INDONESIA
Modul 7
Teknik Presentasi
Tatap Muka
07
Kode Matakuliah : 00212001
Disusun oleh : Supriyadi, S.Pd., M.Pd.
1.1 Pendahuluan
Salah satu hal yang paling ditakuti adalah ketika seseorang harus berbicara di depan banyak
orang. Berbicara di depan publik bagi sebagian besar orang adalah sesuatu yang
menegangkan dan menakutkan, seakan seluruh mata hadirin sedang menghakimi orang yang
sedang berbicara tersebut seakan-akan menjadi terdakwa yang sedang diadili oleh hadirin.
Berbicara di depan publik, suka atau tidak merupakan keterampilan yang harus dikuasai
karena pada suatu saat, pastilah kita harus berbicara di hadapan sejumlah orang untuk
menyampaikan pesan, pertanyaan, tanggapan atau pun pendapat kita tentang sesuatu hal.
Hal yang sederhana, misalnya, ketika kita harus berbicara di depan para tamu pada acara
ulang tahun anak atau hal yang menentukan karier seperti mempresentasikan proposal
proyek atau produk. Presentasi merupakan bagian tak terpisahkan apalagi yang berprofesi
sebagai pengajar, termasuk peserta didik, seperti mahasiswa. Melalui presentasi, seseorang
bisa mengomunikasikan ide/gagasan secara langsung kepada hadirin. Namun, terkadang,
presentasi yang dibawakan kurang menarik. Untuk itulah diperlukan teknik presentasi agar
presentasi yang disampaikan menarik.
Presentasi memang bukanlah suatu hal yang mudah untuk dilakukan, terutama untuk para
pemula atau yang belum mempunyai pengalaman melakukan presentasi. Materi yang akan
dipresentasikan merupakan bobot yang paling menentukan, Untuk menunjang kinerja
presentasi, tampilan power point yang disajikan haruslah ringkas, sehingga mudah dipahami.
Dalam berpresentasi, artikulasi juga harus diperhatikan. Oleh karena itu, jika presentasi ingin
berjalan lancar dan mendapat respon positif dari hadirin, gunakan teknik dalam berpresentasi.
Teknik dalam berpresentasi sangat dianjurkan agar presentasi yang disampaikan mudah
dimerngerti, dipahami dan dipraktikkan oleh hadirin. Maka, sebagai pembicara, jangan sekali-
kali menyepelekan hadirin karena mereka adalah target serta tolak ukur keberhasilan
seseorang dalam menyampaikan presentasi.
Menyajikan presentasi secara elektronik dapat digunakan dengan berbagai macam sarana,
seperti dengan media animasi dua atau tiga dimensi atau dengan media interaktif. Yang paling
sederhana adalah dengan menggunakan slide show yang terdapat di dalam microsoft
Jika ketiga unsur di atas telah dipersiapkan dengan baik, tetapi ternyata tidak ada hadirin,
atau jumlah hadirin yang datang tidak sesuai harapan. acara presentasi yang akan dilakukan
tergolong tidak sukses. Namun, bukan berarti si pembicara gagal dalam melakukan
presentasi, melainkan hal tersebut di luar kuasa pembicara.
Agar dapat menyajikan presentasi dengan baik dan benar, si pembicara sebaiknya
mengetahui terlebih dahulu teknik berpresentasi. Hal ini dimaksudkan agar presentasi yang
disajikan dapat berjalan sukses dan, lancar. Presentasi yang disajikan akan mendapatkan
balikan yang positif dari hadirin. Namun, yang paling utama adalah sang pembicara harus
betul-betul memahami materi yang akan disampaikan, sehingga jika ada di antara hadirin
yang bertanya, sang pembicara mampu menjawabnya dengan baik. Maka, ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan oleh pembicara ketika akan melakukan presentasi:
Dari semua yang dipaparkan di atas, poin terpenting adalah si pembicara harus memahami
materi yang akan dipresentasikan, sehingga pada saat menjelaskan tidak terbata-bata atau
kebingungan. Untuk itu pahami betul materinya dan lakukan persiapan yang matang karena
tujuan presentasi adalah membuat hadirin mengerti dan memahami serta tertarik akan isi
presentasi yang ditawarkan.
Data mentah ibarat mutiara yang belum diasah. Asahlah, sehingga dapat dipakai dan akan
membuat penampilan menjadi lebih menarik. Jadi, buatlah desain visual yang mudah
dimengerti, mudah dibaca, dan yang terpenting, materi yang disajikan harus mendukung
pernyataan-pernyataan yang dibuat pembicara.
Banyak orang menduga bahwa diri mereka memiliki kemampuan yang sama dengan
pembicara yang sedang melakukan presentasi. Mereka menduga bahwa hanya dengan
mengenal topik, mereka dapat langsung melakukan presentasi. Dugaan semacam itu tentu
keliru sebab banyak orang yang hanya merasa mampu, bukan sesungguhnya mampu.
Sebagian besar orang hanya berhenti di judul karena tak mampu mengembangkan topik
dengan baik. Agar dapat berpesentasi dengan baik, kita harus dapat mengembangkan topik.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar dapat mengembangkan topik presentasi:
1) Perkaya topik dengan bahan bacaan. Tanpa literatur yang banyak, topik akan terasa
miskin dengan ide/gagasan baru, bahkan tidak akan memberikan hal baru bagi
hadirin.
2) Perkaya topik dengan hal yang sebenarnya yang memang sedang terjadi pada saat
presentasi berlangsung. Seorang pembicara terkenal biasanya sudah dengan
sendirinya memiliki banyak informasi, sedangkan bagi pemula, dia harus
mengumpulkannya sendiri.
3) Latihlah otak untuk berpikir dengan cara banyak berlatih melakukan presentasi di
kalangan terbatas. Biasanya, pada saat berbicara, akan berkembang pemikiran-
pemikiran baru yang muncul secara tiba-tiba. Catatlah baik-baik lalu kembangkan
perlahan-lahan. Pada prinsipnya, jika sebuah topik dikembangkan, otak akan
mengajak kepada sesuatu yang lebih rinci dan jauh. Mekanisme activated spreading
dalam otak memungkinkan untuk mengaitkan satu kategori dengan kategori lainnya.
4) Pangkaslah bagian-bagian yang dirasakan membuat presentasi tidak fokus sehingga
menimbulkan keragu-raguan atau membuat waktu presentasi menjadi tidak cukup.
5) Tulislah dalam bentuk kerangka berpikir sebelum materi disajikan.
Sementara itu, ada beberapa ciri presentasi yang disajikan dengan kurang baik, bahkan tidak
baik. Ciri-ciri tersebut adalah tujuan presentasi tidak jelas. Postur tubuh pembicara yang
kurang baik. Kontak mata pembicara dengan hadirin tidak terjaga. pada saat presentesai,
pembicara berbicara dengan suara yang monoton. Pembicara melakukan pengulangan yang
tidak perlu mungkin karena kurangnya persiapan. Presentasi yang disajikan terlalu rumit atau
bahkan terlalu sederhana, sehingga tidak menarik minat hadirin. Terlalu banyak salindia atau
isi salindia yang ditampilkan, sehingga sulit bahkan mungkin tidak dapat dibaca hadirin.
Penggunaan warna yang buruk pada salindia dan pengunaan peralatan teknis yang keliru.
Pembicara melebihi waktu yang dialokasikan untuk presentasi.
Tanya jawab adalah satu sesi yang hampir selalu ada dalam setiap presentasi. Tanya jawab
dimaksudkan untuk membantu hadirin lebih memahami pesan yang ingin disampaikan
pembicara. Namun sering kali sesi tanya jawab membuat pembicara takut menghadapinya.
Hal ini disebabkan ada perasaan khawatir dalam diri pembicara bila tidak bisa menjawab
pertanyaan hadirin atau perasaan khawatir ketika memberikan jawaban yang tidak maksimal
kepada hadirin.
Pembicara yang tidak melakukan persiapan dengan baik tentunya akan mengalami
ketakutan. Hal ini dikarenakan pembicara memahami bahwa dirinya tidak menyiapkan hal
tersebut dengan sebaik-baiknya. Namun, bagi pembicara yang sudah benar-benar
menyiapkan semuanya dengan sebaik-baiknya, hal tersebut tidak perlu lagi dikhawatirkan
apalagi ditakutkan. Bila ada pembicara yang menghindari sesi tanya jawab, dia akan
Sesi tanya jawab merupakan hal penting yang harus dihadapi pembicara pada saat
melakukan presentasi. Ada beberapa manfaat yang dapat dipetik pada saat sesi tanya jawab:
Dalam banyak presentasi, kadang terlihat dari bangku hadirin, tiba-tiba ada yang memotong
pembicaraan si pembicara ketika salah seorang hadirin mengajukan pertanyaan. Ketika
pertanyaan hadirin ditanggapi, tidak jarang pertanyaan lain menyusul. Pertanyaan tersebut
bisa dari penanya itu sendiri, tetapi bisa juga dari yang lainnya. Pada saat itu, alur presentasi
terganggu. Konsentrasi hadirin memudar yang berakibat waktu presentasi sering memanjang.
Hal-hal semacam itu bisa saja. Oleh karena itu, si pembicara harus mengantisipasinya.
Pembicara harus mempersiapkan batas yang jelas antara sesi tanya jawab dengan presentasi
yang sedang disajikan.
Lebih baik selesaikan terlebih dahulu presentasi secara lengkap sampai pembicara menutup
presentasi. Dengan begitu alur presentasi tidak akan terganggu dan konsentrasi pembicara
tetap terjaga, sehingga semua skenario yang sudah disiapkan pembicara bisa berjalan
dengan baik. Dalam sesi tanya jawab, perlu ditentukan batasan waktu dan pertanyaan.
Jangan menimbulkan kesan bahwa waktu yang diberikan tidak terbatas. Ini penting untuk
menjadikan sesi tanya jawab lebih efektif dan efisien. Kalau memang tanya jawab tidak bisa
dipisahkan dengan sesi presentasi, usahakan untuk mengatur waktu kapan hadirin bisa
mengajukan pertanyaan. Atur juga jumlah pertanyaan yang boleh diajukan. Dengan begitu
tanya jawab tidak akan mengganggu jalannya presentasi.
Untuk menjaga kredibilitas dan kepercayaan hadirin terhadap diri pembicara ada beberapa
sikap atau tindakan yang perlu dihindari. Sikap dan tindakan tersebut adalah menyela
penanya. Menyela penanya akan memberikan kesan bahwa si pembicara tidak menghargai
hadirin yang bertanya. Lalu, memalingkan perhatian. Dalam presentasi, kontak mata tidak
dapat ditinggalkan, demikian juga saat sesi tanya jawab. Ketika hadirin bertanya, pastikan
pembicara memperhatikannya. Jangan pernah memalingkan tatapan penanya. Selain
memperhatikan, pembicara juga harus menyimak pertanyaan tersebut dengan baik. Ketika
pembicara mulai menjawab pertanyaan, langsung putuskan perhatian dengan penanya dan
berikan jawaban dengan menatap hadirin. Jangan sekali-kali pembicara tidak memberikan
jawaban atau memberikan jawaban, tetapi tidak sesuai dengan pertanyaan.
Satu hal yang cukup mengecewakan hadirin adalah apabila pertanyaan yang diajukan tidak
mendapat jawaban. Apapun alasannya, sebagai seorang pembicara, dia harus menjawab
pertanyaan hadirin. Agar pertanyaan yang diajukan hadirin tidak lupa, pembicara harus
mencatatnya dan memberikan contreng atau memberikan tanda setelah pertanyaan selesai
dijawab.
Banyak dari pembicara karena menutupi rasa malu atau gengsi memaksakan diri untuk
memberikan jawaban pertanyan hadirin yang sebenarnya mereka tidak mampu
menjawabnya. Maka, jawaban yang disampaikan tentunya tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan hadirin. Melakukan hal itu, sama saja menggali lubang kubur sendiri. Bila memang
pembicara tidak bisa menjawab, tidak perlu memaksakan diri. Jika memang tidak bisa
menjawab karena memang belum mengetahui jawabannya secara pasti katakan saja bahwa
dia tidak mengetahui jawabannya.
Supaya sang pembicara dapat memberikan jawaban yang tepat dan efektif kepada hadirin,
inilah tiga langkah yang perlu dilakukan:
1) Mendengarkan
Dengarkan pertanyaan hadirin secara saksama dan penuh perhatian. Dengan begitu,
pembicara akan mudah memahami maksud pertanyaan tersebut. Hal ini tentunya
akan menjadi modal untuk memberikan jawaban terbaik atas pertanyaan yang
diajukan.
2) Berikan Jeda Sejenak untuk Berpikir
Dalam sesi tanya jawab, tidak jarang pembicara menghadapi masalah terkait pertanyaan
yang disampaikan hadirin. Berikut beberapa masalah yang sering dihadapi pembicara dan
cara mengatasinya:
1) Tidak Bisa Menjawab Pertanyaan Hadirin
Tidak ada pembicara yang mampu memperkirakan secara tepat pertanyaan yang
akan muncul dari hadirin. Dalam keadaan tertentu sangat mungkin ada hadirin yang
memberikan pertanyaan yang ternyata si pembicara tidak mengetahui jawabannya.
Jika dalam keadaan seperti ini, jangan bersikap seolah-olah pembicara mengetahui
jawabannya karena hal itu sesungguhnya akan merugikan diri si pembicara. Cara
mengatasinya adalah dengan mengatakan secara jujur kepada hadirin bila pembicara
belum mengetahui jawabannya. Misalnya, dengan mengatakan kepada hadirin
“Terima kasih atas pertanyaan yang Anda ajukan, tetapi saat ini saya belum bisa
memberikan jawaban karena saya belum mengetahui secara pasti jawaban atas
pertanyaan Anda tersebut. Saya masih membutuhkan kajian yang lebih mendalam
untuk menjawab pertanyaan yang Anda ajukan itu. Silakan Anda catat pertanyaan
Anda, kemudian silakan kirim ke sur-el/pos-el saya supaya bisa saya pelajari terlebih
dahulu, dan pada lain kesempatan, saya bisa memberikan jawabannya dengan tepat”.
Pembicara juga bisa menyiasati pertanyaan yang belum mampu dijawab pembicara
dengan cara mengajak hadirin berdiskusi. Sang pembicara bisa mengatakan, “Baik
hadirin, sebuah pertanyaan menarik telah disampaikan oleh rekan kita. Karena saya
belum pernah mengalami situasi seperti yang ditanyakan oleh rekan kita tadi itu, saya
ingin mengajak hadirin berdiskusi tentang hal tersebut. Hadirin yang ingin berbagai
pendapat, saya persilakan”. Dua cara di atas bisa menjadi alternatif untuk menyiasati
apabila pembicara tidak bisa menjawab pertanyaan. Sang pembicara bisa memilih
Sesi tanya jawab bisa menjadi sulit dan mudah. Itu semua bergantung pada persiapan awal.
Jika persiapan awal dilakukan dengan baik, peluang sukses dalam sesi tanya jawab akan
jauh lebih besar.
Satu hal yang seringkali dikhawatirkan oleh pembicara ketika presentasi adalah sesi tanya
jawab. Bahkan, tidak jarang pembicara merasa takut bila tidak bisa menjawab pertanyaan
yang diajukan hadirin, sehingga terkesan pembicara tidak berkompeten. Agar presentasi
dapat berjalan lancar dan pembicara mampu menjawab semua pertanyaan hadirin ada
beberapa hal yang perlu dilakukan. Hal ini penting mengingat sebenarnya sesi pertanyaan
sangat bermanfaat, bukan hanya untuk hadirin, melainkan juga untuk pembicara. Sekurang-
kurangnya ada tiga manfaat yang diperoleh pembicara dalam sesi pertanyaan: (1)
memastikan hadirin memahami presentasi yang telah disajikan, (2) memberi nilai lebih
2023 Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning
10 Supriyadi, S.Pd., M.Pd. http://www.undira.ac.id
terhadap diri pembicara yaitu ketika pembicara bisa menjawab pertanyaan dengan baik. Itu
artinya, pembicara memang berkompeten di bidangnya, (3) dapat menjadi evaluasi untuk diri
pembicara agar dapat memberikan presentasi yang lebih baik pada sesi mendatang.
Bila pembicara tidak dapat menjawab pertanyaan yang diajukan hadirin, gunakan
pengetahuan orang lain. Yang perlu disadari oleh pembicara adalah bahwa manusia bukanlah
mahluk yang mengetahui segala macam hal. Namun, bukan berarti ketika ada pertanyaan
sulit, pembicara langsung mengatakan “tidak tahu” karena jawaban seperti itu tentunya akan
menjatuhkan wibawa pembicara. Walaupun pembicara tidak tahu jawaban atas pertanyaan
hadirin tersebut, ada cara yang lebih elegan, sehingga tidak ada pihak yang kecewa atau
dirugikan baik hadirin maupun pembicara
Supaya tidak terjadi pertanyaan di tengah jalannya presentasi, sejak awal sudah harus dibuat
aturan yang jelas. Misalnya, bila ada pertanyaan, bisa dicatat terlebih dahulu dan akan dibahas
pada sesi tanya jawab. Ini penting, supaya hadirin tidak memotong presentasi. Selain itu,
hadirin bisa mendapatkan informasi yang lengkap karena seringkali apa yang ditanyakan
hadirin sebenarnya akan dibahas di materi selanjutnya.
Ada tiga langkah dalam menjawab pertanyaan. Langkah ini berguna untuk mengondisikan
hadirin agar tetap dalam kendali pembicara. Ketika ada pertanyaan dari hadirin. Pertama,
tanyakan nama peserta presentasi. Secara psikologis, dengan menanyakan nama, itu
berarti pembicara sudah membangun kedekatan, sehingga orang tersebut akan lebih nyaman
dan akan sungkan jika menanyakan hal-hal yang dapat memojokkan pembicara. Kedua, ulangi
pertanyaan yang diajukan penanya. Ketika ada pertanyaan tentunya membutuhkan waktu untuk
memikirkan apa jawabanya, dengan mengulagi pertanyaan, akan memberikan waktu pada
otak untuk menyusun jawaban yang paling tepat. Mengulagi pertanyaan juga berfungsi untuk
menyamakan persepsi antara hadirin yang bertanya dengan pembicara, sehingga tidak terjadi
salah persepsi. Selain itu juga untuk memberitahukan & memperjelas pertanyaan kepada
hadirin, sehingga tidak terjadi pertanyaan yang sama. Ketiga, beri tepuk tangan. Tepuk tangan
berfungsi untuk menyentuh sisi ego dalam diri hadirin. Hal ini akan membuat hadirin merasa
dihargai.
Jadi ketika pembicara memberi jawaban, jangan hanya fokus pada hadirin yang bertanya.
Namun, sampaikan pertanyaan dan jawaban tersebut untuk hadirin. Permasalahannya adalah
ketika pembicara tidak bisa menjawab pertanyaan salah seorang peserta. Ada tiga cara yang
bisa digunakan supaya presentasi tetap berjalan dengan lancar dan tetap dihormati hadirin.
Banyak orang yang takut menyajikan makalah dalam sebuah presentasi. Rasa takut tersebut
timbul karena khawatir ditanya oleh peserta dan tidak bisa menjawabnya. Namun, sebenarnya
hal itu tidak perlu dilakukan mengingat pada dasarnya peserta ’relatif lebih tidak tahu’
dibandingkan dengan pembicara yang pasti lebih siap dengan bahan-bahan terkait dengan
makalah yang diberikan. Maka, dapat dikatakan bahwa peserta pada dasarnya bertanya
karena merasa belum tahu dan bukan karena ingin menguji si pembicara. Selain itu, kalau
memang pembicara juga tidak mengetahui jawabannya, pembicara bisa mengatakan
sejujurnya atau boleh menjanjikan penanya untuk menjawabnya melalui jawaban tertulis.
Dalam sebuah presentasi, komponen tanya jawab sering digunakan untuk mengukur
kesuksesan penyajian. Kualitas dan kuantitas pertanyaan dapat menggambarkan
sejauhmana hadirin mengikuti dan mengerti uraian pembicara. Sesi tanya jawab dapat
dilaksanakan di akhir penyajian atau selama penyajian berlangsung. Dalam setiap sesi tanya
jawab, pembicara harus mampu mengontrol pertanyaan dan jawaban yang diberikan.
Pembicara harus dapat mendengarkan pertanyaan dengan saksama ketika ditanyakan untuk
mengetahui isi dan emosi pertanyaan. Kalau ada pertanyaan yang kurang jelas, pembicara
dapat mengulangi atau merangkum pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Namun, sebelum
itu, pembicara harus meminta persetujuan kepada para penanya apakah rangkuman tersebut
benar. Rangkuman ini akan membantu pendengar lain untuk mengetahui inti pertanyaan dan
membantu pembicara akan isi pertanyaan tersebut. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan
oleh seorang pembicara agar sukses dalam mengelola sesi tanya jawab.
Latihlah pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Pertanyaan populer bisa diketahui atau
diprediksi dengan mengolah materi yang disajikan. Caranya, ajukan berbagai pertanyaan dan
jawablah. Apa yang cenderung ditanyakan, biasanya juga akan ditanyakan orang lain. Secara
psikis, ini akan meningkatkan kredibilitas pembicara. Buatlah daftar pertanyaan-pertanyaan
Setelah berlatih dengan berbagai pertanyaan, pembicara bisa menggiring pertanyaan ke arah
yang diinginkan. Arah ini, tentulah arah yang merupakan pendalaman materi. Caranya, adalah
dengan memicu pertanyaan dengan pertanyaan lain. Tanyakan pada diri sendiri di depan
hadirin, “Salah satu pertanyaan yang sering diajukan kepada saya adalah…” Ini akan
memancing munculnya pertanyaan-pertanyaan lainnya.
Sekali pun pembicara telah mendengarkan pertanyaan, hadirin yang lain belum tentu
mendengarkannya. Ulangi untuk kepentingan mereka. Mengulangi pertanyaan akan
memperjelas pemahaman tentang apa yang disampaikan si penanya. Ini juga akan memberi
waktu untuk menyusun jawaban. Ada pepatah mengatakan bahwa mengerti pertanyaan
berarti lima puluh persen mengerti jawaban. Pembicara bisa mendapatkan lima puluh persen
pertama dari dirinya sendiri dengan cara mengulang dan memperjelas pertanyaan. Atau,
pembicara dapat memperolehnya melalui si penanya dengan cara memintanya untuk
mengulangi pertanyaan dan memperjelasnya. Tanpa ia sadari, dirinya sebagai si penanya
telah menyumbang lima puluh persen jawaban. Bahkan, jika pembicara menggunakan teknik
bertanya dengan akurat, pembicara dapat berkata, “Nah! Anda sudah menjawabnya sendiri!”
Jika pembicara tidak mengetahui jawaban atas pertanyaan salah seorang peserta, pembicara
bisa meminta bantuan hadirin lainnya untuk menjawab. Atau pertanyaan tersebut dapat
dikembalikan kepada penanya dengan cara menanyakan pendapatnya. Inilah cara di mana
pembicara bisa mendapatkan lima puluh persen jawaban dari si penanya. Bukan tidak
Jika salah seorang peserta nampak seperti menanyakan sesuatu yang “bodoh”, katakan
bahwa itu merupakan sebuah pertanyaan yang bagus. Jangan kaget jika yang muncul setelah
itu adalah pertanyaan-pertanyaan yang memang berbobot.
Membiasakan diri dengan sesi tanya jawab. Sesi ini akan bisa membuat pembicara
menyelami perasaan dan sudut pandang hadirin dengan lebih baik dan ini akan dapat
menaikkan kredibilitas pembicara.
Menampilkan presentasi yang menarik dan memukau mutlak dilakukan oleh seorang
pembicara. Cara paling mudah dan dapat diterapkan untuk berbagai situasi adalah membuka
presentasi dengan menyampaikan maksud dan tujuan. Dengan cara ini, hadirin akan mengerti
apa yang akan mereka dapatkan dari presentasi. Kita juga bisa menetapkan harapan hadirin
tentang berapa lama presentasi akan berlangsung dan apa saja yang akan dibahas.
Sampaikan apa yang akan dibahas dan berapa lama waktu yang dibutuhkan, serta apa
manfaat yang bisa diambil hadirin setelah presentasi selesai. Pembicara juga dapat membuka
presentasi dengan sebuah pertanyaan. Apa yang akan dilakukan seseorang ketika
mengajukan sebuah pertanyaan? Secara otomatis, orang tersebut akan berusaha
menjawabnya. Demikian pula ketika seorang pembicara mengajukan pertanyaan saat
membuka presentasi, hadirin akan berusaha berpikir dan mencari jawabannya meskipun
mereka tidak menjawab langsung pertanyaan tersebut. Menggunakan pertanyaan akan
mengajak hadirin fokus pada tema yang sedang dibahas dan membuat mereka memusatkan
perhatian untuk menemukan jawabannya.
Cerita adalah salah satu teknik presentasi yang menarik. Kebanyakan orang suka dengan
cerita dan ini sulit ditolak oleh hadirin. Terlebih lagi bila cerita dikemas dengan baik saat
disampaikan. Dengan cerita, kita tidak hanya mempengaruhi pikiran hadirin, tetapi juga
membangun hubungan emosional yang baik dengan mereka. Gunakan cerita yang sesuai
dengan topik yang kita sampaikan. Ceritakan pengalaman pribadi atau pengalaman orang
lain yang inspiratif, mengharukan, atau pun lucu. Berceritalah dengan penuh antusias dan
penghayatan. Sebuah cerita yang relevan mampu menggugah emosi hadirin. Mengajak
mereka merenung dan menghayati cerita sebelum mendengarkan presentasi. Coba pikirkan
2023 Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning
14 Supriyadi, S.Pd., M.Pd. http://www.undira.ac.id
sebuah cerita yang relevan dengan presentasi yang akan dibawakan. Tidak harus yang benar-
benar terjadi. Kita juga bisa menggunakan cerita rekaan sebagai ilustrasi. Selama cerita
tersebut disampaikan dengan penuh penghayatan, secara emosional hadirin akan ikut dalam
cerita yang kita katakan. Memang, untuk melakukan hal ini tentunya membutuhkan persiapan
lebih dan keterampilan menyampaikan cerita dengan baik agar pembukaan presentasi
berkesan. Namun jika kita bisa melakukannya, kita tidak hanya menggugah aspek logika
hadirin, melainkan aspek emosional mereka.
Beberapa presentasi terbaik mengandalkan humor hanya yang harus diperhatikan kapan dan
bagaimana pembicara menggunakannya. Humor yang disampaikan secara tepat akan
membuat hadirin benar-benar terhibur apalagi bila humor disampaikan mengalir begitu saja.
Ini menandakan bahwa pembicara benar-benar mampu menunjukkan humor yang tidak
dibuat-buat kendatipun humor tersebut sudah menjadi bagian dari persiapan. Kita harus
benar-benar melatihnya, sehingga mampu menyampaikan humor tersebut secara alami. Hal
yang perlu diingat adalah jangan pernah memaksakan diri menggunakan humor kalau kita
sendiri tidak memiliki selera humor. Karena menggunakan humor dalam presentasi,
membutuhkan keterampilan khusus dan tidak semua penyaji mampu melakukannya. Humor
bisa menghidupkan suasana yang kaku dan membosankan karena humor bisa menjadi alat
pemecah kebekuan.
Untuk meyakinkan hadirin tentang pernyataan penting, pembicara bisa menggunakan teknik
pengulangan. Teknik pengulangan kata atau frasa yang sama pada awal klausa atau kalimat
berurutan biasanya digunakan pada presentasi atau pidato yang memberikan inspirasi atau
motivasi. Tujuannya adalah untuk mengajak hadirin dan juga untuk mempengaruhi emosi
mereka supaya menindaklanjuti apa yang disampaikan pembicara.
Teknik tiga poin adalah teknik presentasi kelas dunia yang sudah banyak digunakan oleh para
pembicara ternama dari zaman ke zaman. Teknik ini akan memudahkan pembicara
mengekspresikan konsep lebih lengkap, menekankan poin presentasi, sehingga
memudahkan hadirin mengingat apa yang akan disampaikan.
Suara adalah kekuatan utama seorang pembicara. Menarik dan tidaknya sebuah presentasi
salah satunya sangat ditentukan oleh teknik vokal. Oleh karena itu, jika pembicara ingin dapat
tampil menarik, gunakan teknik vokal dengan baik. Bicaralah dengan suara yang jelas, tidak
bergumam, gunakan nada atau suara yang dapat menyiratkan pesan yang akan disampaikan.
Lakukan varisasi pada volume suara, kecepatan berbicara maupun ke dalam suara yang
disampaikan.
Alek A dan H. Achmad H.P. 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai. 2009. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta:
Akademika Pressindo.
Finoza, Lamuddin. 2010. Komposisi Bahasa Indonesia. Cet. Ke-XVIII. Jakarta: Diksi Insan
Mulia.
Hs, Widjono. 2012. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Grasindo.
Kuntarto, Niknik M. 2007. Cermat dalam Barbahasa Teliti dalam Berpikir. Jakarta: Mitra
Wahana Media.
Nasucha, Yakub dkk. 2009. Bahasa Indonesia untuk Penulisan Karya Tulis Ilmiah.
Yogyakarta: Media Perkasa.
Rahayu, Minto. 2009. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi: Mata Kuliah Pengembang
Kepribadian. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Rahardi, R. Kunjana. 2010. Bahasa Indonesia untuk perguruan Tinggi. Jakarta: Erlangga.
Satata, Sri, Devi Suswandari dan Dadi Waras Suhardjono. 2012. Bahasa Indonesia Mata
Kuliah Pengembang Kepribadian. Jakarta: Mitra Wacana Media.