Freire yang merupakan keluarga menengah mengalami
kejatuhan finansial yang amat hebat. Kejatuhan finansial ini
yang memaksa keluarga Freire untuk pindah ke Jabato pada
tahun 1931. Saat keluarga Freire mengalami kejatuhan
finansial ini menjadikan ia kerap kali merasakan kelaparan
pada usia sekolah.
Pada saat kondisi finansial keluargannya mulai membaik, ia
menyelesaikan sekolah lanjutan dan memulai pendidikannya
di Universitas Recife dengan mengambil fakultas hukum. Saat
dalam Univesitas, ia juga banyak belajar mengenai filsafat dan
psikologi bahasa. Setelah menyelesaikan studinya, pada tahun
1944, Freire menikah dengan Elza Maia Costa Olivera, yakni

25 | Sekolah Pendidikan Kritis II


seorang guru sekolah dasar. Pada saat itulah pemikirannya
mengenai dunia pendidikan mulai tumbuh.
2. Konsep Pendidikan Poulo Freire
Pendidikan menurut Paulo Freire haruslah
berorientasi pada pembebasan manusia dari rasa takut dan rasa
tertekat akibat penindasan yang dilakukan oleh para penindas.
Konsep yang ditawarkan oleh Freire ini, secara ideal mestinya
mampu menjadi solusi atas bentuk-bentuk ketimpangan
sistem pendidikan kita, baik secara teoritik maupun praktik di
lapangan.
Paulo Freire dalam bukunya “Pendidikan Kaum
Tertindas”, banyak mengkritik mengenai sebuah metode ajar
yang ia sebut sebagai metode pendidikan gaya bank. Menurut
Paulo Freire, Pendidikan gaya bank ini menganggap
pengetahuan merupakan sebuah anugrah yang di berikan oleh
orang yang mereka anggap berpengetahuan kepada orang
yang mereka anggap tidak berpengetahuan.
Pendidikan gaya bank ini menganggap orang lain
sebagai orang bodoh yang mutlak. Hal ini sama saja dengan
menganggap manusia sebagai makhluk yang gampang di atur
layaknya benda. Sama seperti ideologi penindasan lain,
pendidikan gaya bank ini berarti mengingkari pendidikan dan
pengetahuan sebagai proses pencarian.
Menurut Paulo Freire, dialog merupakan unsur yang
sangat penting dalam pendidikan, sehinga beliau
mengembangkan sebuah metode pendidikan baru yang beliau
sebut sebagai metode “Pendidikan Hadap Masalah”. Dalam
metode ini murid belajar dari guru dan guru belajar dari murid,
dan keduanya di anggap sebagai subyek pendidikan dengan
objeknya adalah ilmu pengetahuan itu sendiri. Guru
diposisikan seagai teman murid yang membantu merangsang
daya kritis bersama-sama keduanya mengembangkan

26 | Sekolah Pendidikan Kritis II


kemampuan mengerti secara kritis terhadap diri mereka
sendiri maupun dunia sekitar mereka.
Berbeda dengan pendidikan gaya bank yang
cenderung kaku dan statis, pendidikan hadap masalah ini
menganggap dunia bukanlah realitas yang statis, tapi metode
ini menganggap dunia merupakan sebuah proses untuk
“menjadi”, makhluk yang belum selesai, yang berada di dalam
kenyataan yang belum selesai pula.
Pendidikan hadap masalah, dimana guru dan murid
sama-sama mendiskusian mengenai realita, sehingga dari
pergumulan tersebut diharap dapat muncul sebuah kesadaran
dalam memandang realita, lalu dari kesadaran tersebut pula
diharapkan munculnya tingkah laku kritis di dalam diri
seseorang/anak didik. Paulo Freire sendiri membagi dan
mengelompokkan kesadaran setidaknya menjadi 4 kelompok
yakni:
a. Kesadaran Intansitif.
Kesadaran ini merupakan kesadaran dimana
manusia hanya terikat pada kebutuhan jasmani saja.
Manusia dengan kesadaran ini tidak sadar akan sejarah
dan tenggelam di dalam masa kini yang menindas.dalam
kesadaran ini manusia akan berhenti pada konteks
kebutuhan jasmani saja di mana hanya memikirkan
kebutuhan pangan.

b. Kesadaran Semi Intransitif.


Kesadaran Semi Intransitif ini kerap kali disebut
juga sebagai Kesadaran Magis. kesadaran ini terjadi pada
masyarakat berbudaya bisu, di mana masyarakatnya
tertutup. Di sebutkan pula yang merupakan ciri dari
kesadaran ini sifatnya yang fatalistik, dimana mereka
yakin bahwa hidup merupakan sebuah jalan takdir dan

27 | Sekolah Pendidikan Kritis II


meyikini juga bahwa yang mereka alami merupakan
takdir yang tidak dapat dirubah. Mereka yang dalam
kondisi kesadaran ini hidup dalam kekuasaan orang lain
dan menganggap hidup mereka yang seperti itu
merupakan sebuah takdir.
Dalam kesadaran semi intrasitif ini seorang
manusia akan terlalu pasrah dalam menjalani
kehidupannya dan manusia akan terbelengu dalam
sebuah pemahaman takdir yang seakan segala sesuatu
yang di lakukan dan terkait dunia akan berhenti,
bahwasanya semu itu adalah takdir dan proses seseorang
manusia akan berhenti dengan sebuah pandangan yang
terlalu pasrah dalam suatu kehidupan ini.kesadaran
konservatif lahir dalam sebuah paradigma konservatif,
paradigma ini menjelaskan bahwa ketidak sederajatan
manusia ini lahir dari proses yang alami dan tidak bisa
mengelak karena ini merupakan takdir tuhan.
Contoh nyata kesadaran semi intransitif ini adalah
masyarakat desa yang terbelnggu dalam penyikapan
kemiskinan. Fenomena kemiskinan ini pada umumnya di
anggap bawa ini merupakan takdir yangdi berikan oleh
tuhan kepada kita namun juga dapat di lihat bahwa
sebenarnya kemiskinan ini di akibatkan kesenjanagan
sosial yang terjadi dan juga tingkat pengangguran yang
juga cukup besa, hingga pada taraf ini manusia memiliki
anggapan yang di anggap semua sudah jalannya. Tentu
dalam kesadaran magis ini akan menjadi benalu untuk
masyarakat desa untuk dapat keluar dari jurang
kemiskinan.

28 | Sekolah Pendidikan Kritis II


c. Kesadaran Naif.
Kesadaran Naif merupakan kesadaran di
mana manusia sebenarnya mampu untuk
mempertanyakan mengenali realita. Namun orang
dengan kelompok kesadaran ini cenderung masih
memiliki sifat primitif dan naif seperti
mengidentifikasikan diri dengan elite, kembali ke
masa lampau, mau menerima penjelasan yang sudah
jadi, sikap emosi kuat, banyak berpolemik dan
berdebat tetapi bukan dialog.
Dalam taraf kesadaran ini manusia akan
sedikit lebih maju terkait pemikirannya bahwa
manusia ini telah sadar dan semua yang terjadi di
lakukan dari seseorang itu sendiri, seperti halnya dia
sudah paham bahwasanya ada permasalahan sosial di
lingkunganya namun belum bisa sepenuhnya untuk
memberikan solusi,contoh lainya seperti bahwa
seseorang itu sadar bahwa dia miskin dan dia sudah
seharusnya kaya namun juga tidak bisa tahu caranya
untuk kaya.

d. Kesadaran Kritis Transitif


Kesadaran Kritis Transitif ini merupakan
kesadaran tertinggi dari 4 kelompok kesadaran yang
disebutkan oleh Paulo Freire. Orang dengan
kesadaran ini bisa dilihat dengan berbagai ciri
kedalaman menafsirkan masalah-masalah, percaya
diri dalam berdiskusi, mampu menerima dan
menolak, pembicaraan bersifat dialog. Orang dengan
kesadaran ini mampu untuk merefleksi realita sekitar
dan menganalisa hubungan sebab akibat dari sebuah
masalah.

29 | Sekolah Pendidikan Kritis II


Seperti yang Paulo Freire sebutkan, bahwa
pendidikan dialogis atau hadap masalah di ciptakan
dengan tujuan membangun kesadaran manusia dalam
melihat realita. Pendidikan dipandang sebagai suatu
salah satu alat dalam upaya menyadarkan manusia
akan ketertindasan. Maka jelas bahwa Paulo Freire
dengan metode mendidikan hadap masalah ini
bertujuan agar anak didik dapat mencapai tingkatan
kesadaran tertinggi yakni kesadaran kritis transitif.

B. Lahirnya Teori Kritis , Institut Sosial Dan Madzab


Frankfrut
Istilah teori kritis tdak bisa lepas dari mazab frankfrut, yaitu
sekumpulan filsuf beraliran Marxis di abad XX an yang
berkontribusi langsung di institut penilian sosial (institut fur
socialforschung) yang berpusat di Frankfrut Jerman. Lembaga
sosial ini pertama didirikan oleh Felix Jose Weil, ialah anak
seorang pedagang gandum yang kaya raya juga putra dari seorang
sarjana ilmu Politik. Berkat bantuan finansial dari Ayahnya Felix
bisa mendirikan sebuah lembaga yang kusus meneliti teory sosial
di dalamnya, serta indepedensi dari Universitas Frankfrut.
Pembangunan institut sosial ini merupakan satu-satunya proyek
yang sukses bagi Felix dalam mendirikan lembaga Pendidikan
Radikal di Jerman. Atas putusan mentri Pendidikan Jerman berupa
dikeluarkanya dekrit resmi berdirinya Institut sosial pada tanggal
3 Febuary 1923 institut sosial ini resmi berdiri dan beroprasi.
Pendirian institut sosial merupakan gagasan lama bagi felix
weil, dalam pertemuan “firs marxist work week”, di tahun 1922
yang dihadiri banyak pemikir beraliran marxis diantaranya, Georg
Lukcas (aktifis Partai Komunis Hungaria), Karl Korsh (aktifis
Komunis Jerman), Freidrich Pollock (ahli ekonomi), dan Karl Witt

30 | Sekolah Pendidikan Kritis II


fogel (sejarawan) mendiskusikan keinginan para pemikir kiri ini
untuk menerbitkan sebuah buku dengan judul marxism and
Philosophy, Pendiskusian ini banyak menimbulkan perhatian
publik atas esensi diskusi yang dibuatnya ditimbang dari beberapa
pertemuan yang telah diadakan. Felix sebagai seorang yang
melopori adanya diskusi tersebut mengharapkan pertemuan ini
tidak terputus sampai disini, dengan kata lain naiatan felix
mengharapkan adanya ruang atau lembaga kusus untuk berdiskusi,
seperti menciptakan pusat study marxis independen agar dapat
bebas berdiskusi teory-teory sosial di dalamnya. Niatan dari Felix
itu menimbulkan perhatian kusus dari berbagai pihak untuk
menyetujui, kemudian Felix memusatkan fokus finansial serta
skemanya sebagai wujud upaya merealisasikan berdirnya institut
sosial.
Kekalahan revolusi Jerman dan kemenangan revolusi Rusia
menciptakan kondisi kacau di tatanan masyarakat Dunia, dari
perkembangan sosial masyarakat yang tidak stabil dipengaruhi
kondsi ekonomi yang naik turun menimbulkan hasrat besar bagi
para pemikir marxis terkusus para Western Marxism (gerakan
pemikir sosial yang lebih luas dengan reintepretasi beragam),
untuk terciptanya wadah kusus yang mengkaji ulang teory sosial.
Karena dirasa teory sosial (marxis) ini belum mencapai kasta
sempurna, masih memerlukan pengejawemtahan kembali antara
teory, pengaplikasianya serta pengkontekstualisasianya terhadap
zaman yang berbeda dalam menghadapi kapitalis berwajah baru.
Pada awal beroperasi di tahun 1923-1933 Institut sosial
mengalami banyak variasi dalam corak penafsiran penelitian,
sama sekali belum bertendensi terhadap paradigma pemikiran
apapun terkusus pemikiran marxis, walaupun nantinya sudut
pandang marxis ini dipakai dalam paradigma kritis terhadap
penelitian di institut sosial ini. Dibawah pimpinan direktur
pertama Carl Gunberg (seorang sarjana ekonomi), setelah sahnya

31 | Sekolah Pendidikan Kritis II


menjadi direktur dikukuhkan pada tahun 1924, Grunberg
mengemukakan corak pandang akan pembawaan institut berbau
marxisme. Metode-metode pendekatan penelitian yang dilakukan
di institut mulai menemukan tendensi tersendiri terhadap konsepsi
marxis. Pandangan marxis ini, terus di digunakan oleh peneliti di
institut hingga pada pensiunya Carl Grunberg akibat penyakit yang
diteritanya di Tahun 1929.
Sekitar tahun 1933-1950 para tokoh institut berada
dipengasinganya di Amerika dalam kurun waktu yang lama tokoh
institut frankfrut mengalami kemandirian dalam kerja-kerjanya.
Pada saat itu, pendekatan pikiran kritis neo hegelian mulai
menghilmai lagi, reinterpretasi ide-ide dan juga penilitian berbau
marxis dikembangkan begitu pesat ketika direktur institut diambil
alih oleh max hokeimer di tahun 1930. Kemunculan instrumen
filsafat dan psikoanalisis yang juga memberikan dampak besar
bagi kerja-kerja institut dan juga awal gerbang konsepsi elaborasi
terory kritis yang sistematis.
Di tahun 1950 institut kembali dari pengasinganya ke Jerman
gagasan mengenai”teory kritis”pun sudah menjadi bentuk arus
pemikiran utama bagi tokoh-tokoh institut, dan mulai saat itu lah
“MAZAB FRANKFRUT” memerankan perananan dalam
memengaruhi pemikir sosial Jerman. Pengaruh itu tidak hanya
berkutat di Jerman namun, juga menyebar luas ke seluruh Eropa
dan Amerika serikat. Kondisi yang merebak luas ini sering disebut
sebagai masa “new left” (kiri baru). Masa kebangkitan arus pikiran
maxis dan juga metode pendekatan baru demi menjawab masalah
kondisi sosial.
C. Tokoh Madzab Frankfrut Dan Kritiknya
1. Marx hokheimer

32 | Sekolah Pendidikan Kritis II


Max Horkheimer merupakan seseorang filsuf
Jerman dan juga pelopor pendirianya madzab frankfrut yang
menjadikan arus pemikiran kritis menjadi icon di institut
frankfrut. Sebagai salah satu filsuf generasi pertama Mazhab
Frankfurt Ia lahir dalam 14 Februari 1895 pada Stuttgart,
Jerman, & meniggal dalam 7 Juli 1973 pada Nuremberg,
Jerman.
Pemikiran Kritis yang menghujani positivis habis-
habisan memberikan sumbangsih besar diawal karirnya
bersama mazab frankfrut. Seperti yang tertulis di karya esai
hokeimer bersama adorno “traditional and critical theory”.
Kritikan hokeimer akan kemajuan teori tradisional yang
berhasil muncul ulang ”filsafat positivis dan empiris” dengan
cirihas signifikanya mengawali panasnya pemikiran kritis di
abad 20 an. Pemikiran positivis yang menerima akan fungsi
ilmu dalam melihat fakta rupanya malah memenjarakan rasio
ke dalam varible terbawah. kegelisahanya hokeimer terutama
terletak pada penyampurannya teori positvis ke dalam kajian
ilmu. Dengan demikian lmu sosial disamakan dengan ilmu
alam.(Tom Bottomore, 2019)
Gejolak industrialisai di abad 18, membawakan efek
berkepanjangan bagi perjalanan ilmu. Rasio yang seharusnya
individualis memperlihatkan fakta benar dan salah, seakan
terkontaminasi oleh budaya produksi industri. Penggunaan
pola fikir kelompok sosial beraliran “positivis atau empiris”
yang memanfaatkan situasi sosioal, rupanya telah
mensubordinasikan rasio kepintu lorong industri.
Kritik-nya hokheimer dalam melihat kejadian
semacam ini “Positivis dan empiris” lah sebagai virus besar
bagi kesehatan intelektualitas yang mengakibatkan
terpisahnya antara pengetahuan dan dunia praksis, teknologi
dan humanism.(Tom Bottomore 2019) Karateristik rasio yang

33 | Sekolah Pendidikan Kritis II


sehusnya sebagai motorik dalam menyelesaikan problematik
sosiologis kian menjadi budak pelayan egoisme kebutuhan
manusia. Gerusan kapitalis juga, terhadap masyarakat
mutakhir telah menjadikan musuh semu tak terlihat,
pergerakanaya yang perlahan membius akal sehat masyarakat
atas jajahan terhadap kenaluriahanya. Fungsional akal untuk
memilah mana ini bentuk jajahan, dan mana ini keharusan
sangat bias.
Ternyata keruntuhan sistem foadalism, tidak
membuat runtuhnya kebebasan kelas borjuasi dalam ekspansi
kapitalisnya. Produk pemikiran rasio yang kontras terhadap
kepentingan kapitalis (pemilik modal) mulai dilenyapkan,
agar tidak menjadikan penghambat jalan kebebasan
kepentinganya. Alhasil dalam pengamatan hokheimer ilmu
digunakan sebagian kaum dalam upaya pelanggengann
produksi industrial. Dalam corak masyarakat kapitalis, ilmu
diproyeksikan kapitalis menjadi penyuplay hegemoni kapital
atas masyarakat. Dengan munculnya teknologi-teknologi
berdaya ekploitatif semu, menjadikan ilmu malah
membelenggu manusia bukan menjadi instrumen pembasan
bagi manusia.(Sindung Tjahyani, 2007)
Dalam konteks ini ilmu justru mematikan rasio dalam
suatu proses sosial seperti halnya kemajuan tekhnologi yang
di sini akan membawa seorang manusia yang lahir dari
ketidaktahuan teknologi lalu dia dapat memahami teknologi
itu sendiri, dan menjadikan ketergantungan seseorang
terhadap teknologi yang disitu justru akan memenjarakan
rasio seseorang, tidak dapat memahami suatu realita dengan
pemikirannya yang seharusnya di kembangkan.
2. THEODOR ADORNO (Theodor Ludwig Wiesengrund
Adorno)

34 | Sekolah Pendidikan Kritis II


Adorno merupakan seseorang filsuf, musikolog,
sekaligus sosiolog berkebangsaan Jerman. Ia lahir dalam 11
September 1903 & meninggal dalam 6 Agustus 1969 dalam
usia 65 tahun. Tidak terkenal seperti tokoh madzab frankfrut
lainya, adorno mengawali karirnya di institut frankfrut
bersama hokeimer dan juga sebagai mitra kerjanya. Mereka
banyak menorehkan karya selama masa berkarirnya di
madzab frankfrut. Tulisan kritikan merka seperti cakrawala
cikal bakal teori kritis nantinya. Komunikasi serta kontribusi
adorno terhadap madzab frankfrut bersifat informal hinnga
pada tahun 1938.(Tom Bottomore 2019)
Salah satu sumbangannya menjadi anggota mazhab
Frankfurt terhadap kondisi sosiolgis terkini merupakan
kritiknya dalam masyarakat terkini(mutakhir) menjadikan
bentuk penindasan terhadap individu yang dilakukan
kapitalisme. Pemikiran Adorno merupakan mengenai
interaksi manusia terhadap lingkungan.(Fatiha Firdaus)
Adorno mengungkapkan pemikiran kritriknya termuat dalam
esai-esai hokheimer yang bertujuan awalnya menjadi anti
tesisnya terhadap pemikiran karl popper. Karl popper yang
dituding adorno sebagai positiv mengelak akan klaim adornro
terhadapnya. Popper menganggap pemikiranya yang kritikus
positivisme dalam wina lingkaran realis. Dalam perdebatan
argumentasinya adorno hanya sedikit dalam memperhatikan
tesisnya Popper tentang jobdis teori sosial. Penekanan adorno
kemudian lebih memberikan perhatianya terhadap kajian
filsafat dan motodologi santifik. alhasil pemikiran adorno
telah merombak dan memberikan pembaharuan terhadap
modivikasi pemikiran kritis mazab frankfrut. Dengan metode
“Dialektika Negativ” adorno mengemukakan pandangan
pemikiran kritisnya sebagai kekritisan yang murni, yang tidak
ada tendensi kon sepsi positifis di dalamnya. Alternatif

35 | Sekolah Pendidikan Kritis II


pemikiran adorno sebagai solusi terhadap masyarakat bisa di
reorentasikan dalam wujud ke absolutan lebih berkaitan
dengan epistimologisnya. Pandangan konsepsi dunia sebagai
konstelasi objek empiris dapat dipahamai secara memadai
dengan konsep yang ada. Kemudian, gagasan itu, tidak
menempatkan fakta idividu secara menyeluruh. (Tom
Bottomore, 2019)
Dalam pemikiran dari adorno ialah tentang hubungan
manusia degan sekelilingnya dan yang terkait
dengannya.adorno menjelaskan bahwa manusia menjadi rakus
dengan teknologinya seperti halnya adanya mesin penebang
pohon yang membuat manusia semakin mudah untuk
penebangan pohon dan manusia menjadi rakus untuk
mengambil sumber daya lingkungan hidup dengan tekhnologi
yang dimilikinya dan ini yang dinamakan adorno sebagai
“negatifitas total” yang di mana kondisi ini mencerminkan
bahwa lingkungan kehidupan menguasai manusia hingga
berdampak kerusakan sekitar yang harus di tanggung oleh
manusia itu sendiri.
3. HIBERT MARCUSE
Marcuse lahir di Berlin pada 19 juli 1898, dengan keturunan
yahudi yang mengikatnya berangkat dari kelurga yang
menengah marcuse besar belajar di Universitas Berlin dan
Unifesrsitas freidburg. Berawal dari sini marcuse mempelajari
berbagai filsafat dan meraih gelarnya doctor di Universitas
Freidburg.perkenalanya marcuse dengan filsuf Edmund
Huserl dan martin Heideger menjadi awal pergelutanya
marcuse dengan dunia filsafatnya. Perjalanan dengan kedua
filsuf ini memberikan dampak yang baik bagi marcuse. Di
bawah bimbingan Huserl marcuse berhasil menuntaskan
skipsinya dengan judul” Hegels Ontologie und die
Grunlegung einerTheorie der Geschichlichkeit” namun kedua

36 | Sekolah Pendidikan Kritis II


pengaruh besar yang dominan itu, tidak membuat Marcuse
memilikinprmikiran yang sama persis. Marcuse besar lebih
memiliki simpati terhadap pemikiran yang ke kiri-kirian hal
itupun, mengakibatkan pola hubungan bersama Heideger
renggang di akhir studinya.( Agus Darmaji, 2013)
Kiprahnya terhadap ke kritisanya marcuse dapat dilacak
kecika marcuse bergabung dengan mazab frankrut. Dengan
banyak hasil karya marcuse bersama mazab frakfrut terhadap
kerja analisis terhdap masyarakat muthakir. Reason and
revoliton dan Eros and Civilition merupakan bentuk
sumbangsih Marcuse bersama mazab frankfrut. Walaupun,
ditahun 1940an Marcuse tidak lagi tercatat sebagai anggota
yang formal di dalmnya. Corak pemikiran filsafat yang
sistematis marcuse memunculkan kontribusi besar bagi
mazab frankfrut atas intepretasi pemikiran marx. Setelah
kejadian Revolusi Bolsevik para cendikiawan Mazab
Frankfrut terutama Marcuse melakukan kajian ulang atas
pemikiran Marx yang dianggap sudah banyak diselewengakan
bagi politisi. Alur arah yang sistematis berusaha membukakan
fakta objektif dan ilmiah atas penyelewengan ajaran marx
tersebut.( Agus Darmaji, 2013)
Kritikaan Marcuse terhadap masyarakat modern yang
ditandai dengan perkembangan teknologi yang pesat.
Walaupun sebuah teknologi yang maju bisa menjadi
parameter untuk melihat kemajuan masyarakat dengan adanya
teknologi yang menjadi instrumen pembantu kebutuhan
manusia. Persoalan yang terjadi di masyarakat modern adalah
kelimpahan. Bagi Marcuse kondisi ini yang terjadi
mengakibatkan produktivitas kerja melimpah, manusia bisa
dengan luasa memenuhi kebutuhan hidupnya hingga malah
melakukan kejahatan dengan kebebasan memenuhi hasrat
dunianya sendiri dalam sektor ekonomi. Pandangan sinis

37 | Sekolah Pendidikan Kritis II


ditujukukan marcuse terhadap kaum buruh yang larut dalam
kondisi konformistis ini, akan eksploitasi kesadaran nalurinya
yang terbentuk oleh budaya seperti ini.
Penuelundupanya marcuse terhadap pemikiran
Freudian untuk senjata dalam menganalisis kondisi sosiologis
masyarakat mutahir kiranya memang di perlukan. Bagi
marcuse ajaran Freudian ini bisa dinamis dan juga memiliki
korelasi terhadap pemecahan masalah sosilogis. Posisi psikogi
dan juga sosiologi ini bisa saling diperdebatkan namun, juga
harus saling memperngaruhi. Itulah marcuse berusaha
memasukan ajaran psikoanalisi Freudian unutuk menjebatani
dan merealiasaikan emansipatoris ajaran marx yang dirasa
belum terwujud. Marcuse menilai perhatian kaum buruh di era
marx berbeda dengan kaum buruh di era modernitas industri.
Intepretasi mengunakan freudian memungkinkan
memunculakan corak-corak pembebasan yang juga
membebaskan atas kondisi psikis yang selama ini masuk
kepada kesadaran palsu. Gagasan marcuse dengan kondisi
yang seperti ini dengan “one dimension man” masyarakat satu
dimensi konsep masyarakat satu dimensi menurut marcuse
lebih membahayakan dikarnekan kondisi keterperangkapan
manusia kedalam prinsip teknologi. Alhasil kemajuan
manusia diukur dengan kesamaan perluasan teknologinya.
Kesatauan antara produktifitas dan destruktifitas tak terlekan
lagi hingga merambat luas ke berbagai sektor tatanan
sosia.(Agus Darmaji, 2013)
Habert marcuse dalam bukunya one dimensional man
,memiliki cita-cita untuk memberntuk masyarkat baru, petama
harus di beri kesadaran pada orang untuk mengurangi rasa
ingin berkuasa. Yang penting konsentrasi kekuasaan harus di
redakan . kedua sudah waktunya orang mengurangi
perkembangan yang berlebihan karena ini merupakan

38 | Sekolah Pendidikan Kritis II


kebutuhan yang palsu yang secara sering di lakukan secara
artifisial di bangkitkan oleh sistem produksi. Maka dari ini
manusia sudah seharusnya di beri kesadaran kritis, di sini pula
marcuse mengajukan serangkaian kritik terhadap ilmu dan
teknologi dengan lantang ia menyindir bahwa masyarakat
industri di rombak dan di bebaskan dari kepalsual-kepalsuan.

4. JUGEN HABERMAS
Jurgen Habermas merupakan filsuf & teoritis social yang lahir
pada 18 Juni 1927 pada kota Dusseldorf, Jerman. Ia adalah
generasi ke 2 mazhab Frankfurt sekaligus profesor filsafat
Ketika Mazhab Frankfurt secara resmi telah lahir lagi.
Hebermas merupakan pelanjut tombak perjuangan
pendahulunya dalam meneruskan toritis kritis mazab
frankfrut. Pandangan hebermas menegenai teori kritis
bukanlah seperti teori ilmiah dengan sistematis metodologinya
seperti membuat tesis atas kejadian apapun. Teori kritis
beusaha mengupkan kejadian dibalik realitas sosial yang
terjadi untuk menemukan sebuah fakta objektif yang mungkin
kali masih adanya keabstrakan.
Seperti penerusnya pendahulu hebermas di lingkaran
teori kritis, hebermas bisa dikata penerus estafet perjuangan
tokoh-totkoh sebelumnya dalam peneragan antara teori kritis
dan prasisi lapangan. Menurut hebermas keterkaitan teori atas
praksisi lapangan menunjukan aktualisasi tersendiri
khususnya dalam jangka munculnya kritis sedniri. Dalam
hubungan interaksi manusia tidak bisa dipisahkan dengan
konsekuesi manusia satu dengan satunya akan tumbuh
hubungan komunikasi yang logis. Hal ini menunjukan setiap
manusia akan menalar sejauh mana dialogis yang terjalin ini
membangkitkan refleksi terhadap manusia.

39 | Sekolah Pendidikan Kritis II


Teori yang ditawarkan kepada rakyat berakhir
menggunakan perilaku yang pesimis. Namun, Jurgen
Habermas telah menghidupkan balik Mazhab Frankfurt &
melanjutkan balik teori kritis yang sebagai proyek menurut
para pendahulunya. Menurut Jurgen Habermas, teori kritis
bukanlah teori ilmiah, melainkan suatu metodologi yang
berdiri pada pada ketegangan dialektis antara filsafat & ilmu
pengetahuan (sosiologi). Teori krtis berusaha menembus
empiris sosial menjadi fakta sosiologis, buat menemukan
syarat yg bersifat trasendental yang melampaui data empiris.
Dapat dikatakan, Teori kritis adalah kritik ideologi. Jurgen
Habermas menambahkan konsep komunikasi ke pada teori
kritis tersebut yang menurutnya bisa merampungkan
kemacetana teori kritis yang ditawarkan sang pendahulunya.
Jurgen Habermas membedakan antara pekerjaan &
komunikasi (interaksi). Pekerjaan adalah tindakan
instrumental, jadi sebuah tindakan yang bertujuan buat
mencapai sesuatu. Sedangkan komunikasi merupakan
tindakan saling pengertian.
Jurgen Hubermas menawarkan teori kumunikasinya,
agar supaya manusia agar manusia bisa berkomunikasi dengan
baik ketika ingin memutuskan suatu hal apapun dengan
lawanya,tidak memutuskan sepihak tetapi hasil diskusi kedua
belah pihak. Untuk suatu komunikasi yang lahir dan di
butuhkan di ruang publik untuk sekedar berdiskusi dengan
baik, jujur dan benar hingga tepat sehingga diskusi yang di
hasilkan bisa produkti dengan hasil yang bagus dan
komprehensif.
D. Konsep Pendidikan Ivan Illich
1. Biografi Singkat Ivan Ilich
Ivan Illich adalah seorang filosof Austria. Di samping
itu, dia juga dikenal sebagai pastor dan aktivis sosial yang

40 | Sekolah Pendidikan Kritis II


kritis. Lahir di Wina pada 4 September 1926 dan meninggal
2 Desember 2002. Dari dari pasangan Ivan Illich Peter,
yang berprofesi sebagai insiyur dan Ellen née
Regenstreif-Ortlieb. Illich menguasai kurang lebih 10
bahasa, di antaranya; Spanyol, Jerman (bahasa asli),
Italia, Perancis, Portugal, Inggris, Hindi dan Yunani
Kuno.Antara tahun1942-1946, dia menghabiskan
waktunya di Roma untuk mempelajari histologi dan
kristalografi di University of Florence (Italia) serta teologi
dan filsafat di Universitas Kepausan Gregoriana serta
mempelajari sejarah abad pertengahan di
Salzburg(Hansom, 2001). Illich tidak mendapat pendidikan
secara formal, hingga usia 24 tahun. Sejak kecil, dia
memperoleh pendidikan secara privat bagi dari guru-guru
yang didatangkan ke rumahnya maupun dari neneknya.
Namun, interaksi ilmiah dengan para cendekiawan, yang
merupakan sahabat ayahnya, sangat berarti bagi
perkembangan pemikirannya kelak. Di antara para
cendekiawan itu ada nama Jacques Maritain, seorang
filosof dan Sigmund Freud, psikolog. Baru kemudian tahun
1941, dia mendapatkan pendidikan secara formal di Biara. Di
usia 24 tahun. Gelar master bidang teologi dan filsafat
diperolehnya pada usia 24 tahun, dari Gregorian University
di Roma. Sedangkan gelar Philosophy Doctor(Ph. D)
diperolehya dari University of Salzburg (Palmer & Mardiana,
2010). Dia pergi ke New York Amerika Serikat pada tahun
1951, tepatnya di Puerto Rico. Meskipun hidup di tengah
imigran Irlandia, namun dia cukup produktif menghasilkan
beberapa karya. Kehidupan akademisnya semakin gemilang,
banyak penelitian dan seminar yang diikutinya tentang
Instituonal Alternative in a Technolgical Society dengan
fokus studi tentang Amerika Latin, hal ini terjadi antara 1956-

41 | Sekolah Pendidikan Kritis II


1976. Illich meninggalkan beberapa karya, antara lain;
Descholling Society, New York, Harper & Row,
1971;Vernacular Gender, New York, Pantheon Books,
1982;A Celebration of Awareness (A Call for Institutional
Revolution), New York, Double Day, 1970;Medical
Nemesis (The Expropriation of Health), New York,
Pantheon, 1973;Tools for Conviviality, (New York: Harper
& Row, 1973); Energy and Equity,(New York: Harper &
Row, 1974);Shadow Work, (London;Marion Boyers, 1981).10
Kemudian ia pergi ke Mexico, dan pada tahun 1956-1969 ia
menjadi salah satu pendiri Centre For Intercultural
Documentation (CIDOC) di Cuernavara, Mexico, dan sejak
tahun 1964-1976 ia mendapatkan suatu penghormatan untuk
memimpin seminar-seminar penelitian tentang Institusional
Alternative In a Technological Society dengan memfokuskan
studi-studi tentang Amerika Latin. Komitmennya pada
humanisme radikal menjadikan ia salah seorang hero bagi
kaum katolik kiri. Akibat sepak terjangnya banyak tidak
dimengerti oleh hirarki gereja dan lembaga-lembaga
konvensional serta ide-ide yang berlaku tentang apa itu
keutamaan sosial. Sejak tahun 1981, Ivan Illich menjadi
profesor tamu di Gottingen dan berlin di Jerman. Dan akhir
tahun 1982 ia mengajar di Berkeley, California, Amerika
Serikat.11
2. Pemikiran Pendidikan Ivan Illich
Masyarakat masih mempercayai mitos-mitos seputar
sekolah dalam kehidupan sehari-hari, yaitu: pertama, mitos
nilai terlembaga. Masyarakat belajar untuk membutuhkan

10
Daniel Mohammad Rosyid, ‘Belajar, Bukan Bersekolah : Agenda
Deschooling Untuk Indonesia Abad 21 : Kembali Ke Rumah’, 2013, 1–251.
11
M. Arfan Mu’ammar, ‘Gagasan Pendidikan (Sebuah Analisis Kritis)’, At-
Ta’dib, 3.2 (2016), 141–61.
42 | Sekolah Pendidikan Kritis II
sekolah; belajar yang bernilai adalah hasil kehadiran kita
di kelas; nilai yang meningkat diukur dari ilmu pengeta-
huan yang diperoleh; nilai-nilai dapat diukur dan dicatat
melalui gelar dan ijasah. Kedua, mitos tentang pengukuran
nilai. Sekolah menginisiasi siswa ke dalam dunia mereka
bahwa segala hal adalah dapat diukur, termasuk prestasi
siswa; sekolah membagi berbagai mata pelajaran yang
hasilnya dapat diukur dengan standar internasional. Ketiga,
mitos pemaketan nilai-nilai: sekolah menjual kurikulum,
sehingga kurikulum berfungsi sebagai barang komoditas.
Keempat, mitos kemajuan yang berkesinambungan. Untuk
dapat maju, sekolah mengharuskan siswanya untuk selalu naik
ke tingkat yang lebih tinggi dengan kompetisi yang lebih ketat.
Ivan Illich berpendapat bahwa kekaburan antara sekolah dan
pendi-dikan telah menyebabkan keyakinan popular yang naïf
bahwa pendidikan harus mahal, rumit, dan dipercayakan
hanya dilakukan oleh pendidik spesialis. Dengan
memonopoli keuangan dan sumber daya manusia untuk
pendidikan yang sebetulnya telah tersedia di masyarakat,
sekolah telah mengecilkan lembaga lain untuk ikut dalam
proses pendidikan. Untuk mengatasi persoalan pendidikan
formal tersebut, Ivan Illich mengusulkan pembubaran sekolah
formal, atau masyarakat harus dibebaskan dari seko-lah
(deschooling society). Selanjutnya pendidikan lebih baik
dilaksanakan oleh masyarakat sendiri dalam bentuk jaringan
pendidikan.12
Lebih tajam lagi kritik yang dilontarkan Ivan Illich
dalam Deschooling Society bahwa kebanyakan siswa dari
kalangan keluarga miskin secara intuisi mengetahui apa yang

12
Muh. Hanif, ‘DESAIN PEMBELAJARAN UNTUK TRANSFORMASI SOSIAL (Studi Perbandingan
Pemikiran Paulo Freire Dan Ivan Illich Tentang Pendidikan Pembebasan)’, KOMUNIKA: Jurnal
Dakwah Dan Komunikasi, 8.2 (1970), 113–28 <https://doi.org/10.24090/komunika.v8i2.752>.
43 | Sekolah Pendidikan Kritis II
telah dilakukan oleh sekolah-sekolah terhadap mereka.
Sekolah-sekolah membingungkan mereka tentang proses dan
substansi sehingga segala sesuatu menjadi kabur. Logika baru
diasumsikan bahwa semakin bagus usaha yang dilakukan di
sekolah semakin bagus pula hasilnya atau semakin tinggi pula
tingkat kesuksesannya. Pada giliran berikutnya anak-anak
disekolahkan untuk menjadi bingung dan kabur tentang antara
mengajar dengan belajar, antara tingkat kemajuan dengan
pendidikan, antara ijazah dengan kompetensi dan antara
kelancaran dengan adanya kemampuan untuk menyatakan
sesuatu yang baru. Imaginasi anak dikarantina untuk
menerima pelayanan dari tatanan sesuatu nilai.13
Berdasarkan kondisi pendidikan sekolah di atas,
Illich mengagas konsep pendidikan tanpa sekolah. Adapun
konsep yang ditawarkan Illich sebagaiberikut: Pertama,
menghilangkan konsep batas umur dan usia wajib
sekolah. Tidak ada lagi masa kanak-kanak. Masyarakat
akan mampu menciptakan lingkungan yang menyenangkan
bagi kaum muda, jika mampu mengatasi masa kanak-
kanaknya(Illich, 2000).
Kedua, relasi guru dan murid. Kenyataan bahwa
orang belajar untuk mengetahui bagaimana cara hidup, justru
lebih banyak dilakukan di luar sekolah. Anak belajar
berbicara, merasa dicintai, bermain, bekerja sama, peduli dan
keterampilan hidup lainnya, dari lingkungan keluarga. Siswa
mempelajari sebagian besar dari yang seharusnya diajarkan
oleh gurunya, justru dari teman sebaya, dari bahan bacaan
sekunder dan praktik mandiri.Maka relasi guru dan
muridharus dibebaskan dari belenggu berkuasa dan
dikuasai(relasi yang membebaskan)(Illich, 2000).Ketiga,

13
Zulfatmi Zulfatmi, ‘Reformasi Sekolah (Studi Kritis Terhadap Pemikiran Ivan Illich)’, Jurnal
Ilmiah Didaktika, 14.1 (2013), 221–37 <https://doi.org/10.22373/jid.v14i1.498>.
44 | Sekolah Pendidikan Kritis II
memberi kesempatan kepada setiap orang untuk
mengakses sumber belajar secara mudah. Keempat,
memungkinan setiap orang yang memiliki suatu
pengetahuan berbagi kepada orang lain dengan mudah,
tanpa dibatasi formalisasi tertentu. Kelima,adanya jaminan
setiap orang atau pihak dapat berkontribusi dalam
pendidikan (Illich, 2000).14
Menurut illich wajib sekolah menimbulkan polarisasi
dalam masyarakat. Negara dinilai seperti kasta-kasta yang
drajat pendidikannya di tentukan jumlah rata-rata banyaknya
tahun pendidikan bagi warganya, kesempatan mendapatkan
pendidikan yang sama merupakan tujuan yang dapat di
laksanakan namun menyamkan dengan keharusan sekolah
sama halnya dengan anggapan keselamatan greja. Sekolah
telah menjadi gama yang di anut oleh proletar modern dan
memberikan janji-janji hampa dan keselamatan kepada kaum
miskin di zaman tekhnologi sekarang ini.

14
A Subkhan, ‘Relevansi Kebijakan Merdeka Belajar Terhadap Konsep Pendidikan Tanpa
Sekolah Ivan Illich’, At -Tarbiyat: Jurnal Pendidikan Islam, 04.03 (2021), 539–53
<http://jurnal.staiannawawi.com/index.php/At-
Tarbiyat/article/view/314%0Ahttp://jurnal.staiannawawi.com/index.php/At-
'mpTarbiyat/article/download/314/246>.
45 | Sekolah Pendidikan Kritis II
MATERI IV

MARXISME PENDIDIKAN

A. Riwayat Hidup dan Latar Historis Pemikiran Karl Marx


(1818-1883):
Karl Marx, pelopor utama gagasan ―sosialisme
ilmiah‖ dilahirkan tahun 1818 di kota Trier, ayahnya ahli
hukum dan diumur tujuh belas tahun Karl Marx masuk
Universitas Bonn, juga belajar hukum. Belakangan dia pindah
ke Universitas Berlin dan kemudian dapat gelar doktor dalam
ilmu filsafat dari Universitas Jena. Entah karena lebih tertarik,
Marx menceburkan diri ke dunia jumalistik dan sebentar
menjadi redaktur Rheinische Zeitung di Cologne. Tapi
pandangan politiknya yang radikal menyeretnya kedalam
kesulitan dan memaksanya pindah ke Paris. Disitulah dia mula
pertama bertemu dengan Freidrich Engels. Tali persahabatan
dan persamaan pandangan politiknya mengikat kedua orang
ini selalu dwi tunggal hingga akhir hayatnya. Karl Marx tak
bisa lama tinggal di Paris dan segera ditendang dari sana dan
pindah ke Brussel. Di kota inilah, tahun 1847, dia pertama kali
menerbitkan buah pikirannya yang penting dan besar The
Poverty of Philoshophy (Kemiskinan Filsafat).
Tahun berikutnya bersama dengan Freidrich Engels
mereka menerbitkan Communist Manifesto, buku yang
akhimya menjadi bacaan dunia. Pada tahun itu juga Karl Marx
kembali ke Cologne untuk kemudian diusir lagi dari sana
hanya selang beberapa bulan. Sehabis terusir dari sana-sini,
akhirnya Marx menyeberang selat Canal dan menetap di
London hingga akhir hayatnya. Meskipun hanya sedikit uang
dikoceknya berkat pekerjaan jurnalistik, Marx menghabiskan
sejumlah besar waktunya di London melakukan penyelidikan
46 | Sekolah Pendidikan Kritis II
dan menulis bukubuku tentang politik dan ekonomi (di
tahuntahun itu Marx dan familinya mendapat bantuan dari
Freidrich Engels kawan karibnya).
Jilid pertama Das Kapital, karya ilmiah Marx
terpenting terbit tahun 1867. Tatkala Marx meninggal di tahun
1883, kedua jilid sambungannya belum sepenuhnya rampung.
Kedua jilid sambunganya itu disusun dan diterbitkan oleh
Engels berpegang pada cacatancatatan dan naskah yang
ditinggalkan Marx. Karya tulisan Marx merumuskan dasar
teoretis komunisme. Ditilik dari perkembangan luar biasa
gerakan ini di abad ke-20, komunisme mempunyai pengaruh
penting jangka panjang dalam sejarah masyarakat.

B. Marxisme
Marx mempunyai pandangan bahwasannya dalam
pemikirannya ia meneruskan dan menyempurnakan ketiga
aliran ideologi yang pokok pada abad ke-19 yang kemudian
masing-masing muncul dari tiga negeri yang paling maju dari
umat manusia yaitu: filsafat klasik Jerman, Ekonomi Politik
Klasik Inggris dan Sosialisme Perancis yang dirangkaikan
dengan ajaran Revolusioner Perancis. Hal yang pokok dalam
ajaran Marx ialah penjelasan tentang peranan sejarah yang
meliputi seluruh dunia dari pada proletariat sebagai pembina
masyarakat Sosialis. Marxisme merupakam metode analisa,
bukan analisa teks-teks, namun merupakan analisa relasi-
relasi sosial. Marxisme adalah filsafat yang berawal dari
tulisan-tulisan Marx. Dalam arti sangat luas, Marxisme berarti
ajaran Karl Marx.
Marxisme dalam arti ini mencakup materialisme
dialektis dan materialisme historis serta penerapannya pada
kehidupan sosial. Dalam arti agak lebih sempit, sebagian
orang memahami Marxisme sebagai sejauh menyangkut

47 | Sekolah Pendidikan Kritis II


materialisme historis. Dalam arti sangat sempit, Marxisme
adalah kritik tajam atas kapitalisme (meskipun dalam
pengartinnya seringkali keliru) yang melanjutkan dasar
filosofis materialisme dialektis dan materialisme historis.
Menurut pandangan ini, sejarah manusia merupakan sejarah
perjuangan kelas dan negara hanya merupakan alat yang
digunakan kelas yang berkuasa untuk menindas seluruh
oposisi.
1. Komponen Dasar Marxisme
a. Filsafat Materialisme:
Filsafat yang dipakai Marxisme adalah
materialism. Marx memperdalam dan memperkaya
materialisme dengan penemuan-penemuan dari
filosofi klasik Jerman, khususnya dari pemikiran
dialektika Hegel, yang kemudian mengarah kepada
pemikiran materialism Feuerbach. Marx
memperdalam dan mengembangkan filosofi
materialisme sepenuhnya, serta memperluas
pengenalan terhadap alam dengan memasukkan
pengenalan terhadap masyarakat manusia.
Filosofinya Marx merupakan filosofi materialisme
terapan, yang mana membekali umat manusia,
khususnya kelas pekerja, dengan alat-alat
pengetahuan yang ampuh.
Bahwa dalam pemikiran marx mengenai
materialisme ini manusuia mendapatkan
keterasingan atau aleniasi dalam tindakan sosial yang
kemudian berasal dari idea, dan untuk menguraikan
dan menyelasiakannya berakhir pada hal yang
bersifat materi, maka dalam proses perubahan sosial
oleh kaum pekerja atau kaum tertindas objek materi
yang bermuara pada pengetahuan dan usaha sosial

48 | Sekolah Pendidikan Kritis II


yang menjadikan keterasingan tadi dapat diselesaikan
dan praktik penindasan merupakan orientasi dari
perjuangan kelas.

b. Kritik Ekonomi Politik:


Sistem ekonomi merupakan fondasi, yang di
atasnya suprastruktur politik didirikan. Das
Kapital, merupakan hasil studinya yang
mendalam terhadap sistem ekonomi modern:
kapitalisme. Ekonomi politik yang klasik,
sebelum Marx, berkembang di Inggris, negeri
kapitalis yang paling maju saat itu. Adam Smith
dan David Ricardo, dengan investigasi mereka
terhadap sistem ekonomi, meletakkan dasar-dasar
dari teori nilai kerja. Marx melanjutkan karya
mereka, ia menguji teori itu dan
mengembangkannya secara konsisten. Ia melihat
bahwa nilai dari setiap komoditi ditentukan oleh
kuantitas waktu kerja yang diharuskan secara
sosial, yang digunakan untuk memproduksi
komoditi itu. Jika para ahli ekonomi borjuis
melihat hubungan antar-benda (pertukaran antar-
komoditi), Marx memperhatikan hubungan antar
manusia
c. Doktrin Sosialisme-Komunisme dan Perjuangan
Kelas:
Ketika feodalisme tersingkir, dan masyarakat
merdeka kapitalis muncul di dunia, maka
muncullah suatu sistem untuk penindasan dan
eksploitasi terhadap golongan pekerja. Berbagai
doktrin sosialis segera muncul sebagai refleksi
dari dan protes terhadap penindasan ini. Filosofi

49 | Sekolah Pendidikan Kritis II


materialisme yang dipaparkan Marx
menunjukkan jalan bagi proletariat untuk bebas
dari perbudakan spiritual yang membelenggu
setiap kelas yang tertindas hingga kini. Teori
ekonomi yang dijabarkan Marx menjelaskan
posisi sebenarnya dari proletariat didalam sistem
kapitalisme.

2. Filsafat Meterialisme
Filsafat yang menyatakan bahwa dunia ada
dengan tidak bergantung kepada kesadaran, sensasi
atau pengalaman, materi adalah kenyataan yang
objektif yang diberikan kepada kita dalam sensasi.
Materi, alam yang jasmaniah adalah primer; dan jiwa,
kesadaran, sensasi kejiwaan adalah sekunder. Perlu
ditekankan bahwa materi dunia melahirkan benda
dalamn dirinya sendiri, yang diberikan dalam sensasi
tidaklah bergantung kepada sensasi, yaitu, materi itu
tidak bergantung kepada manusia dan pengalaman
manusia. Ajaran tentang tidak bergantungnya dunia
luar pada kesadaran (sensasi, pengalaman) adalah
dalil pokok daripada materialisme. Materialime dalam
konteks pembahasan filsafat sering dilawankan
dengan idealisme, sebab kedua aliran (school) ini
memiliki kawasan yang bertitik pisah dan masing-
masing mempunyai ciri atau penganut dalam sejarah
kemanusiaan.
Materialisme yang juga lazim disebut serba zat
merupakan bagian dari filsafat metafisika dan
terutama ontologi. Zatlah yang menjadi sifat dan
keadaan terakhir kenyataan. Segala keadaan dan
kejadian berasal dari metari. Unsur dasar seluruh

50 | Sekolah Pendidikan Kritis II


kenyataan adalah zat. Tendensi akar materialisme
terlihat pada filosof Ionian, dan filsafat Yunani Kuno.
Materialisme adalah ajaran yang meletakkan
keunggulan faktor-faktor material atas yang spiritual
dalam metafisika, teori, nilai, fisiologi, epistemologi
atau penjelasan historis. Pada kutub ekstrem,
materialisme merupakan keyakinan bahwa tidak ada
sesuatu selain materi yang sedang bergerak. Pikiran
(roh, kesadaran, jiwa) tidak lain adalah materi yang
sedang bergerak. Pada kutub ekstrem lainnya,
materialisme merupakan keyakinan bahwa pikiran
sungguh-sungguh ada tetapi disebabkan oleh
perubahan-perubahan material dan sama sekali
tergantung pada metari. Pikiran tidak memiliki
kedayagunaan kausal, juga tidak mutlak perlu untuk
berfungsinya alam semesta material. Duehring
mengembangkan suatu materialisme non-dialektis,
yang mendukung kapitalisme yang dimurnikan, dan
diserang balik oleh Marx ataupun Engels.
Dalam realita yang terjadi di masyarakat
adanya pemahaman bahwa dari suatu hal yang
dianggap ada itu terpisah dari yang materi berupa
penjelasan bentuk fisik dan imateril suatu hal yang
dianggap tidak mempunyai bentuk fisik, dalam
pemisahan pemahaman ini maka muncul pemikiran
bahwa segala yang dianggap ada baik itu berupa fisik
maupun tidak berbentuk fisik semua tersebut dalam
pandangan materialisme merupakan materi yang ada
di dunia ini. Maka dalam prakteknya hal yang
kemudian diperjuangkan bentuk nyata adanya
penindasan dalam kehidupan sosial, baik hal tersebut
dilakukan secara praksis dan nyata ataupun bentuk

51 | Sekolah Pendidikan Kritis II


tindakan yang tidak terlihat secara langsung, dalam
materialisme hal itu merupakan tindakan yang salah
dan harus diselesaikan melalui perjuangan kelas.

C. Jenis-Jenis Materialisme
1. Materialisme Rasionalistis: menurut materialisme
rasionalistis, seluruh kenyataan dapat dimengerti
seluruhnya berdasarkan ukuran dan bilangan (jumlah).
2. Materialisme Mitis atau Biologis: menyatakan bahwa
dalam peristiwa-peristiwa material terdapat misteri yang
mengungguli kita. Misteri itu tidak berhubungan dengan
suatu prinsip imaterial.
3. Materialisme Parsial: diajurkan oleh orang-orang yang
dalam bidang apapun mereduksikan unsur imaterial atau
formal pada sesuatu yang material dan karenanya
menyangkal adanya ciri khusus unsur imaterial atau
formal.
4. Materialisme Antropologis: muncul dalam dua bentuk.
Pertama, materialisme yang membantah adanya jiwa.
Jiwa disamakan dengan materi dan dengan perubahan-
perubahan fisik-kimiawi dengan materi. Kedua,
materialisme yang menyangkal adanya
ketidaktergantungan eksistensial jiwa pada materi.
5. Materialisme Dialektis: memadukan pandangan bahwa
yang nyata adalah materi sematamata disatu pihak
dengan dialektika‖ Hegel, dipihak lain. Penerapan
materialisme dialektis pada kehidupan sosial
menumbulkan materialisme historis.
6. Materialisme Historis: hakikat sejarah terjadi karena
proses-proses ekonomis.
Materialisme dialektis dan materialisme historis
menyatakan bahwa peristiwa-peristiwa yang berkenaan

52 | Sekolah Pendidikan Kritis II


dengan sejarah rohani dan perkembangan manusia,
hanya merupakan akobatakibat dan refleksi-refleksi
ekonomis manusia.
D. Kritik Sosial dan Perjuangan Kelas
Prinsip marxisme jika dikaitkan dengan masalah
pendidikan akan menunjukkan bahwa pendidikan sebagai
proses historis dalam kehidupan manusia ditentukan oleh
perkembangan masyarakat yang pasti juga ditentukkan oleh
kondisi material-ekonomis yang berkembang. Jika diibaratkan
sebagai sebuah bangunan, Marx menempatkan pendidikan
pada struktur atas (supra struktur) dimana pada struktur atas
tersebut juga terdapat elemen lain dari masyarakat seperti
politik, agama, keluarga, media massa,dll. Bangunan tersebut
tentu juga memiliki struktur fondasi (basis struktur) yang
berfungsi menyangga (menentukan) struktur atas bangunan
tersebut, Marx menemukan bahwa ekonomi merupakan
pondasi dalam perkembangan masyarakat.
Marxisme yang bersandar pada materialisme histroris
adalah suatu cara pandang yang mencoba untuk mengaitkan
produksi dan reproduksi kebudayaan dengan organisasi
kehidupan materi. Jadi kebudayaan merupakan suatu kekuatan
jasmaniah yang terikat pada produksi sejumlah kekuatan
material eksistensi yang ditata secara sosial yang ada di bawah
kondisi sejarah yang pasti. Karl Marx menuliskan:
“Cara produksi kehidupan materi menentukan
karakter umum proses sosial, politik dan spiritual kehiidupan.
Bukan kesadaran manusia yang menentukan kondisi mereka,
tetapi kondisi sosial lah yang menentukan kesadaran mereka”.
Meskipun demikian bukan berarti Marx mereduksi
segalanya menjadi persoalan
ekonomi, seperti yang ditunjukan oleh para penentang
marxisme yang tidak jujur dan naif. Materialisme yang

53 | Sekolah Pendidikan Kritis II


dialektik dan historis memperhitungkan sepenuhnya gejala-
gejala seperti agama, seni, ilmu pengetahuan, moralitas,
politik, tradisi, karakter nasional dan berbagai perwujudan
dari kesadaran manusia. Akan tetapi, bukan hanya itu,
marxisme juga menunjukan hakikat dari gejala-gejala itu dan
bagaimana mereka terhubung dengan perkembangan nyata
dari masyarakat, yang pada ujung analisanya jelas tergantung
pada kemampuannya untuk mereproduksi dan
mengembangkan kondisi material untuk mempertahankan
keberadaanya. Tentang hal ini Engels menulis:
Menurut pandangan materialis terhadap sejarah,
penentu akhir dalam sejarah adalah produksi dan reproduksi
dari kehidupan keseharian. Yang lebih dari ini baik Marx
maupun saya, tidak lah sepakat. Dengan demikian, jika
seseorang memutarbalikkan hal ini dengan menyatakan bahwa
unsur ekonomi unsur penentu satu-satunya, ia mengubah
posisi ini menjadi suatu frasa yang tidak bermakna, abstrak,
dan tidak masuk akal. Situasi ekonomi adalah basis, tapi
berbagai unsur dalam suprastruktur, bentuk-bentuk politik
dari perjuangan kelas dan hasil-hasilnya, akan
mencerminkannya: konstitusi yang disusun oleh kelas yang
berkuasa setelah menang dalam perjuangan kelas, dsb.,
bentuk-bentuk peradilan dan berbagai pemikiran yang timbul
di benak para pelaku perjuangan kelas ini secara politik, aturan
hukum teori filosofis, pandangan religius, dan pengembangan
pemikiran-pemikiran ini lebih lanjut ke dalam dogma-dogma.
Semua ini menunjukan pengaruh mereka ke dalam perjuangan
kesejarahan, dan dalam berbagai kasus merupakan faktor
dominan dalam menentukan teori filosofis, pandangan
religius, dan pengembangan pemikiran-pemikiran ini lebih
lanjut ke dalam dogma-dogma. Semua ini menunjukan
pengaruh mereka ke dalam perjuangan kesejarahan, dan dalam

54 | Sekolah Pendidikan Kritis II


berbagai kasus merupakan faktor dominan dalam menentukan
bentuk perjuangan yang diambil.15

E. Keterasingan Dan Emansipasi Manusia


Marxisme membangun konsep filosofisnya tentang
manusia dan masyarakat dengan berangkat dari penolakanya
terhadap idealisme Hegelian. Marxisme mengangap bahwa
persepsi, ide, pandangan dan teori merupakan refleksi dan
bayangan dari yang menyimpang dari praktik. Menurut Marx,
manusia harus membuktikan kebenaran, misalnya realitas dan
kekuasan, keduniawian dari pemikiranya dalam praktik.
Praktik, dalam arti keterkaitan langsung manusia dengan
realitas dan alam material, adalah kriteria kebenaran, karena ia
mendasari pengetahuan tentang realitas dank arena hasil dari
proses kognitf direalisasikan dalam aktivitas material,
obyektif manusia.
Marx meletakkan dasar emasipasi atas keterasingan
manusia pada tiga hal: Pertama, emansipasivatas keterasingan
manusia Karl Marx berangkat dari kritik terhadap hukum
negara Hegel. Hegel melukiskanvmasyarakat sebagai kacau
balau, sebagai bellum omnium contra omnes (perang semua
lawan semua) karena satu-satunya hukum batinnya adalah
pemuasan kebutuhan individu-individu. Masyarakat semacam
itu mesti menghancurkan diri sendiri karena semua anggota
hanya mencari kepentingan egois mereka masing-masing.
Oleh karena itu masyarakat tidak boleh dibiarkan begitu saja,
tetapi harus ditampung oleh negara.
Maka, Hegel menganggap negara sebagai realitas dan
tujuan masyarakat yang sebenamya sedangkan keluarga dan

15
Karl Marx dan Frederick Engels, Selected Correspondance,
Letter to Bloch, 21-22 September 1890, dikutip dalam Allan Wood, Reason
and Revolt (Yogyakarta: IRE Press,2006)
55 | Sekolah Pendidikan Kritis II
masyarakat luas ini merupakan unsur-unsmya. Anggapan itu
dikritik oleh Marx, pertama, Hegel memutar balikkan tatanan
yang sebenarnya. Bukan negara sebagai subyek yang
unsurunsurnya adalah keluarga dan masyarakat luas,
melainkan keluarga dan masyarakat luas adalah pengandaian-
pengandaian negara. Dengan sarkasme tajam Marx menulis:
"Logika ini bukan unuk membuktikan negara, melainkan
negara dipakai sebagai bukti logika". Marx mengkritik bahwa
masyarakat luas merupakan realitas yang terpisah dari negara.
Masyarakat hidup dalam dunia skizofren: Dalam masyarakat
luas ia hidup sebagai individu egois terisolasi, sedangkan
hakikat sosialnya terpisah daripadanya dijadikan negara yang
menghadapinya sebagai kekuatan represif. Manusia harus
memecahkan hakikatnya, eksistensi negara sebagai
pemerintah selesai tanpa anggota masyarakat, dan
eksistensinya dalam masyarakat luas selesai tanpa negara".
Marx mengkritik Hegel pada dua hal;
1. Bahwa ia memutarbalikkan subyek dan obyek: Hegel
menyatakan negara sebagai subyek dan masyarakat
sebagai obyek, padahal kenyataan adalah kebalikannya,
2. Hegel hendak mengatasi egoism masyarakat melalui
negara sebagai penertib, hal ini berarti bahwa kesosialan
(anti-egoisme) tidak masuk kembali kedalam
masyarakat, melainkan hanya dipaksakan dari luar
kepadanya oleh negara; padahal yang perlu adalah
mengembalikan kesosialan manusia sendiri.
Kedua, emansipasi atas keterasingan manusia Karl
Marx berangkat dari kritik terhadap agama. Gagasan Karl
Marx tentang kritik terhadap agama bertolak dari pemikiran
Feurbach (1804-1872). Feurbach memandang Hegel sebagai
puncak rasionalisme modern, tetapi dalam suasana semacam
ini dominasi agama tetap mewamai kehidupan sehingga dunia

56 | Sekolah Pendidikan Kritis II


materi khususnya "manusia" tidak ditempatkan pada martabat
semestinya. Feurbach menggariskan filsafatnya dengan corak
materialistis, tetapi nama yang lebih disukainya adalah filsafat
organisme. Kecenderungan ini timbul karena Feurbach pun
tidak setuju dengan paham materialisme kasar yang
dikembangkan oleh penganut materialisme mekanismenurut
Marx materialisme Feurbach tetap vulgar karena manusia
sehakikat dengan mesin. Pada bagian ini Marx menentang
paham Feurbach, karena manusia tidak semata tergantung
pada kondisi materi, tetapi pada kondisi sosial, yaitu hidup
dalam masyarakat 'social being that it, the live of community".
Disini Feurbach telah mengabaikan corak historis serta
hubungan sosial manusia. Bagi Marx agama hanyalah
pemyataan radikal manusia yang menjadi korban sistem
ekonomi yang tidak manusiawi, manusia terasing secara
sosial. Kritik agama bagi Marx, adalah sekunder. Yang
seharusnya dikritik adalah keterasingan nyata manusia dalam
masyarakat modem. "Kritik surga menjadi kritik bumi, kritik
agama menjadi kritik hukum, kritik teologi menjadi kritik
politik". Tuntutan emansipasi manusia berubah membawa
Marx secara konsekuen ke kritik masyarakat
Ketiga, emansipasi dari keterasingan manusia Karl
Marx berangkat dari kritik terhadap masyarakat kapitalisme.
Terjadinya masyatakat borjuis erat kaitannya dengan
kapitalisme. Hakekat masyarakat borjuis adalah uang,
"pelacur umum, makcomblangnya orang-orang dan bangsa-
bangsa". Uang menjadikan manusia menjadi budak, yang
tergantung, yang ditentukan dari luar. la menjadi komoditi.
Emansipasi berarti penghapusan masyarakat seperti itu. Oleh
karena itu masyakat kapitalis berdasarkan hak milik pribadi
atas alat-alat produksi, emansipasi menurut Karl Marx hanya
dapat tercapai kalau hak milik pribadi itu dihapus. Marx

57 | Sekolah Pendidikan Kritis II


menggambarkan dehumanisasi ini terjadi dibawah sistem
produksi kapitalis dengan sebulan "keterasingan"
(Etfremdung). Bahwa emansipasi manusia itu perlu
diusahakan dan tercapai apabila manusia dapat mewujudkan
diri secara bebas dari heteronomi, secara sosial, bebas dari
kepentingan, secara produktif. Hubungan masyarakat dalam
sistem ekonomi kapitalistik bersifat eksploitatif.
Marx menandaskan bahwa praktik adalah satu-
satunya kriteria obyektif kebenaran, sejauh hal itu
merepresentasikan bukan hanya mental manusia, namun juga
keterkaitan manusia yang ada secara obyektif dengan dunia
alam dan sosial yang melingkupi dirinya. Sangat jelas di sini,
teori pengetahuan Marx sangat dilandasi oleh filsafat material,
dengan mengingkari kebenaran-kebenaran idealistik dan
supra- natural yang tidak dapat dijangkau oleh daya indera
manusia sebagai sarana praktik, dan pada sisi lain menerima
obyek materi dan pemahaman obyektif manusia terhadap
materi tersebut sebagai dasar kebenaran mutlak. Dogma dan
kebenaran agama yang bersumber dari wahyu (revelation)
tertolak mentahmentah dari paham Marxisme.

F. Hakekat Manusia Menurut Karl Marx


Pendirian Marx tentang hakekat manusia sanagat
menentukan jawaban yang diberikannya terhadap masalah,
seperti, "Apakah negara itu? Dan "Apakah sejarah itu?
Dipapakan oleh Louis O. Kattsoff tentang hakekat manusia
dalam penyelesaian materialisme historis, yaitu;
1. Hakekat manusia adalah berubah-rubah, manusia selalu
berubah secara dialektis dan historis,
2. Hakekat manusia adalah tingkah laku, manusia ialah apa
yang mereka kerjakan,

58 | Sekolah Pendidikan Kritis II


3. Hakekat manusia adalah menguasai dan merencanakan,
manusia mengubah sejarah dengan teknologinya dan ia
juga mengubah dirinya sendiri, hakekat manusia
ditentukan oleh alat-alat produksi, orang dapat
membayangkan betapa pentingnya menguasasi alat
produksi bagi penganut Marxisme. Sebab, manusia ialah
apa yang mereka kerjakan, dan yang mereka kerjakan
ditentukan oleh cara-cara produksi, maka menguasai alat-
alat produksi berarti menguasai hakikat manusia.
G. Sebagai Induk Teori Kritis Sosialisme
Untuk memahami metode pendidikan Marxis yang
diangap bervisi pembebasan, sangat tidak mungkin
meningalkan pandangan Marx yang menekankan bahwa
pengetahuan dan praktik tidak boleh dipisahkan. Inilah
pandangan penting dalam filsafat Marx, yang kemudian baru
dikembangkan oleh para filosof pendidikan seperti Paulo
Freire di Brazil, yang tentu saja sekarang menjadi filosof
pendidikan untuk pembebasan di banyak negara.
Marxlah yang pertama-tama berani mengatakan
bahwa ilmu pengetahuan yang obyektif bukanlah ilmu yang
terpisah dari akar material sejarah serta dari kelas sosial. Ilmu
yang obyektif dan progresif bukan berarti adalah ilmu yang
tidak berpihak pada kelas. Justru yang berpihaklah yang
obyektif, yaitu berpihak pada kelas tertindas atau orang
miskin. Sehinga bagi Marx, teori yang berlandaskan pada
sudut pandang kelas pekerjalah yang secara obyektif mampu
memahami realitas sosial. Rakyat pekerja adalah yang
berpraktik, yang berhadapan dengan alam secara langsung dan
sudah seringkali melakukanya.
Akar-akar historisnya adalah bahwa orang miskin
(kelas pekerja;proletar) tidak memilki tendensi apapun untuk
memalsu realitas karena mereka tidak butuh selubung apa pun

59 | Sekolah Pendidikan Kritis II


untuk menyembunyikan realitas ketertindasan. Berbeda
dengan kelas penghisap yang membutuhkan selubung
ideologis untuk menyembunyikan dan menutup-nutupi
penghisapan yang dibuatnya. Pengetahuan dan filsafat yang
dihasilkanya adalah subyektif, sehinga praktis bukan
pengetahuan, tetapi alat untuk mewujudkan kehendak
subyektifnya. Dalam memahami hakikat manusia, Marx tidak
percaya, sebagaimana banyak sosiolog dan psikolog
kontemporer, dengan pandangan yang mengatakan bahwa
watak manusia itu tidak ada; bahwa manusia dilahirkan seperti
kertas kosong (baca: tabula rasa) dan kebudayan atau
lingkunganlah yang akan mengisinya. Berkebalikan dengan
relativisme sosilogis, Marx melontarkan ide bahwa manusia
qua manusia adalah entias yang dapat dikenali dan diketahui,
bukan hanya secara biologis, anatomis danfisik, tetapi juga
psikologis.
Karl Marx yakin bahwa basis dari pendidikan adalah
perkembangan ekonomi, cara manunsia menghadapi alam
untuk memenuhi kehidupan dan mengembangkannya.
Berbagai kontradiksi alam yang dijumpai dan dari berbagai
macam kondisi adalah guru. Manusia belajar dari alam dan
dari pengalaman-pengalaman yang dirasakan. Karena
Marxisme adalah teori kritk yang menyibak adanya ideologi
penindasan dalam struktur masyarakat berkelas yang
menindas, makanya cita-cita pendidikan Marxis bertujuan
untuk mewujudkan kembali kesadaran manusia agar ia
mampu hidup sesuai dengan tuntutan-tuntutan kemanusianya.
Pertama-tama, pendidikan harus dilakukan dengan
penyadaran dan mendorong manusia mengenali dan melawan
hambatan-hambatan material yang ada. Selanjutnya,
pendidikan secara menyeluruh harus digunakan untuk
menciptakan tatanan yang sesuai bagi hakikat manusia, yaitu

60 | Sekolah Pendidikan Kritis II


tatanan di mana kontradiksi berupa hubungan produksi yang
eksploitatif (kapitalisme) digantikan dengan hubungan
produksi yang setara, yang seringkali disebut Marx dan para
pengikutnya sebagai sosialisme.

61 | Sekolah Pendidikan Kritis II


MATERI V

KAPITALISME PENDIDIKAN

A. KAPITALISME
1. Pengertian Kapitalisme
Apabila ditinjau dari kata, kapitalisme merupakan
sebuah kata benda yang disamakan dengan terma
“Capital” yang bermakna dana dan dipahami sebagai bak
alat pabrikasi umpama uang dan tanah. Menurut oxford
dictionary Kapital memiliki pengertian yaitu;
1. A sum of money used to start a business.
2. People who use their money to start business.
3. All the wealth owned by a person or a business.
4. Wealth property that can be used to produce more
wealth.
Terma capitalism ini apabila merujuk ke sistem ekonomi
memiliki arti yaitu; Economic system in which a country’s
trade and industry are controlled by private owner for
profit, rather than by the state.
Untuk lebih jelasnya inilah beberapa pengertian
kapitalisme menurut para tokoh:

a. Adam Smith

Mendifinisikan kapitalisme sebagai sebuah


sistem ekonomi bercirikan kepemilikan perorangan
atas perkakas produksi, distribusi dan pendayagunaan
untuk mendapatkan keungtungan dalam keadaan yang
kompetitif. Menurutnya, kepentingan pribadi
merupakan kekuatan untuk pengendalian
perekonomian dan semua proses yang dijalankan akan
menuju ke arah kemakmuran bangsa, yang seolah-
62 | Sekolah Pendidikan Kritis II
olah, individu didorong dengan “Tangan Tak
Terlihat” (The Invisible Hand) yang mendorong
mereka untuk maju.

b. Max Weber

Mendifinisikan kapitalisme adalah sebuah


cara produksi komoditi yang berlandaskan kerja
berhonorarium untuk dipasarkan dan sebagai sistem
produksi komoditi berdasarkan kerja berupah untuk
dijual dan diperjualbelikan dalam rangka
mendapatkan laba. Bagi Weber, tanda-tanda konsep
kapitalisme yang mendasar ada pada cara-cara
pertukaran di area pasar. Metode dipasar ini dapat
menyebabkan kelogisan yang mengarah pada
langkahlangkah untuk mendapatkan laba yang
sebanyak-banyaknya (Kristeva, 2015).

c. Karl Marx
Mendifinisikan kapitalisme sebagai corak
atau introduksi golongan kapitalis. Adapun corak
yang kaum kapitalis sadari adalah dimotivasi oleh
pemikiran pola ekonomi dalam rangka menumpuk
kekayaan. Konsep kapitalisme bagi Marx merupakan
suatu formasi masyarakat kelas dan didistrukturasikan
dengan aturan eksklusif, yang mana manusia
dikonfigurasi untuk pabrikasi dalam kebutuhan
hidupnya.

d. Ayn Rand
Mendefinisikan kapitalisme laksana a social
system based on the recognition of individual rights,
including property rights, in which all property is

63 | Sekolah Pendidikan Kritis II


privately owned (suatu sistem sosial yang
berlandaskan pada pengakuan atas hak- hak personal,
termasuk hak milik dimana semua kepemilikan adalah
eksklusif (Rand, 1970).16

Kapitalisme merupakan sebuah sistem organisasi


ekonomi yang dicirikan oleh hak milik privat atas alat-alat
produksi dan distribusi yang pemanfaatannya untuk
mencapai laba dalam kondisi yang sangat kompetitif. Ada
empat penyangga berlakunya sistem ekonomi kapitalisme
yaitu sebagai berikut: pertama, kegiatan ekonomi dalam
sisten kapitalisme digerakkan dan dikoordinasi oleh pasar
bebas dengan instrumen harga sebagai penanda (sinyal).
Jika harga dianggap melebihi biaya produksi dan margin
laba, hal tersebut merupakan sinyal bagi pelaku ekonomi
lain untuk masuk ke pasar menambah persediaan (supply)
barang/jasa sehingga dapat menurunkan harga; demikian
juga sebaliknya. Kedua, setiap individu memiliki
kebebasan untuk mempunyai hak kepemilikan (property
rights) sebagai dasar melakukan transaksi. Tanpa adanya
hak kepemilikan, individu tidak akan pernah bisa
mengeksekusi kegiatan ekonomi. Oleh karena itu, salah
satu fungsi terpenting dari kapitalisme adalah
menawarkan dan melindungi hak kepemilikan swasta.
Ketiga, kegiatan ekonomi dipisahkan oleh tiga pemilik
faktor produksi yakni pemodal, tenaga kerja, dan pemilik
lahan. Pemilik modal memperoleh pendapatan dari laba,
tenaga kerja dari upah, dan pemilik lahan dari sewa.
Keempat, tidak ada halangan bagi pelaku ekonomi untuk

16
Hasan, Mahyudi. Analisis terhadap Pemikiran Ekonomi Kapitalisme Adam
Smith. Universitas Ibrahimy Sukorejo Situbondo.
https://core.ac.uk/download/pdf/300042135.pdf
64 | Sekolah Pendidikan Kritis II
masuk dan keluar pasar. Pelaku ekonomi yang melihat
peluang profit bisa langsung pasar. Demikian pula pelaku
ekonomi yang gagal (rugi) dapat langsung keluar tanpa
ada regulasi yang menghambatnya (Ahmad Erani Yustika,
2012: 220).17

B. Sejarah Dan Perkembangan Kapitalisme Di Dunia


Kapitalisme ialah suatu cara mengadakan produksi, yang
mana dalam sistem kapitalisme orang mengadakan produksi
tidak hanya untuk menutupi kebutuhan hidup tetapi dengan
tujuan mencari laba. Laba yang diperoleh, sesudah dikurangi
untuk menutupi ongkos-ongkos yang dikeluarkan,
dipergunakan pula untuk mengadakan perusahaan baru pula.
Jadi laba bukan dianggap sebagai karunia yang dapat diraih
dengan cara yang mudah. Belum tentu bahwa tiap-tiap milik /
hasil disebut capital (Romein : 97). Kapital ialah milik yang
dipergunakan untuk memperbanyak milik, sebagai contoh
yaitu sebuah cikar kepunyaan seorang tukang pedati atau
perahu seorang nelayan dipergunakan untuk mencari sesuap
nasi bagi diri dan anak istrinya dapat dinamakan kapital dalam
bentuk yang kecil. Tukang pedati atau pemilik perahu tadi itu
bukan termasuk kaum kapitalis. Kapitalis ialah orang yang
membuat rumah atau membeli rumah dengan tujuan
menyewakannya atau seorang pemilik kapal yang melayarkan
kapalnya dengan tujuan sisa uang yang diperolehnya akan
dipergunakannya mungkin ditambah dengan uang yang

17
Itok Dwi Kurniawan, Sri Lahir. SISTEM KAPITALISME NEGARA SEBAGAI
ALTERNATIF SISTEM EKONOMI KERAKYATAN BERDASARKAN PANCASILA.
2017. Jurnal Edunomika vol.1. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi AAS Surakarta.
https://jurnal.stie-aas.ac.id/index.php/jie/article/view/153/119
65 | Sekolah Pendidikan Kritis II
didapatnya dengan berhutang dengan membeli kapal yang
kedua, ketiga dan seterusnya.
Hal-hal penting dalam dunia ini mula-mula timbul secara
sederhana demikian pula dengan kapitalisme ini. Mula-mula
timbul di Eropa barat dalam lapangan industri tekstil kra-kira
tahun 1250. Pada mulanya sebuah perusahaan tenun domba
milik Negara Belanda memperoleh bahan dari daerahnya
sendiri. Tetapi kemudian ekspor barang tenunan meningkat,
bulu domba didatangkan dari daerah lain, terutama dari pasar
Calais, yang mendatangkan bulu domba dari tanah Inggris.
Saudagar yang banyak modalnya menempatkan dirinya antara
penenun dan bahan tenunan, diborongnya bulu domba di
Calais itu, lalu dijualnya kepada penenun. Dalam taraf berikut
bulu domba benar-benar telah menjadi milik saudagar yang
telah dapat disebut menjadi seorang pengusaha. Dalam sistem
kapitalisme orang mengadakan produksi tidak hanya untuk
menutupi kebutuhan hidup, misalnya seorang petani atau
seorang pekerja tangan dalam sistem kapitalisme orang
mengadakan produksi dengan mengandung laba. Laba yang
diperoleh sesudah dikurangi untuk menutup ongkos-ongkos
yang dikeluarkan, dipergunakan pula untuk mengadakan
perusahaan baru pula. Jadi laba bukan dianggap sebagai
karunia, yang dapat diraih dengan suatu selamatan. Belum
tentu bahwa tiap-tiap milik dapat disebut kapital, sebuah
rumah tempat kita diam, atau sesuatu yang kita beli untuk
menyenangkan hati bukan kapital (Romein : 97).
Dalam abad pertengahan persaingan terbatas karena
kebanyakan pekerja tangan tergabung dalam organisasi yang
disebut “gilda”. Organisasi itu mengadakan aturan-aturan
keras yang tidak memungkinkan terjadinya persaingan.
Perkembangan lebih lanjut yaitu efek dari Revolusi Industri di
Inggris sehingga bisa dikatakan kapitalisme memasuki era

66 | Sekolah Pendidikan Kritis II


baru. Berbagai pendirian pabrik sangat membutuhkan kapital.
Akibat revolusi industri telah memunculkan para pebisnis,
mereka bertindak sebagai pengusaha. Sebagai suatu kemajuan
akibat industrialisasi, bagaimanapun juga keperluan kapital
menjadi pengukur kekayaan seseorang. Para kapitalis
melakukan usaha bersama, membentuk organisasi
perdagangan, yang disebut korporasi. Seperti diketahui,
bahwa kaum borjuis atau kapitalis sebagai penganut politik
eko liberal, menolak segala campur tangan negara dalam
perusahaan, sebab dianggap sebagai paksaan seperti qilda
yang mereka anggap telah menjadi using itu (Sundoro; 191).
Sebagai akibat revolusi industri, muncullah apa yang
disebut sistem kerja di pabrik, timbul apa yang dinamakan
buruh pabrik. Pada awalnya, para borjuis yang sebagian
menjadi kaum industrialis itu semata-mata mencari dan
menumpuk kekayaan, maka mereka hanya memperhatikan
hal-hal yang menurut mereka dapat adalah kaum buruh karena
mereka merasa khawatir akan kehilangan sebagian
keuntungannya jika mereka memperhatikan dan
mengusahakan kesejahteraan kaum pekerjanya. Tenaga murah
sengaja dieksploitasi, para buruh dipaksa untuk bekerja 10-18
jam sehari sesuai dengan keinginan majikan.
Pabrik-pabrik pada masa ini masih memperlihatkan
pabrik-pabrik yang kotor dan pengap sehingga kaum buruh
tidak saja mengalami penderitaan fisik, tetapi juga psikis
karena mereka seolah-olah menjadi bagian dari mesin dan
bekerja seperti mesin. Terdapat pula berbagai macam
pembagian kerja, misalnya buruh yang pekerjaannya memutar
sekrup, mengepak, mensortir dan sebagainya selama
berbulan-bulan bahkan dapat bertahun-tahun. Pekerjaan
semacam itu tentu sangat menjemukan dan dapat menekan
jiwa, lebih-lebih banyak bekas petani yang dahulu biasa

67 | Sekolah Pendidikan Kritis II


bekerja di alam terbuka dapat memperoleh kepuasan batin
dengan melihat terwujudnya benda-benda hasil ciptaannya
sendiri. Para majikan yang telah menjadi kaya dan yang
melihat negaranya menjadi kuat dan disegani berkat usaha
mereka, tidak mengalami kesulitan dalam menemukan alasan-
alasan mengapa kaum buruh sedemikian keadaannya. Mereka
menentang usaha-usaha pemerintahan untuk mencampuri
dalam urusan-urusan ekonomi yang dapat dianggap
merugikan kepentingan mereka.
Kaum borjuis atau kapitalis yang mempunyai slogan
“Laissez faire” (biarkan saja), pada awal revolusi industri
mampu menghadapi saingan dari manapun datangnya. Untuk
membela faham ini, mereka menunjuk pada bukti-bukti nyata
berupa ekspansi industri dan perdagangan Inggris yang
dimungkinkan berkat tiadanya berbagai perbatasan oleh
pemerintah, berupa tarif-tarif, mereka menyayangkan banyak
kaum buruh yang hidup sengsara, tetapi keadaan ini bukan
kesalahan siapapun, melainkan sudah merupakan akibat
“alamiah” berlakunya hukum-hukum ekonomi demikian
pandangan kaum kapitalis tersebut (Sundoro; 193). Berbagai
bentuk eksploitasi yang dilakukan oleh para majikan terhadap
buruh, mendorong munculnya ide tentang martabat manusia
yang menentang segala bentuk pemerasan seseorang oleh
orang lain, melainkan juga diusahakan untuk memberikan
hidup yang layak bagi setiap orang, kecuali penghapusan
perdagangan budak, dengan mengadakan peraturan upah
minimal dan juga jam kerja maksimal bagi para pekerja,
kewajiban belajar untuk memberi dasar pada setiap orang
dapat menentukan hidupnya dengan sebaik mungkin, disitu
juga diadakan perawatan umum bagi orang-orang cacat dan
cedera yang mempunyai hak untuk hidup seabgai manusia
(Sartono; 53).

68 | Sekolah Pendidikan Kritis II


Proktariat industri tergabung dari perekonomian dunia
dan mereka sangat dieksploitasi. Organisasi pabrik, kebiasaan
kehidupan di pabrik dan efisiensi teknis, tidak
memperhitungkan soal kemanusiaan dan nilai-nilai pekerja
sebagai manusia, maka akibatnya sebagai reaksi keras kerap
kali timbul agitasi yang berkobar-kobar. Hubungan antara
kapital dan pekerja menimbulkan suatu problem sosial, yang
ternyata tidak dapat dipecahkan jika hanya dengan
philantrhophy (Sartono; 54), pekerja mulai sadar akan
kedudukannya dan menjadi semakin peka terhadap aturan
perbaikan masyarakat.

C. Perjalanan Kapitalisme Serta Dampaknya Di Indonesia


Kedatangan bangsa barat ke Indonesia melalui kongsi
dagang yang dibentuk di Indonesia yaitu Indische Vereniging
Ost Company makin menguatkan kelompok-kelompok kapital
di nusantara. Mereka membawa pengaruh pada sistem
perekonomian nusantara. Telah diperkenalkan namanya
sistem monopoli dalam perdagangan serta redanya eksploitasi
pada alam dan juga tenaga manusia. Pada hari terakhir dari
tahun 1799 VOC dibubarkan dan seluruh miliknya diambil
alih oleh pemerintah Belanda. Demikianlah maka sejak hari
pertama tahun 1800 Indonesia menjadi jajahan negeri
Belanda. Bataafsche Republik adalah sekutu Prancis dan
dengan demikian ikut terlibat dalam peperangan yang terus
menerus dengan Inggris beserta sekutu-sekutunya.
Peperangan ini dilangsungkan pula di Indonesia sehingga
dimulai dari Sumatra barat dan di Maluku, kepulauan
nusantara menjadi jajahan Inggris (Soekmono; 113). Maka
untuk memenuhi kebutuhan perang Belanda daerah jajahan
dijadikan sebagai daerah eksploitasi terutama pada sektor
ekonomi. Selama peperangan berlangsung menyebabkan
69 | Sekolah Pendidikan Kritis II
ekonomi negaranya merosot tajam, karena kas negeri Belanda
telah kosong dan ditambah lagi adanya hutang-hutang luar
negeri dalam jumlah yang tidak sedikit (Badrika; 155).
Untuk mengatasi ekonomi negara seperti ini, pemerintah
colonial mencoba untuk menggali potensi Indonesia melalui
pelaksanaan sistem tanam paksa. Tanam paksa telah
membawa hasil yang sangat besar dalam usaha memperbaiki
ekonomi negara dan pemerintah kolonial Belanda, sehingga
penduduk negeri Belanda terhindar dari krisis ekonomi yang
berkepanjangan. Setelah tanam paksa dihapuskan, sistem
ekonomi yang diterapkan oleh pemerintah kolonial Belanda
bersifat liberal dan mengembangkan sistem ekonomi
kapitalisme. Walaupun di masa tersebut negara melaksanakan
sistem ekonomi kapitalis tetapi keuntungan yang berhasil
diperolehnya cukup besar. Peranan golongan swasta asing
yang terjun dalam kegiatan perekonomian di Indonesia pada
masa pemerintahan kolonial Belanda diantaranya orang-orang
Belanda sendiri, orang-orang eropa, orang-orang timur asing
(Cina, India dan Arab).
Perkembangan ekonomi swasta asing di Indonesia berasal
dari penanaman modal eksploitasi terhadap beberapa wilayah
di Indonesia. Pengusaha swasta Belanda maupun orang-orang
eropa lainnya, lebih bannyak mengusahakan perkebunan-
perkebunan dengan tananam yang laku di pasaran eropa.
Selain itu, juga banyak yang terjun dalam bidang
pertambangan. Sementara orang timur aisng yang terjun
dalam bidang perekonomian diantaranya sebagai pedagang
kelontong dan menguasai pusat-pusat perekonomian yang
dianggap strategis seperti mengontrak pasar kepada
pemerintah kolonial Belanda, sehingga setiap orang yang
memasuki pasar, baik sebagai pedagang maupun sebagai
pembeli harus membayar sewa masuk. Disamping itu,

70 | Sekolah Pendidikan Kritis II


perkembangan ekonomi dari golongan timur asing cukup
tinggi, karena mereka memiliki hubungan dekat dengan
pemerintah kolonial Belanda dan menguasai perekonomian
masyarakat Indonesia.
Pada zaman pemerintahan kolonial Inggris dibawah
Raffles berkuasa di Indonesia, diperkenalkan sistem sewa
tanah. Bahkan sistem sewa tanah dijadikan pegangan
pemerintah Inggris dalam menjalankan kebijakan ekonominya
selama berkuasa di Indonesia. Sistem itu diteruskan oleh
pemerintah Belanda setelah Indonesia diserahkan kembali
oleh Inggris. Raffles berpendapat bahwa tanah adalah milik
pemerintah kolonial sehingga para petani yang mengerjakan
tanah dianggap sebagai penyewa tanah yang wajib membayar
sewa tanah kepada pemerintah. Sewa tanah yang dikenakan
pemerntah kepada para petani adalah dalam bentuk pajak
tanah atau lands rent. Pada sistem ini, petani diberikan
kebebasan menanam dan menjual hasil tanamannya kepada
siapapun juga. Petani berhasil memiliki sejumlah uang dar
penjualan hasil tanamannya. Kesejahteraan meningkat dan
kemampuan daya beli rakyat akan naik. Sedangkan
pemerintah hanya memperoleh pajak tanah dari seperlima atau
dua perlima ataupun sepertiga dari hasil tanaman yang
diperoleh petani. Setelah Indonesia diserahkan oleh Inggris
kepada Belanda tahun 1816, pemerintah kolonial Belanda
melanjutkan sistem pemerintahan yang dilakukan oleh
Inggris, tetapi mengalami kegagalan. Akibat kegagalannya
itu, pemerintah kolonial Belanda dibawah Gubernur Jenderal
van den Bosch melaksanakan tanam paksa (culture stelsel).
Tanam paksa telah berhasil mengembalikan kejayaan negeri
Belanda berlimpah-limpah.
Ketika kaum liberal memperoleh kemenangan di negeri
Belanda, mereka menuntut kepada pemerintah kerajaan

71 | Sekolah Pendidikan Kritis II


Belanda agar menghapuskan sistem tanam paksa. Setelah
sistem tanam paksa dihapuskan, maka sesuai dengan tuntutan
kaum liberal, pemerintah kolonial memberi peluang kepada
pengusaha dan pemilik modal swasta untuk menanamkan
modal dalam berbagai usaha dan kegaitan di Indonesia,
terutama pada perkebunan-perkebunan besar di Jawa dan luar
Jawa. Dalam pelaksanaan sistem liberal ini memunculkan
kelompok kapitalis (pemilik modal), hal ini semakin luas
dengan masuknya kelompok kapitalisme eropa dalam
kehidupan pemerintah pada saat itu terutama di sektor
ekonomi, membuat kehidupan masyarakat Indonesia semakin
merosot (Sartono; 183). Kapitalisme dalam perkembangan
dari Indonesia merdeka hingga ke zaman reformasi ini
memiliki ben tuk yang berbeda-beda. Di masa sebelum
meredeka kapitalis dipegang oleh pihak penjajah namun
sekarang ini kelompok kapitalis tidak hanya oleh kalangan
pengusaha yang memiliki modal besar namun juga sudah
masuk ke kelompok penguasa (Kompas; 2). Sebagai contoh
yang real yaitu kasus Reklamasi di Teluk Benoa Bali telah
disusupi oleh muatan kepentingan beberapa pihak.18

D. Periodisasi Kapitalisme

1. Kapitalisme Awal (1500-1750)


Periode ini berawal sejak abad XIV sampai abad
XVIII yang dibuktikan dengan kehadiran pabrikasi
sandang di Inggris, tetapi perusahaan sandang tersebut
belum menggunakan mesin pemintal konvensional dan

18
Intan Amariati. KAPITALISME : SEJARAH, BENTUK DAN
PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/d4253a62231b12
6b9bf73d2b05eb754f.pdf
72 | Sekolah Pendidikan Kritis II
pada berikutnya mampu beranjak apa yang disebut
sebagai surplus sosial. Surplus sosial yang didapatkan
lalu dikembangkan terus-menerus yang akhirnya bisa
berkompetisi dengan pola ekonomi sebelumnya.
Keunggulan tersebut lalu digunakan dibidang bisnis
bahan-bahan mentah, bisnis perkapalan, bisnis
pergudangan, bisnis barang-barang jadi dan lainnya
sebagainya. Ekspansi demi elaburasi dengan alasan
keproduktifan telah dilakukan. Selanjutnya,
menghadirkan fenomena menggemparkan dengan
datangnya penjajah atau imprealisme ke daerah lain.
Setelah itu, kapitalisme memasarkan hasil produksinya
dari suatu perjalanan dari suatu daerah ke daerah lain.
Pada akhirnya, perdagangan yang dilakukan menjadi
perdagangan yang terima oleh masyarakat pada
umumnya (Kristeva, 2015).
2. Kapitalisme Klasik (17-1914)
Pada periode ini, kapitalisme mengalami perubahan
dari monopoli kapital dagang menjadi kapital industri.
Perkembangan ini merupakan ciri khas revolusi industri
di Inggris. Jadi, penerapan secara praktis dari ilmu
pengetahuan teknis yang ada selama berabad-abad
lamanya, sedikit demi sedikit berangsur-angsur telah
dilakukan. Dengan demikian, kapitalisme menginjak
dan menjadi pelopor bagi perubahan teknologi karena
akumulasi modal memungkinkan penggunaan
pembaharuan. Pada periode ini pula, tepatnya
kapitalisme memulai dan meletakkan pondasi dasarnya,
yaitu; laisez faire sebagai doktrin mutlak Adam Smith.
3. Kapitalisme Lanjut (Pasca 1914)

73 | Sekolah Pendidikan Kritis II


Pada masa ini, konsep kapitalisme lanjut mulai kuat
dan berkembang, tepatnyapada abad XIX tahun 1914.
Kapitalisme fase ini ditandai oleh tiga momentum, yaitu:
a) Adanya kesadaran bangsa-bangsa di Asia dan
Afrika terhadap penjajahan Eropa sebagai pintu
dari kapitalisme klasik, yang pada akhirnya
membuat negara-negara tersebut melakukan
perlawanan.
b) Perpindahan penguasaan asset dari Eropa ke
Amerika.
c) Perubahan besar-besaran Bolzhevik Rusia
meluluhlantahkan institusi fundamental
kapitalisme yang berupa kepemilikan modal
secara perorangan atas penguasaan struktur
kelas sosial, alat produksi, sistem pemerintahan,
dan religiusitas kemudian menjadi mazhab
tandingan, yaitu komunsime, namun masih
abertahan dikarenakan adanya kemampuan
untuk mendatangkan demokrasi ekonomi dan
sitem politik menjadi hasrat atau kemauan umat
manusia yang paling mutakhir.19

E. Korelasi Kapitalisme Dalam Pendidikan


Zaman sekarang, dimana manusia serba bebas dalam
mengakses berbagai bidang baik ekonomi, teknologi,
informasi, bahkan pendidikan dalam satu negara dengan

19
Hasan & Mahyudi – Analisis terhadap Pemikiran Ekonomi Kapitalisme
Adam Smith. Universitas Ibrahimy Sukorejo Situbondo.
https://core.ac.uk/download/pdf/300042135.pdf

74 | Sekolah Pendidikan Kritis II


negara lainya. Hal tersebut bisa dikatakan karna adanya
dampak Globalisasi dunia sekarang. Namun bagaimana
keadaan negara indonesia menyikapi hal tersebut? Posisi
Indonesia memang sudah berada didalam pusaran dan kontrol
rezim ekonomi pasar. Ruang-ruang produksi yang seharusnya
bisa dikontrol oleh negara sudah mulai beralih menjadi milik
usaha-usaha privat (Faisham Aminudin, 2009). 20Hal ini
berdampak besar bagi kehidupan dan jalanya negara
Indonesia, yang mana adanya jurang pemisah yang panjang
antara masyarakat satu dengan yang lainya. Seperti
masyarakat yang memiliki kekayaan yang banyak atau
pemodal itu sendiri, di bebas mengakses apa yang diinginkan.
Sedangkan masyarakat yang masih kurang mampu, mau
mencukupi kebutuhan pokok saja sudah bersyukur walau
tidak bisa mengakses apapun didunia ini. Masyarakat kecil
sekarang semakin termarjinalkan dan terpinggirkan karna
adanya hal tersebut.
Dalam dunia pendidikan misalya, dimana pendidikan
masih menjadi suatu hal yang mahal bagi masyarakat kecil.
Sering kita jumpai dipinggiran jalan besar banyak anak kecil
yang mengamen, berjualan, membersihkan sepatu guna
mencukupi kebutuhanya. Juga dipedesaan banyak anak kecil
yang membantu orangtuanya menggarap sawah, nikah muda,
dan merantau untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kementrian pendidikan dan kebudayaan (Kemendikbud)
mencatat terdapat 157 ribu siswa SD hingga SMA putus
sekolah pada tahun ajaran 2019/2020. Siswa yang paling
banyak berada dijenjang sekolah dasar (SD) sebanyak 59,4

20
Faizal Alifandi, Potret Pendidikan: antara pendidikan, globalisasi dan
kapitalisme, jurnal IAIN Purwokerto JPA, Vol.19 No.2, Juli –Desember 2018,
Hlm 98

75 | Sekolah Pendidikan Kritis II


ribu siswa. Selanjutnya ditingkat sekolah menengah keatas
(SMP) sebanyak 38,5 ribu siswa. Ditingkat sekolah menengah
atas (SMA) ada 26,9 ribu siswa dan 32,4 ribu siswa sekolah
menengah kejuruan (SMK) yang berhenti sekolah.21 Dari data
ini kita refleksikan bersama bahwa pendidikan di anggap suatu
hal yang masih mahal bagi golongan masyarakat bawah atau
kurang mampu.
Sistem pendidikan yang masih rumit dalam
menjalankan pendidikan. Seperti halnya amanat UUD 1945
yang mana “mencerdaskan kehidupan bangsa”22 namun realita
lapangan. hanya mencerdaskan kehidupan konglomerat atau
pemodal itu sendiri. Posisi Indonesia memang sudah berada
didalam pusaran dan kontrol rezim ekonomi pasar. Dalam
pasal 5 ayat (1) UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003 yang
berbunyi “Setiap warga negara mempunyai hak yang sama
untuk memperoleh pendidikan yang bermutu”23 namun juga
realitanya pendidikan masih menjadi jurang pemisah antara
masyarakat kaya dan masyarakat kurang mampu dalam
mengakses pendidikan itu sendiri.
Metode pembelajaran yang masih menganut sistem
bank dimana peserta didik hanya di jadikan objek dalam
jalanya pendidikan. Peserta didik seperti diibaratkan sebagai
sebuah rekening yang siap untuk diisi apa saja oleh pendidik
tanpa berhak menolak apa yang pendidikan sampaikan, dan
juga nantinya pendidik berhak untuk memetik keuntungan
dari peserta didik berupa bayaran berupa uang ataupun yang
sejenisnya. Peserta didik hanya dipersilahkan untuk menyadap
apa yang pendidik sampaikan sehingga membuat peserta didik

21
Htpps://databoks.katadata.co.id/datapublis/2021/01//11/terdapatt-157-
ribu-siswa-puyus-sekolah-pada- tahun-ajaran-20192020
22
UUD 1945
23
UU 20 Tahun 2003
76 | Sekolah Pendidikan Kritis II
menjadi objek pasif dan memenjarakan kreatifitas serta
pemikiran meraka. Yang mana seharusya peserta didik berhak
mendapakan pembelajaran baik dari segi kognitiif,
psikomotorik, dan afektif serta peserta didik adalah sebagai
subjek dalam jalanya pendidikan untuk objeknya adalah ilmu
pengetahuan agar pengembangan intelektual peserta didik bisa
berjalan.
Kapitalisme pendidikan merupakan faktor yang
merubah logika pendidikan,dari public goods telah berubah
sebagai private goods. Di mana pendidikan tidak lebih dari
sarana untuk akumulasi kapital. Kondisi seperti ini adalah
akibat adanya privatisasi pendidikan yang merupakan imbas
diberlakukannya kebijakan kapitalisme dalam system
perekonomian Indonesia. Implikasi lebih jauh adalah
mahalnya biaya pendidikan yang menyebabkan pendidikan
hanya dapat diakses oleh mereka yang berkantong tebal saja,
orang kaya. Sedangkan orang miskin tidak lagi memiliki
kesempatan untuk mengaksesnya. Berbagai kebijakan yang
dibuat pemerintah seperti pencabutan subsidi pendidikan dan
memandirikan pengelolaan pendidikan pada institusi sekolah
adalah nyata sebagai bentuk diskriminasi terhadap orang
miskin dalam akses pendidikan. Orang miskin dilarang
sekolah adalah benar adanya dalam masyarakat Indonesia. 24

F. Solusi Kapitalisme Dalam Pendidikan


Dari dampak-dampak yang timbul akibat adanya
pengaruh globalisasi dalam dunia pendidikan di Indonesia,
maka ada beberapa solusi yang bisa diterapkan untuk
mengurangi terjadinya pencapaian kapitalisme pendidikan

24
Umami, Kapitalisme pendidikan dalam presfektif islam, skripsi IAIN
Walisongo Semarang, 2009, Hlm, II
77 | Sekolah Pendidikan Kritis II
tersebut. Secara garis besar ada dua solusi yang bisa diberikan
anatara lain :
1. Solusi Sistemis
Solusi Sistemik yaitu solusi dengan mengubah
sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem
pendidikan. Seperti diketahui bahwa sistem pendidikan
sangat berkaitan dengan sistem ekonomi yang
diterapkan. Sistem pendidikan di Indonesia sekarang
ini, diterapkan dalam konteks sistem ekonomi kapitalis
yang berprinsip antara lain meminimalkan peran dan
tanggung jawab negara dalam urusan publik, termasuk
pendanaan pendidikan. Maka untuk solusi-solusi
masalah yang ada khususnya yang ada hubungannya
dengan mahalnya biaya pendidikan, berarti yang harus
dirubah adalah sistem ekonominya.
2. Solusi Teknis
Solusi Teknis yaitu solusi untuk menyelesaikan
berbagai permasalahan internal dalam penyelenggaraan
sistem pendidikan. Bahwa secara tegas, pemerintah
harus mempunyai komitmen untuk mengalokasikan
dana pendidikan nasional dalam jumlah yang memadai
yang diperoleh dari hasil-hasil eksploitasi sumber daya
alam yang melimpah. Dengan adanya ketersediaan dana
tersebut, maka pemerintahakan dapat menyelesaikan
permasalahan pendidikan dengan memberikan
pendidikan gratis kepada seluruh masyarakat pada usia
sekolah dan yang belum sekolah baik untuk tingkat
pendidikan dasar (SD-SMP) maupun pendidikan
menengah (SMA). Atau misalnya lagi yaitu
menyelesaikan masalah kualitas guru dan prestasi
siswa.

78 | Sekolah Pendidikan Kritis II


Banyak sekali faktor yang menjadikan rendahnya
kualitas pendidikan di Indonesia. Salah satunya
adalah faktor teknis. Faktor-faktor yang bersifat
teknis di antaranya adalah rendahnya kualitas guru,
rendahnya sarana fisik, mahalnya biaya pendidikan,
rendahnya prestasi siswa, rendahnya kesejahteraan
guru, rendahnya relevansi pendidikan dengan
kebutuhan, kurangnya pemerataan kesempatan
pendidikan. Namun sebenarnya yang menjadi
masalah mendasar dari pendidikan di Indonesia
adalah sistem pendidikan di Indonesia itu sendiri yang
menjadikan siswa sebagai objek, sehingga manusia
yang dihasilkan dari sistem ini adalah manusia yang
hanya siap untuk memenuhi kebutuhan zaman dan
bukannya bersikap kritis terhadap zamannya. Maka di
sinilah dibutuhkan kerja sama antara pemerintah dan
mesyarakat untuk mengatasi segala permasalahan
pendidikan di Indonesia.
Bagaimana Seharusnya Pendidikan yang
Mencerdaskan Kehidupan Bangsa dikembalikan
pendidikan ke jati diri ideal hakikat pendidikan
sebagai proses mencerdaskan kehidupan bangsa, yaitu
pendidikan yang berkualitas sekaligus berkeadilan
bagi seluruh anak bangsa. Pendidikan yang berlaku
untuk semua tanpa kecuali (education for all),
hilangkan hambatan bagi akses pendidikan untuk
semua. Temukan alternatif model pendidikan yang
bervisi dan berwajah humanis, biaya yang rendah
tidak berarti pendidikan yang kurang bermutu. Jangan
lupa
Pendidikan itu bermacam-macam tetapi satu,
yaitu upaya memuliakan kemanusiaan manusia,18

79 | Sekolah Pendidikan Kritis II


yakni meninggikan harkat dan martabat manusia.
Pendidikan akan memberikan makna bagi kehidupan
tentunya manakala fungsi pendidikan telah mewujud
dan telah memberikan pengaruh bagi kehidupan
manusia. Salah satu fungsi pendidikan yang prinsip
menurut UNESCO, melalui International Commision
on Education for The Twenty First Century, 19 yaitu
: "One of education’s principal functions is therefore
that of fitting humanity to take control of its own
development. It must enable all people without
exception to take their destiny into their own hands so
that they can contribute to the progress of the society
in which they live, founding development upon the
responsible participation of individuals and
communities”.
Selanjutnya, menurut Noeng Muhadjir,
setidaknya ada tiga fungsi pendidikan bagi kehidupan,
pertama, pendidikan berfungsi untuk menumbuhkan
kreativitas subyek didik, kedua, pendidikan berfungsi
memperkaya khasanah budaya manusia, memperkaya
isi nilai-nilai insani dan nilai-nilai ilahi, dan ketiga,
pendidikan berfungsi menyiapkan tenaga kerja
produktif.
Tentu disadari bersama bahwa upaya
transformasi pendidikan dengan konsep di atas,
bukanlah hal yang mudah. Akan tetapi diperlukan
waktu, usaha, komitmen, sumber daya yang sangat
besar, serta kemampuan manajemen dan
kepemimpinan yang sangat efektif agar perubahan
terjadi dan bergerak ke arah yang diharapkan. Ada
tiga hal penting yang akan mempengaruhi
keberhasilan trasformasi dunia pendidikan ini, yang

80 | Sekolah Pendidikan Kritis II


harus dilakukan perubahan oleh para pelaksana dan
penyelenggaran pendidikan yang bervisi masa depan.
Mewujudkan pendidikan bermakna bagi
masa depan kehidupan bangsa yang cerdas, akan lebih
ideal manakala dalam perwujudannya diarahkan pada
tercapainya enam pilar pendidikan , yaitu:
a. Learning to know (belajar bagaimana
mengetahui).
Pendidikan dalam arti belajar, bukan sebatas
mengetahui dan memiliki materi informasi
sebanyak-banyaknya, menyimpan dan mengingat
selama-lamanya sesuai dengan petunjuk
pelaksanaan yang telah diberikan, tetapi yang
harus ditekankan adalah kemampuan memahami
makna dibalik materi ajar yang telah diterima.
Termasuk dalam hal ini adalah sasaran agar
berfikir secara rasional, tidak semata-mata
mengikuti atau “membeo”, juga tidak mandeg,
jumud, ataupun stagnan.
b. Learning to do (belajar bagaimana berbuat).
Dikatakan oleh Mastuhu, pendidikan kita
selama ini cenderung banyak mengajarkan
“omong, bicara” dan kurang menuntun orang
untuk "berbuat”. Sehingga populer dengan
sebutan NATO (no action talk only, tidak berbuat
hanya bicara. Akan tetapi perlu diingat bahwa
learning to do bukan berarti kemampuan berbuat
yang mekanik dan pertukangan tanpa pemikiran,
akan tetapi action in thinking, berbuat dengan
berfikir. Pendidikan dituntut untuk menjadikan
out put-nya mampu berbuat dan memperbaiki

81 | Sekolah Pendidikan Kritis II


kualitas hidupnya sesuai dengan tantangan yang
ada.
c. Learning to live together (belajar untuk hidup
bersama).
Pendidikan harus mampu mengarahkan
muridnya akan makna hidup bersama di tengah
kenyataan kemajemukan. Hal ini penting karena
pemahaman terhadap pluralisme akan
menyadarkan kita akan adanya nilai-nilai
universal, seperti demokratisasi, HAM, dan lain
sebagainya. Realitas terjadinya benturan antar
elemen di masyarakat akhir-akhir ini, boleh jadi
sebagai ekses pendidikan (pembelajaran) yang
kurang menyentuh konsep learning to live
together ini.
d. Learning to be (belajar bagaimana sebagai
dirinya).
Pendidikan haruslah mengajarkan kepada
peserta didiknya agar menjadi “tahu diri”
sehingga sadar atas kekurangannya, kemudian
mau belajar. Disamping itu juga perlu diajarkan
agar sadar lingkungan untuk menjadi bumi yang
dihuni agar tidak mengalami kerusakan, yang
pada akhirnya akan mengancam eksistensinya.
e. Learn how to learn
Pendidikan secara formal mengenal jenjang
atau tingkat, yang berarti bahwa pada saat
tertentu secara formal pendidikan (belajar) akan
berakhir bagi manusia yang menyelesaikan
seluruh jenjang pendidikan sampai ke tingkat
yang paling tinggi, atau selesai dalam batas

82 | Sekolah Pendidikan Kritis II


maksimal kemampuannya, baik kemampuan
intelektual atau kemampuan ekonomi.
Akan tetapi pada hakikatnya pendidikan
(belajar) tidak pernah berakhir atau selesai. Oleh
karena itu, learning how to learn menuntun
peserta didik agar mampu mengembangkan
strategi dan kiat belajar yang independen, kreatif,
inovatif, dan penuh percaya diri; karena
masyarakat baru atau masyarakat modern adalah
masyarakat belajar (learning society, knowledge
society), dan yang tak kalah pentingnya adalah
harus tertanam dalam diri setiap insan bahwa
orang yang mampu menduduki posisi sosial yang
penting adalah mereka yang mampu belajar lebih
lanjut tanpa dibatasi oleh jenjang pendidikan
formal.
f. Learning throughtout life
Ilmu adalah hasil temuan, hasil pencarian
manusia yang tidak akan pernah selesai. Belajar
sebagai sarana untuk mendapatkan ilmu seiring
dengan perubahan dan perkembangan kehidupan
yang berjalan terus menerus dan harus terus
dilakukan. Tidak ada jalan lain kecuali harus
belajar terus menerus sepanjang hayat. Pemikiran
akan hakikat makna pendidikan bagi
mencerdaskan kehidupan bangsa akan dapat
terwujud tentu saja jika benih-benih budaya
kapitalisme dalam pendidikan dapat
diminimalisir bahkan dihilangkan. Mengingat
kapitalisme dengan beragam produk turunannya
seperti konsumerisme, materialisme, hedonisme,
pragmatisme, dan sikap serba instan dalam

83 | Sekolah Pendidikan Kritis II


kenyataannya cenderung telah membelokkan
nilai substantif pendidikan sebagai mencerdaskan
kehidupan bangsa. Oleh karena itu, diperlukan
pemahaman yang benar, utuh dan dinamis
tentang hakekat pendidikan dalam upaya
membebaskan manusia dari belenggu
kebodohan, yang pada gilirannya dapat
mengantarkan kepada manusia yang dapat
berkarya bagi mensejahterakan dan
memakmurkan hidup mereka itu sendiri.
Disamping itu pemahaman terhadap pendidikan
juga harus tepat, mengingat pemahaman yang
kurang tepat terhadap pendidikan akan
melahirkan konsep dan praktek pendidikan yang
kurang proporsional.
Selanjutnya, dengan menjadikan ke enam pilar
tersebut sebagai dasar pelaksanaan pendidikan diharapkan
mampu melahirkan pendidikan nasional yang bermutu,
yaitu penyelenggaraan pendidikan yang menjadikan
sekolah sebagai pusat pembudayaan segala kemampuan,
nilai, dan sikap yang diperlukan bagi peserta didik untuk
dapat menjadi warga negara yang bermoral, beretos kerja,
berdisiplin, produktif, demokratis dan bertanggung jawab.
Untuk mewujudkan pendidikan yang demikian, tentunya
diperlukan komitmen dan political will yang kuat dari
pemerintah untuk menjamin pembiayaan pendidikan,
sehingga seluruh warga negara dapat menikamati
pendidikan yang tampa harus membayar mahal, sehingga
sistem kapitalisme pendidikan dapat terhapuskan.

84 | Sekolah Pendidikan Kritis II


DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Muhammad.. Filsafat Pendidikan. Jakarta: Kencana, 2015.


Amka. Filsafat Pendidikan. Sidoarjo: Nizamia Learning Center, 2019
Asy’ariyah. Jurnal Lentera Pendidikan, Vol.16 no.1, 2013, 73- 82.
Althusser, Louis. Ideology and Ideological State Apparatuses, dalam Lenin
and Philosophy and Other Essays, terj. Ben Brewster, 1991.

Amariati, Intan. Kapitalisme : Sejarah, Bentuk Dan Perkembangannya Di


Indonesia.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/d4253a62231b1
26b9bf73d2b05eb754f.pdf

Alifandi, Faizal. Potret Pendidikan: antara pendidikan, globalisasi dan


kapitalisme, Jurnal IAIN Purwokerto JPA, Vol.19 No.2, 2018, 98.

Daniel, Mohammad Rosyid. Belajar, Bukan Bersekolah. Agenda


Deschooling Untuk Indonesia Abad 21 : Kembali Ke Rumah’, 2013.

Husamah, dkk.. Pengantar Pendidikan. Malang: UMM Press, 2015.


Nadirah, S. Anak Didik Prespektif Nativisme, Empirisme, dan Konvergensi.
Jurnal Lentera Pendidikan, Vol.16 no. 2, 2013, 188-195.
Sadulloh, Uyoh. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2018.
Samad, M. Y. Pendidikan Islam dalam Perspektif Aliran Kalam: Qadariyah,
Jabariyah, dan
Suharto, Toto. Filsafat Pendidikan Islam. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011
Gramsci, Antonio. Selections from the Prison Notebooks of Antonio
Gramsci, diedit and diterjemahkan oleh Quintin Hoare and Geoffrey
Nowell Smith, 1971.

Soeharto, K. Perdebatan Ideologi Pendidikan. Surabaya: Perpustakaan FIP


Universitas Negeri Surabaya, 2010.

85 | Sekolah Pendidikan Kritis II


O’neil, W. F. Ideologi-Ideologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2008.

Subagja, S. Gagasan Liberalisasi Pendidikan. Malang: Madani, 2010.

Rofiqotul, Aini., Titik Temu Ideologi Pendidikan Islam Konservatif


dan Liberal. Jurnal Pendidikan Islam, 2017.

Gramsci, Antonio. Selections from the Prison Notebooks of Antonio


Gramsci. Diedit dan diterjemahkan oleh Quintin Hoare and
Geoffrey Nowell Smith. New York: International Publishers,
1971.

Subagja, S. Gagasan Liberalisasi Pendidikan. Malang: Madani.


Hal.13

Mu’ammar , M. Arfan, ‘Gagasan Pendidikan (Sebuah Analisis


Kritis)’, Jurnal At-Ta’dib, Vol 3 no. 2, 2016, 141–61.

Muh. Hanif, ‘DESAIN PEMBELAJARAN UNTUK


TRANSFORMASI SOSIAL (Studi Perbandingan Pemikiran
Paulo Freire Dan Ivan Illich Tentang Pendidikan Pembebasan)’,
KOMUNIKA: Jurnal Dakwah Dan Komunikasi, Vol. 8 no. 2,
1970, 113–28.

Zulfatmi. Reformasi Sekolah (Studi Kritis Terhadap Pemikiran Ivan


Illich)’, Jurnal Ilmiah Didaktika, Vol.14 no.1, 2013, 221–37.
<https://doi.org/10.22373/jid.v14i1.498>.

Marx, Karl, Frederick Engels. Selected Correspondance, Letter to


Bloch, 21-22 September 1890, dikutip dalam Allan Wood,
Reason and Revolt. Yogyakarta: IRE Press,2006.

86 | Sekolah Pendidikan Kritis II


Hasan, Mahyudi. Analisis terhadap Pemikiran Ekonomi Kapitalisme Adam
Smith. Universitas Ibrahimy Sukorejo Situbondo.
https://core.ac.uk/download/pdf/300042135.pdf.

Kurniawan , Itok Dwi, Sri Lahir. Sistem Kapitalisme Negara Sebagai


Alternatif Sistem Ekonomi Kerakyatan Berdasarkan Pancasila. Jurnal
Edunomikam, vol.1. 2017. https://jurnal.stie-
aas.ac.id/index.php/jie/article/view/153/119

87 | Sekolah Pendidikan Kritis II

Anda mungkin juga menyukai