SKRIPSI
DISUSUN OLEH:
Astuti Nurhayati
171224021
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
DISUSUN OLEH:
Astuti Nurhayati
171224021
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Oleh:
Astuti Nurhayati
NIM: 171224021
Dosen Pembimbing
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Tuhan Yesus, Bunda Maria, dan seluruh para kudus di surga yang selalu
melindungi dan menjaga dalam kehidupan ini.
Papa Kornelis Hanat (Alm) yang selalu melindungi saya dari kejauhan abadi.
Kakak dan keponakan saya tercinta Jefri San, Netik Alvidan, Patrisius Jimi,
Filomena Edan, Feritati Sunyanti, Fransisko Lakar, Navalia, dan Gio yang tak
hentinya memberikan doa, dukungan, motivasi dan semangat kepada saya.
Skripsi ini saya persembahkan sebagai tanda terima kasih atas dukungan yang
telah diberikan selama ini.
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
(Lenang Manggala)
“Jika kita hanya mengerjakan yang kita ketahui, kapankah kita akan mendapatkan
pengetahuan yang baru? Melakukan yang belum kita ketahui adalah pintu menuju
pengetahuan”
(Mario Teguh)
(Jhon Rhon)
(Astuti Nurhayati)
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Astuti Nurhayati
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Dibuat di Yogyakarta
Yang menyatakan
Astuti Nurhayati
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Abstrak
Pada penelitian ini masalah yang dibahas yaitu bagaimana pengembangan modul
belajar menulis cerpen menggunakan strategi 3M (Meniru, Mengolah, Mengembangkan)
untuk siswa kelas IX di SMPN 2 Depok. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
menghasilkan modul belajar menulis cerpen bagi siswa SMPN 2 Depok khususnya kelas
XI.
Penelitian yang berkaitan dengan pengembangan suatu produk termaksud dalam
penelitian Research and Devolopment (R&D) yang berpatokan pada sepuluh langkah yang
dikembangkan Sugiyono yang kemudian disederhanakan menjadi lima langkah sesuai
kebutuhan penelitian. Lima langkah penelitian ini yaitu pengumpulan informasi,
pengembangan produk, uji validasi, revisi produk, dan uji coba.
Hasil studi pendahuluan menyatakan bahwa siswa kesulitan saat menulis menulis
cerpen. Dari informasi tersebut maka peneliti menyusun sebuah modul menulis cerpen.
Setelah modul dikembangkan, peneliti menguji kelayakan produk dengan melakukan
validasi pada dosen ahli. Hasil validasi tersebut mendapatkan perolehan jumlah skor rata-
rata 3,41 dengan kategori “Baik”. Dari hasil validasi dosen ahli maka modul yang sudah
dikembangkan peneliti yang berjudul “Mari Menulis Cerpen” dinyatakan layak untuk
digunakan dengan revisi sesuai masukan validator. Setelah revisi produk selesai, langkah
selanjutnya melakukan uji coba secara terbatas kepada siswa. Hasil uji coba menyatakan
bahwa modul ini layak digunakan sebagai panduan meningkatkan keterampilan menulis
cerpen.
Penelitian ini berimplikasi oada kemampuan menulis siswa yang perlu
ditingkatkan. Penelitian ini menghasilkan sebuah produk berupa modul untuk
meningkatkan kemampuan menulis tersebut. Peneliti berharap modul belajar hasil
penelitian mampu menjadi sarana meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa.
Kata kunci: Modul belajar, Kemampuan menulis, menulis cerpen, strategi 3M.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Abstract
In this study, the problem discussed is how to develop a short story writing learning
module using the 3M strategy (Imitating, Processing, Developing) for class IX students at
SMPN 2 Depok. The purpose of this research is to produce a learning module to write short
stories for students of SMPN 2 Depok, especially class XI.
Research related to the development of a product is included in Research and
Development (R&D) research based on the ten steps developed by Sugiyono which were
then simplified into five steps according to research needs. The five steps of this research
are information gathering, product development, validation test, product revision, and trial.
The results of the preliminary study stated that students had difficulty writing short
stories. From this information, the researcher compiled a short story writing module. After
the module was developed, the researcher tested the feasibility of the product by validating
it on expert lecturers. The results of the validation obtained an average score of 3.41 in the
"Good" category. From the validation results of expert lecturers, the module that has been
developed by the researcher entitled "Let's Write a Short Story" is declared feasible to be
used with revisions according to the validator's input. After the product revision is
complete, the next step is to conduct a limited trial to students. The results of the trial state
that this module is appropriate to be used as a guide to improve short story writing skills.
This research has implications for students' writing skills that need to be improved.
This research produces a product in the form of a module to improve writing ability. The
researcher hopes that the learning module from the research results can be a means to
improve students' short story writing skills.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan berkat-Nya sehingga skripsi yang berjudul pengembangan modul
menulis kreatif cerpen menggunakan strategi 3M untuk siswa kelas IX SMPN 2
Depok dapat diselesaikan dengan baik. skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, dukungan,
bimbingan dan doa dari banyak orang. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan
terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu peneliti dengan
caranya masing-masing.
1. Tuhan dan Bunda Maria yang senantiasa menyertai setiap langkah penulis
dalam mengerjakan skripsi ini.
2. Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd. sebagai dosen pembimbing yang dengan
sabar membimbing, mengarahkan dan memberikan masukan yang sangat
berharga kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
3. Bapal J.B. Judha Jiwangga,M.Pd. selaku validator ahli yang dengan sabar
dan teliti dalam melakukan validasi produk berupa modul pembelajaran
yang penulis susun.
4. Ibu Rooselina Ayu Setyaningum, S.Pd;M.Pd. selaku validator ahli yang
sudah memberikan penilaian yang sangat bermanfaat bagi pengembangan
modul.
5. Bapak Riyanto, S.Pd. selaku guru bahasa Indonesia di SMPN 2 Depok yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk wawancara pada tahap
pencarian informasi.
6. Siswa kelas IX SMPN 2 Depok yang telah bersedia menjadi responden
dalam penelitian ini.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Semoga skripsi ini
dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan peneliti selanjutnya.
Astuti Nurhayati
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dipahami tepat seperti yang dimaksudkan oleh pengarang. Dapat dikatakan bahwa menulis
adalah kegiatan menyampaikan gagasan melalui bahasa tulis dengan harapan tulisan tersebut
dapat dipahami pembaca.
Berdasarkan jenisnya, kegiatan menulis dapat dikelompokan menjadi dua yaitu menulis
akademis dan menulis kreatif (Gerard,1996). Keterampilan menulis secara garis besar juga
dikelompokan menjadi dua , yaitu menulis permulaan dan menulis tingkat lanjut. Keterampilan
menulis permulaan adalah kegiatan menulis yang menjiplak, menebalkan, mencontoh,
melengkapi, menyalin dan mendikte. Literasi diharapkan mampu meningkatkan keterampilan
tingkat lanjut dimana peserta didik mampu mengungkapkan pikiran, perasaan dan informasi
dalam bentuk percakapan, petunjuk dan cerita. salah satu menulis tingkat lanjut adalah menulis
kreatif.
Greene dan Petty (1999) menjelaskan bahwa menulis kreatif adalah suatu kegiatan
mengarang yang sifatnya personal dan tidak selamanya memiliki kegiatan praktis. Menulis
kreatif dapat juga diartikan sebagai kemampuan untuk mengendalikan pikiran kreatif yang ada
dalam pikiran dan menuangkannya dalam sebuah kalimat terstruktur yang baik. Karangan dapat
dianggap sebagai hasil menulis kreatif apabila memenuhi beberapa kriteria yaitu asli, spontan,
dan imaginatif. Menjadi seorang penulis bukan suatu hal yang begitu mudah. Menulis adalah
persoalan pilihan eksistensi, yaitu kesadaran untuk berproses secara aktif-kreatif yang terus
menerus. Dalam kreativitas menulis yang dibutuhkan bukanlah teknik instan, tetapi lebih pada
semangat dan ikrar yang kuat yang dimulai dari diri sendiri. Semangat adalah modal utama
menulis, dengan semangat yang kuat kita akan menghasilkan suatu tulisan yang kreatif. Namun
sering kali menulis dijadikan beban berat, karena kegiatan menulis membutuhkan tenaga,
waktu dan konsentrasi dan perhatian yang sungguh-sungguh.
Menulis adalah cara kita menceritakan sesuatu kepada pembaca. Tujuanya adalah agar
pembaca menikmati tulisan yang sedang dibacanya. Saat menulis kita perlu mengembangkan
daya imajinasi dan kreativitas kita agar orang mendapatkan sesuatu dari apa yang kita tulis baik
dari nilai atau makna lainnya. Apabila tulisan memiliki daya tarik yang tinggi, dapat dikatakan
penulis memiliki kemampuan bahasa yang baik. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan
dipaparkan mengenai pengembangan modul kemampuan menulis kreatif. Ada baiknya kita
perlu mengetahui bahwa menulis kreatif adalah kompetensi. Menulis kreatif tidak cukup hanya
bakat. Menulis tidak terbatas pada minat atau dibangun oleh kebiasaan. Membangun
kompetensi menulis bukanlah sesuatu yang mudah. Namun, ketika memiliki kemauan, maka
akan ada jalan. Kompetensi menulis dapat terjadi apabila kita melakukannya dengan benar.
Menulis tidak hanya membutuhkan konsentrasi, tetapi harus dilibatkan kemauan dalam
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
memadukan minat untuk belajar dan membangun kebiasaan untuk menuangkan setiap ide dan
gagasan secara tertulis (Yunus, 2015:1).
Istilah kreatif dalam menulis kreatif berarti (1) memiliki daya cipta atau memiliki
kemampuan menciptakan; (2) bersifat mengandung daya cipta. Kekreatifan berarti perihal
kreatif. Kreator berarti pencipta atau pencetus gagasan. Kreativitas berarti kemampuan untuk
mencipta (Sukirno, dalam Depdikbud 1996:530). Jadi, menulis kreatif adalah aktivitas
menuangkan gagasan secara tertulis atau melahirkan daya cipta berdasarkan pikiran dan
perasaan dalam bentuk tulisan atau karangan dalam teks.
Menulis kreatif sangat penting untuk mengembangkan imajinasi dan melatih kreativitas
siswa. Menulis kreatif memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengungkapkan ide dan
gagasan yang dimiliki dengan menggunakan kemampuan sendiri sehingga menghasilkan
tulisan yang menarik bagi pembaca. Adapun beberapa aktivitas menulis kreatif yaitu cerpen,
puisi, novel, naskah drama, biografi, skenario film, kisah perjalanan, proposal dan lain-lain.
Belajar menulis kreatif adalah proses belajar yang dapat mewujudkan aktivitas siswa untuk
menuangkan gagasan secara tertulis atau melahirkan daya cipta berdasarkan pikiran dan
perasaan dalam bentuk tulisan atau karangan.
Dari aktivitas menulis kreatif yang disebutkan diatas penulis memfokuskan tulisan pada
menulis kreatif cerpen. Nurgiyantoro (2019:2) cerpen merupakan jenis prosa fiksi yang
memiliki plot dan jumlah kata ringkas, sehingga dapat dibaca habis dalam waktu singkat.
Belajar menulis cerpen diharapkan mampu menjadikan siswa lebih kreatif dalam menuangkan
ide dan gagasannya secara runtut dengan isi dan unsur pembangun yang tepat. Pada dasarnya,
cerpen tidak memerlukan waktu yang lama untuk membuatnya karena bentuknya yang pendek
daripada novel, begitu juga untuk membacanya tidak memerlukan waktu lama pula. Bahasa
yang digunakan dalam cerpen bahasa yang sederhana, lebih sederhana jika dibandingkan
dengan bahasa dalam puisi yang mempunyai arti lebih kompleks, serta pemadatan kata
didalamnya.
Berdasarkan wawancara dengan guru bahasa Indonesia di SMPN 2 Depok, menyatakan
bahwa kemampuan menulis kreatif cerpen di kalangan siswa masih terbilang sangat minim.
Minimnya menulis kreatif cerpen ini disebabkan minat siswa terhadap membaca yang masih
kurang, sehingga saat siswa dihadapkan dengan tugas menulis cerpen siswa masih sangat
kesulitan dalam menuangkan ide, memilih kata-kata (diksi) dan merangkai kata-kata menjadi
sebuah paragraf yang utuh. Hasil kuesioner yang dibagikan kepada siswa kelas IX yang
direspon oleh 70 siswa menyatakan bahwa 95,7% siswa tidak memiliki hobi menulis cerpen,
dan mereka menulis cerpen jika ada tugas dari guru. Siswa juga menyatakan bahwa mereka
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
suka membaca cerpen dan sadar menulis cerpen mampu meningkatkan daya kreativitas mereka.
Meskipun siswa suka membaca cerpen mereka tetap kesulitan dalam mengembangkan ide
menjadi tulisan.
Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah model pembelajaran menulis cerpen. Model
pembelajaran menulis cerpen oleh Wicaksono (2014:92) dibagi menjadi enam model yaitu
teknik copy master (imajinasi), strategi 3M (meniru, mengolah, dan mengembangkan), metode
latihan terbimbing, teknik latihan terbimbing berdasarkan tokoh idola, pembelajaran
menggunakan audio visual, dan pembelajaran quantum writing. Keenam model ini memiliki
kekhasan masing-masing dalam memudahkan menulis cerpen. Dari keenam model menulis
cerpen di atas peneliti akan menggunakan satu model saja yaitu strategi 3M (meniru, mengolah,
dan mengembangkan). Strategi 3M mengacu pada beberapa tahapan pembelajaran menulis
cerpen yaitu meniru, mengolah dan mengembangkan. Pada tahap meniru diawali dengan
kegiatan pramenulis yakni dengan membaca cerpen yang akan dijadikan model. Selanjutnya
pada tahap mengolah siswa akan mengolah hasil saduran, namun hanya beberapa unsur. Unsur
tersebut adalah tokoh, latar dan alur. Kemudian tahap mengembangkan, tahap ini dilakukan
setelah tahap mengolah. Pada tahap ini siswa akan mengembangkan tema baru,
mengembangkan tokoh baru, mengembangkan latar baru, dan mengembangkan peristiwa yang
baru.
Berdasarkan tinjauan di atas, diperlukan modul pembelajaran menulis cerpen dengan
strategi 3M (meniru, mengolah, dan mengembangkan) yang memadukan teori dan praktik yang
dibuat untuk siswa kelas IX di SMPN 2 Depok. Oleh karena itu, penelitian ini bermaksud untuk
mengembangkan modul pembelajaran menulis cerpen menggunakan strategi 3M yang
mencakup tiga tahap yaitu meniru, mengolah dan mengembangkan. Modul yang
dikembangkan berisi teori dan juga langkah-langkah dalam menulis cerpen menggunakan
strategi 3M yang akan disertai dengan contoh-contoh, dan kolom aktivitas yang memotivasi
siswa untuk menulis. Modul yang dihasilkan diharapkan mampu mendukung pelaksanaan
pembelajaran menulis cerpen dengan strategi 3M.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “
Bagaimana Pengembangkan modul pembelajaran menulis kreatif cerpen menggunakan strategi
3M untuk siswa SMP kelas IX di SMPN 2 Depok?
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
hanya baik, tetapi menarik (Yunus, 2015:11). Dapat dikatakan bahwa menulis kreatif
merupakan pengembangan daya cipta dalam bentuk tulisan melalui proses aktif dalam
mengungkapkan ide sehingga mampu menghasilkan sebuah karya baik dan menarik.
2. Cerpen
Cerpen adalah cerita yang habis dibaca sekitar sepuluh menit atau setengah jam.
Jumlah katanya sekitar 500-5000 kata. Jadi cerita pendek sering diungkapkan dengan
cerita yang dapat dibaca dalam sekali duduk (Kosasih, 2014:111). Dengan demikian
cerpen merupakan sebuah cerita pendek yang tidak memerlukan banyak waktu untuk
membacanya karena jumlah katanya yang relatif sedikit.
3. Strategi 3M (meniru, mengolah, mengembangkan)
Pada tahap meniru diawali dengan kegiatan pramenulis yakni dengan membaca
cerpen. tahap mengolah siswa akan mengolah cerpen yang sudah dibaca, dan tahap
mengembangkan ide baru berdasarkan tahap mengolah.
4. Modul
Modul adalah bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan bahasa yang
dipahami oleh pembelajar sesuai usia dan tingkat pengetahuan agar pembelajaran dapat
belajar secara mandiri dengan bimbingan minimal dari pendidik (Prastowo, 2011:104).
Dapat dikatakan bahwa modul adalah bahan ajar yang disusun secara sistematis yang
dapat membantu pembelajar dalam proses belajarnya.
1.6 Spesifikasi produk
Produk yang dikembangkan peneliti adalah sebuah modul pembelajaran menulis kreatif
cerpen. Modul menulis cerpen ini dikembangkan menggunakan strategi 3M. Modul yang
disusun peneliti diharapkan membantu proses belajar menulis cerpen agar lebih efektif,
khususnya bagi siswa SMP kelas IX.
Modul yang dikembangkan peneliti diberi judul “ MARI MENULIS CERPEN”. Bab I
diberi judul “Struktur dan Kebahasaan Cerita Pendek”, bab ini menjelaskan struktur teks cerita
pendek dan kaidah kebahasan teks cerita pendek. Bab II diberi judul “Mengenal Strategi 3M”,
bab ini memberikan gambaran tentang bagaimana menulis cerpen menggunkan strategi. Pada
bab III diberi judul “Siap menulis cerpen dengan strategi 3M”. pada bab III ini siswa mulai
aktif menulis cerpen menggunakan strategi 3M sesuai panduan dalam modul belajar.
Modul yang dikembangkan dilengkapi dengan gambar/ilustrasi, kata-kata mutiara untuk
membuat modul lebih menarik. Modul ini juga dilengkapi dengan latihan, tugas, refleksi, dan
rubrik untuk mengukur pemahaman siswa dalam pembelajaran menulis kreatif cerpen.
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
STUDI PUSTAKA
Penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ana Masruroh (2015)
dengan judul “Pengembangan Modul Pembelajaran Menulis Cerpen Berbasis Pengalaman
(Experiential Learning) Untuk Siswa SMP/MTS”. Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa
Universitas Negeri Yogyakarta dengan tujuan untuk menghasilkan produk berbentuk modul
pembelajaran menulis kreatif cerpen berbasis pengalaman (experiential learning).
Penelitian Masruroh mengacu pada 10 tahap penelitian Brog and Gall yang disederhanakan
3 tahapan, yaitu penelitian dan pengumpulan informasi, perencanaan pembuatan produk,
dan uji coba terhadap siswa. Modul yang dikembangkan berjudul “mari menulis cerpen”.
Modul ini terdiri dari tiga bagian, yaitu pengenalan awal cerpen, motivasi, dan
pengaplikasian langkah-langkah experiential learning. Adapun hasil uji coba modul
pembelajaran memperoleh rata-rata skor akhir 4,63, berkategori sangat baik dengan tingkat
kelayakan 92,6% dan dinyatakan sangat layak digunakan
Penelitian tersebut dianggap relevan dengan penelitian yang dilakukan sehingga
penelitian ini dijadikan acuan. Persamaan penelitian ini pada jenis penelitian yang akan
diteliti yaitu pengembangan modul menulis kreatif cerpen, tetapi perbedaan terletak pada
pengaplikasian model experiential learning, penelitian yang datang menggembangkan
modul menulis cerpen menggunakan strategi 3M yaitu tahap meniru, mengolah dan
mengembangkan.
Penelitian relevan yang kedua, adalah penelitian yang dilakukan oleh Maria
Magdalena Tresnaningtyas (2019) dengan judul “Pengembangan Modul Pembelajaran
Menulis Kreatif Mahasiswa Dengan Memadukan Nilai-Nilai Kearifan Lokal Cerita Rakyat
Tradisional Jawa Tengah”. Tujuan dari penelitian Tresnaningtyas adalah mengembangkan
modul pembelajaran menulis kreatif mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita
rakyat tradisional Jawa Tengah. Adapun harapan penelitian ini adalah, dengan adanya
modul pada mata kuliah menulis kreatif dapat mempermudah mahasiswa dalam
mengerjakan dan juga memahami materi-materi secara mandiri tanpa adanya bantuan dari
pihak lain. Modul yang dikembangkan Tresnaningtyas diberi judul “Gemar Menulis
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kreatif”. Modul ini diuji cobakan pada mahasiswa dengan hasil akumulasi skor rata-rata
sebesar 4,21 dengan persentase kelayakan sebesar 84%. Dengan demikian modul
pembelajaran “Gemar Menulis Kreatif” layak digunakan sebagai panduan belajar
mahasiswa dalam menulis kreatif.
Penelitian relevan yang kedua ini memiliki kemiripan pada jenis penelitian yaitu
penelitian pengembangan dan menulis kreatif. Perbedaan yang terlihat, bahwa penelitian
relevan ini menggelorakan tentang pengembangan modul dengan memadukan nilai-nilai
kearifan lokal sebuah cerita rakyat. Lain halnya dengan penelitian yang datang, peneliti
mengembangkan modul menulis kreatif cerpen menggunakan strategi 3M yaitu meniru,
mengolah dan mengembangkan dengan harapan dapat membantu siswa dalam menulis
cerpen, perbedaan yang terlihat juga adalah subjek penelitian, penelitian terdahulu subjek
penelitian pada mahasiswa, sedangkan penelitian ini pada siswa SMP.
Penelitian ketiga dilakukan oleh Wira Linda & Ayu dengan judul Keterampilan
Menulis Kreatif Cerpen Menggunakan Audio Siswa Kelas XII SMAN 1 Kecamatan
Payakumbuh. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2017. Jenis penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif menggunakan metode deskriptif. Populasi penelitian siswa kelas XII berjumlah
217 terdiri dari 8 kelas. Peneliti melakukan pengambilan sampel melalui teknik sampel
random acak (cluster random sampling) dengan cara mengundi. Instrumen penelitian adalah
tes unjuk kerja. Hasil analisis data menunjukan rata-rata nilai 90,8 dengan berada pada
rentangan 86-95% dengan kualifikasi baik sekali. Penelitian ini dianggap relevan karena
memiliki persamaan pada subjek penelitian yaitu menulis kreatif cerpen, perbedaan terlihat
adalah peneliti terdahulu menggunakan audio untuk meningkatkan menulis cerpen, peneliti
yang datang menggunakan modul pembelajaran menulis kreatif cerpen menggunakan
strategi 3M dengan harapan membantu proses belajar menulis cerpen bagi siswa maupun
pihak lain. Perbedaan lain dari penelitian terdahulu dengan penelitian yang datang adalah
sumber data. Sumber data penelitian terdahulu yaitu siswa SMA, sedangkan penelitian ini
mengambil data siswa SMP.
2.2 Kajian Teori
Kajian teori memaparkan hasil kumpulan teori-teori dari para ahli yang digunakan
peneliti sebagai acuan berpikir dalam penelitian ini. Dalam kajian teori terdapat tiga teori
yang dibahas, yaitu 1) menulis kreatif, 2) cerpen, 3) strategi 3M, dan 4) modul. Berikut ini,
dijelaskan tiga pokok bahasan tersebut.
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Walaupun daya khayal yang dibuat oleh penulis berdasarkan realitas kehidupan manusia,
namun penulis juga harus mampu menjadikan tulisan kreatif lebih menarik dan baik. b)
ekspresif, lebih menekankan pada ekspresi dari penulis yang selalu berkaitan dengan
pengalaman dan pengetahuan yang akan dituangkan dalam bentuk cerita. Menulis dengan
menggunakan sifat ekspresif dapat menggugah pengalaman batin pembaca. c) apresiasi,
menekankan pada kesenjangan penulis dalam menikmati ide cerita yang akan disajikan
dalam tulisan, sifat apresiasi ini diharapkan mampu menciptakan nilai baru terhadap
karya yang dihasilkan, termasuk nilai baru dalam kehidupan. Ketiga sifat tulisan kreatif
ini harus ada didalam tulisan. Dapat disimpulkan bahwa sifat imajinatif, ekspresif dan
apresiasi harus ada dalam sebuah tulisan atau karangan agar mampu menghasilkan karya
yang tidak biasa atau bebeda, baik dan menarik untuk dibaca.
2.2.2 Cerpen
2.2.2.1 Pengertian Cerpen
Cerpen merupakan singkatan dari cerita pendek. Cerpen tentunya memiliki definisi
yang beragam. Sumardjo (2001:91) mengungkapan bahwa cerita pendek adalah seni
menyajikan cerita, yang didalamnya merupakan satu kesatuan bentuk utuh, tunggal,dan
tidak ada bagian-bagian yang tidak perlu, tetapi juga ada bagian yang terlalu banyak,
semuanya pas, integral dan mengandung satu arti. Pengertian Sumardjo ini menegaskan
bahwa cerpen merupakan seni menyajikan cerita yang mengandung satu arti. Hal ini
sejalan dengan teknik menulis cerpen menurut Thahar (1999:45) yang menyatakan
bahwa salah satu teknik menulis cerpen adalah dengan merekayasa rangkaian cerita
menjadi unik, baru, dan tentu saja tidak ada duanya. Ada tiga kata kunci yang terkandung
di dalam pengertian Thahar yaitu merekayasa, unik dan baru. Pengertian Sumardjo dan
Thahar menekankan bahwa cerpen haruslah mengandung satu arti.
Tidak hanya dua para ahli diatas, Diponegoro (1994:6) menambahkan bahwa cerpen
merupakan tulisan yang paling selektif dan ekonomis. Selektif yang dimaksudkan oleh
Diponegoro adalah saat menuliskan cerita pendek, seorang penulis haruslah memilih
kata-kata yang sesuai dengan apa yang ingin ditulis, agar cerita yang dituliskan bisa
dipahami oleh pembaca. Kemudian, ekonomis yang dimaksudkan oleh Diponegoro
mengandung dua arti, yaitu pertama saat menulis cerpen kita tidak memerlukan waktu
yang lama, karena isi cerita yang disajikan mengandung satu arti, kemudian yang kedua,
apabila tulisan ditawarkan di media-media, maka tulisan tersebut mampu membawa
keuntungan ekonomi bagi penulis. Pengertian Diponegoro ini, mengingatkan pembaca
bahwa saat menulis karya cerita pendek apapun pembaca harus memilih kata-kata yang
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sesuai agar mudah dipahami pembaca dan harus mengandung satu arti. Adapun
keuntungan yang ditekankan oleh Diponegoro dalam menghasilkan karya yaitu mampu
menambah perekonomian apabila tulisan tersebut ditawarkan kepada media-media
penerbit dengan syarat tulisa memiliki nilai kebermanfaatan dan menarik untuk dibaca.
Strong (dalam Tarigan, 1991:176) yang menyatakan bahwa cerpen menimbulkan
minat masyarakat yang cukup besar untuk membacanya. Hal itu disebabkan sifat cerpen
yang singkat dan lengkap. Sastrawan sebagai pencipta sastra dapat menulis dan
mengemukakan pikiran dan sikapnya terhadap sesuatu dengan cepat dan simpel.
Demikian juga pembaca yang membaca cerpen tidak memerlukan waktu yang lama untuk
membacanya. Lebih lanjut, Edgar Allan Poe (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2002:10)
yang mengemukakan bahwa cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali
duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam, sesuatu hal yang tidak mungkin
dilakukan untuk sebuah novel.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa cerpen merupakan suatu cerita fiksi
berbentuk prosa yang ceritanya ditulis singkat dan lengkap kemudian dirangkai menjadi
cerita yang unik,baru dengan berpusat pada satu peristiwa pokok.
2.2.2.2 Ciri-ciri cerpen
Agar mampu membedakan dengan karya sastra lainnya, maka cerita pendek haruslah
memiliki ciri-ciri agar bisa menunjukan kekhasannya. Tarigan (2011:80) mengemukakan
ciri-ciri cerpen sebagai berikut.
1. Ciri utama cerita pendek adalah singkat, padu dan intensif (brevity, vunity, and
intensity).
2. Unsur utama cerita pendek adalah adegan, tokoh, dan gerak (scence, character,
and action).
3. Bahasa cerita pendek haruslah tajam, sugestif dan menarik perhatian (incisie,
suggestive, and alert).
4. Cerita pendek harus mengandung inpretasi pengarang tentang konsep mengenai
kehidupan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
5. Sebuah cerita pendek harus menimbulkan efek dalam pikiran pembaca.
6. Cerita pendek mengandung detail-detail dan insiden yang dipilih dengan segaja
dan bisa menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dalam pikiran pembaca.
7. Cerita pendek harus menimbulkan perasaan pada pembaca bahwa jalan ceritalah
yang pertama menarik perasaan, dan kemudian menarik pikiran.
12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8. Dalam sebuah cerita pendek sebuah insiden yang yang terutama harus
menguasai jalan cerita.
9. Cerita pendek harus mempunyai selaku pelaku utama.
10. Cerita pendek harus mempunyai satu efek atau kesan yang menarik.
11. Cerita pendek harus bergantung pada satu situasi.
12. Cerita pendek harus memberikan impresi tunggal.
13. Cerita pendek harus memberikan kebulatan efek.
14. Cerita pendek menyajikan suatu emosi
15. Jumlah kata yang terdapat dalam cerita pendek biasanya dibawah 10.000 kata,
tidak boleh lebih dari 10.000 kata ( atau kira-kira 33 halaman kuarto spasi
rangkap).
2.2.2.3 Unsur pembangun cerpen
Unsur pembangun cerpen sama dengan unsur pembangun novel yaitu adanya unsur
intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun cerita dari dalam
cerita itu. Sedangkan unsur ekstrinsik merupakan unsur yang membangun cerita dari
luar seperti sosial, budaya dan ekonomi. Unsur intrinsik oleh Wicaksono (2014:57)
meliputi judul, tema, latar, alur, penokohan, sudut pandang, gaya bahasa dan amanat.
Ketujuh unsur intrinsik ini dijelaskan sebagai berikut.
a. Judul
Judul akan menjadi hal pertama yang dikenal oleh pembaca, hal ini
dikarenakan sampai saat ini tidak ada karya yang tanpa judul. Judul seringkali
mengacu pada tokoh, latar, tema, maupun kombinasi dari beberapa unsur
tersebut. Dengan membaca judul saja, pembaca akan mendapatkan gambaran
mengenai isi cerita (Wicaksono 2014:57).
Dari pendapat Wicaksono, peneliti dapat menyimpulkan bahwa judul
merupakan unsur yang selalu ada dalam cerita yang merupakan gambaran umum
mengenai cerita.
b. Tema cerita
Tema dipandang sebagai dasar arti atau gagasan dasar umum sebuah karya
sastra. Tema menjadi unsur cerita yang memberikan makna dan kekuasaan
sekaligus unsur pemersatu semua fakta dan sarana cerita (Sugihastuti dan
Suharto, 2005:45). Dapat disimpulkan bahwa tema merupakan gagasan pokok
yang mampu memberikan makna terhadap semua fakta dalam cerita.
13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tema disaring dari motif-motif yang terdapat dalam karya sastra dan mampu
menentukan hadirnya peristiwa-peristiwa, konflik dan situasi tertentu. Tema
dalam banyak hal bersifat ‘mengikat’ kehadiran atau ketidakhadiran peristiwa,
konflik serta situasi tertentu termasuk unsur intrinsik lain.
c. Alur cerita
Menurut (Wicaksono, 2014:57) alur cerita merupakan peristiwa yang jalin-
menjalin berdasarkan urutan dan hubungan tertentu. Sebuah rangkaian peristiwa
terjalin berdasarkan urutan waktu, kejadian, dan hubungan sebab-akibat.
Jalinnya berbagai peristiwa,baik secara linier atau lurus maupun secara
kausalitas, sehingga membentuk satu kesatuan yang utuh, padu dan bulat dalam
suatu prosa fiksi.
Lebih lanjut alur menurut Stanton (1965:14-16) merupakan peristiwa-
peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat sederhana,
dikarenakan pengarang menyusun peristiwa berdasarkan hubungan sebab-akibat.
Bagian terpenting dari alur adalah konflik dan klimaks. Alur menceritakan
urutan kejadian, namun setiap kejadian dihubungkan secara sebab-akibat.
Peristiwa yang disebabkan dapat menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain.
Kedua para ahli di atas menekankan bahwa alur merupakan sebuah rangkaian
peristiwa yang ditampilkan secara sederhana berdasarkan hubungan sebab-
akibat.
d. Tokoh dan penokohan
Tokoh adalah para pelaku yang terdapat dalam sebuah fiksi. Menurut
Wiyatmi (2009:30) tokoh dalam fiksi merupakan ciptaan pengarang, meskipun
dapat juga merupakan gambaran dari orang-orang yang hidup di alam nyata.
Pendapat Wiyatmi ini menegaskan bahwa tokoh dalam cerita dibuat seolah-olah
ada seperti di alam nyata.
Adapun menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2013:247) menjelaskan
bahwa tokoh cerita (character) adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu
karya naratif atau drama dan ditafsirkan oleh pembaca yang memiliki kualitas
moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan
apa yang dilakukan dalam tindakan. Hal ini sejalan dengan apa yang
disampaikan oleh Baldic (dalam Nurgiyantoro, 2013:247) yang mengemukakan
bahwa tokoh adalah orang yang menjadi pelaku dalam cerita fiksi atau drama.
14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tentang siapa, kapan, bagaimana, mengapa, dan dimana. Tujuan dari identifikasi ini
agar siswa lebih mudah dalam meniru cerita pendek tersebut. Setelah melakukan
identifikasi unsur tersebut langkah selanjutnya adalah siswa akan menyadur cerita
pendek dengan menganti unsur tokoh dan latar sesuai dengan dunia siswa.
Dapat disimpulkan bahwa tahap meniru dari strategi 3M memiliki 3 langkah
yaitu siswa membaca cerpen terlebih dahulu, kedua siswa mengidentifikasi unsur
cerita pendek dengan menjawab pertanyaan siapa, kapan, bagaimana, mengapa dan
dimana, langkah ketiga adalah meniru cerita dengan menganti unsur tokoh dan
latar.
b. Tahap mengolah
Mengolah berarti cara melakukan sesuatu supaya menjadi lain atau menjadi
lebih sempurna (KBBI). Tahap mengolah pada strategi 3M nantinya adalah
melakukan sesuatu menjadi berbeda dari cerita yang telah dibaca berdasarkan
strategi meniru. Menurut Wicaksono pada tahap mengolah siswa akan mengolah
hasil saduran, namun hanya beberapa unsur intrinsik cerpen. Unsur yang akan
digunakan yaitu tokoh, latar, dan alur. Pertimbangan digunakan tiga unsur tersebut
karena unsur tokoh, latar dan alur adalah unsur yang paling mudah dikembangkan
secara kreatif dan untuk efisiensi waktu pembelajaran.
Penjelasan mengenai tiga unsur yang dipilih dalam tahap mengolah sebagai
berikut; pada tahap mengolah tokoh, yang dilakukan siswa adalah menambah tokoh
dalam cerita, mendeskripsikan watak tokoh, dan mengubah cerita secara relatif
sama. Selanjutnya pada tahap mengolah alur cerita, yang dilakukan siswa adalah
membuat urutan-urutan peristiwa baru sesuai dengan cerita yang dibuatnya. Dan
pada tahap mengolah latar, yang dilakukan siswa adalah mengubah latar menjadi
baru sesuai dengan daya kreatif siswa.
Dapat disimpulkan bahwa pada tahap mengolah ini siswa diajak untuk mulai
belajar kreatif dan aktif dalam menyadur cerita yang telah dibacanya menjadi cerita
baru milik siswa.
c. Tahap mengembangkan
Tahap mengembangkan dilakukan siswa setelah tahap mengolah. Pada tahap
ini, siswa akan mengembangkan tema baru, tokoh baru, latar baru, dan peristiwa
baru.
Adapun rincian dari setiap unsur yang dikembangkan adalah (1) tema
dikembangkan secara orisinil dan unik, (2) tokoh yang dikembangkan dilengkapi
18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dengan dialog, monolog, dan komentar, (3) latar dikembangkan dengan deskripsi
yang rinci, (4) peristiwa dikembangkan menggunakan kalimat yang lengkap, jelas
dan menggunakan bahasa yang komunikatif.
2.2.4 Modul
A. Pengertian Modul
Menurut Daryanto (2013:9) modul merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang
dikemas secara utuh dan sistematis, didalamnya memuat seperangkat pengalaman
belajar terencana dan didesain untuk membantu peserta didik menguasai tujuan belajar
yang spesifik. Modul minimal memuat tujuan pembelajaran, materi/substansi belajar
evaluasi. Modul berfungsi sebagai sarana belajar yang bersifat mandiri, dengan
harapan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri dengan kecepatan masing-
masing. Dari pendapat Dartyanto ini, dapat disimpulkan bahwa modul adalah bahan
ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis yang memuat tujuan pembelajaran,
materi/substansi evaluasi yang memudahkan siswa untuk belajar secara mandiri
dengan kecepatan masing-masing.
Senada dengan Yudhi Munadi (2013:99), modul merupakan bahan ajar yang dapat
digunakan oleh peserta didik untuk belajar secara mandiri dengan bantuan seminimal
mungkin dari orang lain. Dikatakan demikian karena modul dibuat secara utuh dan
sistematis serta dirancang untuk sistem pembelajaran mandiri. Dapat dikatakan bahwa
modul adalah bahan aja yang digunakan peserta didik untuk belajar secara mandiri
dengan bantuan seminimal mungkin dari orang lain.
Lebih lanjut, Abdul Majid (2017:176) mengemukakan bahwa modul merupakan
buku yang tertulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar mandiri tanpa atau
dengan bimbingan guru, sehingga modul berisi paling tidak tentang segala komponen
dasar bahan ajar yang telah disebutkan sebelumnya. Sementara itu, menurut Nasution
(2011:205) modul merupakan suatu unit yang lengkap mampu berdiri sendiri dan
terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu pelajar
dalam mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas.
Sebuah modul akan bermakna jika peserta didik dengan mudah menggunakannya.
Pembelajaran dengan modul memungkinkan seorang peserta didik yang memiliki
kecepatan tinggi dalam belajar akan cepat menyelesaikan satu lebih atau lebih
kompetensi dasar yang akan dicapai oleh peserta didik serta disajikan dengan
menggunakan bahasa yang menarik, baik, dan dilengkapi dengan ilustrasi.
19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa modul merupakan bahan ajar
yang disusun secara sistematis yang berisikan komponen dasar bahan ajar
menggunakan bahasa yang baik, menarik dan dilengkapai dengan ilustrasi agar peserta
didik mudah memahami materi serta mampu belajar secara mandiri.
B. Tujuan Penulisan Modul
Menurut Mulyasa (2010:43), tujuan utama modul untuk meningkatkan efisien dan
efektivitas pembelajaran, baik waktu, fasilitas, maupun tenaga dengan tujuan mampu
mencapai tujuan secara optimal. Dapat dikatakan bahwa modul dibuat untuk
meningkatkan efisien dan efektifitas pembelajaran yang agar mencapai tujuan
optimal. Menurut Suparman (2014:84), mengemukakan bahwa kemandirian belajar
adalah sifat atau sikap serta kemampuan yang dimiliki peserta didik untuk melakukan
kegiatan belajar secara mandiri untuk menguasai kompetensi tertentu sehingga dapat
digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Tujuan yang disampaikan
Suparman ini sangat jelas menekankan bahwa tujuan modul adalah memecahkan
masalah dengan mempelajari secara mandiri materi yang dimuat dalam modul.
Adapun menurut Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu dan Tenaga Kependidikan
Departemen Pendidikan Nasional (2008), penulisan modul mempunyai tujuan sebagai
berikut :
a. Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat
verbal. Artinya bahwa dengan menyusun bahan ajar dalam modul peserta didik
bisa belajar secara mandiri sehingga tujuan atau pesan dapat disampaikan secara
optimal.
b. Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, daya indera, baik peserta didik maupun
pengajar/instruksi. Artinya bahwa dengan adanya modul peserta didik maupun
pengajar bisa belajar kapan saja sesuai dengan kebutuhan mereka.
c. Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi, seperti untuk meningkatkan
motivasi dan gairah belajar, mengembangkan kemampuan dalam berinteraksi
langsung dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya yang memungkinkan
pelajar untuk belajar mandiri sesuai kemampuan dan minatnya.
d. Memungkinkan pelajar dapat mengukur atau mengevaluasi sendiri hasil
belajarnya. Artinya bahwa tujuan penulisan modul ini sangat membantu peserta
didik dalam mengevaluasi kekurangan dan kelebihan dirinya selama proses
belajar.
20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Bagian Isi
a. Pendahuluan/ tinjauan umum materi
Pendahuluan pada modul berfungsi memberikan gambaran umum mengenai
isi materi modul, meyakinkan pembelajar bahwa materi yang dipelajari
bermanfaat, meluruskan harapan pembelajar mengenai materi yang akan
dipelajari, mengaitkan materi yang telah dipelajari dengan materi yang akan
dipelajari, dan memberikan petunjuk bagaimana mempelajari materi yang
akan disajikan.
Bagian pendahuluan akan menyajikan peta informasi mengenai materi yang
akan dibahas dan daftar tujuan kompetensi yang akan dicapai setelah
mempelajari modul
b. Hubungan dengan materi atau pelajaran lain
Materi yang disajikan dalam modul sebaiknya lengkap, artinya semua materi
yang akan dipelajari tersedia dalam modul. Namun, apabila tujuan kompetensi
menghendaki pembelajar mempelajari materi untuk memperluas wawasan dari
materi diluar modul maka pembelajar perlu diberi arahan mengenai sumber
materi. Apabila materi tersedia pada buku teks, maka perlu menuliskan judul
dan pengarang buku yang digunakan.
c. Uraian materi
Uraian materi merupakan penjelasan secara terperinci tentang materi
pembelajaran dalam modul. Uraian isi materi disusun secara sistematis, agar
memudahkan pembelajar memahami materi pembelajaran. Apabila yang
diuraikan cukup luas, maka dapat dikembangkan ke dalam beberapa kegiatan
belajar. Setiap kegiatan belajar memuat uraian materi, penugasan, dan
rangkuman. Rincian uraian materi akan dijelaskan sebagai berikut:
Kegiatan Belajar I
Pengertian, tujuan, dan jenis-jenis rapat
A. Tujuan Kompetensi
B. Uraian Materi
C. Tes Formatif
D. Tugas
E. Rangkuman
23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kegiatan Belajar II
Perencanan rapat yang efektif
A. Tujuan Kompetensi
B. Uraian Materi
C. Tes Formatif
D. Tugas
E. Rangkuman
d. Penugasan
Penugasan dalam modul sangat diperlukan untuk menegaskan kompetensi
yang diharapkan setelah mempelajari modul. Jika pembelajar diharapkan
untuk menghafal sesuatu, maka dalam penugasan harus dinyatakan secara
tegas. Jika pembelajar diharapkan menghubungkan materi dengan pekerjaan
sehari-hari, maka penugasan harus secara eksplisit.
Penugasan akan menunjukan kepada pembelajar bagian terpenting dalam
modul.
e. Rangkuman
Rangkuman merupakan hal-hal pokok yang telah dibahas dalam modul.
Rangkuman diletakan pada bagian akir modul.
3. Bagian Penutup
a. Glossary atau daftar istilah
Glossary berisi definisi yang dibahas dalam modul. Definisi dibuat ringkas
dengan tujuan mengingat kembali konsep yang telah dipelajari.
b. Tes akhir
Tes akhir merupakan latihan yang dikerjakan setelah mempelajari satu
bagian dalam modul. Adapun aturan umum tes akhir adalah tes tersebut dapat
dikerjakan oleh pembelajar dalam waktu 20% dari waktu mempelajari modul.
Jadi, jika suatu modul dapat diselesaikan dalam waktu tiga jam maka tes akhir
harus dikerjakan dalam waktu setengah jam.
c. Indeks
Indeks memuat istilah-istilah penting dalam modul serta halaman dari mana
istilah tersebut ditemukan. Indek perlu diberikan dalam modul agar pembelajar
mudah menemukan topik yang ingin dipelajari. Indek juga perlu memuat kata
kunci yang memungkinkan pembelajar akan mencarinya.
24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Uji coba
Uji coba modul dilakukan setelah draf modul selesai direvisi dengan saran
validator. Hasil uji coba diharapkan mendapatkan masukan baik dari siswa atau
guru terkait penyempurnaan draf modul yang akan diuji cobakan.
5. Revisi
Revisi adalah proses perbaikan modul. Perbaikan modul mencakup aspek-
aspek penting dalam penyusunan modul yaitu pengorganisasian materi
pembelajaran, penggunaan metode instruksional, penggunaan bahasa, dan
pengorganisasian tata tulis.
Kegiatan menulis di SMP pada umumnya menjadi bagian yang sangat penting bagi siswa,
tetapi ada begitu banyak siswa yang masih meremehkan kegiatan menulis. Kegiatan menulis
pada penelitian ini difokuskan menulis kreatif pada cerpen. Berdasarkan sebaran pertanyaan
kuesioner kepada siswa kelas IX di SMPN 2 Depok menyatakan bahwa terdapat 95,7% siswa
tidak mempunyai hobi menulis cerpen. Hal ini diakui oleh guru bahasa Indonesia bapak Riyanto,
S.Pd yang menyatakan bahwa keterampilan menulis siswa terkhusus pada cerpen masih sangat
rendah, hal itu terbukti ketika siswa saya ditugaskan untuk menulis cerpen, hasil tulisan terbilang
kurang baik, dapat diketahui dari pemilihan diksi, dan penyusunan paragraf. Berdasarkan hal
itu, penelitian ini berjudul “ Pengembangan Modul Pembelajaran Menulis Kreatif Cerpen
Menggunakan Strategi 3M Untuk Siswa Kelas IX Di SMPN 2 Depok”.
Modul yang dikembangkan peneliti mengharapkan agar siswa memahami materi tentang
cerpen dan mengharapkan siswa bisa menulis cerpen dengan strategi 3M secara mandiri tanpa
bantuan dari pihak lain. Untuk mempermudah pembelajaran menulis kreatif cerpen, maka
peneliti menyumbangkan produk sebagai hasil penelitian yang nantinya dapat digunakan dalam
proses belajar menulis cerpen
26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Menulis Cerpen
27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
data (2) desain produk,(3) validasi desain (4) revisi produk, (5) uji coba. Langkah-langkah ini
akan diuraikan secara lebih spesifik dalam subbab prosedur pengembangan penelitian.
29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab kepada
responden).
Tujuan penyebaran angket ialah mencari informasi yang lengkap mengenai suatu
masalah dari responden tanpa merasa khawatir bila responden memberikan jawaban yang
tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian pertanyaan. Disamping itu, responden
mengetahui informasi tertentu yang diminta (Sudaryono, 2016:77).
Angket dapat dibedakan menjadi dua yaitu angket terbuka dan angket tertutup. Menurut
Sudaryono (2016:77) angket terbuka adalah angket yang berisi pertanyaan-pertanyaan atau
pernyataan pokok yang bisa dijawab atau direspon oleh responden secara bebas. Tidak ada
pertanyaan ataupun rincian yang memberikan arah dalam pemberian jawaban. Dapat
dikatakan bahwa angket terbuka adalah angket yang berbentuk isian yang memberikan
kebebasan kepada responden untuk menjawab pertanyaan. Sedangkan, angket tertutup
adalah pertanyaan atau pernyataan yang sudah disusun secara berstruktur disamping ada
pernyataan pokok atau pertanyaan utama. Dalam angket tertutup pertanyaan atau
pernyataan memiliki alternatif jawaban (option) yang tinggal dipilih oleh responden.
Dari kedua angket di atas, penelitian ini menggunkan angket tertutup karena dalam
mengumpulkan data peneliti menggunakan pertanyaan yang memiliki alternatif jawaban
(option). Altenatif jawaban yang digunakan peneliti adalah jawaban “YA” dan “TIDAK”.
Alternatif jawaban “YA” dan “TIDAK” dalam Sugiyono (2015:96) dapat diukur dengan
skala Guttman.
Skala Guttman dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu
permasalahan yang ditanyakan. Jawaban dapat dibuat skor tertinggi satu (1) dan terendah
nol (0). Misalnya untuk jawaban setuju diberi skor 1 dan tidak setuju diberi skor 0. Analisis
dilakukan seperti pada skala Likert.
Peneliti menyebarkan angket (kuesioner) kepada siswa kelas IX SMPN 2 Depok, yang
mempelajari materi cerpen melalui google form. Adapun kisi-kisi angket yang disebarkan
peneliti sebagai berikut.
30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Wawancara
Menurut Sudaryono (2016:82) wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang
digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Pendapat Sudaryono ini
menjelaskan bahwa wawancara adalah metode pengumpulan data untuk memperoleh
informasi secara langsung dari sumbernya. Pendapat lain dikemukakan oleh Nasution
(dalam Sudaryono, 2016: 82) wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal seperti
percakapan yang bertujuan memperoleh informasi. dari kedua pendapat para ahli ini dapat
disimpulkan bahwa wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang dilakukan secara
verbal dalam bentuk percakapan dengan tujuan mendapat informasi yang dibutuhkan.
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan diawal penelitian untuk kepentingan studi
pendahuluan. Data wawancara dalam penelitian ini didapatkan dari guru bahasa Indonesia.
Wawancara yang dilakukan peneliti memiliki tujuan untuk mendapatkan informasi yang
lebih luas mengenai poses pembelajaran cerpen dan bagaimana partisipasi siswa saat belajar
materi cerpen. Pertanyaan wawancara dalam penelitian ini disesuaikan dengan pertanyaan
angket yang disebarkan kepada siswa, sehingga peneliti akan mendapatkan pandangan yang
lebih luas dan kevalidan terhadap penelitian yang dilakukan.
Adapun kisi-kisi wawancara dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
merupakan skala pengukuran yang memiliki dua alternatif jawaban. Dalam penelitian ini
alternatif jawaban yang digunakan dalam angket yaitu jawaban “YA” dan “TIDAK”.
Jawaban dapat dibuat dengan skor tertinggi satu (1) dan skor terendah nol (0).
Analisis lembar angket (kuesioner) siswa mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mengubah skor dari setiap pernyataan, dengan kriteria sebagai berikut
Sangat Setuju/Ya 1
Tidak setuju/ Tidak 0
Keterangan :
𝑋̅ : Skor rata-rata
∑ 𝑥: Jumlah skor
𝑛: Jumlah subyek peneliti
d. Mengubah rata-rata menjadi nilai dengan kategori
2. Analisis Wawancara Guru
Data yang diperoleh dari wawancara guru diketik dalam bentuk uraian, kemudian
dirangkum dan dipilih hal-hal pokok.
3. Analisis Validasi Produk
Menurut Arkunto (2010:211) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat
kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih
mempunyai validitas tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang valid atau sahih memiliki
validitas rendah. Dapat dikatakan bahwa setelah melewati uji validitas dapat diketahui
kelayakan penggunaan instrumen secara pasti.
Untuk mengetahui kevalidtan dari sebuah produk maka perlu menggunkan skala
pengukuran. Skala yang digunakan saat validasi produk oleh dosen ahli adalah skala likert.
Menurut Sugiyono (2015:93) merupakan skala yang digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan presepsi sesorang tentang fenomena sosial. Pehitungan skala likert dimulai
dari satu (1) hingga lima (5), dengan rentangan sangat baik diberi skor lima(5), baik diberi
skor empat (4), cukup baik diberi skor tiga (3), kurang baik diberi skor dua (2), dan sangat
33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kurang baik diberi skor satu (1). Langkah-langkah analisis lembar validasi adalah sebagai
berikut
a. Data kuantitatif dari skala likert pada lembar validasi ahli materi, guru dan siswa diubah
menjadi data kualitatif.
b. Tabulasi semua data yang diperoleh untuk setiap komponen, sub komponen, dan butir
penilaian yang tersedia dalam instrumen
c. Menghitung skor total rata-rata dari setiap komponen dengan rumus:
̅: ∑ 𝒙
𝑿 𝒏
Keterangan :
𝑋̅: skor rata-rata
∑ 𝑥:jumlah skor
𝑛: jumlah subyek peneliti
d. Mengubah skor rata-rata menjadi nilai dalam kategori
e. Konversi data kuantitatif menjadi data kualitatif menggunakan teori Sukardjo (dalam
Masuroh, 2017:50).
Dalam penelitian ini, nilai kelayakan ditentukan dengan minimal nilai “3’ dengan
kategori ‘Cukup Baik”. Jika hasil validasi memperoleh nilai “3”, maka pengembangan
modul menulis kreatif cerpen di SMPN 2 Depok dianggap layak digunakan.
34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berikut akan dijabarkan lima langkah dalam penelitian ini. (1) mengumpulkan data melalui
angket (kuesioner) dan wawancara, (2) peneliti melakukan desain produk awal dengan
mengacu pada data-data sebelumnya yang telah diperoleh, (3) peneliti menyerahkan kepada
dosen untuk dinilai dan divalidasi. (4) peneliti merevisi desain produk berdasarkan hasil
validasi produk. (5) peneliti melakukan uji coba produk. Berikut ini akan dijelaskan kelima
langkah penelitian dan pengembangan :
35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dilakukan kepada ahli materi ini sebagai informasi awal peneliti dalam merencanakan
pembuatan produk. Kemudian, instrumen angket/kuesioner dibagikan kepada siswa kelas
IX SMPN 2 Depok yang direspon oleh 70 siswa. Instrumen angket/kuesioner ini bertujuan
untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang materi cerpen, serta memperoleh saran
dan masukan terkait produk yang akan dikembangkan.
4.1.1.1 Deskripsi Wawancara Guru Bahasa Indonesia di SMPN 2 Depok
Wawancara dilakukan kepada satu narasumber, yaitu guru bahasa Indonesia di SMPN
2 DEPOK yang mengajar di kelas IX, yaitu Bapak Riyanto, S.Pd. dari hasil wawancara
peneliti dengan narasumber, ada beberapa poin penting yang peneliti dapatkan yaitu (1)
pembelajaran harus dibuat semenarik mungkin dan harus mencapai kompetensi dasar yang
telah ditetapkan, (2) membiasakan siswa untuk membaca cerpen diawal pembelajaran,(3)
siswa masih sulit dalam menulis cerpen,v (4) hasil tulisan siswa masih dibawah standar,
dan (5) modul yang kembangkang harus benar-benar membantu siswa dan dibuat
semenarik mungkin.
Tugas dari seorang guru saat mengajar adalah membangun suasana belajar yang
menarik agar pembelajar mengikuti pembelajaran dengan penuh semangat, antusias dan
menyenyangkan. Pembelajaran pun harus mencapai kompetensi dasar yang telah
ditetapkan dalam mempelajari materi menulis cerpen. Saat mengajar gunakanlah bahasa
yang mudah dimengerti oleh siswa agar siswa lebih mudah memahami materi yang
diajarkan. Untuk membangkitkan semangat siswa saat mempelajari materi cerpen,
biasanya narasumber (guru bahasa Indonesia) memberikan bahan bacaan cerpen kepada
siswa. Narasumber mengakui bahwa keterampilan menulis cerpen di kalangan siswa
masih sangat minim, dikarenakan para siswa belum bisa mengembangkan ide, kesulitan
dalam menyusun kata-kata dan mengembangkan cerita menjadi paragraf yang utuh
sehingga hasil tulisan siswa masih dibawah standar. Cara mengatasi kesulitan menulis
cerpen ini biasanya narasumber meminta siswa membaca contoh-contoh cerpen yang ada
di buku atau lainnya agar mereka memiliki banyak kosakata.
Narasumber juga mengakui bahwa referensi yang digunakan saat mengajar masih
sangat minim. Untuk mengatasi hal ini, biasanya narasumber memberikan tugas kepada
siswa baik kelompok atau individu yang mampu meningkatkan kreativitas siswa, biasanya
tugas mereka dikumpulkan untuk dinilai. Dari tugas inilah narasumber mengetahui bahwa
kekreatifan siswa dalam menulis cerpen masih sangat minim atau dibawah standar.
Narasumber juga mengatakan bahwa pengembangan modul menulis kreatif cerpen
menggunakan strategi 3M perlu dikembangkan sebagai tambahan referensi saat mengajar
39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
materi cerpen. Adapun masukan dari narasumber terhadap rancangan produk yang dibuat
peneliti yaitu modul menulis cerpen menggunakan strategi 3M sangat efektif dan efisien
sehingga memiliki nilai kebermanfaatan bagi siswa sehingga mereka bisa menulis cerpen
dengan baik secara mandiri.
4.1.1.2 Deskripsi data studi pendahuluan siswa terkait menulis cerpen
Untuk memperoleh informasi tentang analisis kebutuhan siswa terkait menulis cerpen,
maka peneliti melakukan studi pendahuluan terhadap siswa kelas IX yang sedang
mempelajari mata pelajaran bahasa Indonesia di SMPN 2 Depok. Penyebaran
angket/kuesioner ini dilakukan secara online melalui pesan singkat Whatsapp, hal ini
dilakukan peneliti karena adanya penyebaran Covid-19 sehingga siswa diharuskan untuk
belajar dari rumah untuk menghindari penyebaran virus tersebut. Dengan adanya kendala
tersebut, maka peneliti mengambil langkah untuk mencari data secara online. Angket/
kuesioner ini dibagikan kepada siswa dengan tujuan untuk mengetahui pengetahuan awal
siswa terkait membaca dan menulis cerpen. Angket/kuesioner ini mendapatkan respon dari
70 siswa yang memiliki pengalaman membaca dan menulis cerpen yang berbeda
berdasarkan pengalaman siswa sendiri. Penyebaran angket ini melalui guru bahasa
Indonesia, yang kemudian diteruskan mengirim angket/kuesioner ke grup whatsapp kelas
XI. Berikut disajikan tabel rata-rata angket analisis studi pendahuluan siswa.
40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan tabel di atas, dapat diperoleh skor rata-rata dari keseluruhan aspek yaitu
71,43 dengan kategori baik. Pada data diatas Aspek penilaian yang memiliki skor rata-
rata tertinggi terdapat dua pernyataan. Pernyataan pertama yaitu “ saya mempunyai hobi
menulis cerpen” sebesar 95,7 dengan kategori jawaban “Tidak” dengan jumlah siswa
67 dan yang memilih jawaban YA 3 siswa, artinya bahwa yang suka menulis cerpen
hanya 3 siswa dari 70 siswa. Pernyataan skor tertinggi kedua yaitu “ modul yang
dikembangkan diharapkan membantu saya dalam menulis cerpen” sebesar 95,7
dengan kategori jawaban “Ya” sebanyak 67 siswa dan jawaban tidak 3 orang siswa .
oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa siswa sangat mendukung pengembangan
modul ini dan mengharapkan dapat membantu siswa dalam menulis cerpen. Aspek
yang mempunyai skor penilaian terendah pada data diatas terdapat pada pernyataan “
saya membaca cerpen koleksi di Perpustakaan” sebesar 18,6 dengan kategori “Ya”.
Tabel data di atas menunjukan bahwa siswa belum mempunyai hobi menulis cerpen,
tetapi sebagian mereka suka membaca cerpen karena menyadari bahwa akan ada
manfaat saat mereka membaca cerpen. Sebagian siswa juga tidak membaca cerpen di
perpustakaan, tetapi mereka membaca cerpen dimana saja, entah melalui buku paket
bahasa Indonesia siswa atau melalui internet. Pada tabel diatas juga menunjukan bahwa
alasan siswa belum menyukai menulis cerpen dikarenakan mereka sulit
mengembangkan ide untuk dijadikan cerita dalam cerpen.
Pembahasan mengenai angket/kuesioner yang dibagikan kepada siswa dan direspon
oleh 70 siswa dengan jumlah pernyataan 23 yang memerlukan jawaban YA/TIDAK
dari responden. Pernyataan tersebut dibagi atas tiga bagian. Pada bagian pertama
memaparkan mengenai membaca, bagian kedua mengenai menulis dan ketiga mengenai
modul.
45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Saya suka membaca cerpen karena banyak manfaat yang saya dapatkan
Hasil yang diperoleh pada data kedua tentang “saya suka membaca cerpen karena
banyak manfaat yang saya dapatkan” yaitu 60%. Dengan kata lain, dari 70 responden
yang mengisi 42 siswa memilih jawaban Ya, dan 28 siswa memilih jawaban Tidak.
Dapat dikatakan bahwa data kedua mendapatkan informasi bahwa 42 siswa
menyadari bahwa membaca cerpen memiliki manfaat yang didapatkan dengan
mengisi jawaban Ya pada angket/kuesioner yang disebarkan. Hasil data kedua dapat
dilihat pada diagram berikut:
Gambar 4.2 saya membaca cerpen karena banyak manfaat yang saya dapatkan.
C. Saya membaca cerpen jika mendapat tugas dari guru
Pernyataan data ketiga yaitu “saya membaca cerpen jika mendapat tugas dari
guru” hasil yang diperoleh sebesar 51,4% dengan kategori jawaban Tidak. Dengan
47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kata lain bahwa dari 70 responden yang mengisi angket,kuesioner terdapat 36 siswa
yang memilih jawaban Tidak dan 32 siswa memilih jawaban ya. Dapat disimpulkan
bahwa terdapat 36 siswa yang membaca cerpen tanpa harus di suruh oleh guru bahasa
Indonesia dan tedapat 32 siswa yang membaca cerpen jika mendapatkan tugas dari
guru. dapat dikatakan bahwa 32 siswa yang memilih jawaban Ya belum memotivasi
dirinya untuk membaca cerpen tanpa adanya unsur paksaan dari orang lain. Hasil data
penyebaran angket/kuesioner dapat dilihat pada diagram berikut.
Gambar 4.3 saya membaca cerpen jika mendapat tugas dari guru
48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kosakata yang sudah didapatkan saat membaca dapat dirangkai menjadi kata-kata
yang akan menghasilkan tulisan. Hobi menulis siswa yang sangat rendah ini akan
disiasati oleh peneliti dengan modul yang akan berisikan materi yang akan membantu
mereka dalam menulis dan disiasati dengan strategi pembelajaran menulis cerpen
yaitu strategi 3M. Hasil pernyataan data keempat dapat dilihat pada diagram berikut:
49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 4.5 saya menulis cerpen jika ada tugas dari guru
E. Saya menulis cerpen 2-3 judul
Hasil yang diperoleh dari pernyataan “saya menulis cerpen 2-3 judul” yaitu
jawaban Ya sebanyak 24,3% dengan kata lain jumlah siswa yang menulis cerpen 2-
3 judul sebanyak 17 orang, sedangkan jawaban Tidak pada pernyataan ini sebesar
75,7% atau dengan kata lain jumlah siswa yang memilih jawaban kategori tidak
berjumlah 53 orang. Dapat disimpulkan bahwa siswa hanya menulis cerpen satu judul
saja. Hasil tulisan tersebut pun dikarenakan ada tugas yang diberikan guru. hasil
pernyataan angket/kuesioner dapat dilihat pada diagram berikut.
50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dari perolehan data diatas dapat disimpulkan bahwa kebanyakan siswa sangat sulit
mencari ide dalam menulis cerpen. Namun jika dihubungkan dengan pernyataan
diagram 1 yang menyatakan siswa suka membaca cerpen dengan jawaban paling
banyak, tentunya siswa tidak sulit mencari ide karena sudah adanya kosa kata yang
terekam di otak dari hasil bacaan karya orang lain. Ahli ideris (2013:27) menyatakan
bahwa banyak membaca memang penting, akan tetapi itu belum cukup jika diimbangi
dengan latihan secara terus menerus untuk menulis cerpen. Dapat disimpulkan bahwa
meskipun siswa di SMPN 2 Depok suka membaca cerpen, tetapi jika belum diimbangi
dengan latihan secara terus menerus maka hasil tulisan masih itu-itu saja atau dibawah
standar.
Hasil pernyataan angket/kuesioner dapat dilihat pada diagram berikut.
51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dibuat oleh orang lain menjadi cerita miliknya, misalnya dengan mengganti tokoh,
alur dan latar cerita, kemudian setelah mampu meniru siswa diajak untuk
mengembangkan tulisan yang dibuatnya mengikuti gaya orang lain sebagai
rangsangan awal siswa dalam menulis, tahap terakhir nantinya yaitu mengolah tulisan
tersebut menjadi miliknya. Jika latihan dilakukan secara terus menerus maka
anggapan kesulitan mengembangkan ide akan perlahan hilang dari beban menulis.
Pernyataan angket/kuesioner dapat dilihat pada diagram berikut.
52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 4.10 modul yang dikembangkan membantu saya dalam menulis cerpen.
Selain penyajian dalam bentuk diagram, peneliti juga akan menyajiakan dalam bentuk tabel yang
berfungsi untuk menyimpulkan sepuluh data jawaban hasil kuesioner. Berikut ini penyajian tabel
kesimpulan sepulu data tersebut.
53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan simpulan di atas terkait kendala menulis cerpen dan harapan mengenai
pengembangan modul yang akan dilakukan peneliti, maka peneliti akan mengembangkan
modul sesuai kebutuhan siswa.
4.1.2 Pengembangan Modul
Pada tahap ini, peneliti memaparkan tahap penyusunan modul dalam mengembangkan
modul menulis cerpen menggunakan strategi 3M (Meniru, Mengolah dan Mengembangkan).
Penyusunan dan pengembangan modul ini, didasari oleh informasi studi pendahuluan yang
telah dilakukan peneliti. Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti ada dua yaitu wawancara
kepada guru bahasa Indonesia dan penyebaran angket yang dilakukan melalui kuesioner
google form yang diisi oleh siswa kelas XI SMPN 2 Depok. Tujuan dilakukan studi
pendahuluan ini adalah untuk mengumpulkan berbagai informasi terkait kebutuhan siswa
54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang kemudian dianalisis. Informasi dan data yang dianalisis dalam studi pendahuluan akan
digunakan sebagai acuan pengembangan modul menulis cerpen. Pengembangan modul
tersebut diawali dengan menyusun desain produk. Desain produk untuk menggambarkan
bagian-bagian yang dicantumkan dalam produk, kemudian dilanjutkan dengan penyusunan
materi pokok dan capaian pembelajaran pada setiap materi pokok. Setelah menyusun materi
pokok, peneliti melakukan pengembangan materi, latihan dan tugas. Peneliti juga
menuliskan gambaran bagian-bagian penting seperti lembar refleksi dan rangkuman.
Kemudian tahapan dilanjutkan dengan melakukan pengembangan produk yaitu membuat
cover dan judul modul yaitu “Mari Menulis Cerpen”. Setelah membuat cover dan menentukan
judul pada modul tersebut langkah selanjutnya adalah penentuan tujuan, pemilihan bahan,
penyusunan kerangka dan pengumpulan bahan dari desain modul. Adapun uraian langkah-
langkahnya sebagai berikut.
4.1.2.1 Penentuan Tujuan
Tujuan pembelajaran merupakan arahan yang digunakan siswa untuk memahami
kemampuan yang harus dicapai setelah mempelajari modul. Penentuan tujuan pembelajaran
pada pengembangangan produk ini berguna untuk memberikan gambaran kepada siswa
terkait kemampuan yang harus dicapau setelah mempelajari modul tersebut.
Tujuan pembelajaran pada modul ini dibuat berdasarkan studi pendahuluan yang sudah
peneliti lakukan terhadap masalah yang dirsakan siswa dalam menulis cerpen. Selain itu,
penentuan tujuan akan disesuaikan dengan kompetensi dasar pada pembelajaran bahasa
Indonesia SMP kelas IX. Adapun tujuan pembelajaran tersebut sebagai berikut.
No Tujuan pemebelajaran
1. Menganalisis struktur teks cerita pendek.
55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
diakses. Sumber tesebut ditulis dengan ringkas dengan ukuran font yang lebih kecil, sehingga
tidak mengganggu siswa dalam membaca teks cerpen.
Bahan yang akan digunakan akan diseleksi agar modul ini benar-benar efektif dan efisien.
Semua bahan akan dirangkum ke dalam bentuk naskah melalui aplikasi canva yang kemudian
disatukan dalam aplikasi Microsoft Word.
4.1.3 Uji Validasi
Setelah peneliti menyusun materi dan mengembangkan produk, langkah yang dilakukan yaitu
melakukan uji validasi desain produk dan produk. Peneliti melakukan validasi kepada dua ahli.
Kedua ahli tersebut menguji kevalidtan produk yang dikembangkan oleh peneliti. Peneliti
meminta validasi oleh dua dosen ahli, yaitu Ibu Rooselina Ayu Setyaningrum, S.Pd., M.Pd dan
Bapak J.B Judha Jiwangga, M.Pd. Uji validasi ini dilakukan dengan mengisi dua kuesioner yang
sudah peneliti berikan serta memuat aspek-aspek penilaian berdasarkan kriteria kelayakan modul.
Pada penilian desain produk, kriteria yang dinilai berdasarkan kerangka produk atau garis besar
produk seperti bagian pembuka, yang terdiri dari sampul, halaman judul, kata pengantar,
rasionalisasi, petunjuk penggunaan modul, daftar isi, dan kolom KD serta indikator. Kemudian
pada bagian inti yang terdiri dari materi inti, pedalaman matei setiap bab, latihan, tugas, dan
rangkuman. Bagian terakhir yang dimuat dalam validasi desain produk yaitu bagian penutup yang
terdiri dari refleksi, kunci jawaban, daftar pustaka, glosarium, indeks, dan biodata penulis.
Selanjutnya, pada validasi produk memuat kriteria atau aspek yang ada dalam modul, yaitu
kelayakan isi/materi, aspek kelayakan penyajian, kelayakan bahasa, dan kelayakan kegrafikan.
Pada setiap aspek tersebut sudah dibuat secara rinci dan detail pada pengembangan produk.
Adapun hasil yang dapat peneliti simpulkan dari validasi desain da validasi produk dari dosen ahli
pertama dan dosen ahli kedua, yaitu sebagai berikut :
Tabel 4.6 Hasil Validasi Produk oleh Dosen Ahli I dan Dosen Ahli II
58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dari tabel di atas, peneliti menggambarkan melalui diagram untuk melihat perbedaan penilaian
skor rata-rata validasi modul oleh dosen ahli pertama dan dosen ahli kedua. Adapun penyajiannya
sebagai berikut :
Diagram 4.1 Skor Rata-rata Validasi Dosen Ahli I dan Dosen Ahli II
Hasil penilaian validasi modul oleh dosen ahli I di atas, akan disajikan dalam bentuk
diagram dengan tujuan memperjelas hasil validator I. Bagian yang akan dipaparkan sama, yaitu
59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bagian pembuka, bagian isi/inti, dan bagian penutup. Berikut penyajian diagram skor rata-rata
hasil validasi dai ketiga bagian tersebut.
Diagram 4.2 Data Hasil Validasi Desain Modul oleh Dosen Ahli I
Berdasarkan tabel tabel dan diagram di atas, dapat disimpulkan bahwa pada bagian
pembuka, dosen ahli memberikan penilaian dengan skor rata-rata 3,60 dengan persentase sebesar
89%. Kemudian pada bagian inti dosen ahli pertama memberi penilaian dengan skor rata-rata
3,25 dan persentase sebesar 81%. Selanjutnya, pada bagian penutup dosen ahli pertama
memberikan skor rata-rata 3,8 dengan persentase 94%.
Berdasarkan penilaian tersebut, desain modul yang telah divalidasi oleh dosen ahli pertama
memiliki kategori Baik terkait rincian instrumen validasi desain modul oleh ahli pertama dapat
dilihat pada lampiran 11.
60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Selain pemaparan penilaian validasi pada tabel di atas, peneliti juga memperjelas penyajian
hasil validasi desain modul oleh dosen ahli kedua menggunakan diagram. Bagian yang
dipaparkan sama dengan bagian pada tabel, yaitu bagian pembuka, bagian isi dan bagian
penutup. Berikut penyajian diagram skor rata-rata hasil validasi dari ketiga bagian tersebut.
Berdasarkan tabel dan diagram tesebut dapat disimpulkan bahwa pada bagian pembuka
dosen ahli memberikan penilaian dengan skor rata-rata 3,4 dengan presentase sebesar 86%.
Kemudian pada bagian inti dosen ahli kedua memberikan penilaian dengan skor rata-rata 2,5 dan
persentase sebesar 63%. Selanjutnya, pada bagian penutup dosen ahli kedua memberikan skor
rata-rata 3,3 dengan persentase sebesar 83%.
Berdasarkan penilaian tersebut, desain modul tersebut memiliki kategori “ Baik”. rincian
instrumen validasi desain modul oleh ahli kedua dapat dilihat pada lampiran 13.
61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Skor Rata-
No. Aspek Kategori
Rata
Kelayakan
1. 3,8 Baik
Isi/Materi
Kelayakan
2. 3,75 Baik
Penyajian
Kelayakan
3. 3 Cukup Baik
Bahasa
Kelayakan
4. 4 Sangat Baik
Kegrafikan
Jumlah 14,55
Skor rata-rata 3,6 Baik
Persentase 91
Selain pemaparan validasi melalui tabel tersebut, peneliti juga menyajikan dalam
bentuk diagram dari hasil validasi dosen ahli pertama. Aspek yang disajikan juga tetap sama
yaitu aspek kelayakan isi/ materi, aspek kelayakan penyajian, aspek kelayakan bahasa, dan
aspek kelayakan kegrafikan. Berikut diagram yang menyajikan penilian kelima aspek
penilaian.
62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sesuai dengan tabel dan diagram tersebut, peneliti akan mendeskripsikan hasil kelayakan
dalam tiap aspek sebagai berikut.
A. Penilaian Kelayakan Isi/Materi
Kriteria penilaian yang digunakan pada aspek kelayakan isi/materi modul meliputi (1)
kesesuaian materi dengan tujuan, (2) kesesuaian materi dan contoh, (3) kesesuain materi
dengan kemampuan dan keterampilan siswa, dan (4) penugasan teori yang relevan. Dari
kriteria tersebut peneliti memerincinya pada lembar validasi modul Mari Menulis Cerpen
yang tedapat pada lampiran 12.
Hasil validasi kelayakan isi/materi menunjukan bahwa skor rata-rata sebesar 3,8 dengan
persentase 95%. Dari hasil validasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa aspek kelayakan
materi dinyatakan layak dengan kategori Baik.
63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
didapatkan maka aspek kelayakan penyajian pada modul dinyatakan layak dengan kategori
“Baik”.
C. Penilaian Kelayakan Bahasa
Penilaian kelayakan bahasa terdiri dari satu kriteria penilaian saja, yaitu kesesuaian dan
ketepatan ejaan. Dari satu kriteria ini, peneliti memerinci menjadi tiga soal tekait aspek
kelayakan bahasa. Tiga soal ini dirasa cukup untuk menialai kebahasaan yang terdapat dalam
modul yang dikembangkan. Rincian kriteria kelayakan bahasa dapat dilihat pada lampiran 12.
Hasil penilaian kelayakan bahasa dari dosen ahli petama menunjukan skor rata-rata 3
dengan persentase 75%. Berdasarkan skor dan persentase tersebut maka aspek kelayakan
bahasa pada modul dinyatakan layak dengan kategori Cukup Baik.
D. Penilaian Kelayakan Kegrafikan
Penilaian kelayakan kegrafikan terdiri dari dua kriteria, yaitu (1) penilaian fisik modul
(judul depan dan belakang) dan (2) kesesuaian tata pengetikan, gambar, dan ilustrasi. Kriteria
tesebut kemudian dijabarkan menjadi empat soal. Rincian aspek kelayakan bahasa dapat
dilihat pada 12 sesuai dengan penialain aspek kelayakan kegrafikan oleh dosen pertama.
Hasil validasi dosen ahli pertama menunjukan skor rata-rata 4 dengan persentase 100%.
Berdasarkan hasil validasi tersebut maka aspek kelayakan kegrafikan dinyatakan layak
dengan kategori “Sangat Baik”.
4.1.3.4 Data Hasil Modul oleh Dosen Ahli II
Validasi modul oleh dosen ahli kedua dilakukan oleh Bapak J.B Judha Jiwangga, M.Pd. Data
validasi produk yang diberikan kepada dosen ahli kedua terdiri dari beberapa aspek yaitu aspek
kelayakan isi/materi, aspek kelayakan penyajian, aspek kelayakan bahasa, dan aspek kelayakan
kegrafikan. Penilaian hasil validasi dari dosen kedua dapat dilihat pada tabel beikut ini.
64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hasil penilaian tersebut juga dipaparkan dalam bentuk diagram dengan tujuan melihat secara
jelas pebandingan kelayakan penilaian setiap aspek. Aspek yang terdapat dalam modul juga sama
dengan tabel di atas yaitu aspek kelayakan isi, aspek kelayakan penyajian, aspek kelayakan bahasa
dan aspek kelayakan kegrafikan. Berikut diagram skor rata-rata validasi modul oleh dosen kedua.
65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hasil penilaian validasi mendapat skor rata-rata sebesar 3 dengan presentase 75%.
Berdasarkan skor dan presentase penilaian kelayakan penyajian dinyatakan layak digunakan
dengan kategori “Cukup Baik”.
C. Penilaian Kelayakan Bahasa
Pada penilaian aspek kelayakan bahasa, kriteria yang digunakan satu kriteria penilaian
yang sama dengan kriteria penilaian yang sudah dipaparkan pada dosen ahli pertama. Dari satu
kriteria tersebut, peneliti menjabarkan menjadi tiga soal yang mewakili aspek kebahasaan
dalam modul. Rincian kriteria penilaian validasi dosen kedua dapat dilihat pada lampiran 14.
Dari penilaian yang sudah diberikan oleh dosen ahli kedua mendapatkan skor 3 dengan
persentase 89%. Berdasarkan penilaian tersebut dapat dikatakan bahwa aspek kelayakan bahasa
pada modul dinyatakan layak digunakan dengan kategori “Cukup Baik”.
D. Penilaian Kelayakan Kegrafikan
Penilaian kelayakan kegrafikan menjadi penilaian terakhir yang digunakan oleh peneliti.
Peneliti menggunakan dua kriteria penilaian dan dijabarkan menjadi empat soal yang sama
dengan penilaian dosen ahli pertama. Rincian penilaian terdapat pada lampiran 14.
Penilaian hasil validasi yang diberikan dosen ahli kedua mendapatkan skor 4 dengan
presentase 88%. Berdasarkan penilaian ini maka aspek kelayakan kegrafikan dinyatakan layak
digunakan dengan kategori “Baik”.
4.1.4 Revisi Produk
Tahap selanjutnya setelah melakukan validasi ialah peneliti melakukan revisi produk untuk
menyempurnakan produk yang sudah dikembangkan. Revisi produk ini berdasarkan masukan
pada kolom komentar yang diberikan dosen ahli dilembar validasi. Masukan dan saran yang
diberikan oleh dosen ahli sangat penting untuk pengembangan modul ini. Adapun klasifikasi
masukan dan saran dari kelima aspek penilaian modul, yaitu (1) aspek kelayakan bahasa, (2) aspek
kelayakan penyajian, (30 aspek kelayakan bahasa, (4) aspek kelayakan kegrafikan. Komentar dan
saran dosen ahli akan dideskripsikan sebagai berikut.
A. Revisi Aspek Kelayakan Isi/Materi
Hasil validasi terhadap aspek kelayakan materi sudah nilai cukup oleh validator. Meskipun
demikian, terdapat beberapa masukan dari validator kepada peneliti guna menyempurnakan
produk terkhusus bagian aspek kelayakan isi/materi yag sudah disusun penulis. Hal petama yang
dikomentari yaitu contoh kutiban. Validator pun menyarankan agar contoh mengenai ciri
kebahasaan teks cerpen diberi lengkap, di bagian latihan siswa mencari struktur cerpen yang
belum ada dalam contoh. Hal ketiga yang diberi komentar ialah pemilihan teks bacaan cerpen.
Secara keseluruhan teks cerpen sudah sesuai, namun terdapat satu teks cerpen yang kurang cocok
66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bagi siswa SMP. Oleh sebab itu validator menyarankan agar teks tersebut diganti dengan teks
yang cocok bagi siswa SMP, misalnya pendidikan, keberserihan, persahabatan dan lain-lain.
Berdasarkan masukan dan saran tersebut peneliti melakukan revisi pada produk sesuai
dengan masukan dan saran dari validator agar aspek kelayakan materi layak untuk digunakan.
Hasil perbandingan modul sebelum dan sesudah direvisi dipaparkan dalam bentuk gambar
sebagai berikut.
67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No Tujuan pemebelajaran
1. Menganalisis struktur teks cerita pendek.
2. Menganalisis ciri kebahasan teks cerita pendek.
3. Memerinci strategi 3M dalam proses mengembangkan gagasan dan
pengalaman
4. Merancang cerpen dengan strategi 3M.
5. Mengembangkan rancangan menjadi cerpen.
71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan tabel tujuan pembelajaran tersebut, peneliti membagi materi ke dalam tiga bab,
yaitu (1) Struktur dan Kaidah Kebahasaan Teks Cerpen, (2) Mengenal Strategi 3M( Meniru,
Mengolah, Mengembangkan), (3) Siap Menulis Cerpen Dengan Strategi 3M.
Bab I memiliki judul Stuktur dan Kebahasan Teks Cerpen, memiliki dua subbab materi yaitu
(1) Struktur Teks Cerita Pendek, dan (2) Ciri Kebahasaan Teks Cerita Pendek. Masing-masing
subbab dijelaskan secara terperinci dan sistematis agar memudahkan siswa dalam memahami
materi yang dipaparkan. Pada Bab ini, disertai dengan latihan dan tugas yang bertujuan untuk
mengukur kemampuan siswa dalam memahami materi struktur dan ciri kebahasaan teks cerita
pendek.
Pada bab I ini, penulis memberikan satu teks cerita pendek sebagai bahan rangsangan awal
siswa dalam mempelajari materi struktur dan kebahasan cerpen. Materi-materi yang disajikan juga
sudah diseleksi dengan sangat baik karena pada bab I ini merupakan bab pokok atau yang sangat
mendasar. Peneliti juga memberikan refleksi pada bab ini untuk merefleksikan kegiatan yang
dilakukan pada bab I ini. Berikut disajikan gambar terkait latihan, tugas dan refleksi pada bab I.
72
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pada Bab II modul ini berjudul “Mengenal Strategi 3M”. Bab ini menjelaskan ketiga tahap
yang dalam strategi 3M. Subbab pada bab ini hanya satu yaitu penjabaran dari ketiga strategi
meniru, mengolah dan mengembangkan. Pada bab ini kegiatan yang dilakukan difokuskan pada
memerinci strategi 3M dalam proses mengembangkan pengalaman dan gagasan yang mampu
menumbuhkan minat siswa dalam menulis dengan strategi 3M. Teks bacaan dalam bab ini
merupakan perincian terkait strategi 3M. Pada bab ini juga dilengkapi dengan latihan untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam mengembangkan ide menulis cerpen.
Pada bab II ini, peneliti menyajikan materi yang dielaborasikan dengan teori yang relevan
menurut para ahli. Bab ini dilengkapi dengan contoh guna memahami materi tekait. Secara
keseuluruhan bab II ini terdiri dari penyajian materi, contoh, latihan, rangkuman dan refleksi.
Berikut ini gambar yang dapat dilihat pada bab II bagian pedalaman materi, contoh, dan latihan.
73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kemudian bab terakhir dalam modul ini yaitu bab III memiliki judul “Siap Menulis Dengan
Strategi 3M”. Pada tahap ini kegiatan yang dilakuakan siswa adalah merancang cerpen dengan
strategi 3M dan mengembangkan rancangan menjadi cerpen.
Pada bab III ini peneliti mengkolaborasikan matei dengan pendapat para ahli pada aspek
strategi 3M. Bab ini merupakan bab terakhir dalam modul maka dilengkapi dengan kunci
jawaban, daftar pustaka, glosarium, dan indeks. Secara keseluruhan pada bab III ini terdiri dari
penyajian materi, pendalaman materi, latihan, tugas, refleksi dan rangkuman. Berikut gambar
latihan dan evaluasi yang dapat dilihat pada bab III.
75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Aspek kelayakan kegrafikan merupakan aspek yang dipehatikan dalam penyusunan modul.
Aspek ini juga sangat penting karena yang pertama terlihat yaitu ukuran yang digunakan dalam
modul. Modul belajar menulis cerpen ini disesuaikan dengan ukuran standar ISO pembuatan
modul yaitu A4 (210x97 mm). Kemudian kegrafikan kedua yaitu warna cover yang disesuaikan
antara cover depan dan cover belakang harus dibuat secara konsisten dan harmonis sehingga
78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menampilkan keindahan produk yang sudah dikembangkan penulis. Huruf yang digunakan dalam
modul yaitu jenis huruf Times New Roman. Setiap komponen dalam modul dibuat secara lengkap
dan proporsional dengan tujuan mempermudah pencarian dan pembelajaran pada modul.
Modul ini juga dilengkapi dengan ilustrasi yang mendukung adanya materi pada setiap
subbab. Ilustrasi tersebut dimaksudkan untuk memberi gambaran pada siswa terkait materi yang
diberikan. ilustrasi dalam modul dapat berupa gambar, tabel, dan bagan. Ilustrasi ini selain
memberi gambaran juga mampu menarik perhatian siswa dalam mempelajari modul tersebut.
Berikut contoh cover depan dan cover belakang modul.
79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dengan baik, jika ia mampu menuangkan gagasan dan ide yang dimiliki dengan sangat baik.
Seseorang akan diakui keberadaanya dalam mengemukakan gagasan dan menyampaikan
pikiran-pikiran yang dimilikinya dengan cara menulis. Dengan menulis, seseorang akan
menjadi lebih produktif. Sejalan dengan apa yang disampaikan Tarigan (1982:2) menulis
merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Salah satu kegiatan menulis yaitu,
menulis cerita pendek, Pada dasarnya, cerpen tidak memerlukan waktu yang lama untuk
membuatnya karena bentuknya yang pendek daripada novel, begitu juga untuk membacanya
tidak memerlukan waktu lama pula. Bahasa yang digunakan dalam cerpen bahasa yang
sederhana, lebih sederhana jika dibandingkan dengan bahasa dalam puisi yang mempunyai arti
lebih kompleks, serta pemadatan kata didalamnya.
Hasil wawancara dengan guru bahasa Indonesia menunjukan bahwa keterampilan siswa
dalam menulis cerpen masih terbilang sangat minim. Minimnya menulis kreatif cerpen ini
disebabkan minat siswa terhadap membaca, sehingga saat siswa dihadapkan dengan tugas
menulis cerpen siswa masih sangat kesulitan dalam menuangkan ide, memilih kata-kata (diksi)
dan merangkai kata-kata menjadi sebuah paragraf yang utuh. Hasil kuesioner yang dibagikan
kepada siswa kelas IX yang direspon oleh 70 siswa menyatakan bahwa 95,7% siswa tidak
memiliki hobi menulis cerpen, dan mereka menulis cerpen jika ada tugas dari guru. Siswa juga
menyatakan bahwa mereka suka membaca cerpen dan sadar menulis cerpen mampu
meningkatkan daya kreativitas mereka, tetapi saat menulis siswa akan kesulitan
mengembangkan ide untuk menjadi kerangka tulisan. Oleh karena itu, modul dikembangkan
untuk mengningkatkan keterampilan menulis cerpen siswa dan mencapai kesuksesan
memahami pelajaran.
Selain deskripsi terkait modul belajar yang sudah dibuat, pada bagian ini akan diuraikan
hasil validasi modul belajar yang diperoleh dari validator. Validator memberikan penilaian
terhadap modul berdasarkan empat aspek penting standar kelayakan pada modul. Empat aspek
tersebut yaitu (1) kelayakan isi/materi, (2) kelayakan penyajian, (3) kelayakan bahasa, (4)
kelayakan kegrafikan. Keempat aspek tersebut dibagi kedalam beberapa indikator dengan
menggunakan skala likert dengan rentangan 1-5. Data yang dipaparkan oleh peneliti melalaui
lembar validasi kemudian diolah dan diubah dalam bentuk kualitatif menggunakan rumus
Penilaian Acuan Patokan (PAP) dengan tujuan mengetahui kualitas setiap aspek kelayakan.
Berikut diagram yang dapat menunjukan hasil validasi dosen ahli.
80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan diagram 4.6 di atas dapat dilihat bahwa skor rata-rata terendah pada aspek
kelayakan bahasa dengan jumlah skor 3 dengan kategori “cukup baik”, sedangkan skor rata-
rata tertinggi terdapat pada aspek kelayakan kegrafikan dengan jumlah skor 3,75 dengan
kategori “baik”. Selain pemaparan melalui diagram peneliti juga memaparkan data hasil rata-
rata validasi dosen I dan II dalam bentuk tabel. Berikut ini penyajian hasil rata-rata validasi
dosen I dan II.
81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan tabel 4.11 diatas rekapitulasi rata-rata validasi dosen ahli tersebut, modul
belajar yang berjudul Mari Menulis Cerpen yang sedang dikembangkan peneliti mendapat skor
rata-rata 3,41, dengan kategori “Baik”. Aspek dengan nilai terendah yaitu aspek kelayakan
bahasa mendapat skor rata-rata 3 dengan kategori cukup baik. sedangkan penilaian aspek
tertinggi pada aspek kelayakan kegrafikan mendapat skor rata-rata 3,75 dengan kategori baik.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan empat aspek yang sudah dikembangkan peneliti
dengan judul Mari Menulis Cerpen dinyatakan layak untuk digunakan sebagai inovasi bahan
ajar ataupun referensi mempelajari keterampilan menulis cerpen.
4.2.3 Deskripsi Analisis Kelayakan Modul
Setelah melakukan validasi oleh dosen ahli, selanjutnya proses analisis modul Mari
Menulis Cerpen untuk mengetahui tingkat kelayakannya. Aspek yang dianalisis sesuai dengan
aspek yang terdapat pada lembar validasi yaitu aspek kelayakan isi/materi, aspek kelayakan
penyajian, aspek kelayakan bahasa dan aspek kelayakan kegrafikan. Berikut disajikan diagram
perbandingan hasil validasi oleh dosen ahli pertama dan dosen ahli kedua.
82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan tabel tersebut, hasil analisis kelayakan modul belajar oleh dosen ahli I dan dosen
ahli II dapat disimpulkan melalui pembahasan berikut ini.
83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
oleh peneliti dengan judul “Mari Menulis Cerpen” dinyatakan layak untuk digunakan dari aspek
bahasa.
4.2.3.4. Aspek Kegrafikan
Pada aspek kegrafikan modul belajar Mari Menulis Cerpen yang sudah susun oleh peneliti
mendapatkan skor rata-rata 4,0 dari dosen ahli pertama dengan kategori “Sangat Baik”.
Sedangkan skor rata-rata dari dosen ahli II sebesar 3,5 dengan kategori “Baik”. Dari skor rata-
rata dosen ahli I dan II tersebut maka modul Mari Menulis Cerpen yang dikembangkan oleh
peneliti dinyatakan layak pada aspek kegrafika.
4.2.4 Kajian Akhir Produk
Produk berupa modul belajar berjudul “Mari Menulis Cerpen” yang dikembangkan oleh
peneliti disesuaikan dengan pertimbangan langkah penelitian dan pengembangan Borg dan Gall.
Sepuluh langkah penelitian Borg dan Gall disederhanakan menjadi empat langkah pengembangan
penelitian, yaitu pengumpulan informasi, pengembangan produk, uji validasi dan revisi produk.
Setelah peneliti melakukan penilaian terhadap produk oleh validator, produk tersebut direvisi
sesuai masukan dari validator dengan mempehatikan empat aspek penilaian yaitu (1) aspek
isi/materi, (2) aspek kelayakan penyajian, (3) aspek kelayakan bahasa, (4) aspek kelayakan
kegrafikan. Berikut uraian mengenai empat aspek tersebut.
4.2.4.1. Aspek Isi/ Materi
Aspek isi/materi yang dikembangkan oleh peneliti memiliki kategori “Baik” dengan skor
rata-rata 3,4 dari hasil akumulasi secara keseluruhan validasi yang dilakukan oleh dosen ahli I
dan dosen ahli II. Meskipun sudah dikatakan “Baik” namun masih terdapat beberapa masukan
dan saran yang diberikan dosen ahli I dan dosen ahli II. Masukan yang diberikan terkait aspek
isi/materi yang telah diuraikan dalam pembahasan mengenai revsi produk. Oleh sebab peneliti
melakukan perbaikan dan penyempurnaan modul sesuai dengan masukan dan saran yang
diberikan pada aspek isi/materi. Gambaran atau kajian mengenai produk akhir pada aspek
isi/materi dapat dilihat dari contoh gambar berikut ini.
84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Aspek penyajian modul yang sudah dibuat oleh peneliti secara keseluruhan dikategorikan
“Baik” dengan perolehan skor rata-rata 3,5 dari hasil akumulasi keseluruhan validasi yang
dilakukan oleh dosen ahli I dan dosen ahli II. Pada lembar validasi tersebut terdapat beberapa
saran yang diberikan oleh dosen ahli II. Saran yang diberikan oleh ahli II yaitu panduan
pengerjaan tugas belum maksimal. Melalui masukan dan saran tersebut, peneliti melakukan revisi
pada aspek penyajian dengan harapan dapat meningkatkan kualitas modul tersebut. Kajian akhir
produk dapat dilihat pada contoh gambar berikut.
85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Persentase 39
Kategori Baik
88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan hasil uji coba terhadap sepuluh responden, aspek kelayakan penyajian
dinyatakan layak untuk digunakan dengan skor rata-rata 10,18 dan mendapat kategori
“Sangat Baik”.
C Aspek Kelayakan Bahasa
Aspek kelayakan bahasa terdiri satu indikator yang dianggap sudah mencakupi soal
yang ada dalam kuesioner. Dari indikator ini peneliti kemudian menjabarkan menjadi satu
soal. Berdasarkan hasil uji coba terhadap aspek bahasa skor rata-rata yang didapatkan
yaitu 44, dengan persentase 88%. Dari hasil skor rata-rata tersebut, maka aspek kelayakan
Bahasa dinyatakan layak untuk digunakan. Berikut penyajian hasil penialain uji coba
tehadap aspek kelayakan bahasa oleh sepuluh siswa.
89
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Skor rata-rata 44
Persentase 88
Kategori Sangat Baik
90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan tabel di atas skor rata-rata dari keseluruhan aspek yaitu 18 dengan
persentase 369,4 dan mendapatkan kategori “Sangat Baik”. Berdasarkan hasil uji coba,
terdapat komentar dan saran yang digunakan untuk perbaikan modul yaitu (1) ide-ide
menarik untuk penyampaian materi agar lebih menarik, (2) gambar dan huruf dikombinasi
agar menarik perhatian siswa. Komentar yang diberikan siswa sangat berkontibusi terhadap
perbaikan modul. Di bagian akhir kuesioner adapun kesimpulan keseluruhan modul yang
diberikan siswa terhadap modul yang dikembangkan ialah “ sangat bagus” digunakan untuk
menulis cerpen” dengan persentase 63,6%.
91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
PENUTUP
Bab ini berisi dua subbab, yaitu simpulan dan saran. Pada bagian kesimpulan berisi simpulan
dari hasil penelitian dan pengembangan, kemudian pada bagian saran diberikan peneliti kepada
beberapa pihak yang bersangkutan. Bagian saran terbagi menjadi tiga, yaitu (1) saran bagi siswa,
dan (2) saran bagi peneliti lain. Berikut ini diuraikan kedua subbab tersebut.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan produk berupa modul belajar yang berjudul
“Mari Menulis Cerpen” diperoleh kesimpulan sebagai berikut sesuai dengan rumusan masalah yang
telah dibuat peneliti. Hasil studi pendahuluan tersebut, dapat disimpulkan bahwa (1) modul sangat
diperlukan untuk membantu siswa dalam meningkatkan kreativitas menulis cerpen. (2)
keterampilan menulis cerpen sangat diperlukan saat ini. Dengan menulis cerpen siswa akan
berimajinasi dengan menuangkan ide/ pikiran berdasarkan pengalaman. (3) menulis cerpen
meningkatkan budaya tulis. Menulis cerpen sejatinya tidak sulit karena hanya memiliki satu ide
pokok yang berbeda dengan novel. Melalui menulis cerpen setidaknya akan meningkatkan budaya
menulis di Indonesia yang terbilang sangat rendah.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan, kemudian pengembangan modul menulis cerpen
menggunakan strategi 3M. Penggunaan strategi 3M ini sangat cocok bagi penulis pemula dengan
mengikuti tiga langkah yaitu Meniru, Mengolah dan Mengembangkan. Modul yang disusun secara
sisetematis ini diberi judul “Mari Menulis Cerpen”. Modul ini tentunya menarik untuk digunakan
sebagai rujukan belajar menulis cerpen. Modul yang dikembangkan disesuaikan dengan studi
pendahuluan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa. Setelah
pengembangan modul, selanjutnya peneliti melakukan uji validasi terhadap modul yang dilakukan
oleh dua ahli dengan menyatakan bahwa modul “Mari Menulis Cerpen” layak digunakan sebagai
salah satu bahan ujukan belajar menulis cepen dengan revisi produk. Dengan adanya revisi produk
maka produk ini dinyatakan layak digunakan oleh siswa. Uji coba terhadap siswa juga menyatakan
bahwa modul tersebut layak digunakan sebagai salah satu bahan rujukan belajar menulis cerpen.
Demikian produk tesebut dikembangkan.
92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5.2 Saran
peneliti menyampaikan saran kepada (1) bagi siswa, dan (2) bagi peneliti lain. Saran yang
disampaikan peneliti diharapkan berguna bagi kepentingan pihak yang besangkutan. Adapun saran
dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut.
5.2.1 Bagi Siswa
Modul yang dikembangkan peneliti diharapkan dapat digunakan siswa dengan baik sebagai
pedoman meningkatakan menulis cerpen dengan mempelajari materi yang terdapat dalam
keseluruhan modul, mendalami materi, mengerjakan tugas dan latihan yang ada pada setiap bab,
menerapkan menulis cerpen menggunakan strategi 3M sebagai tahap meningkatkan menulis
cerpen bagi pemula. Modul belajar tersebut dikembangkan sedemikian rupa oleh peneliti
suapaya dapat dengan mudah digunakan oleh siswa.
93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
I made Tegeh, dkk. 2014. Metodologi Penelitian Pengembangan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Linda, wirda dan Ayu Gusti. 2017. Keterampilan Menulis Kreatif Cerpen Menggunakan Media
Audio Siswa Kelas XLL SMAN I Kecamatan Payakumbuh.
(https://www.researchgate.net/publication/319106567) diakses pada hari kamis, 9 November 2020
pukul 18:38
Prastowo, Andi. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: Diva Pess
Sugiyono, 2015. Metode Penelitian Pengembangan (Research and Development/R & D). Bandung.
Alffabeta.
Sukirno. 2016. Belajar Cepat Menulis Kreatif Berbasis Kuantum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sukirno, Surya Daru. Vol 4,n0 8 (2017). Pembelajaran Menulis Kreatif Bebasis Kuantum Terbukti
Meningkatkan Kemampuan mahasiswa PBSI dalam menulis Kreatif.
(http://ejournal.umpwr.ac.id/index.php/bahtera/article/view/4165) diakses pada hari kamis, 9
November 2020 pukul 15:14.
Tarigan, Henry Guntur. 1982. Menulis: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. 1979. Menulis: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.
94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tarigan, Henry Guntur. 2011. Menulis: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.
Wicaksono, Andri. 2014. Menulis Kreatif Sastra dan Beberapa Model Pembelajaranya.
Yogyakata: Garudhawaca.
95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BIOGRAFI PENULIS
Astuti Nurhayati
Astuti Nurhayati, lahir di Cekalikang, pada tanggal 6
Colol (lulusan tahun 2014) dan SMA St. Fransiskus Saverius Ruteng
tahun 2017. Selama menempuh perkuliahan penulis juga aktif dalam kegiatan yang diselenggarakan
baik itu dari program studi, fakultas maupun Universitas. Penulis juga sering mengikuti kegiatan
himpunan ataupun kepanitiaan yang diselenggarakan oleh program studi. Pengalaman selama masa
perkuliahan ini dapat memotivasi penulis untuk selalu belajar dan terus berusaha. Penulis
menempuh jalur skripsi untuk mendapatkan gelar SI Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
skripsi yang ditulis berjudul Pengembangan Modul Pembelajaran Menulis Kreatif Cerpen
96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Astuti Nurhayati
Nim : 171224021
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Semester : 9 (sembilan)
Saya sedang melakukan penelitian mengenai pengembangan modul belajar siswa yang berjudul
“Mari Menulis Cerpen” dan saya memerlukan validator untuk menguji keabsahan produk tersebut.
Berkenaan dengan hal itu, saya mohon kesediaan Ibu untuk memvalidasi desain dan produk pada
modul yang telah peneliti susun sesuai dengan pertimbangan pengalaman dan kompetensi Ibu di
bidang penelitian ini.
Demikian surat permohonan ini, atas kesediaan dan kerjasama Ibu, saya mengucapkan terima kasih.
Hormat saya,
Peneliti
98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Astuti Nurhayati
99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sampul luar 1
Halaman judul 2
Kata pengantar 3
Daftar Isi 6
Materi inti 8
Rangkuman 11
Rumusan refleksi 12
Evaluasi 13
Kunji jawaban 14
Daftar pustaka 15
Glosarium 16
Bagian Penutup
Indeks 17
Biodata Penulis 18
101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kata motivasi 19
Sampul penutup 20
7
Kelengkapan bagian isi
modul.
8
Kelengkapan penyajian
bagian penutup modul.
Kesesuaian Penyajian 9
langkah-langkah strategi
3M.
Kesesuaian penyampaian 12
pesan setiap subbab
mencerminkan hubungan
logis.
102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Butir Pernyataan
A. Membaca B. Menulis C. Modul
No Nama 1 2 3 1 2 3 4 5 6 1
1 Responden 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1
2 Responden 2 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1
3 Responden 3 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0
4 Responden 4 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1
5 Responden 5 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1
6 Responden 6 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0
7 Responden 7 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1
8 Responden 8 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1
9 Responden 9 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
10 Responden 10 0 0 1 0 0 1 1 1 1 O
KETERANGAN
Kategori Bobot Nilai
Ya 1
Tidak 0
110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7. Apakah buku yang digunakan mendorong siswa Buku yang digunakan belum
untuk menulis cerpen? mendorong siswa, karena
belum banyak menyertakan
contoh-contoh bacaan
8. Kendala apa yang dirasakan ketika bapak/ibu Saya tidak memiliki kendala
mengajar materi cerpen? ketika mengajar materi
cerpen, mungkin jika siswa
belum memahami saya
memberikan penjelasan
ulang sebagai penekanan
9. Bagaimana cara mengatasi kendala tesebut? Memberikan penjelasan
ulang agar siswa memahami
materi yang belum mereka
pahami
10. Apa saja kesulitan yang dihadapi siswa ketika diberi Sangat sulit, siswa seringkali
tugas menulis cerpen? sulit mengembangkan ide,
kesulitan dalam menyusun
kata-kata, dan
mengembangakan menjadi
paragraf yang utuh
11. Bagaimana cara mengatasi kesulitan yang dialami Saya meminta siswa
siswa? membaca langsung contoh-
contoh karya cerpen,
memberikan bekal diksi dan
menjelaskan bagaimana
mengembangkan pargaraf
yang baik.
12. Bagaimana hasil tulisan cerpen siswa? Hasil tulisan siswa masih
kurang, masih dibawah
standar.
13. Model belajar seperti apakah yang siswa sukai? Model yang siswa sukai
yaitu metode langsung, serta
mencari bahan bacaan
14. Media apa yang bapak/ibu gunakan selama Proyektor, LCD, dan Buku.
melakukan pembelajarn cerpen? .
15. Harapan bapak/ibu dengan modul yang akan saya Harapan saya adalah modul
kembangkan? yang dikembangkan mampu
meningkatkan daya
kreativitas siswa dalam
menulis cerpen, modul
dibuat semenarik mungkin,
banyak menyertakan contoh-
contoh cerpen, dan media
yang digunakan banyak.
113
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Jumlah 69
Presentase 69%
138
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Jumlah 66
Presentase 66%
140
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sangat Baik 5
Baik 4
Cukup Baik 3
141
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kurang Baik 2
Tabel Kategori
Sangat Baik
≥4,2
>3,4 - 4,2
Baik
>2,6-3,4
Cukup Baik
>1.8 -2,6 Kurang Baik
≤1,8
Sangat Kurang Baik
142
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel Data Hasil Validasi Dosen Ahli Pada Aspek Kelayakan Penyajian
143
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel Data Hasil Validasi Dosen Ahli Pada Aspek Kelayakan Bahasa
Tabel Data Hasil Validasi Dosen Ahli Pada Aspek Kelayakan Kegrafikan
144
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 19 Hasil Instrumen Uji Coba Produk kepada siswa kelas IX SMPN 2 Depok
145
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
R N
E TO AIA Alternatif Jawaban Skor
O D A L
K DIK NI 1 2 3 4 5 Jumlah skor rata-rata
IN PE SK KB CB B SB
SK KB CB B SB
KELAYAKAN ISI/MATERI
10 0 0 3 3 4 0 0 9 12 20 41 10,25
11 0 0 2 4 4 0 0 6 16 20 42 10,5
12 0 0 3 1 6 0 0 3 4 30 37 9,25
13 1 0 1 8 0 1 0 3 32 0 36 9
TOTAL 156 39
RATA-RATA 39 9,75
PERSENTASE 39
KATEGORI Baik
Sangat Baik 5
Baik 4
Cukup Baik 3
Kurang Baik 2
158
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel Kategori
Sangat Baik
≥4,2
>3,4 - 4,2
Baik
>2,6-3,4
Cukup Baik
>1.8 -2,6 Kurang Baik
≤1,8
Sangat Kurang Baik
159
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel Data Hasil Uji Coba Siswa Pada Aspek Kelayakan Penyajian
No Kode Indikator Penilaian Skor
160
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel Data Hasil Uji Coba Siswa Pada Aspek Kelayakan Bahasa
No Kode Indikator Penilaian Skor
Tabel Data Hasil Uji Coba Siswa Pada Aspek Kelayakan Bahasa
No Kode Indikato Penilaian Skor
161
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DESAIN MODUL
MARI MENULIS CERPEN
KATA PENGANTAR
RASIONALISASI
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
CAPAIAN PEMBELAJARAN
Siswa ampu menganalisis struktur teks cerita Struktur dan Kebahasaan Cerita Pendek
pendek.
162
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Latihan
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini berdasarkan informasi pada
cerpen di atas!
163
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Menggunakan kata kerja yang menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi, seperti
menyuruh, membersihkan, menawari, melompat dan menghindar.
Pada cerpen “Hati Suci Ibu” kutipan yang menggunakan kata kerja menggambarkan
suatu peristiwa sebagai berikut:
“Lain kali, pulang dulu ke rumah ya sayang, ganti baju dan makan siang dulu. Setelah
itu, kau boleh main, tetapi bergegaslah pulang sebelum mulai senja”
“Tanpa pikir panjang, ibu pulang kerumah dan membereskan beberapa baju dan
dokumen-dokumen penting yang sekiranya bisa dimanfaatkan”
4. Menggunakan kata kerja yang menunjukan kalimat tak langsung, sebagai cara
menceritakan tuturan seorang tokoh oleh pengarang, seperti mengatakan bahwa,
menceritakan tentang, mengungkapkan, menanyakan, menyatakan dan menuturkan.
pada cerpen “Hati Suci Ibu” kutipan yang menunjukan kalimat tak langsung, yaitu
sebagai berikut:
165
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
“kemudian orang tua ibu menanyakan apa yang telah terjadi, kenapa aku bisa pulang
dalam keadaan seperti itu”
“dengan santai dia mengatakan bahwa teman laki-lakinya yang ibu sama sekali tak
mengenal nya”
5. Menggunakan kata kerja menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan oleh
tokoh, seperti merasakan, menginginkan, mengharapkan, mendambakan dan
mengalami.
Pada cerpen “Hati Suci Ibu” kutipan yang menggunakan kata kerja menyatakan sesuatu
yang dipikirkan atau dirasakan tokoh sebagai berikut:
“Sejak dulu, ibu selalu memperlakukan ku dengan dan kasih sayang, sopan santun,
sabar dan terbukti aku tumbuh menjadi remaja yang baik”
“Walaupun ia tidak bilang kepada ku, tetapi aku tahu ibu mencari ku, karena aku
melihat wajah ibu yang kelelahan”
6. Menggunakan dialog. Hal ini, ditandai dengan tanda petik ganda (“...”) dan kata kerja
yang menunjukan tuturan langsung.
Pada cerpen “Hati Suci Ibu” kutipan yang menggunakan dialog, yaitu sebagai berikut:
“Ibu kenapa tadi tak memarahi ku?”
“Karena ibu hanya terlalu khawatir saja” jawab ibu dengan senyum khas cantiknya.
166
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Tugas
Pada bagian ini siswa akan dihadapan dengan soal analisis tentang struktur dan kaidah
kebahasaan teks cerita pendek pada cerpen “Hati Suci Ibu”. Soal pada tugas terdapat
lima.
1. Cerpen “Hati Suci Ibu “di atas, kutipan manakah yang menunjukan struktur
pengenalan situasi cerita?
2. Pada cerpen “Hati Suci Ibu” di atas kutipan manakah yang menunjukan struktur
menuju adanya konflik (rising action)?
3. Cerpen “Hati Suci Ibu” menunjukan adanya tahap penyelesaian konflik. Dari cerpen
tersebut, kutipan manakah yang menunjukan bagian struktur tersebut?
4. Analisislah kalimat yang menggunakan bahasa lampaupada cerpen “Hati Suci Ibu”
di atas!
5. Analisilah kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan tokoh
pada cerpen “Hati Suci Ibu” di atas!
5. Rangkuman
1. Terdapat lima struktur cerita pendek, yaitu tahap pengenalan situasi cerita yang
memperkenalkan para tokoh, menata adegan dan hubungan antara tokoh, tahap
pengungkapan peristiwa yang menimbulkan berbagai masalah. Pertentangan dan
kesukaran tokoh, tahap menuju pada adanya konflik yang menunjukan
bertambahnya kesukaran tokoh, tahap Puncak konflik atau bagian cerita paling
penting yang menunjukan behasilnya menyelesaikan masalah dan gagalya
menyelesaikan masalah dan ahap penyeesaian yang menunjukan apakah cerita
berakhir dengan gembira atau sedih.
2. Kebahasan teks cerita pendek ada enam, yaitu menggunakan kalimat bermakna
lampau, menggunakan kalimat yang menyatakan urutan waktu, menggunakan kata
kerja yang menggambarkan suatu peristiwa, menggunakan kata kerja yang
menunjukan kalimat tak langsung, menggunakan kata kerja yang menyatakan sestu
yang dipikirkan, menggunakan banyak dialog dan menggunakan kata sifat.
6. Refleksi
1. Bagaimana perasaan Anda, setelah mempelajarai materi ini? Jelaskan dengan
singkat dan alasan yang logis!
2. Apa saja materi yang sudah Anda pahami dalam bab ini?
3. Materi apa saja yang belum cukup Anda pahami pada bab ini?
4. Bagaimana usaha yang Anda lakukan untuk memahami materi tersebut?
167
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pembelajaran menulis cerpen, memiliki berbagai model pembelajaran, salah satunya yaitu
strategi 3M (Meniru, Mengolah dan Mengembangkan). Strategi 3M, sebenarnya sudah
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, ketika orang menonton sebuah video
kreasi membuat bunga dari botol bekas. Pemula akan meniru apa saja yang dibuat si peraga
dalam membuat bunga kemudian ia mengolah botol tersebut sesuai petunjuk yang dilakukan
dalam video. Selanjutnya, pemula mengembangkan bunga dari botol bekas menjadi bunga hasil
karyanya. Begitu juga dalam proses menulis, penulis pemula akan meniru kemudian mengolah
dan mengembangkan cerpen yang sudah dibacanya menjadi hasil karyanya. Jadi, dapat
disimpulkan saat Anda membuat cerpen, Anda akan melewati proses yang membawanya ke hal
baru. Sebelum mempelajari materi strategi 3M, bacalah cerpen “Sikap Rendah Hati” berikut.
Diberikan satu teks cerpen yang akan digunakan sebagai bahan dalam kegiatan menulis cerpen
menggunakan strategi 3M.
1. Tahap Meniru
Menurut KBBI (2021) meniru, yaitu melakukan sesuatu seperti yang diperbuat orang lain.
Pada tahap meniru dalam strategi ini adalah melakukan tiruan tulisan dari cerita pendek yang
dibaca siswa. Tahap meniru merupakan kegiatan pramenulis, yakni dengan membaca
Identifikasi unsur cerpen dengan menjawab pertanyaan siapa, kapan, bagaimana, di mana,
dan mengapa.
Tabel 2.1 Contoh Identifikasi Unsur Cerpen
168
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dewan Juri
Di adakan lomba pidato
sekolah di panitiai oleh
Bu Hayati
169
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Setelah mengidentifikasi unsur di atas, berikut ini adalah tahap meniru dengan menyadur
Tokoh Latar
2. Tahap Mngolah
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengolah berarti cara melakukan sesuatu supaya
menjadi lain atau menjadi lebih sempurna. Tahap mengolah strategi 3M ialah melakukan
sesuatu menjadi berbeda dari cerita yang telah dibaca berdasarkan strategi meniru.
Wicaksono (2014:94) menyatakan bahwa tahap mengolah, siswa mengolah hasil saduran,
namun hanya beberapa unsur intrinsik cerpen. Unsur yang akan digunakan, yaitu tokoh,
latar, dan alur.
170
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Latar Sekolah
171
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Tahap Mengembangkan
Pada tahap ini, siswa akan mengembangkan tema baru, tokoh baru, latar baru, dan peristiwa
baru. Rincian unsur yang dikembangkan, yakni (1) tema dikembangkan secara orisinil dan
unik (2) tokoh yang dikembangkan dilengkapi dengan dialog, monolog dan komentar (3)
latar dikembangkan dengan deskripsi yang rinci (4) peristiwa dikembangkan menggunakan
4. Latihan
Diberikan satu teks cerpen bejudul “Sepucuk Surat Usang” yang akan dijadikan bahan
latihan menulis cerpen dengan menggunakan strategi 3M. Kerjakan sesuai contoh di atas!
Tahap meniru
Identifikasilah cerpen di atas dengan mengisi tabel berikut!
172
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Setelah Anda mengisi tabel identifikasi di atas langkah selanjutnya menyadur cerpen di atas,
dengan mengganti unsur tokoh dan latar.
Tokoh Latar
Tahap mengolah
Pada tahap mengolah latar dan alur, Anda membuat urutan-urutan peristiwa baru agar
memudahkan kegiatan mengolah ini, Anda perlu membuat kerangka cerita yang berfungsi
merangkai cerita dari awal sampai akhir.
173
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tahap mengembangkan
Kembangkan cerita yang sudah Anda susun pada tahap meniru dan mengolah di kolom
berikut!
5. Rangkuman
Strategi 3M adalah salah satu strategi yang dapat membantu siswa untuk meningkatkan
kemampuan menulis cerpen. Strategi 3M antara lain meniru, mengolah dan
mengembangkan. Tahap meniru dalam cerpen yaitu tahap pramenulis yakni dengan
membaca cerpen, kemudian mengidentifikasi unsur cerpen. Tahap mengolah melakukan
sesuatu menjadi berbeda dari cerita yang telah dibaca berdasarkan tahap meniru. Tahap
mengembangkan yaitu mengembangkan cerita pendek berdasarkan tahap meniru dan
mengolah.
6. Refleksi
1. Bagaimanakah perasaan Anda setelah mempelajari materi di atas?
174
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Apakah materi tersebut membangkitkan semangat Anda untuk menulis cerpen dengan
strategi 3M?
3. Apakah metode strategi 3M sudah mampu membangkitkan semangat Anda menulis
cerpen?
175
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
diceritakan, akan tetapi kerangka cerita dapat diubah jika ada sesuatu yang perlu diperbaiki.
Fungsi kerangka cerita, untuk membantu merangkai cerita dari awal sampai akhir.
3. Mengembangkan
Setelah menyusun semua kerangka tulisan, selanjutnya kembangkan tulisan menjadi sebuah
cerita pendek yang bagus. Saat Anda menulis, perhatikan juga penggunaan bahasa agar
cerpen Anda menarik.
4. Rangkuman
Tahapan yang akan dilakukan Anda saat menulis cerpen, yaitu menentukan judul,
menentukan tokoh, menentukan latar, dan menentukan alur. Pada tahap mengolah kegiatan
yang dilakukan saat menulis yaitu membuat kerangka cerita terlebih dahulu agar
memudahkan penulis dalam menulis cerita. kerangka cerita berisikan garis bagian yang akan
diceritakan. Selanjutnya, pada tahap mengembangkan yang Anda lakukan, yaitu
mengembangkan cerita berdasarkan kerangka cerita yang disusun.
5. Evaluasi
1. Dari kegiatan meniru, apakah Ada bagian yang belum Anda pahami?
2. Dari kegiatan mengolah, adakah bagian yang belum Anda pahami?
3. Apakah Anda mampu mengembangkan rancangan menjadi cerpen?
4. Kesimpulan apa yang Anda ambil dari ketiga kegiatan menulis cerpen tersebut?
pendidikan sekolah dasar di SDI Watu Kaur (lulus tahun 2011). Melanjutkan ke SMP Kasih Utama
Colol (lulusan tahun 2014) dan SMA St. Fransiskus Saverius Ruteng (lulusan tahun 2017). Saat
ini, tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan SastraIndonesia, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sejak tahun 2017.
176
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Selama menempuh perkuliahan penulis juga aktif dalam kegiatan yang diselenggarakan baik itu
dari program studi, fakultas maupun Universitas. Penulis juga sering mengikuti kegiatan himpunan
ataupun kepanitiaan yang diselenggarakan oleh program studi. pengalaman selama masa
perkuliahan ini dapat memotivasi penulis untuk selalu belajar dan terus berusaha. Berkat
ketekunan, motivasi dan usaha keras yang dilakukan, penulis dapat menyelesaikan pengerjaan
modul sebagai tugas akhir skripsi. Semoga dengan penyusunan modul ini mampu memberikan
kontribusi positif bagi dunia pendidikan terutama didunia sekolah mengah pertama saat ini.
Akhir kata penulis mengucapkan syukur atas terselesainya modul pembelajaran menulis
kretaif cerpen yang berjudul “mari menulis cerpen” sebagai bentuk produk dari skripsi yang disusun
oleh penulis dengan judul “Pengembangan Modul Pembelajaran Menulis Kreatif Cerpen
Menggunakan Strategi 3M untuk siswa SMPN 2 Depok Kelas IX”. Dengan demikian, penulis
terbuka untuk mendapatkan kritik dan saran guna meningkatkan kualitas dan penulisan selanjutnya.
177
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179