Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH IPAS

PENELITIAN PETERNAKAN SAPI PERAH DI DESA NGANCAR

NAMA KELOMPOK:

1. LAUREANO MONTARO GUNTUR SEPTANDO


2. MAFTUH FUAD HASAN
3. MOCH. DAFFA ADITTYA AZIZ
4. MOH. NAILUL ULUM
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah mengenai Penelitian di perernakan
sapi perah ini dengan baik.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dalam mata pelajaran IPAS. Dalam makalah ini tersusun beberapa hal dalam
hubungannya tentang Cara beternak sapi dan keadaan sekitar..

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
terhadap pembaca.

Kediri, 17 Mei 2022

( )

ii
DAFTAR ISI

JUDUL……………………………………………………….……….........……….…....i
KATA PENGANTAR………………………………………………………..........….....ii
DAFTAR ISI…………………………………………….………………………...........iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................1
1.3 Manfaat........................................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sapi Perah....................................................................................................................3
2.2 Perkandangan...............................................................................................................6
3.3 Biosecurity...................................................................................................................7
BAB III METODE DAN PENGGALIAN DATA
3.1 Desain Penelitian.........................................................................................................9
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian......................................................................................9
3.3 Penelitian.....................................................................................................................9
3.4 Metode Pengumpulan Data.........................................................................................9
3.4.1 Studi Pustaka...................................................................................................10
3.4.2 Wawancara......................................................................................................10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................................11
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................................13
B. Saran...........................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................14
LAMPIRAN....................................................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Peternakan sapi merupakan salah satu usaha yang banyak dikembangkan di
Indonesia. Dikarenakan, sapi adalah hewan ternak yang menghasilkan daging, susu,
tenaga kerja dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% kebutuhan
daging di dunia, 95% kebutuhan susu dan 85% kebutuhan kulit. Sapi berasal dari
family bovida, seperti halnya bison, banteng, kerbau (bubalus), kerbau afrika
(synserus), dan anoa. Sapi perah merupakan jenis sapi yang khusus dipelihara untuk
diambil susunya.
Produk pangan asal hewan merupakan salah satu komoditi perdagangan yang
penting, baik dalam negri maupun antarnegara ditingkat nasional. Direktorat jendral
Bina Produksi Peternakan tahun 2005 mengatakan produk pangan asli hewan
(PPAH) merupakam salah satu bahan pangan sumber protein mudah tercemar oleh
kuman, obat, bahan kimia, dan biologi yang dapat membahayakan konsumen.

1.2 Rumusan Masalah


Pada uraian di atas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah respon warga
sekitar terhadap peternakan sapi perah yang ada di dalam kawasan pemukiman.

1.3 Manfaat
- 1. Bagi peternakan, sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam
menetapkan rencana kerja selanjutnya.
- 2. Bagi peneliti, sebagai sarana belajar dalam menerapkan ilmu yang diperoleh
selama kuliah.
- 3. Bagi kalangan akademis, sebagai referensi atau sumber informasi untuk
penelitian mengenai kelayakan finansial
- 4. memperoleh bahan pengetahuan tentang berkembangnya peternakan sapi
perah di Ngancar.
- 5. Memberikan gambaran kepada masyarakat akan sistem pengelolaan sapi
perah secara kolektif.

iv
- Apabila tidak berdampak positif untuk bisa di evaluasi agar pengelolaan usaha
ternak model kolektif bisa berkembang dengan baik.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

v
2.1 Sapi Perah

Sapi Friesian Holstein (FH) murni memiliki warna bulu hitam dan putih atau merah
dan putih dengan batas-batas warna yang jelas. Sapi FH berasal dari Belanda
tepatnya di Provinsi North Holland dan West Friesland yang mulai dikembangkan
sejak tahun 1625. Bangsa sapi FH terbentuk dari nenek moyang sapi liar Bos Taurus
Typicus Primigenius yang ditentukan di negeri Belanda sekitar 2000 tahun yang lalu
(Sudono.et.al.2005)

Sapi FH merupakan ternak perah paling banyak dipelihara di Indonesia dan


sebagian besar peternak. Sapi FH termasuk salah satu jenis sapi perah yang banyak
dipelihara karena beberapa faktor keunggulannya. Menurut Dematewawa.et.al.
(2007) sapi FH a masa lokasi panjang dan produksi susu tinggi, serta persistensi
produksi susu yang baik. Ensminer dan Tiler (2006) menyatakan bahwa sapi FH
telah ada sejak 2000 tahun yang lalu. Sapi FH mempunyai warna belang hitam putih
dengan pembatas yang jelas dan tidak ada warna bayangan serta mudah
menyesuaikan diri dengan lingkungan, sehingga bangsa sapi ini dapat dijumpai
hampir diseluruh dunia (Rustamaji 2004).

Pemeliharaan sapi perah meliputi pemeliharaan pedet, dara, dan laktasi serta
pemeliharaan sapi kering kandang. Makin (2011) menyatakan bahwa sekitar 20% -
30% dari sapi-sapi berproduksi harus diganti setiap tahun. Kemampuan produksi
sapi perah dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu, warian dari tetua (genetik) dan faktor
lingkungan (Ens Minger dan Howard 2006).

Pada sistem pemeliharaan secara extensif, sapi dilepaskan dipadang pengembalaan


dan digembalakan sepanjang hari, mulai pagi hari hingga sore hari, selanjutnya
ternak digiring ke kandang terbuka yakni kandang tanpa atap, didalam kandang sapi
itu tidak diberi pakan tambahan lagi. Dalam sistem pemeliharaan semi intensif,
umumnya ternak dipelihara dengan cara ternak ditabatkan atau digembalakan di
ladang, kebun, atau perkarangan yang rumputnya tumbuh subur pada siang hari
(Susilorini 2009).

NO KARAKTERISTIK SYARAT
.

vi
1. Berat jenis (pada suhu 27,5°c) minimum 1,0270
2. Kadar lemak minimum 3,0%
3. Kadar bahan kering tanpa lemak minimum 7,8%
4. Kadar protein minimum 2.7%

5. Warna, bau, rasa, kekentalan Tidak ada perubahan


6. pH 6,3-6,8
7. Uji Alkohol (70%) negatif
8. Cemaran mikroba maksimum:
a.Total plate count
1×10⁶ CFU/ml

b.Staphylococcus aureus 4×10⁵ CFU/ml

1×10³ CFU/ml
c.Entero bacteriaca
9. Uji pemalsuan negatif
10. Titik beku -0,520°c s/d -0,560°c
11. Uji peroxidase positif
12. Cemaran logam berat maksimum:
a.Timbel (pb)
0,02μ/ml
b.Merkuri (hg)
0,03μ/ml

c.Arsen (as) 0,01μ/ml

Kualitas susu sangat dipengaruhi oleh manajemen perkandangan, lingkungan,


kesehatan sapi, pakan genetik, pemerhan, dan pasca panen. Kualitas susu dapat
bervariasi tergantung dari pengamannya (handling). Kualitas susu akan menurun jika
terdapat bakteri pembunuh didalamnya. Pembusukan (spoilage) adalah istilah yang
digunakan untuk menggambarkan penurunan kualitas dari warna, tekstur, aroma, dan
rasa.

vii
Protein susu terdiri atas dua bagian yaitu, bagian pertama merupakan bagian yang
tersusun dari sel yang tudak stabil yaitu kasein, berdiameter kurang lebih 190 nm bagian
kedua yaitu bagian bagian yang disusun dari bahan yang mudah larut disebut whey
protein. Mukhtar (2006) menyatakan bahwa sejumlah 80-85% dari total protein susu
berupa lactabumin dan lactaglobulin yang disebut dengan whey. Protein susu dibentuk
oleh tiga sumber utama yang berasal dari daerah yaitu peptida, plasma, dan adam amino
bebas. Menurut Sarwono (2007) protein susu 3,5% yang terdiri dari 3,1% kasein, 0,4%
laktalbulin. Kadar protein susu relatif tetap selama laktasi, karena protein ini disintesis
dalam sel epital kelenjar ambing yang dikotrol oleh gen. Standar kadar protein susu sapi
perah yang sesuai dengan SNI susu segar adalah 2,70% (Badan Standar Nasional 2011).

Kualitas protein susu dari sapi perah sangat dipengaruhi oleh pakan, yang diberikan.
Menurut Sudomo et. al (2005) jenis dan jumlah pakan yang diberikan pada sapi perah
terdiri atas hijauan 10% dan kosentrat 5% dari bobot badan. Protein susu sapi FH akan
meningkat karena adanya kandungan mineral pada pakan yang berfungsi, mensintesis
protein seperti, N dan S kemudian sebagian lagi merupakan bagian dari enzim seperti K,
Cu, Fe, Mn, Mo, dan Zn.

Kadar lemak susu dipengaruhi oleh serat kasar pakan dan hasil metabolismenya berupa
asetat. Rasum yang mengandung serat kasar tinggi akan banyak menghasilkan asum
asetat yang merupakan prekursor sintesis lemak susu diambing (Tanuwiria et . al 2008).
Kandungan zat mutu susu pada umumnya yaitu kadar air 87,1%, lemak 3,8%, protein
3,4%, laktosa 4,8%, dan abu 0,72% juga ada beberapa vitamin yang larut seperti
vitamin A, D, K, dan K (Saleh 2004)

Berat jenis adalah sesuatu perbandingan antara berat bahan tersebut dengan berat air
pada volume dan suhu yang sama. Berat jenis susu rata-rata 1.032 atau berkisar antara
1.027-1.035 diukur dengan suhu 20-30°C. Berat jenis susu dipengaruhi oleh kadar
padatan total dan padatan tanpa lemak. Berat jenis susu biasanya ditentukan dengan
menggunakan laktometer. Laktometer adalah hidrometer dimana skalanya sudah
disesuaikan dengan berat jenis susu.

Pakan merupakan salah satu faktor penting dalam usaha peternakan sapi perah tanpa
didukung oleh pemberian pakan yang optimal tidak akan menghasilkan ternak dengan
produktivitas yang sesuai dengan potensi genetisnya. Padahal pemberian pakan yang

viii
sesuai dengan kebutuhan pada periode atau status produksi produksi seekor ternak
sangat penting dalam menunjang produktivitasnya.

Puncak produksi susu seekor sapi dicapai ketika umur 7-8 tahun. Semakin tua umur
sapi akan diikuti dengan penurunan dengan produksi secara bertahap. Sapi muda
dibawah umur 8 tahun produksi susunya masih rendah karena masih dalm proses
pertumbuhan artinya pakan yang dimakan oleh ternak digunakan untuk pertumbuhan
tubuh dan pembentukan organ-organ tubuh. Sebaliknya jika umur sapi sudah mulai
melewati umur 8 tahun, produksi susu akan turun karena sapi sudah mulai tua dan
altivitas kelenjar-kelenjar susu sudah juga mulai menurun.

Komposisi makanan pakan yg diberikan akan mempengaruhi kualitas kimia susu.


Diantaranya adalah jumlah dan tipe dari pakan berserat(roughage),rasio pakan
konsetrat,hijauan,serta karbohidrat dan lemak pada pakan,frekuensi pemberian pakan
tdk berpengaruh besar pada kualitas lemak dgn sedikit pengaruh pada kualitas protein
susu (widodo,2003)

Suhu lingkungan yg ideal bagi ternak sapi perah adalah 15,5°C karena pada
kondisi suhu tersebut pencapaian produksi susu dapat optimal,suhu kritis untuk ternak
sapi perah FH adalah 27°C (hadisusanto,2008). Ternak sapi perah FH yg berasal dari
eropa akan berproduksi optimal apabila kondisi suhu lingkungan berkisar 10°-21°C
(hadisutanto,2008), sehingga suhu lingkungan utk ternak sapi FH perlu diperhatikan,
menurut utomo et,al (2009) suhu udara yang sesuai untuk pemeliharaan sapi perah
didaerah tropis berkisar antara 18°c-21°c dan diindonesia lingkungan tersebut terhadap
di wilayah dengan ketinggian minimal 500mdl.

2.2 Perkandangan

Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah sapi
yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu
baris atau satu jajaran. Sedangkan kandang yang bertipe ganda, penempatannya
dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang.

2.3 Biosecurity

Biosekuriti ini adalah garda terdepan untuk mengamankan ternak dari penyakit.
Peternakan yang menerapkan program biosekuriti akan bisa menekan biaya kesehatan

ix
ternak menjadi lebih murah dibanding peternakan yang tidak menerapkan biosekuriti.
Karena penanganan penyakit jika sudah terjadi outbreak dalam sebuah peternakan tentu
akan mengahabiskan banyak biaya.

Dengan pertimbangan itulah, penerapan biosekuriti dalam sebuah peternakan


menjadi sebuah keharusan guna mencapai keuntungan yang lebih di dalam usaha
peternakan, disamping juga untuk mencegah terjadinya outbreak penyakit dalam
sebuah wilayah.

Definisi Biosekuriti
Biosekuriti adalah semua tindakan yang merupakan pertahanan pertama untuk
pengendalian wabah dan dilakukan untuk mencegah semua kemungkinan
kontak/penularan dengan peternakan tertular,dan mencegah penyebaran penyakit. Di
dalam ilmu epidemiologi ( ilmu yang mempelajari sebaran penyakit), dikenal istilah
segitiga epidemiologi, yang meliputi inang (host), lingkungan, dan agen penyakit.
Keseimbangan tiga hal tersebut harus dijaga, salah satu caranya dengan biosekuriti.
Biosekuriti tidak hanya pembersihan dan desinfeksi lingkungan peternakan, tapi ada
3 (tiga) pondasi utama yang menjadi penopang keberhasilan biosekuriti, yaitu :
isolasi, traffic control (pengawasan lalu lintas) dan sanitasi . Tanpa adanya ketiga
hal tersebut, penerapan biosekuriti dalam peternakan tidak akan berjalan optimal
sesuai dengan tujuan.
Manfaat Biosekuriti Pada Peternakan Sapi Perah
Penerapan biosekuriti pada peternakan unggas/poultry lebih sering kita dengar
daripada pada peternakan sapi perah, hal ini terjadi karena biosekuriti pada
peternakan unggas lebih dulu diterapkan daripada peternakan sapi perah.
Jika usaha peternakan ingin mencapai keberhasilan dan keuntungan ynag
maksimal,maka penerapan biosekuriti menjadi sebuah keharusan. Ada beberapa
manfaat yang diperoleh jika sebuah peternakan menerapkan biosekuriti, antara lain :
1.Biosekuriti merupakan benteng pertama dalam usaha pencegahan penyakit.
2.Biosekuriti menjaga kesehatan ternak.
3.Menjaga pertumbuhan ternak agar tetap baik dengan rasio konversi pakan yang
baik pula.

x
4.Menekan biaya kesehatan ternak menjadi lebih murah. Karena jika ternak sudah
terserang penyakit, maka biaya untuk pengobatan akan lebih besar, belum lagi
kerugian yang harus ditanggung peternak misalnya karena peternak harus
memperpanjang masa istirahatnya untuk memutus rantai penyakit.
5.Memperoleh hasil/produk yang bagus, karena biosekuriti menciptakan lingkungan
yang kondusif bagi ternak untuk berproduksi.
6.Jika ternak dapat berproduksi dengan baik,maka keuntungan sudah pasti
didapatkan.
Inti dari semua manfaat di atas, bahwa biosekuriti adalah investasi dan asuransi
dalam usaha peternakan sapi perah. Bilamana sekarang dilakukan, hasilnya baru
dapat dirasakan belakangan.

BAB III

METODE PENGGALIAN DATA

3.1 Desain Penelitian

Penelitian menggunakan metode pendataan atau pengamatan langsung. Pendekat


ini bertujuan untuk agar satu kelompok dapat langsung mengetahui lebih dalam

xi
tentang sapi perah FH dan agar dapat mengetahui populasi peternak sapi perah
di desa Nganxar kecamatan Ngancar kabupaten Kediri provinsi Jawa Timur.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan didesa Ngancar kecamatn Ngancar kabupaten Kediri,
3.3 Penelitian
Variabel yang diteliti yaitu :
1. Usaha usaha yang dilakukan peternak sapi perah untuk memperbaiki
pendapatan!
2. Berapa lama usaha ini berjalan?
3. Mengapa anda menjadi peternak sapi perah?
4. Kemana anda memasarkan hasil susu sapi perah?
5. Berapakah penghasilan yang didapatkan dalam penjualan susu sapi perah setiap
harinya?
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan 3 cara, yaitu:
Pengumpulan data melalui kuersioner, Observation (Observasi), dan
Dokumentasi.
• Berikut penjelasan dari masing- masing metode tersebut:
- Kuersioner adalah sebuah teknik menghimpun data dari sejumlah orang atau
responden melalui seperangkat pertanyaan untuk dijawab.
- Observation adalah metode pengumpulan data dimana penelitian atau
kolabortatornya mencatat informasi sebagaimana yang mereka saksikan selama
penelitian.
- Dokumentasi adalah salah satu pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau
mengalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang
lain tentang subjek.
3.4.1 Studi Pustaka

Studi pustaka merupakan langkah awal dalam metode pengumpulan data.

Studi pustaka merupakan metode pengumpulan data yang diarahkan kepada


pencarian data dan informasi melalui dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis,
foto-foto, gambar, maupun dokumen elektronik yang dapat mendukung dalam
proses penulisan.”Hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila didukung

xii
foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada.”(Sugiyono,2005:83).
Studi pustaka merupakan Maka dapat dikatakan bahwa studi pustaka dapat
memengaruhi kredibilitas hasil penelitian yang dilakukan.
3.4.2 Wawancara

Wawancara merupakan langkah yang diambil selanjutnya setelah

observasi dilakukan. Wawancara atau interview merupakan teknik pengumpulan


data dengan cara bertatap muka secara langsung antara pewawancara dengan
informan. Wawancara dilakukan jika data yang diperoleh melalui observasi
kurang mendalam. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan
(Sugiyono,2005:72) bahwa “wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan
data apabila peniliti ingin mengetahui hal-hal dari informan yang lebih
mendalam.”.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sapi perah yang berada di peternakan ini kurang lebih 7 ekor, sapi masih cukup
sedikit dikarenakan peternakan ini masih berkembang yang baru saja berjalan.
Awalnya peternak ini hanya beternak layaknya orang-orang. Namun lama kelamaan
menjadi hobi dan senang dalam menekuni dunia peternakan. Sehingga jumlah sapi
terus ditambah, dan di pelihara dengan sebaik mungkin.
Jika peternak hanya memelihara saja dan tidak memanfaatkan hasil dari
peliharaannya, maka akan sia-sia dan tidak mendapat hasil apapun atau rugi. Namun
jika bisa memanfaatkan dengan baik maka akan memperoleh hasil yang cukup
untuk membeli pakan dan memenuhi kebutuhan. Seperti di peternakan ini per sapi
dapat menghsilkan susu sekitar 12 liter/ekor/hari. Dan mendapat penghasilan sekitar
6-15 ribu per liter. Di peternakan ini jarang memasarkan susu kepada orang-orang

xiii
sekitar. Karena ada yang mengambil setiap harinya. Namun, bila ada yang ingin
membeli tetap dilayani.
Pada peternakan sapi perah kita dapat melihat sebagian perjalanan sejarah bangsa
ini. Didalamnya ada potret kebutuhan pangan dan gaya hidup kolonialisme, upaya
kemandirian bangsa yang berdaya saing, hantaman badai krisis ekonomi, dan
peningkatan kesejahteraan dan gaya hidup sehat bangsa ini. Pada awalnya, jejak sapi
perah dapat dilihat sebagai produk budaya yang dibawa belanda untuk memenuhi
kebutuhan pangannya pada saat jaman kolonialisme. Fases selanjutnya, terlihat
perkembangan kesadaran gizi, ketahanan pangan, dan peningkatan kesejahteraan
masyarakat pedesaan, ditandai dengan dorongan pemerintah dalam memberikan
fasilitas dan kemudahan dalam pengembangan industri persusuan nasional. Pada
waktu itu harga satu liter susu lebih mahal dari harga satu liter beras, sehingga sapi
perah menjadi sangat kompetitif sebagai tulang punggung pergerakan ekonomi
pedasaan pegunungan.

Tetapi era keemasan dan proteksi susu itu harus selasai dengan datangnya krisis
moneter. Semuanya digusur oleh perjanjian dengan International Monetery Fund
(IMF) pada tahun 1998, salah satunya Inpres No 2 tahun 1985 tentang koordinasi
pembinaan dan pengembangan persusuan nasional, yang berdampak pada peternak
sapi perah harus berjaung dengan sekuat tenaga untuk bertahan dari himpitan dan
tekanan globalisasi pasar bebas susu. Perjuangan yang sangat berat, tapi faktanya
menunjukkan bahwa peternakan sapi perah masih tetap bertahan dan mampu keluar
dari tekanan tersebut, walau dengan nafas yang tersisa masih satu dua.

xiv
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan, mendapat beberapa kesimpulan,
yaitu:
1. Masyarakat cukup mendukung adanya peternakan sapi perah dikawasan mereka.
Asalkan peternakan sapi perah tersebut dapat mengelola limbahnya dengan baik,
agar limbah sapi terutama kotorannya tidak mencemari lingkungan. Sehingga
masyarakat dengan peternak tersebut dapat saling membantu bila ada suatu
kendala.
2. Penghasilan peternak dalam usaha peternakan sapi perah cukup menguntungkan.
Sehingga dapat memotivasi masyarakat lainnya untuk
3. Penghasilan peternak dalam usaha peternakan sapi perah cukup menguntungkan.
Sehingga dapat memotivasi masyarakat lainnya untuk mengikuti jejak usaha
peternakan tersebut.

xv
B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, peneliti menyarankan bahwa


untuk pemberian hijauan sesuai dengan takaran atau bobot badan ternak dan
meningkatkan kaualitas pakan supaya produksi bisa berjalan lebih baik lagi.
Performans produksi perlu ditingkatkan seperti kemampuan produksi susu sapi,
seiring dengan peningkatan aspek teknis, aspek ekonomi juga harus ditingkatkan ,
apabila penerapan aspek teknis dan performans produksi bisa berjalan dengan baik
maka penerimaan juga dapat meningkat. Sebab itu salah satu peningkatan yang baik
dalam menambah pendapatan berupa meningkatkan manajemen pemeliharan.

DAFTAR PUSTAKA

http://scholar.unand.ac.id
https://text-id.123dok.com/document/nzwk5jmlz
http://aribaehakiaspbatch2.blogspot.com
https://harga.web.id
https://m.bisnis.com
http://cybex.pertanian.go.id

xvi
LAMPIRAN

xvii

Anda mungkin juga menyukai