Anda di halaman 1dari 63

PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK

PENUNJANG KEGIATAN
PERTAMBANGAN

Dr. Rakhmad Armus, ST., M.Si


Sabtu, 27 Mei 2023

LEMBAGA PROMOSI LINGKUNGAN


HIDUP INDONESIA
PENGERTIAN KEGIATAN PERTAMBANGAN

. Pertambangan adalah sebagian atau


seluruh tahapan kegiatan dalam rangka
pengelolaan dan pengusahaan mineral atau
batubara yang meliputi penyelidikan umum,
eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi,
penambangan, pengolahan dan/atau
pemurnian atau pengembangan dan/atau
pemanfaatan, pengangkutan dan penjualan,
serta kegiatan pascatambang

LEMBAGA PROMOSI LINGKUNGAN


HIDUP INDONESIA
ATURAN TENTANG PENGELOLAAN
LIMBAH INDUSTRI
 PP No. 22/2021 ttg tentang Penyelenggaraan
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup,

 KEP-112/MENKLH/2003 ttg Baku Mutu Limbah


Cair Domestic

 PERMEN-LHK No. 5/2022 ttg Pengolahan Air


Limbah Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan
Pertambangan Dengan Menggunakan Metode
Lahan Basah Buatan

LEMBAGA PROMOSI LINGKUNGAN


HIDUP INDONESIA
SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH

Sanitasi sistem setempat atau Sanitasi on-site


yaitu sistem sanitasi individual seperti cubluk
dan septik tank, yang memerlukan unit IPLT
untuk pengolahan lumpurnya,

Sanitasi sistem terpusat atau dikenal dengan


istilah sistem off-site atau sistem sewerage,
yaitu pengelolaan air limbah dengan sistem
perpipaan dan sistim IPAL, meliputi IPAL
Komunal dan IPAL terpusat yang lengkap
dengan fasilitas pengolahan lumpurnya.
LEMBAGA PROMOSI LINGKUNGAN
HIDUP INDONESIA
OnSite dan OffSite

LEMBAGA PROMOSI LINGKUNGAN


HIDUP INDONESIA
DEBIT AIR LIMBAH DOMESTIK

 Debit Air Limbah yang akan diolah ke


instalasi pengolahan Air Limbah berasal
dari kebutuhan air bersih yang digunakan
orang setiap harinya.

 Dari kebutuhan air tersebut sekitar 80%


akan menjadi Air Limbah.

LEMBAGA PROMOSI LINGKUNGAN


HIDUP INDONESIA
DEFINISI LIMBAH CAIR DOMESTIK

 Hasil buangan dari perumahan, bangunan


perdagangan, perkantoran, dan sarana
sejenisnya.

.

LEMBAGA PROMOSI LINGKUNGAN


HIDUP INDONESIA
KARAKTERISTIK LIMBAH CAIR

 Debit Air Limbah yang akan diolah ke


instalasi pengolahan Air Limbah berasal
dari kebutuhan air bersih yang digunakan
orang setiap harinya.

 Dari kebutuhan air tersebut sekitar 80%


akan menjadi Air Limbah.

LEMBAGA PROMOSI LINGKUNGAN


HIDUP INDONESIA
Air Limbah yang dihasilkan dari proses
penunjang

 Air Limbah Domestik adalah yang berasal


dari aktivitas hidup sehari-hari manusia yang
berhubungan dengan pemakaian air.
 Air Limbah yang dihasilkan dari proses
penunjang kegiatan Pertambangan seperti
bengkel/workshop dan laboratorium

LEMBAGA PROMOSI LINGKUNGAN


HIDUP INDONESIA
KARAKTERISTIK LIMBAH CAIR

LEMBAGA PROMOSI LINGKUNGAN


HIDUP INDONESIA
Pengolahan Air Limbah

Ditujukan untuk mengurangi kandungan bahan


pencemar, seperti :

 Senyawa organik
 Padatan tersuspensi (TSS)
 Mikroba patogen
 Senyawa organik yang tidak dapat
diuraikan oleh mikroorganisme yang ada di
alam
LEMBAGA PROMOSI LINGKUNGAN
HIDUP INDONESIA
Pengolahan Air Limbah

Dapat dibagi menjadi 5 tahap pengolahan :


 Pengolahan Awal (Pretreatment)
 Pengolahan Tahap Pertama (Primary Treatment)
 Pengolahan Tahap Kedua (Secondary Treatment)
 Pengolahan Tahap Ketiga (Tertiary Treatment)
 Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment)

Memudahkan dalam mengkategorikan dan melaksanakan


pengolahan sesuai dengan beban dan kandungan suatu
air limbah.
LEMBAGA PROMOSI LINGKUNGAN
HIDUP INDONESIA
Beberapa Proses Pengolahan Limbah Industri
Primary treatment Secondary treatment Liquid
Pretreatment Suspendedsolids Tertiary treatment Sludgetreatment
Chemical Pysical Dissolvedorganics removal dispos
al
Dilute wastewater

Scren and grit Activated Coagulation& Receiving


Neutralization Flotation Sedimentation
removal sludge Sedimentation waters

Equalization Chemical Controlled or


Anaerobic
and addition & Sedimentation Filtration transportated
lagoons
storage coagulation discharge

Trickling Carbon
Oilseperation Filtration Ocean
filter adsorption

Digestion Surface
Aerated applications or
Ion exchange or wet
lagoons groudwater
combustion seepage

Stabilization Deepwell
Membrane Incineration
basin injection

Rotating Thickening
Pressure Evaporation
biological gravityor Landfill
filtration inceneration
contactor flotation
Anaerobic
Vacuum Ocean
contactors&
filtration disposal
filter

Centrifugatio Deepwell
Sedimentation injection
n
Neutralization
Equalization Lagooningor Incineration
Filtration
&storage dryingbed

Concetrated Organics wastewater


Pengolahan Awal dan Tahap Pertama
Tujuan :
 meminimalkan variasi konsentrasi dan laju alir dari air
limbah dan juga menghilangkan zat pencemar tertentu
 menghilangkan zat pencemar yang tak terbiodegradasi
atau beracun, agar tidak mengganggu proses-proses
selanjutnya.
 Contoh air limbahyang akan ditangani secara
biologis harus memenuhi kriteria tertentu, yaitu :
 pH antara 6-9
 total padatan tersuspensi < 125 mg/l
 minyak dan lemak < 15 mg/l
 sulfida < 50 mg/l
 logam-logam berat < 1 mg/l

LEMBAGA PROMOSI LINGKUNGAN


HIDUP INDONESIA
Pengolahan Awal dan Tahap Pertama
1. Penyaringan (Screening)
Menghilangkan partikel besar.
 Bar racks, static screens, vibrating screens
2. Ekualisasi
Mengurangi variasi laju alir dan konsentrasi air limbah,
agar mencegah pembebanan tiba-tiba (shock load).
 Kolam dengan/tanpa pengaduk
3. Netralisasi
Dicapai dengan mencampurkan asam atau basa dengan
air limbah. Disarankan menggunakan sistim netralisasi
dua atau tiga tingkat dengan pengendalian pH yang
otomatis
4. Sedimentasi
Menghilangkan zat padat yang tersuspensi
(sebagai flocculant atau discrete).
LEMBAGA PROMOSI LINGKUNGAN
HIDUP INDONESIA
PEMILIHAN SISTEM PENGOLAHAN AIR
LIMBAH DOMESTIK

 Proses pengolahan air limbah dengan


system Biologis secara garis besar dapat
diklasifikasikan seperti pada gambar 1.

 Proses tersebut dapat dilakukan dalam


kondisi aerobic, anaerobic atau kombinasi
anaerobic dan aerobic.

LEMBAGA PROMOSI LINGKUNGAN


HIDUP INDONESIA
KLASIFIKASI CARA PENGOLAHAN AIR
LIMBAH PROSES BIOLOGIS

LEMBAGA PROMOSI LINGKUNGAN


HIDUP INDONESIA
PROSES BIOLOGIS PENGOLAHAN AIR
LIMBAH DOMESTIK
Proses biologis dapat dikelompokkan
berdasarkan :

1. Pemanfaatan Oksigen
2. Sistem Pertumbuhan
3. Proses Operasi

LEMBAGA PROMOSI LINGKUNGAN


HIDUP INDONESIA
Ditinjau dari pemanfaatan oksigennya, proses
biologis untuk mengolah air buangan dapat
dikelompokkan ke dalam empat kelompok utama,
yaitu :

 proses aerobik
 proses anaerobik

 proses anoksid dan


 kombinasi antara proses aerobik dengan
salah satu proses di atas.

LEMBAGA PROMOSI LINGKUNGAN


HIDUP INDONESIA
Berdasarkan sistem pertumbuhannya, proses
pengolahan biologis terbagi atas :

 sistem pertumbuhan tersuspensi


 sistem pertumbuhan yang menempel pada
media inert yang diam
 atau kombinasi keduanya.

LEMBAGA PROMOSI LINGKUNGAN


HIDUP INDONESIA
Proses biologis dapat pula dikelompokkan atas dasar
proses operasinya. Ada tiga macam proses yang termasuk
dalam cara pengelompokan ini, yaitu :

 proses kontinu dengan atau tanpa daur ulang


 proses batch
 proses semi batch

Proses kontinu biasa digunakan untuk pengolahan aerobik


air limbah kota dan industri, sedangkan proses batch atau
semi batch lebih banyak digunakan untuk sistem anaerobik.

LEMBAGA PROMOSI LINGKUNGAN


HIDUP INDONESIA
Pengolahan Biologis
Tujuan :
Menghilangkan atau mengurangi kandungan
senyawa organik atau anorganik dalam suatu air
buangan.
 Fungsi ini dapat dicapai dengan bantuan aktifitas
mikroorganisma gabungan (mixed culture) yang
heterotrofik.
 Mikroorganisma mengkonsumsi bahan-bahan organik
untuk membentuk biomassa sel baru serta zat-zat
organik, dan memanfaatkan energi yang dihasilkan dari
reaksi oksidasi untuk metabolismenya

LEMBAGA PROMOSI LINGKUNGAN


HIDUP INDONESIA
 Mikroorganisma sangat tergantung pada zat
organik yang terdapat dalam air buangan.

 Apabila zat organik yang tersedia kurang


mencukupi, maka mikroorganisma akan menopang
hidupnya dengan mengkonsumsi protoplasma
(respirasi endogen / endogenous respiration).

 Jika kekurangan zat organik ini berlangsung terus,


mikroorganisma akan mati kelaparan atau
mengkonsumsi seluruh protoplasma hingga yang
tersisa adalah residu organik yang relatif stabil.

LEMBAGA PROMOSI LINGKUNGAN


HIDUP INDONESIA
energi
limbah organik CO2+H2O

sintesis mikroorganisma respirasi


baru endogenous

nonbiodegradable
residu

Oksidasi biologis sempurna dari buangan organik


LEMBAGA PROMOSI LINGKUNGAN
HIDUP INDONESIA
PROSES PENURUNAN KADAR AMONIAK
Lumpur Aktif
Ciri-ciri sistem lumpur aktif :
1. Menggunakan lumpur mikroorganisma yang dapat
mengkonversi zat organik terlarut dalam air buangan
menjadi biomassa baru dan zat anorganik
2. Memungkinkan terjadinya pengendapan sehingga
keluaran hanya sedikit mengandung padatan mikroba
3. Mendaur ulang sebagian lumpur mikroorganisma dari tangki
pengendap ke reaktor aerasi, kecuali pada reaktor aliran
yang teraduk baik (continuous stirred tank), kadang- kadang
mikroorganisma tidak perlu didaur ulang
4. Kinerja pengolahan dengan lumpur aktif bergantung pada
waktu tinggal sel rata-rata di dalam reaktor (mean cell
residence time).
LEMBAGA PROMOSI LINGKUNGAN
HIDUP INDONESIA
Lumpur Aktif

influent aeration settler efluent


tank

waste sludge

 mikroorganisme hidup berkoloni menyerupai


lumpur
 dapat menyerap dan mereduksi substrat

 Activated Sludge
LEMBAGA PROMOSI LINGKUNGAN
HIDUP INDONESIA
PENGOLAHAN DOMESTIK
Laguna Teraerasi (Aerated Lagoons)
 Berbentuk kolam dengan kedalaman 2,5 ~ 5 meter
dan luas hingga beberapa hektar
 Penambahan oksigen dilakukan dengan pengadukan
atau difusi udara
 Kebutuhan energi antara 14 ~ 20 hp/sejuta gallon

Laguna Fakultatif (Facultative Lagoons)


 Hanya bagian permukaan yang diaduk
 Sebagian padatan mengendap dan terdekomposisi
oleh mikroorganisme anaerobik di dasar kolam,
produknya dioksidasi oleh mikroorganisme yang
tumbuh di atasnya
 Kebutuhan energi antara 4 ~ 10 hp/sejuta gallon
LEMBAGA PROMOSI LINGKUNGAN
HIDUP INDONESIA
AEROBIK FAKULTATIF PENGENDAPAN

air limbah effluent

endapan lumpur
pencampuran
terdekomposisi sisa lumpur
sempurna
secara anaerobik

• Laguna aerobik mendegadrasi organik terlarut, tetapi menambah konsentrasi


biomassa/mikroorganisma. Waktu tinggal hidraulik dalam laguna aerobik
sekitar 1-3 hari.
• Laguna fakultatif mengurangi BOD yang tersisa dan sebagian besar dari
padatan tersuspensi dengan waktu tinggal sekitar 3-6 hari.
• Bila padatan tersuspensi dari aliran keluar harus lebih kecil dari 50 mg/l,
maka diperlukan sebuah laguna pengendapan.
LEMBAGA PROMOSI LINGKUNGAN
HIDUP INDONESIA
 Sistem laguna mempunyai efisiensi pengurangan
zat organik yang tidak kalah bila dibandingkan
dengan proses lumpur aktif.
 Sistem laguna mempunyai kelebihan yaitu tidak
diperlukan pengeluaran lumpur dari sistem.

 Tetapi kelemahan yang nyata adalah


memerlukan tanah yang relatif luas.

LEMBAGA PROMOSI LINGKUNGAN


HIDUP INDONESIA
LEMBAGA PROMOSI LINGKUNGAN
HIDUP INDONESIA
Saringan Percik (Trickling Filters)
• Merupakan sistem biologis unggun-terjejal (packed bed).
Terdiri dari tumpukan batu atau bahan plastik sebagai
medium penunjang (support medium) pertumbuhan lapisan
mikroorganisma aerobik (biofilm) di permukaannya.
• Tinggi media batu adalah 1 hingga 3 m, dengan ukuran
media antara 6 -10 cm.
• Media plastik dapat ditumpukkan hingga ketinggian 13 m
dan dapat beroperasi dengan laju 4 gal/ft2.minute. Hal ini
disebabkan hilang-tekan (pressure drop) dari bahan plastik
lebih rendah dibandingkan dengan media batu.
• Saringan percik tidak dapat mengurangi kandungan BOD
lebih dari 85% secara ekonomis.
• Sistem ini lebih mudah dan murah untuk dioperasikan
dibandingkan dengan proses lumpur aktif.
LEMBAGA PROMOSI LINGKUNGAN
HIDUP INDONESIA
MEKANISME KERJA TRICLING FILTER

 Proses pengolahan dengan cara


menyebarkan air limbah ke dalam suatu
tumpukan atau unggun media yang terdiri
dari bahan batu pecah kerikil, bahan
keramik, sisa tanur (slag), medium dari
bahan plastik atau lainnya.
 Mikroorganisme berkembang-biak dan
menempel pada permukaan media
penyangga.
Unit Tricling Filter

Permukaan medium
akan tumbuh lapisan
biologis (biofilm) seperti
lendir, dan lapisan
biologis tersebut akan
kontak dengan air
limbah.

LEMBAGA PROMOSI LINGKUNGAN


HIDUP INDONESIA
PARAMETER DESAIN TRICLING FILTER

LEMBAGA PROMOSI LINGKUNGAN


HIDUP INDONESIA
air limbah
biofilm organik
udara
oksigen
medium

karbon dioksida

produk akhir

Skema sederhana proses saringan percik


LEMBAGA PROMOSI LINGKUNGAN
HIDUP INDONESIA
waste water recycle effluent

Trickling
Filter

effluent
Clarifier
rock or
plastic
packing
sludge

Sebagian dari aliran dapat disirkulasikan balik ke dalam


sistem untuk mendapatkan aliran keluar dengan kualitas
yang baik
LEMBAGA PROMOSI LINGKUNGAN
HIDUP INDONESIA
MASALAH YANG SERING TIMBUL

 Masalah yang sering timbul: sering timbul


lalat dan bau yang berasal dari reaktor.
 Sering terjadi pengelupasan lapisan biofilm
dalam jumlah yang besar.

disebabkan karena perubahan beban hidrolik atau


beban organik secara mendadak sehingga lapisan
biofilm bagian dalam kurang oksigen dan suasana
berubah menjadi asam karena menerima beban asam
organik sehingga daya adhesive dari biofilm berkurang

LEMBAGA PROMOSI LINGKUNGAN


HIDUP INDONESIA
Kontaktor Biologis Putar
(Rotary Biological Contactors)
• Terdiri dari sejumlah piringan (discs) yang dipasang pada
poros yang berputar.
• Sekitar 40% dari volumenya terendam dalam tangki yang
berisi air limbah.
• Piringan adalah tempat pertumbuhan mikroorganisma (bio-
film), dengan ketebalan 1 ~ 4 mm.
• Piringan-piringan umumnya terbuat dari high density
polyethylene dengan luas permukaan sekitar 37 ft2/ft3.
• Suatu unit dapat berukuran hingga diameter 4 m dan panjang 8
m dengan luas permukaan 10.000 m2 dengan jumlah piringan
mencapai ratusan.
• Kinetika pengurangan BOD akan lebih baik bila dilaksanakan
secara bertahap.
LEMBAGA PROMOSI LINGKUNGAN
HIDUP INDONESIA
rotating
biological
plastic-disc media
contactor

treated
waste water effluent

• Suatu sistem kontaktor biologis biasanya terdiri dari 2-4


unit dipasang seri.
• Kelebihan utama dari sistem ini dibandingkan dengan
proses lumpur aktif adalah energi yang diperlukan relatif
rendah, sehingga ongkos operasinya lebih murah.
LEMBAGA PROMOSI LINGKUNGAN
HIDUP INDONESIA
PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH DENGAN
SISTEM R.BC.

LEMBAGA PROMOSI LINGKUNGAN


HIDUP INDONESIA
Keunggulan proses RBC:
 Pengoperasian alat serta perawatannya mudah
 Untuk kapasitas kecil atau paket, dibandingkan dengan
proses lumpur aktif konsumsi energi lebih rendah.
 Dapat dipasang beberapa tahap (multi stage), sehingga
tahan terhadap fluktuasi beban pengoalahan.
 Reaksi nitrifikasi lebih mudah terjadi, sehingga efisiensi
penghilangan ammonium lebih besar.
 Tidak tejadi bulking ataupun buth (foam) seperti pada
proses lumput aktif.

LEMBAGA PROMOSI LINGKUNGAN


HIDUP INDONESIA
Kelemahan sistem RBC antara lain yakni :
 Pengontolan jumlah mikro-organisme sulit
dilakukan.
 Sensitif terhadap perubahan temperatur.
 Kadang-kadang konsentrasi BOD air
olahan masih tinggi.
 Dapat menimbulkan pertumbuhan cacing
rambut, serta
 Kadang-kadang timbul bau yang kurang
enak

LEMBAGA PROMOSI LINGKUNGAN


HIDUP INDONESIA
Pengolahan Limbah Padat dan B3

Penanganan atau pengolahan limbah padat


atau lumpur B-3 pada dasarnya dapat on-site
treatment maupun off-site treatment.

LEMBAGA PROMOSI LINGKUNGAN


HIDUP INDONESIA
Pertimbangan on-site treatment :

 Jenis dan karakteristik limbah padat yang akan diolah


 teknologi pengolahan yang tepat
 antisipasi jenis limbah di masa yang akan datang
 Jumlah limbah yang dihasilkan
 justifikasi biaya yang akan dikeluarkan
 jumlah limbah di masa yang akan datang
 Pengolahan on-site membutuhkan tenaga tetap (in-
house staff) yang menangani proses pengolahan
 pertimbangan sumber daya manusia
 Peraturan yang berlaku dan antisipasi peraturan
pemerintah di masa yang akan datang
 teknologi terpilih tetap dapat memenuhi baku mutu
LEMBAGA PROMOSI LINGKUNGAN
HIDUP INDONESIA
Teknologi pengolahan setempat (on-site) dapat
dilaksanakan dengan menggunakan satu atau
beberapa teknologi berikut :
 perlakuan lumpur dan chemical conditioning
 incineration
 solidification (stabilisasi)
 penanganan limbah padat atau lumpur B-3,
 disposal (land fill dan injection well).

Teknologi pengolahan limbah padat B-3 oleh pihak


ketiga dilaksanakan dengan menggunakan sekaligus
beberapa teknologi-teknologi tersebut.

LEMBAGA PROMOSI LINGKUNGAN


HIDUP INDONESIA
Baku mutu air limbah kegiatan laboratorium

LEMBAGA PROMOSI LINGKUNGAN


HIDUP INDONESIA
IPAL LABORATORIUM

LEMBAGA PROMOSI LINGKUNGAN


HIDUP INDONESIA
KONSEP SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH
SETEMPAT

LEMBAGA PROMOSI LINGKUNGAN


HIDUP INDONESIA
TUJUAN PENGOLAHAN LUMPUR TINJA

 Menurunkan kandungan zat organik


dalam lumpur tinja

 Menghilangkan atau menurunkan


kandungan bakteri pathogen (Bakteri,
Virus, Jamur dll)

LEMBAGA PROMOSI LINGKUNGAN


HIDUP INDONESIA
 Akan dihasilkan lumpur Tinja (Septage)
yang memerlukan pengurasan dan
Pengolahan

 Produksi Lumpur dari suatu Tangki Septik :


 25 Liter/orang/tahun : untuk timbulan
dengan sumber WC
 40 Liter/orang/tahun: untuk timbulan dengan
sumber WC, dapur, dll.
 Atau 0,5 Liter/orang.hari
LEMBAGA PROMOSI LINGKUNGAN
HIDUP INDONESIA
KARAKTERISTIK LIMBAH TINJA

LEMBAGA PROMOSI LINGKUNGAN


HIDUP INDONESIA
BAKU MUTU EFLUENT IPLT

Sumber: PerMenKLHK no 68 Tahun 2016 tentang


Baku Mutu Air Limbah Domestik.
LEMBAGA PROMOSI LINGKUNGAN
HIDUP INDONESIA
LEMBAGA PROMOSI LINGKUNGAN
HIDUP INDONESIA
PENENTUAN KAPASITAS IPLT

 Debit Lumpur tinja = Presentase pelayanan x jumlah


penduduk daerah pelayanan x laju timbulan lumpur

- Presen pelayanan = ( 50 – 60 ) %
• - timbulan lumpur = 0,5 liter/orang.hari.

LEMBAGA PROMOSI LINGKUNGAN


HIDUP INDONESIA
FUNGSI UTAMA IPLT

 Sistem IPLT dirancang untuk


menstabilkan senyawa organik dan
meningkatkan padatan yang terkandung
dalam lumpur tinja sampai memenuhi
persyaratan untuk dibuang ke lingkungan
atau dimanfaatkan untuk kepentingan
tertentu.

LEMBAGA PROMOSI LINGKUNGAN


HIDUP INDONESIA
PRINSIP PENGOLAHAN LUMPUR

• Secara umum, pengolahan lumpur terbagi


atas 2 jenis yaitu pengolahan secara fisik
(pengolahan pendahuluan) dan pengolan
dengan proses biologi dengan tahapan mulai
dari stabilisasi, pengkondisian dan akhirnya
pengeringan.
a. Stabilisasi Lumpur
Tujuannya adalah:
➢ Mereduksi bakteri patogen
➢ Mengurangi bau
➢ Mencegah, mengurangi atau menghilangkan
factor-factor pembusukan
LEMBAGA PROMOSI LINGKUNGAN
HIDUP INDONESIA
b. Pengkondisian
Bertujuan untuk mempermudah pengeringan, yang dapat
dilakukan dengan metode kimia maupun metode panas,
c. Pengeringan
Bertujuan untuk menurunkan kadar air yang terkandung
dalam lumpur , hal yang perlu diperhatikan:
➢ Biaya yang diperlukan untuk mengangkut
lumpur kering akan lebih murah apabila telah
dikeringkan
➢ Pengurangan kadar air dilakukan untuk mencegah bau
dan pembusukan
➢ Lahan yang tersedia

LEMBAGA PROMOSI LINGKUNGAN


HIDUP INDONESIA
METODE PENGOLAHAN IPLT

1. Proses Konvensional :
a. Kolam Pemisah Padatan (Imhoff Tank atau SSC)
b. Kolam Anaerobik
c. Fakultatif
d. Kolam maturasi

2. Proses high rate :


a. SSC
b. IPAL Biologi
c. Sludge Treatment
a. Grit Chamber
b. Thickeniing
c. Chemical Sludge Treatment
d. IPAL Biologi

LEMBAGA PROMOSI LINGKUNGAN


HIDUP INDONESIA
IPALT BIODIGESTER

LEMBAGA PROMOSI LINGKUNGAN


HIDUP INDONESIA
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai