Anda di halaman 1dari 22

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................2

A. Konsep Dimensi – Dimensi Dalam Islam..................................................2


B. Munculnya Aliran Pemikiran dalam Islam................................................7
C. Mengkritisi Aliran Aliran Pemikiran Dalam Islam....................................9
D. Kilas balik pemikiran dalam Islam..........................................................17

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................19

A. Kesimpulan..............................................................................................19
B. Saran.........................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21

ii
BAB I

PENDAHULUAN
 
A. Latar Belakang
Dalam pemikiran islam, terdapat dimensi -dimensi dan aliran- aliran
yangmenjadi tuntunan bagi umat islam. Dalam pemikiran Islam terdapat
berbagaimacam dimensi, di antaranya Islam, Iman, Ihsan, syariat, tarikat, dan
sufisme,Dimana dimensi ini menjadi sebuah rujukan ajaran dalam islam untuk
mencapai kebahagiaan yang hakiki1. Dalam iman, islam, ihsan, tarikat, syariah,
dan sufisme manusia diajarkan untuk melakukan kegiatan yang dapat menambah
dan memperkuat iman. Dengan menjalankan dimensi inimanusia dapat mencapai
derajat paling tinggi dari awal hingga mencapai puncak hakikat.Sedangkan dalam
aliran pemikiran islam, terdapat beberapa aliran seperti aliran kalam, aliran fiqh,
aliran tasawuf, dan aliran Filsafat. Kesemua aliranini merupakan suatu pegangan,
kepercayaan, dan tuntunan yang dijalankan olehseseorang agar hidup menjadi
terarah. untuk lebih jelasnya, akan dibahas dalam makalah ini.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana macam-macam dimensi-dimensi yang ada dalam islam ?
2. Bagaimana macam-macam aliran-aliran dalam pemikiran islam ?

C. Tujuan
1. Untuk mampu memahami dimensi-dimensi yang ada dalam Islam.
2. Untuk dapat mengetahui munculnya pemikiran aliran dalam Islam
3. Untuk dapat mengetahui aliran-aliran dalam pemikiran Islam.
4. Untuk dapat mengetahui kilas balik pemikiran dalam Islam.

1
Hatta, Aliran – Aliran Kalam / Teologi Dimensi Dalam, Hal 288

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dimensi – Dimensi Dalam Islam

Dimensi dimensi islam yang dimaksud pada bagian ini adalah sisi keislaman
seseorang yaitu iman, islam dan lisan. Nurcholish Masjid menyebutkan sebagai
trilogi ajaran Ilahi. Dimensi – dimensi ini berawal dari sebuah hadis yang
diriwayatkan oleh iman Al Bukhari dan iman Muslim yang dimuat dalam masing
masing kitab Shahih- nya yang menceritakan dialog antara Nabi Muhammad
SAW dan Malaikat Jibril tentang trilogi.2

Nabi Muhammad SAW. Keluar dan ( berada disekitar sahabat ) seseorang


yang datang menhadap beliau lalu bertanya, :” Hai Rasul Allah, apakah yang
dimaksud dengan iman ? Beliau menjawab” iman adalah engkau percaya kepada
Allah , malaikat kitabnya, perempuan denganNya, para utusan-Nya, dan percaya
kepada kebangkitan. Laki – laki itu kemudian bertanya lagi “ Apakah yang
dimaksud dengan islam ? “ Belikau menjawab, Islam adalah engkau menyembah
Allah dan tidak musyrik kepada-Nya, engkau tegakkan shalat wajib, engkau
tunaikan zakat wajib , dan engkau berpuasa pada bulan Ramadhan. “ Laku-laki itu
kemudian bertanya lagi “ Apakah yang dimaksud dengan Ihsan ? Nabi
Muhammad SAW m enjawab “ Engkau sembah Tuhan seakan-akan engkau
melihatnya: apabila tidak melihat-Nya maka ( engkau berkeyakinan ) bahwa Dia
melihatmu’..(Bukhari, I, t,th:23).

Hadis tersebut memberikan ide kepada umat islam Sunni tentang rukun
iman yang 6, rukun islam yang 5, dan penghayatan terhadap Tuhan yang
Mahahadir dalam hidup. Sebenarnya, hal itu hanya dapat dibedakan, tetapi tidak
dapat dipisahkan, Antara yang satu dan laiinya memiliki keterkaitan.

2
Hakim, Metodelogi Studi Islam, Hal 240

2
Setiap pemeluk agama islam mengetahui dengan pasati bahwa islam tidak
absah tanpa iman dan iman tidak sempurna tanpa Ihsan. Sebaliknya , Ihsan adalah
mustahil tanpa Islam. Dalam penelitian lebih lanjut, sering terjadi tumpang tindih
antara ke 3 istilah tersebut antara lain :

1. Dalam iman terdapat islam dan ihsan


2. Dalam islam terdapat iman dan ihsan
3. Dalam ihsan terdapat iman dan islam

Ibnu Taimiyyah menjelaskan bahwa din teridir dari atas 3 unsur yaitu, Islam,
Iman, Ihsan. Dalam 3 unsur tersebut terselip makna kejenjangan: mulai dengan
islam, berkembang ke arah iman, dan memuncak dalam ihsan. Rujukan Ibnu
Taimiyyah dalam mengemukakan pendapatnya adalah surat Al- Fatir (35) ayat 32

Artinya :

“ Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang orang yang Kami pilih di
antaranya hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang memahami diri
sendiri, ada yang pertengahan dan ada pula yang lebih dahulu berbuat kebaikan
dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar “ (Q.S. Al-
Fatir (35) ayat 32)

Dalam Al- Quran dan terjemahannya yang diterbitkan Departemen Agama


dijelaskan sebagai berikut. Pertama Orang – orang yang menganiaya diri sendiri”
( fa minhum zhalim nafsih ) adala orang orang lebih banyak kesalahannya
daripada kebaikannya. Kedua “ orang – orang pertengahan “ ( muqtasih) adalah
orang orang yang diantaranya kebaikannya dan kejelekannya berbanding terbalik.
Ketiga” orang – orang yang terlebih dulu berbuat kebaikan “ ( sabiq bi al khairat )

3
adalah orang orang yang kebaikannya sangat banyak dan jarang melakukan
kesalan ( Depag, 1985 : 701 ).

Dengan penjelasan yang agak berbeda, Ibnu Taimiyyah menjelaskan sebagai


berikut: Pertama , orang – orang yang menerima warisan kita suci dnegna
mempercayai dan berpegang teguh pada ajaran ajaranya , tetapi masih melakukan
perbuatan zalim adlaah orang yang baru ber islam tingkat pemulaanya dalam
kebenaran. Kedua, orang yang menerima warisan kita suci itu dapat berkembang
menjadi seorang mukmin dan tingkat menengah yaitu orang yang telah terbebas
dari perubatan zalim tetapi perbuatan kebajikannya sedang sedang saja. Ketiga,
perjalanan mukmin itu ( yang telah terbebas dari perbuatan zalim ) berkembang
perbuatan kebajikkannya sehingga ia menjadi perlomba ( sabiq ) perbuatan
kebajikan maka ia harus mencapai derajat ihsan. Orang yang telah mencapai
tingkat lisan, “ kata Ibnu Taimiyyah,” akan masuk sugra tanpa mengalami azab”.

Imam Asy – Syahrastani menjelaskan bahwa islam adalah meyerahkan diri


secara lahir. Oleh karena itu , baik muslim maupun munafik adalah muslim.
Adapun iman adalah pembenaran terhadap Allah SWT para integrasi antara iman
dan islam adalah kesempurnaan. Atas dasar penjelasannya itu, Asy –Syahrastani
juga menunjukkan bahwa islam adalah pemula dan iman adalah menengah, ihsan
adalah kesempurnaan. Dari sisi itulah Nurcholish Majdid (1994:463) melihat
iman, islam dan ihsan sebagai trilogi ajaran ilahi

Meskipun tidak dapat dikatakan sepenuhnya benar, umat islam telah


menggunakan kerangka pemikiran tentang trilogi dan ajaran ilahi ke dalam 3
bidang pemikiran dan pertama , iman dan bervagai hal yang berhubungan
dengannya , diletakkan dalam suatu bidang syariat ( fiqh ). Ketiga ihsan
dipandang sebagai akar tumbuhnya tasawuf ( Atang Abd Hakim, et.al 2009. 149-
164).

4
Ada 3 Konsep Dimensi – Dimensi Dalam Islam antara lain sebagai
berikut:

1. Syariat

Syariat islam adalah hukum dan arutan islam yang mengatur seluruh sendi
kehidupan umat muslim selain itu berisi hukum dan aturan syariat islam juga
berisi penyelesaian masalah seluruh kehidupan. Sebagian penganut islam
menganggap syariat islam merupakan panduan meyeluruh sudah sempurna
sempurna seluruh permasalahan hidup manusia dan kehidupan didunia ini.

Secara kebahasaan syariat islam bersumber air bagi manusia untuk


mendapatkan minuman. Sementara menurut terminalogi komunitas sufi syariat
adalah menjalankan segalanya yang diperintahkan dan meninggalkan segala yang
dilarang ( Syaikh Muhammad Nabawi Banten, 2004 : 14 ).

Syariat menurut orang baik untuk menjalankan agama islam dan secara
terus menerus dan melaksanakan perintah Allah SWT sert menjauhi larangnannya
. hal ini terjadi yang dinamakan Istiqomah. Segala perintah dan segala larangan
pasti jelas dan terlihat oleh seluruh manusia ( Syaikh Muhammad Nabawi Banten,
2004 : 16 ).

2. Tarikat

Tarikat adalah meneliti dan mengamalkan segala tindakan Nabi ( Syaikh


Muhammad Nabawi Banten, 2004 : 14 ). Kata tarikat di ambil dari bahasa Arab,
yaitu thariqah yang secara terminologis adalah berarti jalan, metode, atau tata
cara. Adapun tarikat dalam terminologi pengertiannya ulama sufi, seperti Syaikh
Muhammad Amin Al-Kurdi Al – Irbil Asy Syafi An- Naqsyabandi, dalam kitab
Tanwir Al Qulub adalah :

“Tarikat adalah berasal dengan syariat dengan memilih yayang ruksah


menjauhkan azimah berat daripada menjauhakan diri dari semua larangan syariat
lahir dan batin melaksanakan semua perintah Allah SWT semampunya
meninggalkan semua larangannya baik yang haram dan makruh maupun mubah

5
yang sia sia melaksanakan semua ibadah faru dan sunnah yang semuanganya
dibawah arahan , naungan, dan bimbingan seorang guru, syekh mursyid yang arif
yang telah mencapai maqamnya ( layak menjadi seorang syekh / mursyid).

Dari defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa tarikat adalah beramal dnegan
syariat islam secara azimah memilih yang berat waulaupun ada yang ringan
dengan bimbingan dari seorang mursyid untuk menunjukkan jalan yang aman
dan selamat menuju jalan Allah SWT, disini adalah seperti dibawah
bimbingnannya kita tidak akan tersesat dan sebaliknya jika kita berjalan sendiri
dalam sebuah tujuan yang belum diketahui kemungkinan besar kita akan tersesast
dan apalagi kita tidak membawa petunjuk. Akan tetapi mursyid tidak hanya
membimbing melalui lahiriah tetapi juga batiniah, bahkan fungsinya sebagai
mediasi dan antar seorang dengan murid / salik dnegan Rasullah SAW dan Allah
SWT.

Dengan tarikat seorang salik ( seorang yang meniti jalan menuju Allah
SWT.) berpegang teguh dalam menjalani kondisi yang berat dan seperti olah batin
dan yang disamakan menjadi dengan menghinakan nafsu dengan sedikit makan,
minum dan tidur serta menjauhi dan mengunakan hal hal yang mubah secara
berlebihan. Semua itu harus dilakukan dengan hanya niat dan untuk ibadahnya
dan memutuskan hubungan dengan dunia untuk selanjutnya dan menuju Allah
SWT ( Syaikh Muhammad Nabawi Banten, 2004 : 15 ).

3. Sufisme

Ada beberapa sumber perihal etimologi dari kata “ sufi “. Dalam


pandangan umum kata sufi berasal dari kata suf yang berarti wol dan merujuk
pada jubah sederhana yang dikenakan oleh para asetik muslim. Akan tetapi, tidak
semua sufi mengenakan jubah atau pakaian wol dan secara teori etimologis yang
lain akan menyatakan bahwa akar dari kata sufi adalah shafa yang berarti
kemurnian. Hal ini menaruh penekanan pada sufisme pada kemurnian hati dan
jiwa. Teori lain mengatakan bahwa Tasawuf berasal dari bahasa yunani thoesofie
artinya ilmu ketuhanan.

6
Ada beberapa definisi sufisme yaitu sebagai berikut :

a. Paham mistik dalam agama islam dan sebagaimana taosime di Tiongkok


dan ajaran Yoga di India
b. Aliran kerohanian mistik dalam agama islam. Pendapat yang mengatakan
bahwa sufisme berasal dari dalam agama islam
c. Isme atau dapat juga dikatakan sebagai ilmu untuk menjalani kehidupan
sufisik seorang sufi dan diketahui bahwa akhir kesufian adalah awal dari
kehaniban. Hal ini juga menjadikan kesufian dapat diartikan pencarian
kesucian tertinggi yang menjadi dasar awal atau kenabian. Dengan kata
lain akhir kesufian hanyalah awal kenabian dan setinggi tingginya tingkat
kesulitan tidak dapat mencapai tingkat kenabian. Sejak abad kedua Hijriah,
sufisme telah populer di kalangan masyarakat di kawasan dunia islam
sebagai perkembangan lanjut dari gaya keberagaman pada zahid dari abad.

Sufisme atau tasawuf mengajari kita untuk melihat dibalik selubung


kegelapan yang teah menutupi sistem kepercayaan kita, seorang yang tulus
mengikuti program latihan sufi, setelah beberapa lama melalui berbagai ujian /
kesulitan, ia akan menemukan / mendekati keaadaan dapat” melihat sesuatu
sebagaimana adanya. “ ketika telah istiqomah melihatnya dan benar benar
menyadari bahwa ia berada “ di dunia sekaligus bukan dunia “

B. Munculnya Aliran Pemikiran dalam Islam

Berbicara masalah aliran pemikiran dalam islam berarti berbicara tentang


ilmu kalam. Kalam secara harifah berarti kata – kata. Kaum teolog islam berdebat
dengan kata kata dalam mempertahankan pendapat dan pemikirannya sehingga
teolog disebut sebagai mutakalim artinya yaitu ahli debat yang pintar mengolah
kata. Ilmu “ kalam “ juga diartikan sebagai teologi islam atau ushuludin yaitu ilmu
yang membahas ajaran dasar agama. Dengan memepelajari teologi ini seseorang
akan memiliki keyakinan yang mendasar dan tidak mudah digoyahkan.

3
Kodir, Metodelogi Studi Islam, Hal 284

7
1. Munculnya Perbedaan Antara Umat Islam

Perbedaan pertama yang muncul dalam islam bukanlah masalah teologi


melainkan bidang politik dan kemudian, seorang dnegan perjalanan waktu,
perselisihan dan politik ini juga menjadi meningkat dan menjadi persoalan
teologi.

Ketika Nabi Muhammad SAW berada di Madinah dengan status sebagai


kepala agama dan sekaligus kepala pemerintahan, umat islam bersatu di bawah
satu kesatuan politik dan agama kepala pemerintahan, umat islam bersatu di
bawah kekuasaan politik. Setelah beliau wafat dan munculah perselisihan pertama
dalam islam yaitu masalah kepemimpinan. Abu Bakar kemudian terpilih sebagai
pemimpin umat islam setelah Nabi Muhammad SAW diikuti oleh Umar Bin
Khatab pada periode berikutnya,. Setelah itu kepemimpinan kaum muslim di
pegang oleh Usman bin Affan. Pada masa pemerintahan Usman inilah menjadi
pertikaian sesama umat islam yang ada diikuti dengan pembunuhan Usman bin
Affan khalifah ketiga.

Pembunuhan Usman meyebabkan terjadinya perseteruan antara Muawiyah


dan Ali bin Abi Thalib yang mana ia menuduh Ali bin Abi Tahlib sebagai otak
pembunuhan Usman Ali bin Abi Thalib. Mu’awiyah menolah diturunkan dari
jabatannya sebagai Gubernur Syria. Konflik Ali Muawiyah adalah starting point
dari konflik politik yang besar yang mebagi umat dalam berbagai kelompok
pemikiran.

Sikap Ali yang menerima tawaran arbitrase ( perundingan ) dari Mu’awiyah


dalam Perang Siffin tidak disetujui oleh sebagagian pengikutnya yang mana
akhirnya menarik dukunannya dan berbalik memusuhi Ali. Kelompok ini
kemudian disebut dengan Khawarij ( orang orang yang keluar ). Dengan
semboyan La Hukma Ila Lillah ( tidak ada hukum selain hukum Allah SWT ),
mereka menganggap keputusan tidak dapat diperoleh melalui atriberse melainkan

8
dari Allah SWT, mereka menuduh orang – orang yang terlihat arbitrase sebagai
kafir karena telah melakukan “ dosa besar “ sehingga layak dibunuh.

2. Aliran – Aliran Teologi Islam

Persoalan “ dosar besar “ sangat berpengaruh dalam perkembangan aliran


pemikiran karean persoalan ini merupakan masalah krusial dan yang menyangkut
penyebab seseorang menjadi kafir adalah karena berbuat dosar besar itu dan
darahnya menjadi halal. Aliran Khawarij mengatakan bahwa pendosa besar adalah
kafir maka wajib di bunuh. Paham Khawarij memicu munculnya paham yang
bersebrangan yang mengatakan bahwa orang yang melakukan dosar besar adalah
orang mukmin dan bukan kafir. Adapun dosanya berpulang kepada Allah SWT
untuk mengampuninya atau tidak. Paham ini dilontarkan oleh aliran Murjiah.
Sementara aliran Mu tazilah mengatakan bahwa orang yang melakukan dosar
besar tidak menjadi kafir, tetapi juga tidak dapat disebut mukmin. Mereka berada
pada posisi antara keduanya yang dikenal dengan istilah al-manzilah baina al-
manzalatain.

Dalam hal apakah orang yang mempunyai kemerdekaan atau tidak dalam
berbuat ada dua aliran saling bertentangan. Al – Qadariah mengatakan manusia
merdeka dalam kehendak dan berbuat, sebaliknya Jabariah menolak free will dan
free act. Menurut Jabariah, manusia bertindak dengan kehendak dan paksaan
Tuhan. Segala gerak gerik manusia ditentukan oleh Tuhan. Paham ini disebut juga
dengan fatalisme.

3. Aliran – Aliran Sepaham dengan Qadariah

Dalam masalah ini aliran yang sepaham dengan Qadariah adalah aliran
Mutazillah yang lupa juga mengatakan bahwa manusia bebas berkendak dan
melakukan sesuatu sehingga manusia diminta pertanggungjawaban atas
perbuatannya. Sementara Abdul Hasan Al – Asyiari ( 935 M) seorang pengikut
dan Mutazillah yang keluar dari Mu’tazilah dan medirikan aliran baru yang

9
disebut dengan Asyariah memilih posisi lebih dekat ke Jabariah. Menurutnya
seluruh perbuatan ini manusia adalah atas kehendak Allah. Hanya, manusia
menurutnya dapat beriktihar. Selain Asyariah aliran Tahwiah dan Maturidiah juga
menentang ajaran ajaran Mu’tazilah. Asy’ ariyah dan Maturidiah yang didirikan
oleh Abu Mansur Al- Maturidi disebut juga dengan Ahlussuhanah wal Jama’ah.

C. Mengkritisi Aliran Aliran Pemikiran Dalam Islam


1. Aliran- aliran Kalam
Sungguh kenyataan yang ironi, islam agama yang diyakini sebagaimana
rahmat li al-alamin oleh penganutnya ternyata tidak selamanya berifat positif.
Salah satu buktinya tahkim. Peristiwa ini membuat bencana bagi umat islam
sehingga terpecah menjadi tiga kelompok yaitu antara lain :

a. Kelompok pertama adalah pendukung Mu’awiyah di antaranya adalah


Amr bin Ash
b. Kelompok kedua pendukung Ali bin Abi Thalib. Kelompok ini menjelang
dan setelah tahkim terpecah menjadi dua yaitu umat islam yang senantiasa
setia terhadap kekalifahan Ali bin Abi Thalib, diantaranya adalah Abu
Musa dan umat islam yang membelot ( keluar dari barisan Ali bin Abi
Thalib) menarik dukunganya terhadap Ali dan bersikap menentang
terhadap Ali bin Abi Thalib dan Mu’awiyah bin Abi Sufyan
c. Kelompok ketiga merupakan sejarah yang dikenal dengan nama Khawraj
yang dipelopori oleh Atab bin A’war dan Urwah bin Jarir.

Pada dasarnya, Khawarij merupakan aliran atau faksi politik dan karena
pada dasarnya , kelompok tu terbentuk oleh karena persoalan dan kepemimpinan
umat islam. Akan tetapi, mereka membentuk suatu ajaran yang kemudian menjadi
ciri utama aliran mereka, yaitu aliran tentang pelaku dosar besar. Menurut
Khawarij, orang orang yang terlibat dan menyetujui hasil tahkim telah pandangan
mereka berarti telah kafir, kafir setelah masuk islam, berarti murtad. Dan orang
murtad halal dibunuh berdasarkan sebuah hadis yang menyatakan bahwa Nabi
Muhammad SAW, “ man baddala dinah faqtuluh”.

10
Atas dasar premis – premis yang dibangunnya, Khwarij berkesimpulan bahwa
orang yang terlibat dan menyetujui tahkim harus dibunuh. Oleh karena itu,
mereka memutuskan untuk membunuh Ali bin Abi Thalib. Akan tetapi, ya sering
berhasil mereka bunuh hanyalah Ali bin Abi Thalib, sedangkan Mu’awiyah tidak
berhasil mereka bunuh. Khwarij beranggapan bahwa dengan membunuh orang
orang yang setuju dengan adanya tahkim adalah suatu ibadah. Mereka juga
mencela Utsman bin Affan orang orang yang telibat dalam Perang Jaman dan
Perang Sifin.

Penentuan kafir mukminnya seseorang tidak masuk lagi masuk wilayah


politik., tetapi telah memasuki wilayah geologi. Oleh karena itu, Khwarij
merupakan aliran teologi pertama dalam islam. Amir An Najjar berkesimpulan
bahwa penyebab tumbuh dan berkembangnya aliran kalam adalah pertentangan
dalam bidang politik, yaitu mengenai imamah dan khalifah,. Sebagian besar umat
islam kawatir terhadap gagasan yang mengfakirkan Ali bin Abi Talib. Oleh
karena itu sebagian ulama mencoba bersikap netral secara poiltik dan menyetuji
tahkim. Umat islam yang bergabung dalam kelompok ini kemudian dikenal
dengan Murji’ah yang dipelopori oleh Ghilan Ad Dimasyqi.

Dalam ajaran ulama aliran Murjiah orang yang islam yang melakukan dosa
besar tidak boleh dihukumi kedudukannya dengan hukum dunia. Mereka
dudukannya ditentukan dengan hukum dunia. Mereka tidak boleh ditentukan akan
tinggal dineraka atau di surga, sebab kedudukan mereka ditentukan oleh dengan
hukum akhirat. Menurut aliran ini, perbuatan maksiat tidak merusak iman sebagai
mana perbuatan taat tidak bermanfaat bag iyang kufur. Disamping itu iman adalah
pengetahuan tentang Allah SWT secara mutlak sedangkan kufur adalah
ketidaktahuan tentang Tuhan secara mutlak . Oleh karena itu, menurut Murjiah,
iman tidak bertambah dan tidak berkurang.

Selain itu ada aliran tersebut menjadi ajara yang mencoba menjelasakan
kedudukan manusia dan Tuhan dengan penjelasan yang sangat berbeda. Menurut
aliran pertama, manusia memiliki kemerdekaan dan kebebasan dalam menentukan

11
perjalanan hidupnya. Menurut paham ini manusia mempunyai kebebasan dan
kekuatan diri sendiri untuk mewujudkan perbuatan-perbuatannya. Aliran ini
kemudian dikenal dnegan Qadariyah karena memandang manusai memiliki
kekuatan (qudrah) untuk menentukan perjalan hidupnya dan mewujudkan
perbuatanya. Aliran kedua berpendapat sebaliknya bahwa dalam hubungan
dengan manusia, Tuhan itu mahakuasa. Oleh karena itu, tuhanlah yang menjadi
mennetukan perjalanan hidup manusia dan mewujudkan perbuatannya. Menurut
aliran ini, manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam menentukan perjalanan
hidup dan mewujudkan perbuatannya. Mereka hidup dalam keterpaksaan
( jabbar ). Oleh karena itu aliran ini kemudian dikenal dnegan nama Jabariyah.

Adapun ajaran Jabariyah tampaknya diajarkan pertama kali oleh Al- Jad bin
Dirham, meskipun yang lebih banyak menyebarkan adalah Jahm bin Shafwan dari
Khurasan. Selain penyebar aliran Jabariyah, ia juga dikenal sebagai pemuka
Murji’ah. Jahm bin Shafwan juga menentang kekuasaan bani Umayyah.
Akibatnya, ia ditangkap kemudian dihukum dan dibunuh.

Setelah empat aliran itu muncul dan berkembang , berkembang suatu ajaran
teologi yang didasarkan analisis filosofis. Dalam menjelaskan teologi kelompok
ini banyak menggunakan kekuatan akal sehingga mereka diberi gelar “ kaum
rasionalis Islam “ (Mutazilah). Aliran ini didirikan dan disebarluaskan pertama
kali oleh Washil bin Atha. Mutazilah merupakan aliran yang teologi yang dekat,
apabila tidak dikatakan berafiliasi, dengan kekuasaan Dinasti bani Abbas fase
pertama. Karena dekatnya, pada zaman pemerintahan Al- Mukmun, Mutazilah
dijadikan mazhab resmi negara. Oleh karena itu , atas dukungan dan inisiatif
pemerintahan Al-Mukmun, diadakan mihnah yang dimaksud dilaknsanakan pada
tiga zaman kekuasaan, yaitu zaman Ali Makmum, Ali – Mu’tashim, dan Al-
Watsiq yang ternyata gerakan tersebut merugikan umat islam secara umum dan
aliran Mu’tazilah secara khusus.

Ajaran pokok aliran Mu’tazilah adalah panca-ajaran atau pancasila


Muktazilah. 5 ajaran tersebut adalah sebagai berikut

12
1. Keeasan Tuhan ( at-tauhid )
2. Keadilan Tuhan (al – ‘adl )
3. Janji dan ancaman ( al-wa’d al-waid)
4. Posisi diantara dua tempat ( al-manzilah bain al – manzilatain )
5. Amar manruf nahi munkar ( al – amr bi al-ma’ruf wa an-nahy’an al-
munkar )

Ajaran pokok aliran Ahl As Sunnah wa Al Jamaah adalah kemahakekuasaan


Tuhan yang keadilannya telah tercakup dalam kekuasaan Tuhan yang keadilannya
terlah tercakup dalam kekuaasan. Suatu gagasan yang mirip dengan menjadi
gagasan Jabariyah. Dalam perkembangannya aliran ini tidak sepenuhnya sejalan
dengan gagasan imam Al- Asyari. Para pelanjutnya antara lain Imam Abu
Mansyur Al- Maturidi mendirikan aliran Maturidiyah yang ajaranya menurut
Harun Nasution lebih dekat dengan Mutazilah. Imam Al- Maturidi memiliki
pengikut dan yaitu gurunya. Oleh karena itu, Maturidyah terbagi menjadi dau
kelompok yaitu golongan Samarkand yaitu pengikut imam Al- Maturidi
golongan Bukhara, yaitu para pengikut imam Al- Bazdawi yang tampaknya lebih
dekat pada ajaran Al- Asyiari. Aliran ini kalam terakhir yang dikemukakan oleh
Ibnu Tamiyyah adalah aliran Salafi. Aliran ini tidak selamanya sejalan dengan
gagasan gagasan imam Al- Asy’ari terutama karena aliran Ahl As Sunnah wa Al-
Jama’ah menggunakan logiga (manthiq) dalam menjelaskan teologi, sedangkan
aliran salafi menghendaki teologi apa adanya dengan tanpa memasuki oleh unsur
ra’y.

2. Aliran – Aliran Fiqh

Secara historis, hukum islam menjadi 2 aliran pada zaman nabi Muhammad
SAW yaitu Madrasah Al- Madinah dan Madrasah Al- Baghda ayau Madrasah Al-
Hadist dan Madrasah Ar-Ra’y Ibnu Al-Qayim Al- Jauziyyah meyebutkan sebagai
ahl az-zhahir dan ahl al-ma’na. Aliran Madinah terbentuk karena sebagian dari
sahabat yang tinggal di madinah. Dengan demikian aliran Bahhdad atau Kufah
terbentuk karena sebagian sahabat tinggal di kota tersebut.

13
Murid imam malik dan Muhammad Asy Syaibani ( sahabat dan penerus
gagasan Abu Hanifah adalah Muhammad bin Idris Asy- Syafii ia sangat terkenal
dalam pembahasan perubahan hukum islam karena pendapatnya digolongkan
menjadi aqul qadim dan qaul jadid. Salah satunya murid imam Asy Syafii pendiri
aliran Hanabillah. Kemudian imam Dawud Az Zhahiri yang mendirikan aliran
Zhahiriyah dan Ibnu Jairi Ath Thabari yang mendirikan aliran Jaririyah. Dari
sinilah kita mengetahui sejumlah aliran hukum islam yaitu Madarasah Madinah,
Madrasah Kufah, aliran Hanafi, aliran Malik, aliran Asy Syafii, aliran Hanbali,
aliran Zhahiriyah dan aliran Jaririyah. Tidak ada informasi yang lengkap
mengenai aliran aliran hukum islam karena banyak aliran yang muncul kemudian
lalu menghilang karena tidak ada mengemabangkannya.

Thaha Jabir Fayadi Al Ulwani menjelaskan bahwa mazhab fiqh islam yang
muncul setelah sahabat dan kibar at tabiin berjumlah 13 aliran. Tiga belas aliran
itu berfasliasi dengan aliran Ahl As Sunnah. Akan tetapi, tidak semua aliran itu
dekatui dasar dasar nya dan metode nya istinbath hukum yang digunakan

Berikut ini pendiri ke 13 aliran tersebut :

1. Abu Sa’id Al Hasan bin Yasar Al- Bashri (w.110 H).


2. Abu Hanifah An- Numam bin Stabit bin Zuthi (w.150 H)
3. Al-Auz’i Abu ‘ Amr ‘Abd Ar- Rahman bin ‘Amr bin Muhammad (w. 157
H)
4. Sufyan bin Sa’id bin Masruq At-Tasuri (w.160 H)
5. Al-Laits bin Sa’ad ( w. 175 H)
6. Malik bin Anas Al- Bahi (w. 179 H)
7. Sufyan bin Uyainah (w. 198 H)
8. Muhammad bin Idris Asy – Syafii ( w. 204 H)
9. Ahmad bin Muhammad bin Hanbal (w. 241 H)
10. Daud bin Ali Al- Ashbahani Al-Baghdadi (w. 270 H)
11. Ishaq bin Rahawaih (w. 238 H)
12. Abu Tsaur Ibrahim bin Khalid Al- Kalabi (w. 240 H)

14
13. Aliran hukum islam yang dikenal dan masih ada pengikutnya hingga
sekarang hanya beberapa aliran, diantaranya Hanfiyah, Malikiyah,
Syafiiah, dan Hanabilah

Berikut itulah pendiri aliran aliran berdasarkan dimensi fiqh yang masih ada
sampai saat ini

3. Aliran-aliran Tasawuf 

Ajaran tasawuf atau mistik islam pada dasarnya merupakan pengalaman


spiritual yang bersifat pribadi. Meskipun demikian, pemgalaman ulama yang satu
dan lainnya memiliki persamaan dan perbedaan yang tidak dapat diabaikan. Oleh
karena itu, dalam tasawuf terdapat petunjuk yang bersifat umum tentang maqamat
dan ahwal. 

Para penulis ajaran tasawuf, termasuk harun nasution memperkirakan


adanya unsur-unsur ajaran non-islam yang memengaruhi ajaran tasawuf. Unsur-
unsur yang dianggap berpengaruh pada ajaran tasawuf adalah kebiasaan rahib
kristen yang menjauhi dunia dan kesenangan materi, ajaran-ajaran hindu, ajaran
pythagoras tentang kontemplasi, dan filsafat emanasi plotinus. 

Terlepas dari ada tidaknya pengaruh kristen, hindu, filsafat pythagoras, dan
filsafat emanasi plotinus, yang jelas antara ajaran tasawuf dan ajaran-ajaran
tersebut terdapat kesamaan. Pada dasarnya, tasawuf merupakan ajaran yang
membicarakan kedekatan antara sufi (manusia) dengan allah. Dalam al - qur'an
terdapat beberapa ayat yang menunjukkan kedekatan manusia dengan allah; antara
lain bahwa "Allah itu dekat dengan manusia" (Q.S. Al - Baqarah : 186), dan
"....dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya." (Q.S. Qaf : 16).

Pada awalnya, tasawuf merupakan ajaran tentang zuhud. Oleh karena itu,
pelakunya disebut zahid (ascetic). Kemudian, ia berkembang dan namanya diubah
menjadi tasawuf, sedangkan pelakunya disebut dengan sufi. Zahid pertama yang
termasyhur adalah Al-Hasan Al-Bashri (642-728 M). Ia pernah berdebat dengan

15
Washil bin Atha' dalam bidang teologi. Ajaran tasawuf Al-Hasan Al-Bashri yang
sangat terkenal adalah al-khauf dan al-raja'. Diantara pendapatnya yang terkenal
adalah bahwa "orsng mukmin tidak akan bahagia sebelum berjumpa dengan
tuhan".

4. Aliran Filsafat

Filsafat islam hakikatnya bersumber dari wahyu sebagai inti dan akal
sebagai pendukungnya. Alirannya ini muncul akibat pergolakan internal di
kalangan umat islam setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW di samping reaksi
terhadap pengaruh filsafat Yunani dan perdaban asing terhadap umat islam.
Dengan perkembangan baru seperti ini timbullah berbagai perubahan dan
terutama perubahan pemikiran dan berbagai macam bentuk mazhab dan aliran
tertentu.

Menurut Kartanegara (1987), dalam filsafat islam ada empat aliran sebagai
berikut :

a. Filsafat islam peripatetik ( memutar atau keliling ) merujuk kebiasaan


Aristoteles yang selalu berjalan jalan mengelinglingi muridnya ketika
mengajarkan filsafat dan ciri khas aliran ini bisa secara metodologi atau
epismetodologis adalah menggunakan logika formal yang berdasarkan
penalaran logika ( silogisme ) serta penekanan yang kuat pada daya-daya
rasio. Tokoh-tokohnya yang dikenal adalah Al- Kindi, Al- Farabi, Ibnu
Sina, Ibn Rusyd, dan Nashir Ad- Din Thusi.

b. Filsafat islam aliran iluminasionis (israqi). Didirikan oleh pemikir Iran,


Suhrawardi, Al Maqtul. Aliran ini memberikan tempat penting bagi
metode intuitif (irfani). Menurutnya , dunia ini terdiri atas cahaya dan
kegelapan. Baginya tuhan adalah cahaya sebagai satu-satunya realistis
sejadi (nur al-anwar) , cahata di atas cahaya.

16
c. Filsafat islam, aliran irfani ( tasawuf). Tasawuf bertumpu pada pengalam
misitis yang bersifat suprasional. Jika pengenalaan rasional bertumpu pada
akal, pengenalaan sufstik bertumpu pada hati.

d. Filsafat islam, aliran Hikmah Mutaaliyah ( teosofi transeden ). Diwakili


oleh seorang filsuf Syiah yaitu Muhammad Ibn Ibrahim Yahya Qawani
yang dikenal dengan nama Shadr Ad- Din , Asy- Syirazi atau dikenal
dengan Mulia Shadra yaitu seorang filsuf yang berhasail menyuntesiskan
ketida aliran di atas

Dalam pandangan filsafat islam, fenomena alam tidak berdiri tanpa ada
hubungan dan kekuasaan ilahi. Mempelajari alam berarti mempelajari ciptaanya.
Dengan demikian penelitian alam semesta ( jejak jejak ilahi ) keyakinan
mendorong kita untuk mengenal ilahi dan semakin mempertebal keyakinan kita
kepadanya. Fenomena alam bukan adalah ayat – ayat yang bersit qauniyyah
sedangkan kita suci adalah ayat ayat yang bersifat qauliyah. Oleh sebab itu ilmu –
ilmu agama dan umum menempati posisi yang mulia sebagai objek ilmu.

D. Kilas balik pemikiran dalam Islam

Penelitian agama (research on religion) dapat kita bedakan dengan


penelitian keagamaan (religius research). Jika yang pertama menggunakan materi
agama tertentu sebagai objek penelitiannya adalah agama sebagai produk interaksi
sosial (Atang Abd. Hakim,  2009:63).

Penelitian agama islam berarti kegiatan meneliti ilmu tauhid, fiqh, atau
tasawuf, sedangkan penelitian keagamaan berarti meneliti tentang keadaan pelaku
agama dimaksud. 

W. Montgomery Watt (2001:4) dalam menyikapi permasalahan dasar yang


berkembang dalam dunia islam mengelompokkan dalam dua arus utama. Pertama,
kaum muslim yang secara sepenuhnya menerima pandangan dunia tradisional

17
serta berkehendak mempertahankannya secara utuh disebut islam fundmentalis
(konservatif/tradisionalis). Kedua, kaum muslim yang memandang bahwa
pandangan dunia tersebut perlu diperbaiki dalam beberapa hal disebut kaum
liberal. Pemikir muslim seperti Muhammad Abduh, Hasan Al-Banna, Maududhi,
sekte Amadiyah dikelompokkannya dalam islam kaum konservatif. Adapun
Fazlur Rahman dari pakistan dan Muhammad Arkoun dari Aljazair sebagai
contoh tokoh pemikir liberal.

Dari dua perselisihan dan dua toko di muka, maka dapat memahami bahwa
islam sebagai sebuah agama diharapkan bagi para pengikutnya untuk selalu dapat
berinteraksi dnegan dunia modern secara konstruktif. Hukum yang bersifat qathi
pasti touch –able harus kita terima secara mutlak. Hal ini tidak perlu
diperdebatkan. Akan tetapi, dogma islam yang bersifat zdanny ( prasangka :
untouch- able) masih banyak yang perlu dikaji ulang dalam kaitannya mengadapi
tantangan zaman.

Dalam dunia global yang ditandai dengan teknologi dan pengetahuan


global, ajaran agama islam yang bersifat global harus terus mendapatkan
konsentrasinya secara penuh jika kita ingin islam tetap sebagai agama yang ya’luu
wa la yu;la alaih. Ushul fiqh yang dikembangkan ulama merupakan peluang
untuk kita jadikan sebagai alat kacamata islam dalam melihat dunia yang semakin
kompleks. Wal hukmu min syuruthi an yatba’a illatahu nafyan wa istbatan ma;a
( hukum selallu disesuaikan dengan kondisi dan situasinya).

18
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Adapun dari pembahasan ini maka dapat disimpulakan dimana pada


hakikaktnya , dimensi – dimensi dalam islam yaitu iman, islam, ihsan, syariat,
tarikat dan sufisme.

1. Iman adalah meyakini dam mempercayai Allah SWT beserta malaikat-


malaikat- Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir dan qadha
serta qadar. Iman bukan hanya dengan ucapan, melaikan juga
membenarkan dengan dengan senang hati serta melakukan dengan
anggota.
2. Islam adalah mengerjakan rukun yang lima, yaitu mengucapkan syahadat,
mendirikan shalat, menunaikan zakat berpuasa pada bulan ramadhan, serta
melaksanakan haji bagi yang mampu.

19
3. Ihsan adalah suatu perbuatan yang tujuannya untuk memperoleh rida Allah
SWT, dimana tingkatan ihsan ini tingkatan yang lebih tinggi dari ihlas

Syariat adalah hukum agama islam yang dijalankan dalam kehidupan di


dunia dengan balasan pada hari Akhirat. Tarikat merupakan jalan kita untuk lebih
dekat dengan Allah SWT atau jalan untuk ta’abu kepada Allah SWT. Sendangkan
Sufisme merupakan hasil dari syariat ( shalat, zakat, puasa dan lain lain ) dan
Tarikat ( zikir, tafakur, dan lain lain ). Sufisme merupakan tingkatan terakhir
( makrifat dan hakikat ) yang ditempuh oleh seseorang dalam mencapat tingkat
kesufian. Perbedaan aliran yang pertama muncul dalam islam bukanlah masalah
teologi, melainkan di bidang politik. Akan tetapi, perselisihan politik ini, seiiring
dengan perjalanan waktu, meningkat menjadi persoalan teologi.

Aliran aliran dalam pemikiran islam yaitu aliran kalam, aliran fiqh, dan aliran
tasawuf antara lain :

1. Aliran Kalam sama juga dnegan ketauhidan yaitu aliran yang sangat
penting dalam beragama
2. Aliran Fiqh yaitu aliran yang membicarakan hukum-hukum dalam agama
3. Aliran Tasawuf yaitu aliran yang menjadi aliran yang menjaga ketauhidan
dan kepahaman dalam beragama.

Dimana aliran-aliran ini dalam pemikiran Islam sangat erat dengan hubungannya
dan saling melengkapi antara satu dan dengan yang lainnya.

B. Saran

Saran penulis terhadap penyusunan makalah “ Dimensi dan Aliran


Pemikiran Islam” semoga makalah ini bermanfat baik dalam ilmu pengetahun
maupun menambah wawasan luas terhadap materi makalah ini bagi pembaca.
Dengan disusunnya makalah ini saya mengharapkan kepada semua pembaca agar
dapat mengetahui dan memahami arti Dimensi dan Aliran Pemikiran Islam serta
dapat memberikat kritik dan sarannya agar makalah ini dapat menjadi lebih baik

20
dari sebelumnya. Demikian saran yang dapat penulis sampaikan, mohon maaf
apabila terjadinya kekurangan karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT
semoga dapat membawa manfaat bagi semua pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Hatta, Mawardy, Drs, H. (2016). Aliran – Aliran Kalam / Teologi Dimensi Dalam
Sejarah Pemikiran Islam. Bandung : Aswaja Pressindo, 288 Halaman

Hakim, Atang ABD, Drs, M.A. (2017). Metodelogi Studi Islam. Bandung : Dr.
Jaih Mubarok, 240 Halaman

Kodir, Koko Abdul, Dr. H, M.A. (2014). Metodelogi Studi Islam. Bandung: Prof.
Dr. H. Mahmud, 284 Halaman

21

Anda mungkin juga menyukai