Anda di halaman 1dari 31

Nama : Sulistia Dwi Lestari

NIM : F1081171023
No. Absen/No. DPNA : 21/23
Hari/Tanggal : Rabu, 14 Desember 2018
Kelas : 3A Reguler
Mata Kuliah : Bimbingan di SD dan Anak Berkebutuhan Khusus
Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Marzuki, M.Ed, M.A, S.H

1. Sebagai mahasiswa PGSD calon guru yang berkualitas tentu dituntut mengenali atau
mempelajari tentang hakikat Bimbingan di SD dan harus mengenali tentang Anak
Berkelainan. Jelaskan tentang apa itu anak berkebutuhan khusus/berkelainan (anak
mental retardation), apa karakteristiknya anak tersebut, apa penyebabnya kelainan
tersebut, bagaimana ciri-cirinya. Bagaimana cara memberikan bimbingan anak
berkelainan tersebut di sekolah?

Jawab :
a. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus / Berkelainan
Anak berkelainan khusus/berkelainan (anak mental retardation) ialah anak-anak
yang memiliki keterbatasan baik itu intelektual maupun keterbatasan secara fisik
atau istilah umum kita kenal dengan sebutan ABK. Banyak ahli memberikan
definisi tentang ABK atau Anak Berkebutuhan Khusus, diantaranya:

Delphie (2004:1) menyatakan “Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) merupakan


istilah lain untuk menggantikan kata “Anak Luar Biasa (ALB)” yang menandakan
kelainan khusus”. Dalam modul seminar Konsep Dasar PLB dan ABK Toto
(2005:6) Menyatakan “pengertian anak luar biasa (anak berkebutuhan khusus)
atau anak berkelainan (exceptional children) berbeda dari anak cacat (handicapped
children). Anak luar biasa ialah anak yang menyimpang dari rata-rata atau normal
dalam karakteristik mental, kemampuan sensoris, karakteristik neuromotor atau
fisik, perilaku sosial, kemampuan berkomunikasi, atau gabungan dari berbagai
variabel tersebut”.

Sedangkan pengertian ABK dari sudut pandang pendidikan, Arum (dalam


Azwandi, 2007:12) menjelaskan bahwa ABK adalah anak yang dalam proses
pertumbuhan/atau perkembanganya secara signifikan mengalami kelainan atau
penyimpangan dalam hal fisik, mental intelektual, sosial, atau emosional
dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya. Sehingga mereka memerlukan
pelayanan pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan khusus mereka.

Dari tiga pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa ABK merupakan individu
yang mengalami kelainan atau penyimpangan dari rata-rata individu normal baik
dalam hal fisik, mental intelektual, sosial, atau emosional dibandingkan dengan
anak-anak lain seusianya.

Jadi Anak Berkebutuhan Khusus merupakan individu yang sedikit mengalami


hambatan dalam dirinya dan menjadikan anak tersebut sedikit berbeda dengan
anak yang kita jumpai pada umumnya, dan yang termasuk kedalam ABK antara
lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar,
gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain
bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena
karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan
pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka,
contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi
tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Anak
berkebutuan khusus biasanya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai
dengan kekhususannya masing-masing. SLB bagian A untuk tunanetra, SLB
bagian B untuk tunarungu, SLB bagian C untuk tunagrahita, SLB bagian D untuk
tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB bagian G untuk cacat ganda.

b. Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus


Adapun beberapa karakteristik anak berkebutuhan khusus, antara lain:
1) Sulit Komunikasi
Ketika ada anak mengalami maka perilaku beradaptasi akan mengalami
gangguan terutama ketika mereka berkomunikasi. Dimana ABK seringkali
memiliki hambatan berbicara dan sulit bicara meskipun usianya sudah dewasa.
Ucapan dan pilihan kata mereka pun yang sering didengar saja bukan dan
bukan menggunakan kata yang tepat.
Komunikasi memang masalah banyak orang, bahkan ketika manusia
mendapatkan masalah maka komunkasi adalah hal pertama yang mudah
terganggu. Untuk itu komunikasi bisa jadi alt jitu mendeteksi apakah anak
anda ABK atau tidak.

2) Kesulitan Belajar
Anak dengan kesulitan belajar merupakan individu yang memiliki gangguan
pada satu atau lebih kemampuan dasar psikologis. Tak hanya itu biasanya
gelombang otaknya juga terganggu sehingga menyebabkan anak tersebut
mengalami IQ yang hanya rata-rata ataupun diatas rata-rata sedikit. Biasanya
ABK dikategorikan sedang, berat atau ringan dari IQ yang dimilikinya.

3) Kelainan Fisik
Secara fisik dan medis, umunya beberapa ada kondisi fisik dan medis yang
sangat berbeda dengan anak kebanyakan. Misalnya jika ia mengalami
kebutuhan khusus maka ia akan mengalami komplikasi dengan bagian organ
tubuh lainnya. Hal ini seringkali terjadi, mengingat anak-anak tersebut sering
terjadi karena kurang sempurnya pembelahan ketika kehamilan. Kelainan fisik
bisa cacat fisik bisa juga sakit dalam bentuk komplikasi.

4) Bersikap membangkang
Jangan heran jika anak-anak berkebutuhan khusus sering membangkang. Cara
menghilangkan sifat egois pada anak saja sulit apalagi pada anak-anak
berkebutuhan khusus yang sulit membedakan bahaya atau tidak, salah atau
tidak dan lain sebagainya. Penyebab kenakalan anak sangat banyak terjadi,
namun untuk anak ABK itu sudah menjadi ciri khasnya.

5) Emosional
Emosional anak-anak ABK bukan hanya tempramen dan mudah marah
melainkan terjadi hal lainnya. Jika dilihat secara emosional, mereka seringkali
terperosok dalam kondisi kesepian, depresi dan juga hal-hal layaknya putus
asa, merasa sendiri dan kesal pada orang lain tanpa sebab jika moodnya
sedang buruk. Disinilah peran keluarga dan orang tua untuk bisa
mengendalikannya. Peran keluarga dalam pendidikan anak yang berkebutuhan
khusus harus lebih ekstra lagi.

6) Sulit Menulis atau Membaca


Untuk beberapa kasus anak ABK ada yang sulit mengekspresikan pikiran
mereka dengan tulisan dan tidak bisa membaca. Sulit memegang bolpoin
ataupun pensil yang digunakan dengan benar. Caranya memegang alat tulis
seringkali terlalu dekat bahkan hampir menempel dengan kertas dan seringkali
mengalami masalah ketika membaca buku atau tulisan, ini merupakan contoh
anak yang berkebutuhan khusus dengan ciri-ciri disleksia.

7) Tidak Mengerti Arah


Anak berkebutuhan khusus sulit mencerna logika sendiri. Terkadang
mengalami disorientasi, seperti disorientasi waktu ataupun arah. Si anak
seringkali bingung saat ditanya jam berapa sekarang, kemungkinan ia hanya
mengingat bahasa yang diajarkan seperti pukul 6 petang ia sebut petang atau
sore, namun pukul 4 ketika matahari terbenam ia tidak akan menyebut pukul 4
melainkan tetap sore. Ia juga tidak mampu membaca dan memahami peta atau
petunjuk arah dengan baik.

8) Bersikap Sesuai Kebiasaan


Anak ABK khususnya mereka yang autisme sangat perhatian dengan urutan
atau rutinitasataupun kebiasaan sehari-hari. Ketika ritual mereka berubah
misalnya setelah makan menjadi mandi atau dibalik setelah makan ia harus
berolahraga dulu baru mandi, maka ia akan menjadi gelisah, cemas jika
rutinitas tersebut berubah atau terganggu. Anak autis merasa ada yang salah
dalam hal tersebut dan seringkali itu tidak disukai mereka.

9) Senang Meniru
Senang meniru atau membeo (echolalia) merupakan salah satu karakteristik
ABK. Psikologi abnormal  menjelaskan bahwa banyak sekali ciri yang bisa
dimengerti atau dipahami oleh orang tua untuk bisa menilai apakah anaknya
mengalami ABK atau tidak. Salah satunya adalah meniru. Semua anak
memang senang meniru, namun ada beberapa anak ABK yang bila senang
meniru, dapat hafal betul kata-kata atau nyanyian tersebut tanpa mengerti
artinya. Ia tidak tahu apa yang dinyanyikan atau dibicarakan selama ia suka
dan ingat maka ia akan terus melakukannya.

10) Berbicara Tanpa Henti


Beberapa anak ABK senang mengoceh tanpa arti berulang-ulang. Akan
bahaya jadinya jika pembicaraan ini termasuk kedalam bahasa yang tidak
boleh diucapkan atau dilarang. Karena anak-anak seperti ini seringkali
membantah dan tidak mau menuruti perintah larangan. Ada juga yang
menggunakan bahasa yang tak dapat dimengerti orang lain. Bicara tidak
dipakai untuk alat berkomunikasi namun untuk kepuasan mereka.

11) Bertindak Gugup


Ketika anak berkebutuhan khusus merasa cemas maka ia akan melakukan
perbuatan-perbuatan aneh, sama halnya seperti orang normal hanya saja
mereka lebih random. Seperti gerakan pada mulut seperti meyedot jari dan
juga gigit jari dan menjulurkan lidah. Gerakan aneh disekitaran hidung, seperti
mencukil hidung, mengusap-usap atau menghisutkan hidung yang sering
menyebabkan rasa gugup mereka dianggap bisa hilang.

Tak jarang menjadi gerakan yang agak anarkis seperti gerakan sekitar jari
seperti mencukil kuku, melilit-lilit tangan atau mengepalkan jari layaknya
orang marah. Gerakan sekitar rambut seperti, mengusap-usap rambut,
mencabuti atau mencakar rambut tanpa mereka sadari.

12) Iri pada Orang Lain


Anak berkebutuhan khusus masih berpikir dan berperasaan layaknya anak
balita.  Sikap iri hati yang selalu merasa kurang senang ketika orang lain
senang atau mendapatkan sesuatu yang menguntungkan. Terutama jika hal
tersebut adalah hal yang ia sukai, maka anda sebagai orang lainnya akan
dikejar olehnya tanpa ampun.

ABK membutuhkan segala sesuatu yang  benar-benar spesifik dan juga jelas.
Cobalah untuk membahas topik yang spesifik dengan mereka dan jangan
mengambang karena mereka tidak bisa mengerti dan anda tidak bisa menggali
cara komunikasi mereka dengan baik. Seperti contoh, jika kamu ingin
berbincang mengenai film maka fokus saja pada film judul apa ceritanya
seperti apa jangan menyatukan keduanya.

13) Sensitifitas Tinggi


Mereka memang tidak mengerti apa yang anda bicarakan atau perintah umum
yang tidak bisa mereka jalankan. Namun ABK bisa menjadi sangat sensitif
atau tidak sensitif terhadap hal-hal yang merangsang seperti sentuhan, cahaya,
atau suara (misalnya, tidak menyukai suara keras atau hanya merespons ketika
suara yang sangat keras, disebut juga gangguan integrasi sensorik). Ada juga
bahkan yang merasa terganggu jika temannya hanya tepuk tangan, itu karena
sensitifitas yang tinggi.

14) Trigered Tanpa Alasan


Menangis,marah, tertawa, atau tertawa tanpa alasan yang diketahui atau pada
waktu yang salah merupakan langgananan anak-anak berkebutuhan khusus.
Mereka sulit mengendalikan emosi sehingga mengeluarkan begitu saja
ekspresi yang seharusnya tidak digunakan seperti halnya marah tanpa alasan,
tidak jelas, mood yang buruk yang akhirnya mempengaruhi semua dan
lainnya.

15) Introvert
Ketika lingkungan yang menyenangkan dan memanjakan didapatkan oleh
anak ABK, yang ada mereka akan merasa nyaman dan tidak berkembang
dengan baik. Mereka dapat terpengaruh sehingga terjadi ketidakmampuan
dalam penyesuaian mental dan emosi. Selain itu ada beberapa anak
berkebutuhan khusus yang memang menunjukan kondisi yang lebih neurotik,
misalnya saja ia mengalami masalah ketika berada di lingkungan ramai atau
banyak orang asing dan bisa jadi ia menjadi orang dengan sifat introvert.

16) Berprasangka
Anak berkebutuhan khusus memang tidak bisa berpikir rumit namun mereka
bisa berprasangka. Beberapa dari mereka suka menafsirkan secara negatif,
adanya rasa cemburu dan prasangka karena tidak diperlakukan dengan adil
sehingga memicu kemarahan random mereka yang tidak diprediksi dan kurang
mampu dalam mengendalikan emosinya. Padahal bisa jadi itu hanya prediksi
mereka saja atau prasangka mereka saja.

17) Melukai Diri Sendiri


Kenapa anak-anak berkebutuhan khusus harus ditemani. karena mereka tidak
mengerti mana bahaya atau tidak bahaya. Ada sebagian perilaku melukai diri
sendiri ketika anak berusia lebih kecil. Meskipun tingkatannya tidak tinggi
seperti mencakar atau memukul diri sendiri dan untuk Anak praremaja dan
remaja bisa mengiris kulitnya atau membakar.

Jika hal ini terjadi maka anda harus mengawasi anak secara serius dan 24 jam.
Jangan sering mengabaikan perilaku tersebut, meskipun mereka anak
berkebutuhan khusus namun tidak dibenarkan untuk melakukan hal tersebut.

c. Penyebab Anak Berkebutuhan Khusus/Berkelainan


Dari berbagai kajian pustaka maupun pengalaman lapang, faktor-faktor penyebab
anak menjadi berkebutuhan khusus, dilihat dari waktu kejadiannya dapat
dibedakan menjadi tiga klasifikasi, yaitu kejadian sebelum kelahiran, saat
kelahiran dan penyebab yang terjadi lahir.

1) Sebelum Kelahiran
Ketunaan yang terjadi pada anak ABK yang terjadi sebelum masa kelahiran
dapat disebabkan antara lain oleh hal-hal sebagai berikut:

a) Karena Penyakit
Berbagai penyakit khusus ditengarai dapat menyebabkan kelainan pada
janin yang masih berada dalam kandungan ibu diantaranya adalah Virus
Liptospirosis, virus ini bersumber dari air kencing tikus, yang masuk ke
tubuh ibu yang sedang hamil. Jika virus ini merembet pada janin yang
sedang dikandungnya melalui placenta maka ada kemungkinan anak
mengalami kelainan.
Virus maternal rubella atau dalam dunia awam disebut dengan morbili
atau campak Jerman. Virus retrolanta Fibroplasia (RLF) yang menyerang
ibu yang sedang hamil dan janin yang dikandungnya. Penyakit ini merusak
jaringan kulit sampai mengenai persyarafan disertai demam tinggi dalam
waktu lama, sehingga menggangu pertumbuhan dan perkembangan janin,
sehingga kemungkinan akan timbul kecacatan pada bayi yang lahir.

Penggunaan obat-obatan kontrasepsi yang salah pemakaian, dan tidak


dengan petunjuk ahlinya, dapat pula mengakibatkan pertumbuhan janin
terhambat, sehingga tidak berkembang secara wajar

Keracunan darah (Toxaenia) pada ibu-ibu yang sedang hamil dapat


menyebabkan janin tidak dapat memperoleh oksigen secara maksimal,
sehingga mempengaruhi pertumbuhan syaraf-syaraf di otak yang dapat
menyebabkan gangguan pada sistem syaraf dan ketunaan pada bayi.

Penyakit menahun seperti TBC dapat mengakibatkan kalainan pada


metabolisme ibu, kondidi ini dapat merusak sel-sel darah tertentu selama
pertumbuhan janin dalam kandungan, dan pada gilirannya akan
menyebabkan ketunaan pada aspek tertentu.

Infeksi karena penyakit kotor (penyakit kelamin /sipilis yang diderita ayah
atau ibu sehingga mempengaruhi terhadap janin sewaktu ibu
mengandung), toxoplasmosis( dari virus binatang seperti bulu kucing ),
trachoma dan tumor. Tumor dapat terjadi pada otak yang berhubungan
dengan indera penglihatan akibatnya kerusakan pada bola mata , dan
pendengaran akibatnya kerusakan pada selaput gendang telinga.

Kekurangan vitamin atau kelebihan zat besi /timbel sehingga ibu


keracunan yang mengakibatkan kelainan pada janin yang menyebabkan
gangguan pada mata. Juga kerusakan pada otak sehingga menyebabkan
terganggu fungsi berfikirnya atau verbal komunikasi, kerusakan pada
organ telinga sehingga hilangnya fungsi pendengaran.

b) Penyebab Lain
Faktor rhesus (Rh) anoxia prenatal, kekurangan oksigen pada calon bayi di
kandungan yang terjadi karena ada gangguan/infeksi pada placenta,
Pengalaman traumatic yang menimpa pada ibu yang sedang hamil
sehingga jiwanya menjadi goncang, tertekan yang secara langsung dapat
berimbas pada bayi dalam perut, percobaan abortus yang gagal, sehingga
janin yang dikandungnya tidak dapat berkembang secara wajar.

Terjadinya perdarahan pada saat ibu hamil dikarenakan kecelakaan / jatuh


atau kelainan pada kandungan yang mengakibatkan kerusakan pada otak
atau organ lainnya.

Terjadi kelahiran muda (premature) atau bayi lahir kurang waktu, bayi
yang lahir sebelum waktunya, sering meninbulkan ketunaan karena ada
perkembangan janin yang mungkin belum sempurna.

Karena faktor keturunan. Hal ini pada umumnya terjadi dari hasil
perkawinan bersaudara sesama tunanetra,tuna rungu ataupun yang lainnya,
atau mempunyai orangtua yang cacat. Contohnya: akibat tunanetra faktor
dari penyakit pada retina yang umumnya merupakan keturunan ( Retinitis
Pigmentosa ), Penyakit ini sedikit demi sedikit menyebabkan mundur atau
memburuknya retina. Gejala pertama biasanya sukar melihat di malam
hari, diikuti dengan hilangnya penglihatan periferal, dan sedikit saja
penglihatan pusat yang tertinggal.

Beberapa pakar menyebutkan bahwa kecacatan disebabkan akibat


penggunaan sinar X pada waktu ibu hamil muda mengakibatkan kerusakan
pada organ telinga. Banyak bayi dilahirkan dengan kondisi kepala
kecil Microcepalic, cacat mental, cacat mata, cacat anggota badan, dan
celah langit-langit.Bukti yang sangat menyakinkan bahwa radiasi
menimbulkan cacat pada bayi dengan menaiknya frekuensi cacat pada
microcepalic dan cacat mental pada peristiwa meledaknya bom atom di
Hirosima.

2) Terjadi saat kelahiran


Proses kelahiran hanya terjadi beberapa saat, namun penanganan yang tidak
tepat pada saat proses kelahiran, dapat membawa dampak yang cukup
menentukan dalam perkembangan anak. Pada proses melahirkan berbagai
resiko yang akan dialami oleh seorang ibu maupun bayinya. Resiko tersebut
bisa mengancam keselamatan jiwanya, maupun untuk bayi. Misalnya pada
waktu melahirkan, proses melahirkan sangat sulit sehingga harus
menggunakan peralatan yang digunakan untuk membantu agar anak dapat
lahir. Biasanya peralatan yang digunakan untuk membantu melahirkan seperti
vacuum yang dapat menarik kepala anak sehingga anak bisa keluar dari rahim
ibu. Dari alat tersebut kepala tertarik sehingga mengakibatkan kerusakan fisik
pada kepala, otak, dan sistem saraf pusat dapat menyebabkan keterbelakangan
mental.

a) Aranatal noxia yaitu seorang bayi sebelum dilahirkan suplai oksigen


diperoleh dari ibu lewat plasenta dan tali pusar, akan tetapi setelah ia
dilahirkan, ia harus memperoleh oksigen dari udara bebas. Karena leher
bayi terbelit atau karena ada lendir pada jalan pernafasan, akibatnya
pernafasan bayi tidak dapat normal. Gangguan kerja pernafasan ini dapat
mengakibatkan otak kekurangan oksigen atau jaringan otak menjadi mati.
Kekurangan oksigen dapat juga karena bayi lahir premature.

b) Proses kelahiran yang menggunakan Tang Verlossing (dengan bantuan


Tang). Cara ini dapat menyebabkan brain injury (luka pada otak) sehingga
pertumbhan otak kurang dapat berkembang secara maksimal. Pendarahan
otak disebabkan oleh karena luka yang terjadi pada proses kelahiran.
Pendarahan ini terjadi karena anoxia maupun karena adanya luka secara
fisik di otak. Luka di otak karena penggunaan alat bantu persalinan yang
salah dan ceroboh dan tidak profesional, sehingga dapat mengakibatkan
luka pada otak atau menekan bagian syaraf tertentu yang dapat
mengakibatkan adanya gangguan fungsi syaraf penglihatan, pedengaran
atau persyarafan lain yang dapat mengakibatkan gangguan perkembangan
otak.

c) Placenta previa (jaringan yang melekat pada segmen bawah rahim dan


menutupi mulut rahim sebagian atau seluruhnya). Sehingga terjadi
pendarahan di otak. Proses kelahiran yang lama, karena pinggul ibu kecil
sehingga sulit melahirkan atau kekurangan air ketuban mengakibatkan
bayi kekurangan cairan sehingga berpengaruh terhadap penglihatan,
pendengaran, otak dan darah sehingga berpengaruh pada perkembangan
bayi.

d) Disproporsi sefalopelvik (tulang kemaluan ibu yang kurang proposional),


sehingga proses kelahiran dapat merusak sistem syaraf otak. Proses
kelahiran bayi yang terlalu lama sehingga mengakibatkan bayi kekurangan
zat asam/oksigen.Hal ini dapat mengganggu pertumbuhan sel-sel di
otak.Keadaan bayi yang lahir dalam keadaan tercekik oleh ari-ari ibunya
sehingga bayi tidak dapat secara leluasa untuk bernafas yang pada
gilirannya dapat mengganggu keadaan otak. Letak bayi sungsang sehingga
kesulitan ibu melahirkan yang mengakibatkan pengaruh perkembangan
bayi. Kelahiran bayi pada posisi sungsang sehingga bayi tidak dapat
memperoleh oksigen cukup yang akhirnya dapat mengganggu
perkembangan sel di otak.

3) Penyebab yang Terjadi Lahir


Berbagai peristiwa yang dialami anak dalam kehidupannya seringkali dapat
mengakibatkan seseorang kehilangan salah satu fungsi organ tubuh atau fungsi
otot, dan syaraf. Bahkan dapat pula kehilangan organ itu sendiri.
a) Penyebab ketunaan yang terjadi setelah kelahiran diantaranya adalah
seorang anak pada usia 2 tahun menderita penyakit panas sampai satu
minggu tidak turun suhu badannya, si ibu tidak segera memeriksakan ke
dokter sehingga terjadi luka-luka dan infeksi pada telinga anaknya. Setelah
mengetahui bahwa pada telinganya terjadi pembengkakan yang
diakibatkan karena luka tusukan benda kecil, yang tidak diketahui
sebelumnya. Beberapa hari kemudian dari telinga anak tersebut terdapat
cairan yang mengeluarkan bau tidak sedap. Sehingga akibatnya organ
telinga luar ( membrana tympani / gendang telinga rusak ) pada masa
kanak-kanak.

b) Penyakit radang selaput otak (meningitis) dan radang otak


(Enchepalitis) yang diakibatkan karena penyakit yang diderita pada masa
kanak-kanak misalnya radang selaput otak akibat radiasi seperti infeksi
pada selaput otak, radang otak, infeksi pada organ telinga pada kasus
diatas atau akibat kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan fungsi
pendengaran, fungsi organ tubuh yag lainnya, yang menyebabkan
pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak menjadi terganggu. Berbagai
penyakit yang diderita pada masa kanak-kanak dapat menyebabkan Anak
Berkebutuhan Khusus.

c) Terjadi incident (kecelakaan) yang melukai kepala dan menekan otak


bagian dalam sehingga keadaan otak menjadi terganggu. Traumatik
disebabkan oleh pukulan ,tusukan, benturan benda yang mengakibatkan
organ tubuh menjadi tidak berfungsi, atau operasi tulang temporal pada
telinga, kerusakan tulang-tulang pendengaran yang mengakibatan anak
menjadi tuli atau goncangan keras pada kepala dapat menyebabkan
kerusakan otak sehingga menjadi anak terbelakang mental.

d) Kekurangan gizi /vitamin pada usia balita sehingga perkembangan dan


pertumbuhan organ tubuh ( otak, telinga, dan bagian tubuh yang lain) akan
terhambat sehingga mengakibatkan kelainan.

e) Diabetes Melitus. Jenis penyakit ini termasuk penyakit berat menahun


yang mengenai selurh bagian tubuh manusia melalui pembuluh darah,
akibat tertimbunnya gula darah dalam tubuh.Penyakit ini dapat
berkomplikasi bersamaan dengan munculnya penyakit lain, pada organ
mata dapat menyebabkan penyakit berupa retinopathia dan cataracta.
Sehingga penderita diabetes mengakibatkan kerusakan pada lensa mata
mengakibatkan gangguan penglihatan atau berpengaruh terhadap
kebutaan.
f) Hipertensi. Dapat mengakibatkan arteriosclerosis, penyempitan pembuluh
darah atau bahkan pecahnya pembuluh darah pada otak yang memberikan
gejala exudasi dan pendarahan retina serta penyumbatan arteri
atau vena centralis reina, sehingga mengakibatkan gangguan penglihatan
dari tingkat ringan sampai menjadi buta.

g) Penyakit panas tinggi dan kejang-kejang (stuip), radang telinga (otitis


media), malaria tropicana, yang dapat berpengaruh terhadap kondisi
badan.

d. Ciri-Ciri Anak Berkebutuhan Khusus


1) Tunanetra

Ciri-ciri:
a) Tidak dapat melihat gerakan tangan pada jarak kurang dari satu meter.
b) Ketajaman penglihatan 20/200 kaki yaitu ketajaman yang mampu melihat
suatu benda pada jarak 20 kaki.
c) Bidang penglihatannya tidak lebih luas dari 20º.
d) Kesulitan dalam mempersepsi objek.

Ciri-ciri dari segi fisik antara lain:


a) Mata juling
b) Sering berkedip
c) Menyipitkan mata
d) Kelopak mata merah
e) Gerakan mata tak beraturan dan cepat
f) Mata selalu berair dan sebagainya.

Low Vision
Ciri-ciri antara lain :
a) Menulis dan membaca dengan jarak yang sangat dekat.
b) Hanya dapat membaca huruf yang berukuran besar.
c) Memicingkan mata atau mengerutkan kening terutama di cahaya terang
atau saat mencoba melihat sesuatu.
d) Gangguan masalah orientasi dan mobilitas.
e) Perlu tongkat putih untuk berjalan.
f) Umumnya memerlukan sarana baca dengan huruf Braille, radio dan
pustaka kaset.

Hampir buta
Memiliki ciri-ciri:
a) Penglihatan menghitung jari kurang empat kaki
b) Penglihatan tidak bermanfaat bagi orientasi mobilitas
c) Harus memakai alat non visual

Buta total
Memiliki ciri-ciri:
a) Tidak mengenal adanya rangsangan sinar
b) Seluruhnya tergantung pada alat indera selain mata

2) Tunarungu

Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 20-30 dB (slight losses),


memiliki ciri-ciri:
a) Kemampuan mendengan masih baik karena berada digaris batas antara
pendengaran normal dan kekurangan pendengaran taraf ringan.
b) Tidak mengalami kesulitan memahami pembicaraan dan dapat mengikuti
sekolah biasa dengan syarat tempat duduknya perlu diperhatikan, terutama
harus dekat guru.
c) Dapat belajar bicara secara efektif dengan melalui kemampuan
pendengarannya.
d) Perlu diperhatikan kekayaan perbendaharaan bahasa supaya
perkembangan bicara dan bahasanya tidak terhambat.
e) Yang bersangkutan menggunakan alat bantu dengan untuk meningkatkan
ketajaman daya pendengarannya.
Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 30-40 dB (mild losses),
memiliki ciri-ciri:
a) Dapat mengerti percakapan biasa pada jarak sangat dekat.
b) Tidak mengalami kesulitan untuk mengekspresikan isi hatinya.
c) Tidak dapat menangkap suatu percakapan yang lemah.
d) Kesulitan menangkap isi pembicaraan dari lawan bicaranya, jika posisi
tidak searah dengan pandangannya (berhadapan).

Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 40-60 dB (moderate


losses), memiliki ciri-ciri:
a) Dapat mengerti percakapan keras pada jarak dekat, kira-kira satu meter,
sebab dia kesulitan menangkap percakapan pada jarak normal.
b) Sering terjadi mis-understanding terhadap lawan bicaranya jika diajak
bicara.
c) Kesulitan menggunakan bahasa dengan benar dalam percakapan.
d) Penyandang tunarungu kelompok ini mengalami kelainan bicara, terutama
pada huruf konsonan.
e) Pembendaharaan kosa katanya sangat terbatas.

Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 60-75 dB (severe


losses), memiliki ciri-ciri:
a) Kesulitan membedakan suara.
b) Tidak memiliki kesadaran bahwa benda-benda yang ada disekitarnya
memiliki getaran suara.

Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 75 dB keatas


(profoundly losses), memiliki ciri-ciri:
a) Pada kelompok ini hanya dapat mendengar suara keras sekali pada jarak
kira-kira satu inci (± 2,54 cm) atau sama sekali tidak mendengar.
b) Biasanya tidak menyadari bunyi keras, mungkin juga ada reaksi jika dekat
telinga.
c) Meskipun mengunakan alat pengeras suara, tetapi tetap tidak dapat
memahami atau menangkap suara.
3) Tunagrahita
Ciri-cirinya:
a) Lamban dalam mempelajari hal-hal yang baru.
b) Kesulitan dalam mengeneralisasi dan mempelajari hal-hal yang baru.
c) Kemampuan bicaranya sangat kurang bagi anak tugarahita berat.
d) Cacat fisik dan perkembangan gerak.
e) Kurang dalam kemampuan menolong diri sendiri.
f) Tingkah laku dan interaksi yang tidak lazim.
g) Tingkah laku kurang wajar dan terus menerus.
h) Memiliki kelainan yg meliputi fungsi inelektual umum di bawah rata-rata
(Sub-avarage), yaitu IQ 84 kebawah sesuai tes.
i) Kekurangan dalam perilaku adatif.
j) Kemampuan sosialisasinya terbatas.
k) Mengalami kesulitan dalam konsentrasi.
l) Cenderung mamiliki kemampuan berfikir konkret dan sukar berfikir.
m) Tidak mampu menyimpan intruksi yang sulit.
n) Kurang mampu menganalisis dan menilai kejadian yang dihadapi.

4) Tunadaksa

Anak tunadaksa ortopedi, memiliki ciri-ciri:


a) Memiliki kelainan atau kecacatan tertentu pada bagian tulang, otot tubuh,
ataupun daerah persendian.
b) Kelainan dibawa sejak lahir maupun karena penyakit atau kecelakaan
sehingga mengakibatkan terganggunya fungsi tubuh secara normal.
c) Kelainan tubuh sifatnya menetap dan tidak akan berubah dalam waktu 6
bulan.

Cerebral palsy
a) Ringan, dapat berjalan tanpa alat bantu, mampu bicara dan dapat
menolong dirinya sendiri
b) Sedang, memerlukan bantuan untuk brjalan, latihan berbicara, dan
mengurus diri sendiri
c) Berat, memerlukan perawatan tetap dalam ambulansi, berbicara, dan
menolong diri sendiri.

5) Autis
Memiliki ciri-ciri:
a) Tidak mampu dalam bersosialisasi dan berkomunikasi.
b) Mempunyai daya imajinasi yang tinggi dalam bermain dan mempunyai
perilaku, minat dan aktifitas yang unik (aneh).
c) Menunjukkan gejala-gejala adanya gangguan komunikasi, interaksi social,
gangguan sensoris, pola bermain, prilaku dan emosi.
d) Berusaha menarik diri dari kontak sosial, dan cenderung menyendiri dari
keramaian sosial.
e) Suka ekolalia (membeo)
f) Marah bila berubah dari rutinitas
g) Kadang-kadang suka menyakiti diri sendiri
h) Temper tantrum.
i) Suka mengeluarkan suara yang kurang lazim (nada tinggi atau rendah).

6) Tunaganda
Memiliki ciri-ciri:
a) Kurang komunikasi atau sama sekali tidak dapat berkomunikasi.
b) Perkembangan motorik dan fisiknya terlambat.
c) Seringkali menunjukkan perilaku yang aneh dan tidak bertujuan.
d) Kurang dalam keterampilan menolong diri sendiri.
e) Jarang berperilaku dan berinteraksi yang sifatnya konstruktif.
f) Kecenderungan lupa akan keterampilan keterampilan yang sudah dikuasai.
g) Memiliki masalah dalam mengeneralisasikan keterampilan keterampialan
dari suatu situasi ke situasi lainnya.

e. Cara Memberikan Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah


Bimbingan belajar di berikan kepada anak berkebutuhan khusus pada umumnya,
khususnya kepada siswa yang pada suatu saat membutuhkan bantuan untuk
memecahkan masalah atau kesulitan yang berhubungan dengan kegiatan belajar,
baik itu disekolah, di asrama, di luar sekolah ataupun di luar asrama.
Kesulitan yang biasa dipecahkan melalu kegiatan bimbingan belajar antara lain:
1) Kesulitan dalam menguasai efektivitas dan efisiensi belajar baik secara
kelompok maupun secara individual. Kesulitan dalam efektivitas belajar ini
berbeda dengan anak yang tunanetra misalnya, akan tetapi belajar yang efektif
bagi siapapun pada pinsipnya sama.
2) Kesulitan dalam upaya meningkatkan motif belajar. Tidak jarang anak yang
enggan belajar, malas untuk memeulai belajar dan bahkan seringkali tidak siap
untuk belajar akibatnya anak asal-asalan saja dengan hasil yang tidak
memuaskan.
3) Kesulitan dalam cara memahami dan menggunakan buku pelajaran dan
kemudahan lainnya ayang telah tersedia dipusat sumber belajar disekolah.
4) Kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah, baik tugas yang harus
dilakasanakan secara individual maupun yang harus dikerjakan melalui
kelompok terbatas.
5) Kesulitan dalam mempersiapkan diri menghadapi ulangan dan ujian.
6) Kesulitan dalam memilih pelajaran atau kegiatan vokasional yang cocok
dengan minat, bakat, dan kondisi nyata dari siswa.
7) Kesulitan yang dtemui siswa dalam bidang studi khusus seperti matematika,
olah raga, menggambar dan lainnya.
8) Kesulitan dalam mengembangkan cara-cara belajar yang baik.
9) Kesulitan dalam membagi waktu belajar diantara kegiatan lainnya, baik
disekolah maupun di luar sekolah.
10) Kesulitan dalam menentukan pilihan kegiatan tambahan yang termasuk dalam
kegiatan ko-kurikuler dan kegiatan ekstra kulikuler.

Dalam melakukan bimbingan belajar di sekolah dasar haruslah


mempertimbangkan prinsip-prinsip dalam penyelenggaraan bimbingan belajar.
Prinsip dasar tersebut menurut Musjafak Assjari(1995) adalah sebagai berikut:

1) Keseluruhan anak (all the children) Layanan pendidikan pada anak


berkebutuhan khusus harus didasarkan pada pemberian kesempatan bagi
seluruh anak berkebutuhan khusus dari berbagai derajad, ragam, dan bentuk
kecacatan yang ada. Dengan layanan pendidikan diharapkan anak dapat
mengembangkan potensi yang dimilikinya seoptimal mungkin, sehingga ia
dapat mencapai hidup bahagia sesuai dengan gangguan dan hambatannya.
Konsekuensi dari ini, guru seyogyanya bersifat kreatif. Guru dituntut mencari
berbagai pendekatan pembelajaran yang cocok bagi anak . Pendekatan tersebut
disesuaikan dengan keunikan dan karakteristik dari masing-masing kecatatan.

2) Kenyataan (reality) Pengungkapan tentang kemampuan fisik dan psikologis


pada masing-masing anak berkebutuhan khusus mutlak untuk dilakukan. Hal
ini penting, mengingat malalui tahapan tersebut pelaksanaan pendidikan
maupun pelaksanaan rehabilitasi dapat memberikan layanan yang sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing anak berkebutuhan
khusus. Dasar pendidikan yang menempatkan pada kemampuan masing-
masing anak tunadaksa inilah yang dimaknai sebagai dasar yang berlandaskan
pada kenyataan (reality).

3) Program yang dinamis (a dynamic program) Pendidikan pada dasarnya


bersifat dinamis. Pendidikan dikatakan dinamis karena yang menjadi subjek
pendidikan adalah manusia yang sedang tumbuh dan berkembang, yang di
dalamnya terdapat proses yang bergradasi, berkesinambungan untuk mencapai
sasaran pendidikan. Dinamika dalam proses pendidikan terjadi karena subjek
didiknya selalu berkembang, sehingga penyesuaian layanan harus
memperhatikan akan perkembangan yang terjadi pada subjek didik. Dinamika
dapat pula terjadi pada perkembangan ilmu pengetahuan. Kedua kenyataan ini
menuntut guru untuk mengkaji teori-teori pendidikan yang berkembang setiap
saat.

4) Kesempatan yang sama (equality of opportunity) Pada dasarnya anak


berkebutuhan khusus diberikan kesempatan yang sama untuk mengembangkan
potensinya tanpa memprioritaskan jenis-jenis kecacatan yang dialaminya.
Titik perhatian pengembangan yang utama pada anak berkebutuhan khusus
adalah optimalisasi potensi yang dimiliki masing-masing anak melalui jenjang
pendidikan yang ditempuhnya. Hal-hal yang bersifat teknis berkaitan dengan
sarana dan prasarana sekolah disesuaikan dengan kenyataan yang ada.
Kesempatan yang sama dalam memperoleh pendidikan menuntut
penyelenggara pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus untuk menyediakan
dan mengusahakan sarana dan prasarana pendidikan sesuai dengan kebutuhan
anak dan variasi kecacatannya.

5) Kerjasama (cooperative) Pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus tidak


akan berhasil mengembangkan potensi mereka mana kala tidak melibatkan
pihak-pihak yang terkait. Beberapa pihak yang terkait yang paling utama
adalah orangtua. Orangtua anak berkebutuhan khusus perlu dilibatkan dalam
merancang dan menyelenggarakan program pendidikan. Selain orangtua,
pihak lain yang terkait adalah dokter, psikolog, psikhiater, pekerja sosial, ahli
terapi okupasi, dan ahli fisioterapi, konselor, dan tokoh masyarakat utamanya
mempunyai perhatian dalam dunia pendidikan anak. Pembimbing
berkewajiban membantu siswa dalam memecahkan masalah pengajaran diatas
dengan berbagai bentuk bimbingan

Usaha pembimbing diarahkan kepada siswa untuk membantu siswa agar dapat
menyesuaikan diri secara memadai dalam situasi belajar. Pembimbing harus bisa
membina motif belajar intringsing siswa. Upaya yang dapat dilakukan misalnya
dengan jalan mempekuat motif positif yang sudah ada pada diri siswa,
mempejelas tujuan belaja, meumuskan tujuan-tujuan sementara yang segera dapat
dicapai, membina situasi persaingan yang sehat dan kalau perlu membeikan
rangsangan bak dengan kata-kata pujian atau sesekali dalam bentuk hadiah berupa
benda. Melalui usaha bimbingan belajar dapat diharapkan semua siswa dapat
belajar secara efektif dan efisien, sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan
yang dimilikinya dengan mempegunakan fasilitas yang ada dalam lingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat. Pemberianinformasi sebagai salah satu teknik
dalam bimbingan belajar akan sangat membantu siswa. Informasi tentang cara
belajar yang efektif, bagaimana cara melakukan diskusi yang baik, cara-cara
mengembangkan kebiasaan belajar yang baik dan cara menghilangkan kebiasaan
belajar yang buruk.

2. Pada abad sekarang ini guru merupakan sentral pembelajaran bagi murid-muridnya di
sekolah untuk mendidik. Jelaskan bahwa guru itu seorang mutiara, fasilitator,
inspirator, motivator, orkestrator dan pendidik yang berkarakter mulia dalam dunia
pendidikan. Jelaskan bahwa mendiidk itu perlu dengan pendekatan Quantum
Teaching dan Quantum Learning.
Jawab :
a. Guru seorang mutiara
Bermakna sebagai keberhasilan pendidikan di sekolah. Sepandai apapun seorang
siswa, peran guru tetap sangat penting sebagai pendidik dan pembimbing. Sekolah
favorit dengan prestasi yang bagus sudah tentu memiliki guru yang berkualitas.
Oleh sebab itu perjuangan, inovasi dan kreasipara guru untuk memajukkan
pendidikan bangsa ini harus kita dukung. Jika bangsa ini dipimpin oleh generasi
yang cerdas dan berakhlak mulia sudah tentu kita ikut merasakan dampak
positifnya.

b. Guru sebagai fasilitator


Peran guru sebagai fasilitator membawa konsekuensi terhadap perubahan pola
hubungan guru-siswa, yang semula lebih bersifat “top-down” ke hubungan
kemitraan. Dalam hubungan yang bersifat “top-down”, guru seringkali diposisikan
sebagai “atasan” yang cenderung bersifat otoriter, sarat komando, instruksi
bergaya birokrat, bahkan pawang, sebagaimana disinyalir oleh Y.B.
Mangunwijaya (Sindhunata, 2001). Sementara, siswa lebih diposisikan sebagai
“bawahan” yang harus selalu patuh mengikuti instruksi dan segala sesuatu yang
dikehendaki oleh guru.Berbeda dengan pola hubungan “top-down”, hubungan
kemitraan antara guru dengan siswa, guru bertindak sebagai pendamping belajar
para siswanya dengan suasana belajar yang demokratis dan menyenangkan. Oleh
karena itu, agar guru dapat menjalankan perannya sebagai fasilitator seyogyanya
guru dapat memenuhi prinsip-prinsip belajar yang dikembangkan dalam
pendidikan kemitraan, yaitu bahwa siswa akan belajar dengan baik.

c. Guru adalah inspirator


Guru menjadi tokoh “orang tua” yang sangat mendominasi sudut pandang anak
didiknya, dan guru jugalah yang dapat mengarahkan ke mana seorang murid akan
melangkah menuju masa depan. Guru mengajari muridnya membaca adalah hal
biasa, tapi guru mendidik muridnya agar dapat membaca jati dirinya sendiri, itu
baru luar biasa. Keteladanan guru sangat dibutuhkan di era saat ini karena
keteladanannya bisa menjadi inspirasi bagi anak didik kelak dalam kehidupannya
di kemudian hari. Kita jangan mengharapkan siswa untuk berperilaku baik selama
guru masih berprilaku tidak sesuai dengan Kode Etik Guru dan norma masyarakat.
Guru yang berperilaku baik akan menjadi inspirasi positif bagi siswa demikian
pula sebaliknya. Guru yang berperilaku buruk akan menjadi inspirasi negatif bagi
siswa dalam kehidupan mendatang. Karena itulah sebagai guru harus tetap berada
dalam koridor guru, yaitu manusia yang patut digugu dan ditiru dalam berperilaku
keseharian melaksanakan kewajiban maupun menuntut haknya.

d. Guru sebagai motivator


Peran seorang  guru bukan hanya semata-mata mentransfer ilmu mata
pelajarannya kepada siswa, tetapi, guru juga sebagai motivator bagi siswa agar
memiliki orientasi dalam belajar. Guru harus mampu menumbuhkan dan
merangsang semua potensi yang terdapat pada siswanya serta mengarahkan agar
mereka dapat memanfaatkan potensinya tersebut secara tepat, sehingga siswa
dapat belajar dengan tekun untuk mencapai cita-cita yang diinginkan. 

e. Guru seorang orkestrator


Guru berperan menyampaikan ilmu0ilmu yang dimiliki kepada muridnya. Guru
merupakan sumber belajar muridnya. Dari gurulah, murid diajarkan membaca,
menulis dan berhitung. Serta dari gurulah, murid mendapat pengetahuan baru dan
pendidikan karakter. Guru sebagai orangtua kedua yang ada disekolah setelah
orang tua kandung di rumah.

f. Guru adalah pendidik yang berkarakter mulia dalam dunia pendidikan


Mendidik itu perlu dengan pendekatan Quantum teaching dan Quantum Learning
karena Quantum adalah sebuah temuan yang telah menyelamatkan manusia dari
bencana ultraviolet, Quantum training telah menyelamatkan manusia dari bencana
’ultrasekolah’ dan ’ultrabelajar’ Quantum pertama kali ditemukan oleh Max
Planck pada akhir abad ke -19. Ia menemukan sebuah rumus fisika yang sahih
yang dapat menanggulangi bencana ultraviolet. Sejak saat itu istilah Quantum
digunakan pada banyak aspek kehidupan yang antara lain digunakan pada bidang
pendidikan dan pembelajaran.
Quantum Teaching
Di abad ke-20 ini orang ‘dipaksa’ belajar di ruang kelas yang disusun secara kaku
dan terdiri dari meja dan kursi. Nilai dan Ijasah/Sertifikat menjadi ukuran
keberhasilan yang pada akhirnya pembelajar merasa bahwa belajar dan sekolah
merupakan beban. Seiring dengan perkembangan dunia pendidikan, ditemukan
sebuah pendekatan pengajaran yang disebut dengan Quantum Teaching, Quantum
Teaching bahkan menggugat cara mengajar yang selama ini dilakukan secara
‘turun temurun’. Quantum Teaching dikembangkan oleh seorang guru dalam
pembelajaran. Quantum Teaching sendiri berawal dari sebuah upaya Dr. Georgi
Lozanov, pendidik asal Bulgaria, yang bereksperimen dengan suggestology.
Prinsipnya, sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil belajar.

Kata Quantum sendiri berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya.


Jadi Quantum Teaching menciptakan lingkungan belajar yang efektif, dengan cara
menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui
interaksi yang terjadi di dalam kelas.Bila metode ini diterapkan, maka guru akan
lebih mencintai dan lebih berhasil dalam memberikan materi serta lebih dicintai
anak didik karena guru mengoptimalkan berbagai metode.

Apalagi dalam Quantum Teaching ada istilah ‘bawalah dunia mereka ke dunia


kita, dan hantarlah dunia kita ke dunia mereka’. Hal ini menunjukkan, betapa
pengajaran dengan Quantum Teaching tidak hanya menawarkan materi yang
mesti dipelajari siswa. Tetapi jauh dari itu, siswa juga diajarkan bagaimana
menciptakan hubungan emosional yang baik dalam dan ketika belajar.

Quantum Learning
Quantum learning merupakan kiat, petunjuk, strategi dan seluruh proses belajar
yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar
sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Quantum learning ini
berakar dari upaya Georgi Lozanov, pendidik berkebangsaan Bulgaria. Ia
melakukan eksperimen yang disebutnya suggestology. Prinsipnya adalah bahwa
sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detil apapun
memberikan sugesti positif atau negatif.
Tokoh utama di balik Quantum Learning adalah Bobbi DePorter. Dia perintis,
pencetus dan pengembang utama Quantum Learning. Sejak tahun 1982 DePorter
mematangkan dan mengembangkan gagasan Quantum Learning di SuperCamp.
Dengan dibantu oleh teman-temannya, terutama Eric Jansen, Greg Simmons,
Mike Hernacki, Mark Reardon dan Sarah Singer Nouric, DePorter secara
terprogram dan terencana mengujicoba gagasan-gagasan Quantum Learning
kepada para remaja di SuperCamp salama tahuan awal 1980-an.  DePorter
menjelaskan bahwa metode ini dibangun berdasarkan pengalaman dan penelitian
terhadap 2.500 siswa dan sinergi pendapat ratusan guru di SupeCamp. Prinsip-
prinsip dan metode-metode Quantum Learning ini dibentuk di SuperCamp.

Pada tahap awal perkembangannya, Quantum Learning dimaksudkan untuk


membantu meningkatkan  keberhasilan hidup dan karier para remaja dirumah
tetapi lama kelamaan orang menginginkan DePorter untuk mengadakan program-
program Quantum Learning bagi orang tua siswa. Hal ini menunjukkan bahwa
falsafah dan metodologi pembelajaran yang bersifat umum, tidak secara khusus
diperuntukkan bagi pengajaran di sekolah.

7 kunci keunggulan quantum learning :


1. Integritas: Bersikaplah jujur, tulus dan menyeluruh. Selaraskan dengan nilai-
nilai yang ada pada diri kita.
2. Kegagalan awal kesuksesan: Pahamilah bahwa kegagalan hanyalah
memberikan informasi yang anda butuhkan untuk sukses.
3. Bicaralah dengan niatan baik: Berbicaralah dengan pengertian positif dan
bertanggungjawablah untuk berkomunikasi yang jujur dan lurus.
4. Komitmen: Penuhilah janji dan kewajiban, laksanakan visi dan lakukan apa
yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan.
5. Tanggungjawab: Bertanggungjawablah atas tindakan anda.
6. Sikap fleksibel: Bersikap terbuka terhadap perubahan baru yang dapat
membantu kita memperoleh hasil yang kita inginkan.
7. Keseimbangan: Jaga keselarasan pikiran, tubuh dan jiwa. Sisihkan waktu
untuk membangun dan memelihara ketiganya.
3. Jelaskan anak dengan gangguan ADD/ADHD. Apa saja ciri atau karakteristiknya
ADD/ADHD.

Jawab :
a. Pengertian anak dengan gangguan ADD/ADHD
Attention deficit/hyperactivity disorder (ADHD) atau gangguan pemusatan
perhatian/hiperaktivitas adalah gangguan perilaku yang timbul pada anak dengan pola
gejala restless atau tidak bisa diam, inattentive atau tidak dapat memusatkan perhatian
dan perilaku impulsive yang semuanya mengarah pada masalah self-
regulation(Douglas 2005 hal. 24).

Ciri-ciri atau karakteristik anak dengan gangguan ADD/ADHD


Anak dengan ADHD bedasarkan APA (1994), memiliki tiga gejala utama ADHD
yaitu inattentiveness atau tidak mampu memusatkan perhatian, hiperaktivitas dan
impulsivitas. Saputro (2009) menyebutkan ketiga gejala ADHD sebagai berikut:
1. Inattentiveness
Tidak Mampu Memusatkan Perhatian Pemusatan perhatian adalah suatu bentuk
multidimensional sebagai bentuk adanya kewaspadaan penuh atau alertness,
sangat berminat atau arousal, selektifitas, perhatian terus-menerus atau sustained
attention, rentang perhatian atau span of attention. Sehingga anak mengalami
penurunan persistensi upaya atau berkurangnya respons terhadap tugas secara
terus-menerus akhirnya dibutuhkan penguat intrinsik ataupun ekstrinsiknya
(Barkley dalam Saputro 2009). Ditemukan di dalam Tsal et al., (2005) bahwa
masalah attention pada anak ADHD lebih kepada kemampuan daya tahan
dibandingkan kepada kemampuan selective, executive, dan orientasinya.

2. Hiperaktivitas
Hiperaktivitas paling sering dijumpai sebagai kegelisahan, tidak bisa diam atau
restless, tangan dan kaki selalu bergerak aim fidgety, tubuh secara menyeluruh
bergerak tidak sesuai situasi. Gerakan gerakan tersebut seringkali tanpa tujuan,
tidak sesuai dengan tugas yang sedang dikerjakan atau situasi yang ada. Pada
berbagai penelitian ditunjukkan bahwa gerakan pergelangan tangan, pegelangan
kaki dan gerakan seluruh tubuh lebih banyak dibandingkan dengan yang normal
(Schachar, Rutter dan Smith, 1981 dalam Saputro, 2009 hal. 40). Didapatkan
fluktuasi situasional secara bermakna pada gejala ini, hal ini menunjukan adanya
kegagalan mengatur tingkat aktivitas sesuai dengan situasi atau tuntutan tugas,
bukan hanya sekadar aktivitas yang lebih dari normal. Gejala hiperaktivitas yang
pervasif pada gangguan ini dapat digunakan untuk membedakan gangguan ini
dengan gangguan psikiatrik yang lain, sehingga karakteristik ini dianggap perlu
dijadikan sebagai kriteria diagnostik ADHD (Schachar, Rutter dan Smith, 1981
dalam Saputro, 2009 hal. 40).

3. Impulsiveness
Perilaku Impulsif Gejala impulsivitas dapat berupa tingkah laku kurang terkendali,
tidak mampu menunda respons, tidak mampu menunda pemuasan, atau
menghambat prepotent response atau respons yang sangat mendesak. kondisi
impulsive tidak mampu mempertahankan proses hambatan secara terus-menerus
saat memberikan respons atau gagal untuk terus-menerus mematuhi perintah
sehingga dapat mengatur tingkah lakunya sesuai dengan konteks sosial (Barkley,
1990 dalam Saputro 2009).
Saputro (2009 hal. 47) memberikan gambaran klinik anak yang menderita
gangguan ini sering dilaporkan terlalu cepat memberikan respons, terlalu cepat
memberikan jawaban sebelum pertanyaan selesai ditanyakan, sebagai akibatnya ia
sering melakukan kesalahan yang seharusnya tidak perlu terjadi. Anak ini juga
tidak mampu mempertimbangkan akibat buruk atau akibat yang merugikan dari
keadaan di sekitarnya atau perilakunya, sehingga ia terlalu sering mengambil
risiko yang tidak perlu. Anak dengan gejala ini dalam pandangan kebanyakan
orang memberikan kesan tidak bertangung jawab, atau dikucilkan oleh orang
dewasa atau teman sebaya.

Gangguan khusus anak dengan ADHD dalam DSM IV (Michael, 2000)


digambarkan lebih kepada adanya careless mistake, not good pay attention,
difficulty organize work to detail, setting priority, planning strategy, remembering
to do all required task to be sluupy, distructbility, easily bored, motivation
inhibition control, gangguan inattentive.

Diamond (2005) dalam artikel "Attention-deficit disorder


(attention-deficit/hyperactivity disorder) without hyperactivity: A
neurobiologically and behaviorally distinct disorder from
attention-deficit/hyperactivity disorder (with hyperactivity)" menunjukan adanya
perbedaan karakteristik gangguan secara performance perilaku antara anak ADD
dan ADHD pada saat dewasa. Anak yang mengalami ADD pada saat dewasa tetap
menunjukkan adanya deficit pada working memory dan seperti pasien
dengan dissexecutive syndrome sehingga anak terlihat sluggish, retargig,
hypoactive (Barkley 1990 dalam Diamond, 2005).

Sedangkan anak ADHD lebih terlihat cepat karena pembosan, Poor working


memory, attention inhibition, dan disorganize SCT (Carslon & Mann, 2002 dalam
Diamond, 2005). Kondisi ini memperlihatkan bahwa ADD memiliki respon yang
lebih lambat dari ADHD (Baddeley 1992; Baddeley & Hitch, 1994 dalam
Diamond, 2005). Kondisi ini menunjukkan bahwa dalam proses transformasi
informasi anak dengan ADHD membutuhkan kemampuan mantainance dan
manipulasi atau temporary storage and process (D'Esposito, Detre, Alsop,
Shin,Atlas, & Grossman,1995, Miyake & Shah, 1999, Petrides, 1995, Smith &
Jonides,1999 dalam Diamond, 1999). Inhibition dalam Working memory bertugas
lebih kepada kemampuan sebagai holdinginformasi di dalam mind (Goldmind &
Rakis, 1987 dalam Diamond, 2005).

4. Di sekolah sering ditemukan anak didik mengalami gangguan bahasa ekspresif


(ungkapan). Seperti anak gagap berbahasa yaitu anak mengalami gangguan bahasa
ekspresid fan reseptif. Coba tuliskan jawaban tentang anak dengan gangguan
ekspresif dan reseptif berbahasa itu dan faktor apa saja yang mempengaruhi gangguan
komunikasi tersebut.

Jawab :
a. Gangguan bahasa ekspresif
Gangguan bahasa ekspresif adalah kesulitan mengekspresikan maksud lewat
bahasa lisan. Pemahaman bahasa si anak lebih baik daripada kemampuannya
untuk berkomunikasi. Ini bisa terjadi karena trauma otak atau karena masalah
perkembangan. Masalah perkembangan lebih umum terjadi pada anak-anak.
Anak-anak yang bermasalah bahasa ekspresif tidak banyak bicara meskipun
umumnya mereka  mengerti bahasa yang ditujukan pada mereka. Bahasa ekspresif
merupakan bahasa yang berisi curahan perasaan. Kalimat ekspresif adalah kalimat
yang memiliki kata kerja menyatakan makna batin (ekspresif). Sedangkan kata
ekspresif bermakna ‘tepat (mampu) memberikan/mengungkapkan gambaran,
maksud, gagasan, perasaan’. Kata kerja yang menyatakan perasaan batin
digunakan di dalam kalimat yang subjeknya berperan sebagai orang yang
mengalami.

Bahasa ekspresif adalah kemampuan untuk berkomunikasi secara simbolis baik


visual (menulis, memberi tanda) atau auditorik. Dalam gangguan berbahasa
ekspresif, anak mengalami kesulitan mengekspresikan dirinya dalam berbicara. Si
anak tampak sangat ingin berkomunikasi. Namun mengalami kesulitan luar biasa
untuk menemukan kata-kata yang tepat. Contoh: si anak tidak mampu
mengucapkan kata “balon” ketika menunjuk sebuah balon yang dipegang oleh
temannya. Di usia empat tahun, anak tersebut hanya mampu berbicara dengan
kalimat yang pendek. Kata-kata yang sudah dikasai terlupakan ketika kata-kata
yang baru dikuasai dan penggunaan struktur tata bahasa sangat di bawah tingkat
anak seusianya.

b. Gangguan bahasa reseptif


Gangguan bahasa reseptif yaitu anak memiliki kesulitan dengan pemahaman apa
yang dikatakan kepada mereka. Anak tidak mampu mengerti mimik dan nada
suara sekaligus kata-kata yang didengarnya. Artinya, anak tidak dapat menerima
informasi yang diberikan kepadanya. Anak-anak perlu memahami bahasa sebelum
mereka dapat menggunakan bahasa secara efektif. Dalam kebanyakan kasus, anak
dengan masalah bahasa reseptif juga memiliki gangguan bahasa ekspresif, yang
berarti mereka mengalami kesulitan menggunakan bahasa lisan.

c. Faktor-faktor pengaruh gangguan komunikasi


1) Kendala bahasa
Bahasa merupakan satu kesatuan sistem pesan yang kita gunakan untuk
berkomunikasi pada umumnya. Oleh karena itulah, apabila kita tidak
mengetahui sistem bahasa dari lawan bicara, atau sebaliknya, lawan bicara
tidak memahami bahasa yang kita gunakan untuk berkomunikasi, maka hal
tersebut akan menghambat kita dalam melakukan komunikasi dengan baik.
Bahasa adalah salah satu faktor yang mempengaruhi komunikasi banyak,
khususnya apabila komunikasi dilakukan secara lisan.
2) Persepsi
Persepsi terhadap pembicara ataupun pendengar bisa mempengaruhi hasil dari
komunikasi yang dilakukan. Bisa jadi hasil komunikasi sangat berbeda jauh
dengan apa yang diharapkan oleh pembicara, karena persepsi pendengar
terhadap pembicara. Misalnya, pemerintah yang menyampaikan kenaikan
pajak, dianggap sebagai mata duitan oleh rakyat karena persepsi bahwa
pemerintah lebih sering memperhatikan diri sendiri dan mengabaikan
kepentingan rakyat.
3) Pesan tidak jelas
Pesan yang tidak jelas tentu saja akan mengganggu komunikasi yang
dilakukan. Misalnya apabila kita menulis surat, akan tetapi tulisan kita tidak
bisa terbaca dengan baik, maka orang yang kita kirimi surat akan kesulitan
membacanya. Selain itu, struktur pesan yang kita tuliskan juga bisa
mempengaruhi tingkat kesuksesan pendengar terhadap pesan yang kita buat.
Oleh karena itu pesan yang tidak jelas sering kali menjadi gangguan
komunikasi.
4) Media rusak atau terganggu
Dalam menyampaikan pesan, kadang kala kita juga menggunakan suatu media
tertentu seperti telepon genggam ataupun media komunikasi yang lain. Salah
satu faktor yang menyebabkan komunikasi menjadi terganggu adalah apabila
media yang digunakan untuk berkomunikasi mengalami kerusakan, baik
ringan ataupun parah. Media yang rusak juga masih menjadi salah satu
hambatan komunikasi tulis yang sulit diatasi apabila digunakan media
konvensional seperti misalnya kertas dan lain sebagainya.
5) Sumber komunikasi lain ikut bersuara
Selain beberapa penyebab di atas, gangguan komunikasi berikutnya adalah
adanya sumber komunikasi lain mengeluarkan suara atau pesan yang sama
sehingga mengganggu penerimaan pesan yang dilakukan oleh komunikan.
Misalnya di sebuah pesta, kita berbicara dengan teman kita di saat musik yang
keras sedang diputar, maka komunikasi yang kita lakukan bisa jadi harus
dilakukan dengan lebih keras.
6) Sumber pesan terlalu lemah
Salah satu penyebab gangguan komunikasi berikutnya adalah adanya sumber
pesan yang terlalu lemah. Hal ini bisa terjadi pada komunikasi yang dilakukan
secara langsung atau menggunakan suara sebagai media untuk menyampaikan
pesan. Suara yang terlalu lemah akan menyulitkan audiens untuk
mendengarkan pesan yang disampaikan oleh komunikator, sehingga terjadilah
gangguan komunikasi ketika hal ini terjadi. Supaya lebih jelas, kamu bisa
membayangkan proses komunikasi antar pribadi ketika salah satu pihak yang
terlibat dalam komunikasi merasa gangguan pada pita suaranya. Pastinya hal
tersebut akan mengganggu komunikasi yang sedang terjadi bukan?
7) Keterbatasan fisik pada pembicara atau pendengar
Faktor penyebab gangguan komunikasi berikutnya selain beberapa penyebab
di atas adalah adanya keterbatasan fisik yang dimiliki oleh pembicara ataupun
pendengar. Misalnya pada komunikasi suara, apabila pendengar tuli, maka
tentu saja komunikator tidak bisa berkomunikasi dengan baik apabila
komunikasi yang dilakukan menggunakan pesan suara. Sebaliknya,
komunikator yang bisu juga tidak akan bisa berkomunikasi dengan baik
apabila harus mengandalkan suara.
8) Pemahaman terhadap diksi
Pemahaman terhadap diksi yang tidak sempurna juga bisa menyebabkan
gangguan terhadap proses komunikasi yang dilakukan oleh komunikator
dengan komunikan. Misalnya, apabila kita berbicara dengan orang tertentu
menggunakan diksi A yang tidak mereka pahami, maka pesan yang kita
sampaikan tersebut juga akan sulit dipahami dengan sempurna oleh mereka
yang tidak memahami maksud dari diksi-diksi tersebut.
9) Gaya bicara atau gaya bahasa
Gaya bicara atau gaya bahasa, juga bisa menjadi penyebab sulitnya pesan
terpahami, atau pesan terpahami dengan keliru, sehingga merupakan salah satu
penyebab gangguan komunikasi yang cenderung sering terjadi. Misalnya
apabila orang yang sering berkomunikasi dengan gaya bicara tidak to the
point, maka hal tersebut akan menyulitkan komunikan yang sering kali
berbicara menggunakan gaya bicara to the point alias langsung pada pokok
permasalahan utama.
10) Kultur
Fenomena kultur juga bisa menghambat proses komunikasi seseorang. Mereka
yang lahir dan tinggal di kultur Surabaya, mungkin akan mengalami kesulitan
komunikasi dengan mereka yang tinggal dan hidup di kultur daerah Solo atau
mungkin yang lain. Faktor kultur ini erat kaitannya dengan fenomena gaya
bicara atau gaya bahasa yang juga bisa menjadi salah satu penyebab gangguan
komunikasi. Oleh karena itulah, ada baiknya dipelajari apa saja budaya yang
ada di sekitar pihak yang terlibat komunikasi karena bisa jadi hal itu akan
mempengaruhi persepsi terhadap diksi yang digunakan dalam komunikasi.
Salah satu contohnya misalnya adalah pada komunikasi antar budaya.

Anda mungkin juga menyukai