KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................................1
A. Kesimpulan..............................................................................................19
B. Saran.........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pemikiran islam, terdapat dimensi -dimensi dan aliran- aliran
yangmenjadi tuntunan bagi umat islam. Dalam pemikiran Islam terdapat
berbagaimacam dimensi, di antaranya Islam, Iman, Ihsan, syariat, tarikat, dan
sufisme,Dimana dimensi ini menjadi sebuah rujukan ajaran dalam islam untuk
mencapai kebahagiaan yang hakiki1. Dalam iman, islam, ihsan, tarikat, syariah,
dan sufisme manusia diajarkan untuk melakukan kegiatan yang dapat menambah
dan memperkuat iman. Dengan menjalankan dimensi inimanusia dapat mencapai
derajat paling tinggi dari awal hingga mencapai puncak hakikat.Sedangkan dalam
aliran pemikiran islam, terdapat beberapa aliran seperti aliran kalam, aliran fiqh,
aliran tasawuf, dan aliran Filsafat. Kesemua aliranini merupakan suatu pegangan,
kepercayaan, dan tuntunan yang dijalankan olehseseorang agar hidup menjadi
terarah. untuk lebih jelasnya, akan dibahas dalam makalah ini.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana macam-macam dimensi-dimensi yang ada dalam islam ?
2. Bagaimana macam-macam aliran-aliran dalam pemikiran islam ?
C. Tujuan
1. Untuk mampu memahami dimensi-dimensi yang ada dalam Islam.
2. Untuk dapat mengetahui munculnya pemikiran aliran dalam Islam
3. Untuk dapat mengetahui aliran-aliran dalam pemikiran Islam.
4. Untuk dapat mengetahui kilas balik pemikiran dalam Islam.
1
Hatta, Aliran – Aliran Kalam / Teologi Dimensi Dalam, Hal 288
1
BAB II
PEMBAHASAN
Dimensi dimensi islam yang dimaksud pada bagian ini adalah sisi keislaman
seseorang yaitu iman, islam dan lisan. Nurcholish Masjid menyebutkan sebagai
trilogi ajaran Ilahi. Dimensi – dimensi ini berawal dari sebuah hadis yang
diriwayatkan oleh iman Al Bukhari dan iman Muslim yang dimuat dalam masing
masing kitab Shahih- nya yang menceritakan dialog antara Nabi Muhammad
SAW dan Malaikat Jibril tentang trilogi.2
Hadis tersebut memberikan ide kepada umat islam Sunni tentang rukun
iman yang 6, rukun islam yang 5, dan penghayatan terhadap Tuhan yang
Mahahadir dalam hidup. Sebenarnya, hal itu hanya dapat dibedakan, tetapi tidak
dapat dipisahkan, Antara yang satu dan laiinya memiliki keterkaitan.
2
Hakim, Metodelogi Studi Islam, Hal 240
2
Setiap pemeluk agama islam mengetahui dengan pasati bahwa islam tidak
absah tanpa iman dan iman tidak sempurna tanpa Ihsan. Sebaliknya , Ihsan adalah
mustahil tanpa Islam. Dalam penelitian lebih lanjut, sering terjadi tumpang tindih
antara ke 3 istilah tersebut antara lain :
Ibnu Taimiyyah menjelaskan bahwa din teridir dari atas 3 unsur yaitu, Islam,
Iman, Ihsan. Dalam 3 unsur tersebut terselip makna kejenjangan: mulai dengan
islam, berkembang ke arah iman, dan memuncak dalam ihsan. Rujukan Ibnu
Taimiyyah dalam mengemukakan pendapatnya adalah surat Al- Fatir (35) ayat 32
Artinya :
“ Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang orang yang Kami pilih di
antaranya hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang memahami diri
sendiri, ada yang pertengahan dan ada pula yang lebih dahulu berbuat kebaikan
dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar “ (Q.S. Al-
Fatir (35) ayat 32)
3
adalah orang orang yang kebaikannya sangat banyak dan jarang melakukan
kesalan ( Depag, 1985 : 701 ).
4
Ada 3 Konsep Dimensi – Dimensi Dalam Islam antara lain sebagai
berikut:
1. Syariat
Syariat islam adalah hukum dan arutan islam yang mengatur seluruh sendi
kehidupan umat muslim selain itu berisi hukum dan aturan syariat islam juga
berisi penyelesaian masalah seluruh kehidupan. Sebagian penganut islam
menganggap syariat islam merupakan panduan meyeluruh sudah sempurna
sempurna seluruh permasalahan hidup manusia dan kehidupan didunia ini.
Syariat menurut orang baik untuk menjalankan agama islam dan secara
terus menerus dan melaksanakan perintah Allah SWT sert menjauhi larangnannya
. hal ini terjadi yang dinamakan Istiqomah. Segala perintah dan segala larangan
pasti jelas dan terlihat oleh seluruh manusia ( Syaikh Muhammad Nabawi Banten,
2004 : 16 ).
2. Tarikat
5
yang sia sia melaksanakan semua ibadah faru dan sunnah yang semuanganya
dibawah arahan , naungan, dan bimbingan seorang guru, syekh mursyid yang arif
yang telah mencapai maqamnya ( layak menjadi seorang syekh / mursyid).
Dari defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa tarikat adalah beramal dnegan
syariat islam secara azimah memilih yang berat waulaupun ada yang ringan
dengan bimbingan dari seorang mursyid untuk menunjukkan jalan yang aman
dan selamat menuju jalan Allah SWT, disini adalah seperti dibawah
bimbingnannya kita tidak akan tersesat dan sebaliknya jika kita berjalan sendiri
dalam sebuah tujuan yang belum diketahui kemungkinan besar kita akan tersesast
dan apalagi kita tidak membawa petunjuk. Akan tetapi mursyid tidak hanya
membimbing melalui lahiriah tetapi juga batiniah, bahkan fungsinya sebagai
mediasi dan antar seorang dengan murid / salik dnegan Rasullah SAW dan Allah
SWT.
Dengan tarikat seorang salik ( seorang yang meniti jalan menuju Allah
SWT.) berpegang teguh dalam menjalani kondisi yang berat dan seperti olah batin
dan yang disamakan menjadi dengan menghinakan nafsu dengan sedikit makan,
minum dan tidur serta menjauhi dan mengunakan hal hal yang mubah secara
berlebihan. Semua itu harus dilakukan dengan hanya niat dan untuk ibadahnya
dan memutuskan hubungan dengan dunia untuk selanjutnya dan menuju Allah
SWT ( Syaikh Muhammad Nabawi Banten, 2004 : 15 ).
3. Sufisme
6
Ada beberapa definisi sufisme yaitu sebagai berikut :
3
Kodir, Metodelogi Studi Islam, Hal 284
7
1. Munculnya Perbedaan Antara Umat Islam
8
dari Allah SWT, mereka menuduh orang – orang yang terlihat arbitrase sebagai
kafir karena telah melakukan “ dosa besar “ sehingga layak dibunuh.
Dalam hal apakah orang yang mempunyai kemerdekaan atau tidak dalam
berbuat ada dua aliran saling bertentangan. Al – Qadariah mengatakan manusia
merdeka dalam kehendak dan berbuat, sebaliknya Jabariah menolak free will dan
free act. Menurut Jabariah, manusia bertindak dengan kehendak dan paksaan
Tuhan. Segala gerak gerik manusia ditentukan oleh Tuhan. Paham ini disebut juga
dengan fatalisme.
Dalam masalah ini aliran yang sepaham dengan Qadariah adalah aliran
Mutazillah yang lupa juga mengatakan bahwa manusia bebas berkendak dan
melakukan sesuatu sehingga manusia diminta pertanggungjawaban atas
perbuatannya. Sementara Abdul Hasan Al – Asyiari ( 935 M) seorang pengikut
dan Mutazillah yang keluar dari Mu’tazilah dan medirikan aliran baru yang
9
disebut dengan Asyariah memilih posisi lebih dekat ke Jabariah. Menurutnya
seluruh perbuatan ini manusia adalah atas kehendak Allah. Hanya, manusia
menurutnya dapat beriktihar. Selain Asyariah aliran Tahwiah dan Maturidiah juga
menentang ajaran ajaran Mu’tazilah. Asy’ ariyah dan Maturidiah yang didirikan
oleh Abu Mansur Al- Maturidi disebut juga dengan Ahlussuhanah wal Jama’ah.
Pada dasarnya, Khawarij merupakan aliran atau faksi politik dan karena
pada dasarnya , kelompok tu terbentuk oleh karena persoalan dan kepemimpinan
umat islam. Akan tetapi, mereka membentuk suatu ajaran yang kemudian menjadi
ciri utama aliran mereka, yaitu aliran tentang pelaku dosar besar. Menurut
Khawarij, orang orang yang terlibat dan menyetujui hasil tahkim telah pandangan
mereka berarti telah kafir, kafir setelah masuk islam, berarti murtad. Dan orang
murtad halal dibunuh berdasarkan sebuah hadis yang menyatakan bahwa Nabi
Muhammad SAW, “ man baddala dinah faqtuluh”.
10
Atas dasar premis – premis yang dibangunnya, Khwarij berkesimpulan bahwa
orang yang terlibat dan menyetujui tahkim harus dibunuh. Oleh karena itu,
mereka memutuskan untuk membunuh Ali bin Abi Thalib. Akan tetapi, ya sering
berhasil mereka bunuh hanyalah Ali bin Abi Thalib, sedangkan Mu’awiyah tidak
berhasil mereka bunuh. Khwarij beranggapan bahwa dengan membunuh orang
orang yang setuju dengan adanya tahkim adalah suatu ibadah. Mereka juga
mencela Utsman bin Affan orang orang yang telibat dalam Perang Jaman dan
Perang Sifin.
Dalam ajaran ulama aliran Murjiah orang yang islam yang melakukan dosa
besar tidak boleh dihukumi kedudukannya dengan hukum dunia. Mereka
dudukannya ditentukan dengan hukum dunia. Mereka tidak boleh ditentukan akan
tinggal dineraka atau di surga, sebab kedudukan mereka ditentukan oleh dengan
hukum akhirat. Menurut aliran ini, perbuatan maksiat tidak merusak iman sebagai
mana perbuatan taat tidak bermanfaat bag iyang kufur. Disamping itu iman adalah
pengetahuan tentang Allah SWT secara mutlak sedangkan kufur adalah
ketidaktahuan tentang Tuhan secara mutlak . Oleh karena itu, menurut Murjiah,
iman tidak bertambah dan tidak berkurang.
Selain itu ada aliran tersebut menjadi ajara yang mencoba menjelasakan
kedudukan manusia dan Tuhan dengan penjelasan yang sangat berbeda. Menurut
aliran pertama, manusia memiliki kemerdekaan dan kebebasan dalam menentukan
11
perjalanan hidupnya. Menurut paham ini manusia mempunyai kebebasan dan
kekuatan diri sendiri untuk mewujudkan perbuatan-perbuatannya. Aliran ini
kemudian dikenal dnegan Qadariyah karena memandang manusai memiliki
kekuatan (qudrah) untuk menentukan perjalan hidupnya dan mewujudkan
perbuatanya. Aliran kedua berpendapat sebaliknya bahwa dalam hubungan
dengan manusia, Tuhan itu mahakuasa. Oleh karena itu, tuhanlah yang menjadi
mennetukan perjalanan hidup manusia dan mewujudkan perbuatannya. Menurut
aliran ini, manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam menentukan perjalanan
hidup dan mewujudkan perbuatannya. Mereka hidup dalam keterpaksaan
( jabbar ). Oleh karena itu aliran ini kemudian dikenal dnegan nama Jabariyah.
Adapun ajaran Jabariyah tampaknya diajarkan pertama kali oleh Al- Jad bin
Dirham, meskipun yang lebih banyak menyebarkan adalah Jahm bin Shafwan dari
Khurasan. Selain penyebar aliran Jabariyah, ia juga dikenal sebagai pemuka
Murji’ah. Jahm bin Shafwan juga menentang kekuasaan bani Umayyah.
Akibatnya, ia ditangkap kemudian dihukum dan dibunuh.
Setelah empat aliran itu muncul dan berkembang , berkembang suatu ajaran
teologi yang didasarkan analisis filosofis. Dalam menjelaskan teologi kelompok
ini banyak menggunakan kekuatan akal sehingga mereka diberi gelar “ kaum
rasionalis Islam “ (Mutazilah). Aliran ini didirikan dan disebarluaskan pertama
kali oleh Washil bin Atha. Mutazilah merupakan aliran yang teologi yang dekat,
apabila tidak dikatakan berafiliasi, dengan kekuasaan Dinasti bani Abbas fase
pertama. Karena dekatnya, pada zaman pemerintahan Al- Mukmun, Mutazilah
dijadikan mazhab resmi negara. Oleh karena itu , atas dukungan dan inisiatif
pemerintahan Al-Mukmun, diadakan mihnah yang dimaksud dilaknsanakan pada
tiga zaman kekuasaan, yaitu zaman Ali Makmum, Ali – Mu’tashim, dan Al-
Watsiq yang ternyata gerakan tersebut merugikan umat islam secara umum dan
aliran Mu’tazilah secara khusus.
12
1. Keeasan Tuhan ( at-tauhid )
2. Keadilan Tuhan (al – ‘adl )
3. Janji dan ancaman ( al-wa’d al-waid)
4. Posisi diantara dua tempat ( al-manzilah bain al – manzilatain )
5. Amar manruf nahi munkar ( al – amr bi al-ma’ruf wa an-nahy’an al-
munkar )
Secara historis, hukum islam menjadi 2 aliran pada zaman nabi Muhammad
SAW yaitu Madrasah Al- Madinah dan Madrasah Al- Baghda ayau Madrasah Al-
Hadist dan Madrasah Ar-Ra’y Ibnu Al-Qayim Al- Jauziyyah meyebutkan sebagai
ahl az-zhahir dan ahl al-ma’na. Aliran Madinah terbentuk karena sebagian dari
sahabat yang tinggal di madinah. Dengan demikian aliran Bahhdad atau Kufah
terbentuk karena sebagian sahabat tinggal di kota tersebut.
13
Murid imam malik dan Muhammad Asy Syaibani ( sahabat dan penerus
gagasan Abu Hanifah adalah Muhammad bin Idris Asy- Syafii ia sangat terkenal
dalam pembahasan perubahan hukum islam karena pendapatnya digolongkan
menjadi aqul qadim dan qaul jadid. Salah satunya murid imam Asy Syafii pendiri
aliran Hanabillah. Kemudian imam Dawud Az Zhahiri yang mendirikan aliran
Zhahiriyah dan Ibnu Jairi Ath Thabari yang mendirikan aliran Jaririyah. Dari
sinilah kita mengetahui sejumlah aliran hukum islam yaitu Madarasah Madinah,
Madrasah Kufah, aliran Hanafi, aliran Malik, aliran Asy Syafii, aliran Hanbali,
aliran Zhahiriyah dan aliran Jaririyah. Tidak ada informasi yang lengkap
mengenai aliran aliran hukum islam karena banyak aliran yang muncul kemudian
lalu menghilang karena tidak ada mengemabangkannya.
Thaha Jabir Fayadi Al Ulwani menjelaskan bahwa mazhab fiqh islam yang
muncul setelah sahabat dan kibar at tabiin berjumlah 13 aliran. Tiga belas aliran
itu berfasliasi dengan aliran Ahl As Sunnah. Akan tetapi, tidak semua aliran itu
dekatui dasar dasar nya dan metode nya istinbath hukum yang digunakan
14
13. Aliran hukum islam yang dikenal dan masih ada pengikutnya hingga
sekarang hanya beberapa aliran, diantaranya Hanfiyah, Malikiyah,
Syafiiah, dan Hanabilah
Berikut itulah pendiri aliran aliran berdasarkan dimensi fiqh yang masih ada
sampai saat ini
3. Aliran-aliran Tasawuf
Terlepas dari ada tidaknya pengaruh kristen, hindu, filsafat pythagoras, dan
filsafat emanasi plotinus, yang jelas antara ajaran tasawuf dan ajaran-ajaran
tersebut terdapat kesamaan. Pada dasarnya, tasawuf merupakan ajaran yang
membicarakan kedekatan antara sufi (manusia) dengan allah. Dalam al - qur'an
terdapat beberapa ayat yang menunjukkan kedekatan manusia dengan allah; antara
lain bahwa "Allah itu dekat dengan manusia" (Q.S. Al - Baqarah : 186), dan
"....dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya." (Q.S. Qaf : 16).
Pada awalnya, tasawuf merupakan ajaran tentang zuhud. Oleh karena itu,
pelakunya disebut zahid (ascetic). Kemudian, ia berkembang dan namanya diubah
menjadi tasawuf, sedangkan pelakunya disebut dengan sufi. Zahid pertama yang
termasyhur adalah Al-Hasan Al-Bashri (642-728 M). Ia pernah berdebat dengan
15
Washil bin Atha' dalam bidang teologi. Ajaran tasawuf Al-Hasan Al-Bashri yang
sangat terkenal adalah al-khauf dan al-raja'. Diantara pendapatnya yang terkenal
adalah bahwa "orsng mukmin tidak akan bahagia sebelum berjumpa dengan
tuhan".
4. Aliran Filsafat
Filsafat islam hakikatnya bersumber dari wahyu sebagai inti dan akal
sebagai pendukungnya. Alirannya ini muncul akibat pergolakan internal di
kalangan umat islam setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW di samping reaksi
terhadap pengaruh filsafat Yunani dan perdaban asing terhadap umat islam.
Dengan perkembangan baru seperti ini timbullah berbagai perubahan dan
terutama perubahan pemikiran dan berbagai macam bentuk mazhab dan aliran
tertentu.
Menurut Kartanegara (1987), dalam filsafat islam ada empat aliran sebagai
berikut :
16
c. Filsafat islam, aliran irfani ( tasawuf). Tasawuf bertumpu pada pengalam
misitis yang bersifat suprasional. Jika pengenalaan rasional bertumpu pada
akal, pengenalaan sufstik bertumpu pada hati.
Dalam pandangan filsafat islam, fenomena alam tidak berdiri tanpa ada
hubungan dan kekuasaan ilahi. Mempelajari alam berarti mempelajari ciptaanya.
Dengan demikian penelitian alam semesta ( jejak jejak ilahi ) keyakinan
mendorong kita untuk mengenal ilahi dan semakin mempertebal keyakinan kita
kepadanya. Fenomena alam bukan adalah ayat – ayat yang bersit qauniyyah
sedangkan kita suci adalah ayat ayat yang bersifat qauliyah. Oleh sebab itu ilmu –
ilmu agama dan umum menempati posisi yang mulia sebagai objek ilmu.
Penelitian agama islam berarti kegiatan meneliti ilmu tauhid, fiqh, atau
tasawuf, sedangkan penelitian keagamaan berarti meneliti tentang keadaan pelaku
agama dimaksud.
17
serta berkehendak mempertahankannya secara utuh disebut islam fundmentalis
(konservatif/tradisionalis). Kedua, kaum muslim yang memandang bahwa
pandangan dunia tersebut perlu diperbaiki dalam beberapa hal disebut kaum
liberal. Pemikir muslim seperti Muhammad Abduh, Hasan Al-Banna, Maududhi,
sekte Amadiyah dikelompokkannya dalam islam kaum konservatif. Adapun
Fazlur Rahman dari pakistan dan Muhammad Arkoun dari Aljazair sebagai
contoh tokoh pemikir liberal.
Dari dua perselisihan dan dua toko di muka, maka dapat memahami bahwa
islam sebagai sebuah agama diharapkan bagi para pengikutnya untuk selalu dapat
berinteraksi dnegan dunia modern secara konstruktif. Hukum yang bersifat qathi
pasti touch –able harus kita terima secara mutlak. Hal ini tidak perlu
diperdebatkan. Akan tetapi, dogma islam yang bersifat zdanny ( prasangka :
untouch- able) masih banyak yang perlu dikaji ulang dalam kaitannya mengadapi
tantangan zaman.
18
BAB III
A. Kesimpulan
19
3. Ihsan adalah suatu perbuatan yang tujuannya untuk memperoleh rida Allah
SWT, dimana tingkatan ihsan ini tingkatan yang lebih tinggi dari ihlas
Aliran aliran dalam pemikiran islam yaitu aliran kalam, aliran fiqh, dan aliran
tasawuf antara lain :
1. Aliran Kalam sama juga dnegan ketauhidan yaitu aliran yang sangat
penting dalam beragama
2. Aliran Fiqh yaitu aliran yang membicarakan hukum-hukum dalam agama
3. Aliran Tasawuf yaitu aliran yang menjadi aliran yang menjaga ketauhidan
dan kepahaman dalam beragama.
Dimana aliran-aliran ini dalam pemikiran Islam sangat erat dengan hubungannya
dan saling melengkapi antara satu dan dengan yang lainnya.
B. Saran
20
dari sebelumnya. Demikian saran yang dapat penulis sampaikan, mohon maaf
apabila terjadinya kekurangan karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT
semoga dapat membawa manfaat bagi semua pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Hatta, Mawardy, Drs, H. (2016). Aliran – Aliran Kalam / Teologi Dimensi Dalam
Sejarah Pemikiran Islam. Bandung : Aswaja Pressindo, 288 Halaman
Hakim, Atang ABD, Drs, M.A. (2017). Metodelogi Studi Islam. Bandung : Dr.
Jaih Mubarok, 240 Halaman
Kodir, Koko Abdul, Dr. H, M.A. (2014). Metodelogi Studi Islam. Bandung: Prof.
Dr. H. Mahmud, 284 Halaman
21