Anda di halaman 1dari 3

ANOTASI ARTIKEL JURNAL ISTORIA

Pengampu: Dr. Dyah Kumalasari, M.Pd. & Alifi Nur Prasetia Nugroho, M.Pd.
Disusun Oleh: Muhammad Fajarrochman Sasito
NIM : 21406241056
Kelas :Pendidikan Sejarah 2021B

Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sejarah Vol 18, No 1 (2022): ISTORIA Edisi Maret, Vol. 18. No.
1
Judul : Eksistensi Lekra Dalam Pusaran Manifesto Kebudayaan Demokrasi Terpimpin
Penulis : Cici Widariyanti
DOI : https://doi.org/10.21831/istoria.v16i1.31408
Artikel ini akan membahas tentang perkembangan Lekra pada masa Demokrasi Terpimpin.
Lekra didirikan pada tanggal 17 Agustus 1950 oleh D.N Aidit sebagai wadah bagi masyarakat
untuk menuangkan ekspresi dan aspirasi mereka untuk mempertahankan revolusi. Mereka
banyak menaungi kebudayaan seperti tari, puisi, film, seni lukis dan drama. Dalam
perkembangan kedepannya, Lekra mulai menitikberatka pada seni sastra yang dianggap dapat
menarik perhatian masyarakat dan menjadi media aspirasi rakyat. Perlahan dan pasti Lekra
tumbuh seiring munculnya sastrawan muda Pramoedya Ananta Toer, Rivai Pain, Agam Wispi,
Sobron Aidit yang menyuarakan aspirasi politik dan menyuarakan nasib masyarakat tertindas.

Dinamika politik masa Orde Lama dan ketidakstabilan Demokrasi Liberal menyebabkan
terjadinya masa Demokrasi Terpimpin. Demokrasi Terpimpin mempengaruhi segala aspek
masyarakat Indonesia termasuk bidang budaya yang diduga dimanfaatkan Lekra untuk
mengambil simpati publik dan Presiden Soekarno serta mulai dijadikan sebagai tunggangan PKI.
Sikap politis dan kecondongan Lekra pada Pemerintah Presiden Soekarno membuat para
sastrawan dan juga seniman menentang tentang sikap politik kebudayan Lekra dengan
melakukan manifesto kebudayaan 17 Agustus 1963. Saat itu Soekarno mempunyaikedekatan
dengan Lekra yang melarang Manikebu tanggal 8 Mei 1964. Pada akhirnya, peristiwa 30
September 1965 atau biasanya disebut dengan GS30S/PKI menyebabkan Lekran tidak luput
menjadi sasaran pembersihan komunisme di Indonesia dan dibubarkan pada 1966. Kelebihan
dari artikel ini adalah bahasanya yang padat namun dapat dimengerti dan penulis tidak berat
sebelah dalam penempatan sudut pandang.

Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sejarah ISTORIA Vol.8 No.1 (2010)

Penulis : Dyah Kumalasari

Judul : Konsep Pemikiran Ki Hadjar Dewantara Dalam Pendidikan Taman Siswa (Tinjauan
Humanis-Religius).

DOI : https://doi.org/10.21831/istoria.v8i1.3716

Tamansiswa adalah nama organisasi pendidikan yang didirikan Ki Hajar Dewantara pada 1922
oleh Ki Hadjar Dewantoro. Tamansiswa didirikan sebagai reaksi pembatasan anak Bumiputera
dalam mendapatkan pendidikan. Prinsip pendidikan beliau mengacu bukan hanya tentang
perkembangan kecerdasan akademik anak, namun juga mengenai sifat kecerdasaan emosional
dan jasmani sehingga terbentuk pribadi yang dapat beradaptasi dengan lingkungan disekitarnya.

Artikel ini menjelaskan mengenai konsep pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam pendidikan
Taman siswa yang pada saat itu diharapkan menjadi pembuka gerbang kemajuan bangsa
Indonesia. Taman Siswa tidak dapat dipisahkan dari Ki Hadjar Dewantoro atas berbagai
pemikirannya yang menginspirasi pelajar di Indonesia untuk menggapai potensi diri dan tidak
hanya berfokus pada pencapaian, nmun juga nilai dari sebuah pengetahuan itu sendiri. Kelebhan
pada artikel ini memiliki bahasa yang ringkas, padat, dan mudah dimengerti.

Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sejarah Vol 17, No 1 (2021): ISTORIA Edisi Maret, Vol. 17. No. 1

Judul : Kemampuan Public Speaking Dalam Pembelajaran Sejarah

Penulis : Nara Setya Wiratama.

DOI : https://doi.org/10.21831/istoria.v17i1
Guru adalah sebuah profesi yang bertugas untuk mendidik dan mengajar peserta didik. Dalam
proses pendidikan tersebut, seorang pendidik perlu untuk memiliki kemampuan/skill untuk
menyampaikan informasi di depan umum/individu yang disebut public speaking. Di masa
sekarang, kemampuan public speaking perlu dikembangkan agar seorang individu dapat
memiliki rasa percaya diri dan mampu memberi informasi dengan runtut.

Kemampuan public speaking terutama seorang pendidik diwajibkan mampu


mengkomunikasikan sebuah informasi didepan umum atau audiens supaya materi dan informasi
pembelajaran dapat tersampaikan kepada peserta didik. Dampak dari kita sebagai pendidik
menguasai public speaking adalah mampu membuat sebuah informasi menjadi menarik,
kemudian tersampaikan dengan baik, dan menjadikan lingkungan pembelajaran menjadi lebih
hidup, nyaman, dan tidak membosankan bagi peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai