Anda di halaman 1dari 9

PENANGANAN LIMBAH PERTANIAN TPT 2022

Jacobus OEmatan
Perhatikan gambar-bambar berikut.
Peternakan ekstensif Peternakan intensif

PERTANYAANNYA
• Apa yang terjadi dengan limbah jika usaha peternakan berubah dari ekstensif menjadi
intensif?
• Mengapa perlu pengelolaan limbah?
• Bagaimana cara mengelola limbah?
• Apa manfaat dari pengelolaan limbah pertanian?

1
Perhatikan gambar ekosistem pertanian alami berikut ini.

Dalam kondisi alami, atau system beternak ekstensif, organisme pengurai yang terdiri dari
mikroorganisme (jamur, bakteri, protozoa) dan makroorganisme (cacing, kutu, lipan, larva
dll.) memanfaatkan bahan-bahan organic sebagai makanan mereka. Semua bahan organic
diurai menjadi unsur-unsur penyusun atau senyawa yang lebih sederhana sebagai sumber
nutrient bagi tanaman.
Dalam system beternak intensif, sejumlah besar ternak dipelihara pada lokasi sempit di dalam
kandang, dimana sisa pencernaan dan metabolisme berupa feses dan urin menumpuk pada
kandang pemeliharaan. Kondisi ini sangat berpotensi menyebabkan pencemaran lingkungan
dan juga dapat menjadi tempat berkembangnya bibit penyakit. Di sinilah kita membutuhkan
suatu penanganan limbah yang baik dan selaras alam, untuk mencegah terjadinya efek
negative dan memanfaatkannya sebagai sumberdaya ekonomi guna meningkatkan
penghasilan dari suatu usaha peternakan.

Beberapa bentuk pengolahan dan pemanfaatan limbah ternak

Pembuatan pupuk organic Produksi biogas

2
Budidaya maggot BSF Budidaya cacing tanah

Daur Ulang Limbah

1. Budidaya lalat tentara hitam (black soldier fly = BSF) untuk produksi bahan pakan
sumber protein dan pupuk
2. Budidaya cacing tanah untuk produksi bahan pakan sumber protein dan pupuk

Komposisi Kimia Limbah


1. Senyawa organik : karbohidrat, protein, lemak, vitamin
2. Mineral : semua mineral esensial yang dibutuhkan ternak dan terkandung dalam
pakan, mineral makro, mineral mikro, juga mineral lain yang belum diketahui
manfaatnya tetapi terdapat dalam pakan.
3. Kandungan nutrien limbah tergantung macam limbah, jenis ternak dan pakan yang
dimakan.
4. Contoh :
• Darah mengandung protein dan Fe tinggi
• Bulu ayam mengandung protein dan S tinggi
• Feses ayam kandungan N (protein) tinggi karena pakan mengandung protein
tinggi, juga N urine (asam urat) dikeluarkan bersama feses
• Feses sapi penggemukkan N tinggi karena pakan konsentrat dan feses induk
sapi N rendah karena pakan hijauan
• Urine mengandung N dan K tinggi
• Kandungan PK feses beberapa jenis ternak : broiler 31,30%; layer 28%; sapi
penggemukkan 20,30%; babi 23,50%.

3
Kandungan nutrient litter broiler yang diproses dan tidak diproses
Nutrien Unprocessed Processed
Bahan kering 80.48 ± 0.847 99.82 ± 0.000
Protein kasar 29.98 ± 2.572 25.95 ± 2.325
Ekstrak ether 3.08 ± 0.588 2.48 ± 0.472
Serat kasar 18.28 ± 1.224 18.80 ± 1.307
Abu 30.67 ± 5.272 28.79 ± 5.126
BETN 17.88 ± 2.269 24.98 ± 2.002
Ca 1.64 ± 0.217 1.82 ± 0.222
P 1.46 ± 0.180 1.20 ± 0.149
Mg 0.31 ± 0.021 0.33 ± 0.024
Gross energi, kcal/g 3.25 ± 0.284 3.25 ± 0.275
N protein, % dari total N 62.09 ±3.633 61.23 ± 3.633
NPN, % dari total N 37.91 ± 3.633 38.77 ± 3.633

Dari uraian di atas maka limbah usaha peternakan ayam, babi dan sapi penggemukkan
merupakan sumber nutrient yang bisa dimanfaatkan sebagai pakan larva (maggot) BSF.

Siklus Hidup BSF

1. Pupa : massa pupasi 1 minggu 2. Lalat dewasa

4. Bertelur : 2 hari setelah kawin 3. Kawin : lalat umur 2 hari

4
5. Penetasan : telur menetas 4 hari setelah bertelur 6. Larva : 3-4 minggu, lalu pupasi.

1. Telur
– Setelah kawin induk lalat tentara meletakkan 500-900 telur pada tempat
kering dekat bahan organik sebagai pakan larva, ukuran 1 mm
– Telur menetas dalam 4 hari, dan untuk kegiatan budidaya diinkubasi pada
suhu 20 – 30 derajat celsius
2. Larva
– Telur menetas menjadi larva, membenamkan diri ke dalam media bahan
organik sebagai tempat hidup sekaligus pakannya
– Pakannya berupa bahan organik rendah serat kasar
– 3 – 4 minggu larva tumbuh mencapai ukuran 1 inci
3. Pupa
– Setelah mencapai ukuran dewasa, larva berhenti makan
– Larva dewasa meninggalkan media tumbuh dan mencari
tempat tempat yang kering dan gelap
– Larva berubah menjadi pupa, dengan warna gelap, kulit yang keras, dan
berbulu
– Masa pupasi adalah 1 minggu untuk metamorfosa menjadi lalat
4. Lalat Dewasa
– Pada kondisi normal, dalam 1 minggu pupa
berubah menjadi lalat
– Lalat dewasa tidak makan, hanya minum apabila terdapat
air atau cairan lain
– Aktivitasnya adalah kawin pada hari ke 2 dan betina bertelur 2 hari
kemudian, lalu mati
– Masa hidupnya 1 minggu jika tidak minum, dan 2 minggu jika minum

5
Keuntungan Budidaya BSF
• Daur hidup pendek, ± 40 hari
• Tidak terkontaminasi bibit penyakit karena lalat dewasa tidak makan atau
menghinggapi material organik terkontaminasi
• Pertambahan bobot larva sangat cepat
• Pakan bervariasi : sisa dapur/restoran, feses ternak (ayam, babi, sapi
penggemukkan dengan konsentrat)
• Dapat dipanen sebagai larva atau pupa
• Dapat usahakan pada skala kecil (rumah tangga) atau industri
Pemanfaatan BSF
• Pengelolaan limbah kota, rumah tangga, peternakan (biokonversi limbah)
• Produksi pakan sumber protein bagi unggas, babi, ikan, dan reptil
• Produksi pangan sumber protein bagi manusia
Kandungan Nutrien Magot BSF
• Energi tercerna : 5430 kkal/kg
Nutrien Kisaran Rataan
Protein kasar 37% - 49% 42,85%
Lemak 18.8% - 39% 33,95%
Abu 9,7% - 18,4% 15,05%

Asam amino essensial


Alanin 2.55% -3.69% 3.21%
Arginin 1.77%-3.44% 2.44%
Histidin 0.96%-1.91% 1.40%
Isoleusin 1.51% -2.13% 1.99%
Leusin 2.61% -3.53% 3.23%
Lysin 2.21%-3.37% 2.97%
Methionin + sistin 0.74% -1.22% 1.03%
Fenilalanin+tyrosin 3.87% -5.5% 4.90%
Threonin 0.55% -1.78% 1.34%
Triptofan 0% -0.76% 0.52%
Valin 2.23% -3.58% 3.10%

Syarat Kondisi Lingkungan Bagi BSF


• Suhu optimum untuk larva mengkonsumsi pakan 35⁰C, larva berhenti makan pada
15 ⁰C.
• Suhu optimum untuk kawin 24⁰C – 40⁰C.
• Suhu untuk larva bertahan hidup 10⁰C – 45⁰C
• Suhu optimum untuk pupa 30⁰C
• pH optimum untuk larva 5,7
• Pakan : rendah sellulosa, rendah amonia.
• Kelembaban untuk kawin dan peletakan telur 30 – 90%.

6
• Pencahayaan : larva photo phobic atau menyukai kondisi gelap, dan lalat dewasa
butuh pencahayaan penuh
• Tempat bertelur kering dan tidak fermentatif
Produksi Larva (Magot) BSF
1. Pemeliharaan lalat dewasa (breeding)
• Peralatan yang dibutuhkan :
– Kandang : berupa struktur sederhana dengan rangka pipa PVC atau kayu
dan dinding screen putih untuk skala kecil. Pada usaha skala besar, kandang
berupa green house berangka besi, dan di dalam ada bagian-bagian yang lebih
kecil. Pencahayaan harus penuh, tidak ternaung.
– Tanaman hidup dalam kandang sebagai tempat bertengger dan kawin.
• Sumber benih
– Mengambil larva atau pupa dari alam dan dipelihara hingga menjadi lalat
– Mengumpan lalat betina di alam bertelur, tetaskan lalu pelihara menjadi
lalat
– Penyediaan pupa secara kontinyu untuk menjaga populasi lalat. Setiap
minggu ada lalat dewasa baru.
• Panen telur
– Tempatkan wadah berisi pakan kering pada kandang breeding
– Siapkan tempat bertelur dari potongan karton bekas 20 cm x 5 cm, dimana
bagian yang berongga berada pada sisi panjang. Ikatkan 4 – 5 potongan
menjadi satu tumpukan dan letakan pada wadah dekat pakan
– Telur dikumpulkan setiap 1-2 hari dan pindahkan ke tempat penetasan
2. Penetasan
– Telur dipindahkan ke tempat penetasan berupa wadah berisi pakan yang
agak lembab.
– Wadah ditempatkan pada ruang penetasan yang tidak terkena sinar/cayaha
langsung
– Telur menetas menjadi larva mikro 4 hari setelah peneluran (oviposition)
– Larva yang baru menetas akan membenamkan diri dalam pakan dan mulai
makan
. 3. Pemeliharaan Larva
• Ruang pemeliharaan tidak terkena cahaya langsung atau dapat diatur agak gelap
dan teduh
• Wadah pemeliharaan cukup besar untuk menampung pakan dan larva
• Wadah dapat di atur pada rak bertingkat untuk skala usaha besar
• Wadah pemeliharaan dapat dibuat dari barang bekas dan dilengkapi alur migrasi
larva prapupa dan kolektor larva/pupa
• Pakan : feses ayam, babi, sapi penggemukan, sisa dapur, limbah pasar dll.
. 4. Panen
• Larva (magot) sebelum prapupa : membutuhkan tenaga khusus
dan peralatan untuk memisahkan larva dari media

7
• Larva prapupa : disain wadah pemeliharaan dengan kolektor
larva/pupa
• Larva prapupa berhenti makan dan meninggalkan tempat pemeliharaan,
dikumpulkan setiap hari sebelum tidak aktif pada fase
• Pupa dipanen sebelum menjadi lalat dewasa

5. Penggunaan Larva/Pupa
• Pemberian langsung larva/pupa segar pada ternak, ikan, reptil, burung berkicau
• Disimpan dalam ruang pendingin untuk menonaktifkan larva, dan digunakan saat
dibutuhkan
• Pengolahan 1 :
– Keringkan
– Giling menjadi tepung lrva/pupa
– Campurkan dalam ransum komplit
• Pengolahan 2 :
– Keringkan
– Pisahkan lemak
– Giling menjadi tepung protein larva/pupa
– Campurnan dalam ransum komplit

Maggot BSF Kering dan Minyak Maggot

Protein : 60%
Lemak : 10 – 15%
Mineral : 10%
Karbohidrat : 15%
Energi : 1.800 - 2.200 kJ/100 g

Kondungan asam lemak


Asam laurat : 58%
Asam palmitat : 9%
Asam miristat : 8%
Omega 3 : 2,5%
Omega 6 : 6%
Omega 9 : 10%
Total minyak : 99,1%

Maggot Sebagai Pakan dan Pangan

8
Mereka yang makan maggot BSF

Anda mungkin juga menyukai