Anda di halaman 1dari 11

TO R

Jl. Tole Iskandar Komplek Ruko Sukmajaya No. 17 Telp. 021-77823891 Fax. 021-77823891

Term Of Reference
(T O R)

KEGIATAN
PENYUSUNAN DOKUMEN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
HIDUP
(AMDAL)

TERMINAL JATIJAJAR
KOTA DEPOK

Program : Peningkatan Kualitas Perencanaan dan


Pengendalian Pembangunan

Kegiatan : Penyusunan Dokumen Pengelolaan

Lingkungan Pekerjaan : Pembuatan Dokumen AMDAL Terminal Jatijajar

Nilai Pekerjaan : Rp. 250.000.000,00

Sumber Dana : APBD Kota Depok

Tahun Anggaran 2011

TOR: AMDAL TERMINAL JATIJAJAR KOTA DEPOK, 2011 1


TOR

Term of
Reference (T O R)
PENYUSUNAN DOKUMEN
ANALISI DAMPAK LINGKUNGAN
(AMDAL)
TERMINAL JATIJAJAR
KOTA DEPOK
TAHUN 2011

1.1. LATAR BELAKANG

Secara administratif Kota Depok terdiri dari 11 Kecamatan, 63 Kelurahan dengan luas
wilayah 200,29 km2 atau 20.029 ha. Secara geografis letak Kota Depok berada di
Selatan DKI Jakarta dan sebelah Utara Kabupaten Bogor serta kota-kota lain yang ada di
sekitarnya. Kemudahan aksesibilitas untuk menuju kota-kota yang ada di sekitarnya
adalah melalui jaringan jalan.

Pada tahun 2003 penduduk Kota Depok mencapai 1,2 juta. Berdasarkan data (BPS)
tahun 2007 penduduk Kota Depok 1,4 juta jiwa dan pada tahun 2009 mencapai 1,5 juta
jiwa. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan penduduknya adalah lebih disebabkan laju
pertumbuhan migrasi (penduduk komuter) dari wilayah sekitarnya.

Seiiring pesatnya laju pertumbuhan penduduk dan perkembangan pembangunan Kota


Depok, memacu pula kebutuhan akan kelengkapan prasarana kota, di antaranya adalah
prasarana transportasi yang vital bagi kondisi keselamatan dan kelancaran dan ketertiban
lalu lintas di Kota Depok. Menyadari pentingnya prasarana trasnsportasi yang memadai
tersebut, Pemerintah Kota Depok telah mengantisipasi dengan pembangunan jaringan-
jaringan jalan baru dan pengembangan sub sub pusat kota, di mana setiap sub-pusat kota
akan dibangun prasarana transportasi, dengan node berupa terminal penumpang.

Pada dasarnya, pembangunan fasilitas perkotaan terbentuk melalui proses sosial ekonomi
dan budaya yang berlangsung terus menerus. Sarana-prasarana untuk mendukung
mobilitas penduduk adalah transportasi baik berupa moda, jaringan jalan dan terminal.

Pembangunan terminal sebagai fasilitas kota merupakan tempat (node) transfer mobilitas
penduduk yang datang dan pergi ke tempat lain baik di dalam maupun di luar perkotaan.
Fasilitas perpindahan penumpang angkutan umum dapat didefinisikan suatu tempat
dimana terdapat fasilitas bagi penumpang agar dapat naik ke atau turun dari angkutan
umum.

Terminal sebagai fasilitas perpindahan penumpang merupakan bagian dari sistem


penyediaan angkutan umum, sehingga eksistensi dan pengoperasiannya harus pula
ditujukan untuk mempercepat proses transfer, memberikan kenyamanan dan keamanan
saat menunggu, memberikan informasi yang diperlukan, tidak mengganggu kelancaran
dan tidak membahayakan arus lalulintas dan pelestarian lingkungan serta tidak
mengganggu aktifitas di sekitar kawasan.

TOR: AMDAL TERMINAL JATIJAJAR KOTA DEPOK, 2011 2


Secara hirarki, dalam satu kota dibutuhkan adanya satu buah terminal tipe A atau sebuah
terminal tipe B dan beberapa terminal Tipe C. Terminal tipe A, berfungsi melayani
kendaraan umum untuk angkutan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP), dan/atau angkutan
lintas batas negara, angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP), angkutan kota (Angkot),
dan/atau angkutan pedesaan (Ades). Terminal tipe B, berfungsi melayani kendaraan
umum untuk angkutan AKDP, angkutan kota (Angkot), dan/atau angkutan pedesaan
(Ades). Sementara terminal tipe C, di mana jumlah dan sebarannya tergantung pada
jumlah penumpang yang dilayani dan bentuk kota. Biasanya terminal C terletak dipinggir
kota yang merupakan titik pertemuan antara angkutan kota dan angkutan perdesaan
sehingga banyaknya terminal lokal tergantung pada banyaknya titik pertemuan antara
angkutan kota dan angkutan pedesaan.

Hingga saat ini (tahun 2010), Kota Depok memiliki satu buah terminal tipe B (luas  1,5
ha) terletak di pusat Kota Depok, yang memiliki akses langsung ke Jalan Raya Margonda.
Hingga kini Terminal Margonda (Tipe B ini) masih beroperasi, dengan kondisi yang sudah
tidak layak lagi, baik dari segi kapasitas maupun fungsinya, terutama untuk kendaraan bus
yang melayani Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) dan kendaraan bus yang melayani
Antar Kota Antar Provinsi (AKAP).

Berdasarkan letak dan luasnya serta banyaknya arus lalu lintas yang keluar masuk dari
dan ke lokasi Terminal Margonda di Kota Depok ini, menyebabkan kinerja sistem
transportasi semakin menurun. Kondisi ini mendasari pemerintah Kota Depok untuk
merencanakan pembangunan Terminal Tipe A yang berlokasi di Jatijajar.

Rencana pembangunan Terminal Jatijajar Kota Depok diusulkan sebagai Terminal Tipe A
seluas 10,12 ha dengan tujuan untuk mengatasi permasalahan angkutan penumpang
yang cenderung padat dan terpusat di Kota Depok.

Pemilihan lokasi dan tipe terminal adalah berdasarkan Studi Kelayakan Terminal Jatijajar
sesuai arahan Pengembangan Sub Pusat Kota dalam RTRW Kota Depok, (Bappeda
Kota Depok, 2001), Surat Keputusan Gubernur Jawa Barat No. 551.22/Kep.146-
Sarek/2005 tentang Penetapan Lokasi Terminal dan Keputusan Menteri Perhubungan No.
31/1995, serta berdasarkan SK Dirjen Perhubungan Darat No. SK.371/AJ.101/DRJD/2008
tentang Penetapan Lokasi Terminal Penumpang Tipe A di Kota Depok .

Berdasarkan uraian di atas, rencana pembangunan Terminal Jatijajar (Terminal Tipe A) ini
telah sesuai dengan rencana pengembangan sub sub-pusat Kota Depok, yaitu Sub-Pusat
Kota pada BWK Jatijajar yaitu di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok 2000 –
2010 hasil revisi sesuai Peraturan Daerah (Perda) Kota Depok No. 2 tahun 2009
tentang Perubahan Perda No. 12 Tahun 2001 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Depok Tahun 2000 – 2010.
1.2. TUJUAN DAN KEGUNAAN AMDAL

Tujuan dan kegunaan dari Penyusunan AMDAL bidang Perhubungan (sub sector
Prasarana Transportasi, sub- sektor terminal adalah sebagai berikut:

1.2.1. Tujuan

Tujuan penyusunan dokumen AMDAL ini adalah:

a. Merumuskan saran tindakan pencegahan, penanggulangan dan pengendalian


dampak serta meminimalisasi dampak negatif, mengembangkan dampak positif yang
timbul dari kegiatan.
b. Menjabarkan pelaksanaan RKL-RPL dalam pembangunan prasarana kota sektor
terminal secara terpadu/selaras dengan pembangunan sector lainnya .
c Sebagai acuan bagi pemrakarsa dalam melaksanakan RKL-RPL terhadap jenis
kegiatan sektor terminal.
d. Meningkatkan kinerja dan koordinasi lintas sektoral antar instansi yang bertanggung
jawab di bidang pengelolaan dan pengendalian dampak lingkungan hidup di tingkat
propinsi, kabupaten/kota dengan instansi yang saling berkaitan.

2.2.2. Kegunaan AMADAL

Kegununaan dokumen AMDAL ini adalah:

a Sebagai pedoman bagi pemrakarsa, dalam hal pengambilan keputusan terhadap


pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang akan dilakukan.
b. Bahan acuan koordinasi antar instansi yang terkait dalam implementasi dan
pengawasan pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang berkaitan dengan
kegiatan yang dilakukan.
c. Sebagai bahan acuan pelaksanaan dalam meminimalisasi dampak negatif,
optimalisasi dampak positif dan efisiensi dalam pembiayaan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan.
d. Sebagai dokumen pengikat bagi pemrakarsa, sebagaimana tertuang dalam Surat
Pernyataan Pelaksanaan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan.

1. 3. DASAR HUKUM

Dasar hukum yang digunakan sebagai acuan penyususnan dokumen AMDAL Terminal
Jatijajar adalah:

1.3.1. Undang-Undang

1. Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok


Agraria. Undang-undang ini digunakan sebagai acuan dalam memahami masalah
pertanahan (hak guna bangunan, fungsi tanah dan lainnya).
2. Undang-Undang RI No. 51 Tahun 1960 tentang Larangan Pemakaian Tanah
Tanpa Izin yang Berhak atau Kuasanya. Undang-undang ini digunakan sebagai
acuan dalam penggunaan tanah sesuai perizinan.
3. Undang-Undang RI No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Undang-
undang ini sebagai acuan dalam penerapan keselamatan kerja.
4. Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya. Undang-undang ini digunakan sebagai acuan
memahami dan pelaksanaan konservasi.
5. Undang-Undang RI No. 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna
Bangunan dan Hak Guna Pakai Atas Tanah. Undang-undang ini sebagai acuan
dalam penggunaan tanah sesuai haknya.
6. Undang-Undang RI No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Undang-undang
ini sebagai acuan memahami dan kegunaan sumber air di wilayah studi.
7. Undang-Undang RI No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Undang-
undang ini sebagai acuan kewenangan pemerintahan daerah.
8. Undang-Undang RI No. No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan. Undang-undang ini
sebagai acuan dalam memahami tentang kriteria jalan dan fungsi jalan.
9. Undang-Undang RI No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Undang-
undang ini sebagai acuan dalam memahami tata ruang di wilayah studi.
10. Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Politik
sebagai acuan dalam penyampaian dan keterbukaan informasi kepada publik.
11. Undang-Undang RI No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, sebagai
acuan memahami pengelolaan sampah, tugas dan kewenangan pemerintah, hak
dan kewajiban, penyelenggaraan pengelolaan, pembiayaan dan kompensasi,
kerjasama dan kemitraan, peran masyarakat dalam pengelolaan sampah.
12. Undang-Undang RI No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Undang-undang ini sebagai acuan memahami lalu lintas dan angkutan jalan
kaitannya.
13. Undang-Undang RI No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup digunakan sebagai acuan pengelolaan lingkungan hidup di
lokasi pembangunan.
1.3.2. Peraturan Pemerintah dan Peraturan/Keputusan Presiden
1. Peraturan Pemerintah RI No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup (AMDAL). Peraturan ini sebagai acuan pengertian dan
pentingnya AMDAL.
2. Peraturan Pemerintah RI No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran
Udara. Peraturan ini sebagai acuan dalam memahami komponen pencemaran
udara dan pengendaliannya.
3. Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air. Peraturan ini sebagai acuan memahami
kualitas air dan pengendaliannya.
4. Peraturan Pemerintah RI No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah.
Peraturan ini sebagai acuan dalam memahami penataan penggunaan tanah.
5. Peraturan Pemerintah RI No. 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU
No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.
6. Peraturan Pemerintah RI No 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumberdaya
Air; sebagai acuan dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya air.
7. Peraturan Presiden RI No. 54 tahun 2008 tentang Penataan Ruang Wilayah
Jakarta Bogor Depok Bekasi Puncak dan Cianjur (Jabodetabekpunjur). Perturan
ini sebagai acuan kesesuai lokasi proyek dalam tata ruang.
1.3.3. Peraturan/Keputusan Menteri dan Kepala Badan
Peraturan/Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
1. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI No. 48/MENLH/11/1996 tentang
Baku Tingkat Kebisingan. Keputusan ini sebagai acuan standar tingkat
kebisingan dari setiap sumber kegiatan.
2. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI Nomor Kep. 50/MENLH/II/1996
tentang Baku Tingkat Kebauan. Keputusan ini sebagai acuan tingkat kebauan.
3. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI No. 112 tahun 2003 tentang
Baku Mutu Air Limbah Domestik. Keputusan ini sebagai acuan dalam melepas
dan mengukur air limbah domestik.
4. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI No. 45 tahun 2005 tentang
Pedoman Penyusunan Laporan Pelaksanaan RKL dan RPL. Keputusan ini
sebagai acuan penerapan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan.
5. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI No. 11 Tahun 2006 tentang
Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Peraturan sebagai acuan wajib AMDAL.
6. Peraturan Menteri Negara LH No. 5 tahun 2008 tentang Tata Kerja Komisi Penilai
AMDAL.
7. Peraturan Menteri Negara LH No 6 tahun 2008 tentang Tata Laksana Lisensi
Komisi Penilai AMDAL Kabupaten/Kota.
8. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI No. 12 tahun 2009 tentang Pemanfaatan
Air Hujan. Peraturan ini sebagai acuan pemanfaatan air hujan untuk
pengembalian peningkatan debit limpasan air hujan akibat pembangunan.
9. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI No. 17 tahun 2009 tentang Pedoman
Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup dalam Penataan Ruang Wilayah.
Peraturan ini sebagai acuan penyelarasan rencana pembangunan dengan
rencana tata ruang yang ditetapkan pemerintah.
Peraturan/Keputusan Menteri Kesehatan
1. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-
Syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Peraturan ini sebagai acuan parameter
kualitas air bersih.
2. Keputusan Menteri Kesehatan (KepMenKes) RI No. 288/Menkes/SK/III/2003
tentang Pedoman Penyehatan Sarana dan Bangunan Umum. Keputusan ini
sebagai acuan bagi perlindungan kesehatan tenaga kerja.
Peraturan/Keputusan Menteri Kimpraswil/Pekerjaan Umum
1. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor. 41 Tahun 2000
tentang Penentuan Kapasitas Perparkiran. Keptusan menteri ini sebagai acuan
menghitung kapasitas parkir berdasarkan luas lantai bruto.
2. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum (Kepmen PU) No. 17 tahun 2004 tentang
Sumur Resapan. Keputusan ini sebagai acuan penerapan sumur resapan.
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman
Persyaratan Teknis Bangunan Gedung, sebagai acuan teknis dalam
pembangunan gedung/bangunan.
4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 30/2006 tetang Pedoman Teknis
Fasilitas dan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan. Peraturan
ini sebagai pedoman Fasilitas dan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung untuk
kepentingan tanggap darurat.
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (PU) No. 24/PRT/M.2007 tetang Advis
Teknis Pemadam Kebakaran (Damkar). Peraturan ini sebagai pedoman tanggap
darurat dan keselamatan lingkungan.
6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008 tetang Pedoman
Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan.
Peraturan ini sebagai pedoman pemanfaatan lahan dalam mendukung ruang
terbuka hijau di wilayah perkotaan.
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (PU) No. 26/PRT/M.2008 tetang Persaratan
Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
Peraturan ini sebagai pedoman penataan gedung untuk kepentingan tanggap
darurat dan keamanan lingkungan.
Peraturan/Keputusan Menteri Tenaga Kerja
1. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. 03/MEN/1999: Syarat-Syarat Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3). Peraturan ini sebagai acuan penerapan K3 di
lingkungan kerja.
Keputusan Kepala Badan dan Dirjen
1. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) RI No. 3 Tahun 1992
tentang Tata Cara bagi Perusahaan untuk Memperoleh Pencadangan Tanah, Izin
Lokasi, Pemberian Perpanjangan dan Pembaharuan Hak Atas Tanah serta
Penerbitan Sertifikatnya.
2. Keputusan Bapedal No. 8 Tahun 2000 tentang Keterbukaan Informasi dan
Keterlibatan Masyarakat dalam Proses AMDAL. Keputusan ini sebagai acuan
bagi masyarakat tentang informasi dokumen lingkungan sesuau UU No. 32/2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
3. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor 272.HK.105/DRJD/1996
tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir, sebagai acuan
perparkiran.
1.3.4. Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Jawa Barat
1. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 10 Tahun 2001 tentang
Pengambilan dan Pemanfaatan Air Permukaan jo Keputusan Gubernur Jawa
Barat Nomor 3 tahun 2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah
Provinsi Jawa Barat No.10 Tahun 2001.
2. Keputusan Gubernur KDH TK I Jawa Barat No. 660.31/SK.1718/-BKMD/82
tentang Penunjukkan Laboratorium Penguji Kualitas Air. Keputusan ini sebagai
acuan laboratorium yang digunakan/dirujuk untuk analisis sampel yang diambil.
3. Keputusan Gubernur KDH TK I Jawa Barat No. 17 tahun 1993 tentang Tarikan
dan Bangkitan Lalulintas. Keputusan ini sebagai acuan tarikan dan bangkitan
lalulintas dari dan ke lokasi proyek.

1.3.5. Peraturan Daerah (Perda) Kota Depok


1. Peraturan Daerah Kota Depok No. 1 Tahun 2001 tentang izin Gangguan.
Peraturan ini sebagai acuan perusahaan dalam melaksanakan kegiatan K3
(Ketertiban, Keindahan, Kebersihan) sesuai program Pemerintah Kota Depok.
2. Peraturan Daerah Kota Depok No. 2 tahun 2009 tentang Perubahan Perda No.
12 Tahun 2001 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok Tahun 2000 –
2010.
3. Peraturan Daerah Kota Depok No. 05 Tahun 2002 tentang Izin Pengelolaan
Limbah Cair. Peraturan ini sebagai acuan pelaksanaan pengelolaan limbah cair.
4. Peraturan Daerah Kota Depok No. 09 Tahun 2002 tentang Pengelolaan Air
Bawah Tanah. Peraturan ini sebagai acuan penambilan air bawah tanah.
5. Peraturan Daerah Kota Depok No. 13 tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan. Peraturan ini sebagai acuan advis teknis Analisis
Dampak Lalulintas.
6. Peraturan Daerah Kota Depok No. 15 Tahun 2003 tentang Retribusi Izin
Gangguan. Peraturan ini sebagai acuan retribusi dalam izin gangguan.
7. Peraturan Daerah Kota Depok No. 18 Tahun 2003 tentang Garis Sempadan.
Perda ini sebagai acuan penggunaan sempadan sungai dan sempadan jalan.
8. Peraturan Daerah No. 3 Tahun 200t tentang Surat Izin Pengelolaan Limbah Cair
(SIPLC). Perda ini sebagai acuan bagi pemrakarsa dalam membayar retribusi
IMB.
9. Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2006 tentang Bangunan dan Retribusi Izin
Mendirikan Bangunan (IMB). Perda ini sebagai acuan bagi pemrakarsa dalam
membayar retribusi IMB.
10. Peraturan Daerah Kota Depok No. 8 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat
Daerah (OPD) di Kota Depok. Peraturan ini sebagai acuan dalam OPD Kota
Depok.
11. Peraturan Daerah (Perda) Kota Depok No. 2 tahun 2009 tentang Perubahan
Perda No. 12 Tahun 2001 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok
Tahun 2000 – 2010.
1.3.5. Keputusan dan Peraturan Walikota Depok
1. Keputusan Walikota Depok No. 03 Tahun 2005 tentang Tata Cara dan Prosedur
Izin Pengelolaan Limbah Cair. Keputusan ini sebagai acuan pengelolaan limbah
cair
2. Peraturan Walikota (Perwa) No. 36 tahun 2008 tentang Tugas, Pokok dan Tata
Kerja Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Depok. Perwa ini sebagai acuan
memahami tugas pokok dan tata kerja di lingkungan BLH Kota Depok.
3. Keputusan Walikota Depok No. 660.1/238/kpts/BLH/Huk/2009 tentang
Pembentukan Komisi AMDAL Kota Depok, sebagai acuan penilai AMDAL atau
UKL/UPL di Kota Depok.

1.3. LINGKUP KEGIATAN PENYUSUNAN AMDAL TERMINAL JATIJAJAR

Jenis kegiatan yang akan dilakukan penyusunan dokumen AMDAL ini adalah Kegiatan
Pembuatan Dokumen AMDAL Terminal Jatijajar Tipe A di Kota Depok.

Lingkup Kegiatan Penyusunan Amdal Terminal Jatijajar, yaitu :

1. Melaksanakan pengumuman di koran.

2. Melaksanakan konsultasi publik kepada masyarakat terkena dampak.

3. Melakukan pengujian laboratorium, diuji oleh laboratorium yang bersertifikasi


menurut Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor : 660.13/Kep.972-BLHD/2004
Tentang Penunjukan atau Kementrian Lingkungan Hidup Republik Indonesia,
meliputti 2 Titik Sampling Air Bersih, 2 Titik Sampling Badan Air Penerima Hulu, 2
Titik Sampling Badan Air Penerima Hilir, 2 Titik Sampling Udara dan Kebisingan.

4. Membuat buku Kerangka Acuan (KA) dan diperbanyak sebanyak 15 buku.

5. Membuat buku Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana


Pemantauan Lingkungan (RPL) dan diperbanyak sebanyak 15 buku.

6. Membuat buku Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) dan diperbanyak


sebanyak 15 buku.
7. Membuat Ringkasan Eksekutif (RE)

8. Melaksanakan sidang KA

9. Melaksanakan Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL), Rencana Pengelolaan


Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).

1.4. PENYUSUNAN LAPORAN

Sistematika Penyusunan AMDAL Pembangunan Terminal Jatijajar di Kota Depok adalah


mengacu pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 8 tahun 2006 tentang
Pedoman Penyusunan AMDAL yang mencakup dokumen Kerangka Acuan Analisis
Dampak Lingkungan (KA-ANDAL), Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL), Rencana
Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL), Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)
dan Ringkasan Eksekutif AMDAL.

1.5. PENUGASAN TENAGA AHLI

Tenaga ahli yang diperlukan dalam studi ini terdiri dari ketua tim dan tenaga ahli yang
mempunyai pengalaman dibidang masing-masing sesuai dengan keahliannya, yaitu
dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Team Laeder (Ketua Tim-S2) 1 Orang
b. Ahli Biologi / lingkungan 1 Orang
c. Ahli lingkungan Fisika- Kimia 1 Orang
d. Ahli Sosial Budaya dan/ Kesmas 1 Orang
e. Tenaga Pendukunga Adminstrasi/ Sekretaris 1 Orang
f. Tenaga Pendukung Surveyor 2 Orang

a. Ketua Tim/Team Leader

Tenaga ahli untuk ketua tim dengan latar belakang pendidikan S-1/S-2 Ilmu Lingkungan
dan atau yang sudah memiliki sertifikat AMDAL B (penyusun), sertifikat kompetensi
sebagai ketua team leader dan sertifikat lingkungan lainnya, dengan pengalaman lebih
dari 7 tahun, serta minimal sudah 5 kali menjadi Ketua Tim AMDAL, tugas dan tanggung
jawab:

 Bertanggung jawab terhadap proses penyusunan dokumen ini hingga selesai


(laporan akhir)
 Mengkoordinasikan Tim Pelaksana Pekerjaan dalam diskusi-diskusi dengan Pihak
Pemberi Tugas maupun instansi lain yang dianggap perlu terkait dengan kegiatan ini.
 Melakukan koordinasi dengan anggota tim lainnya dalam melakukan analisis
yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan ini.
 Bersama-sama dengan tenaga Ahli lainnya merumuskan dan analisis komponen
lingkungan terkena dampak besar dan penting.
b. Ahli Biologi/Lingkungan

Ahli Biologi/Lingkungan, mempunyai latar belakang pendidikan S-1/S-2 Biologi dan


konservasi lingkungan dengan pengalaman lebih dari 7 tahun memiliki sertifikat AMDAL
A, dengan tugas dan tanggung jawab antara lain :

 Mengidentifikasi permasalahan-permasalahan dan dampak yang terkait dengan


proyek terhadap komponen lingkungan hayati pada ekosistem darat-laut.
 Melakukan pengumpulan dan mengkaji data dampak lingkungan yang berkaitan
dengan dampak pada aspek biota darat dan air pada ekosistem pesisir/laut.
c. Ahli Fisik-kimia

Ahli Fisik-kimia mempunyai latar belakang pendidikan S-1/S-2 Ilmu Lingkungan atau
kajian fisik-kimia pengalaman minimal 5 tahun memiliki sertifikat AMDAL A dan sertifikat
lingkungan lainnya, dengan tugas dan tanggung jawab antara lain:

 Mengidentifikasi permasalahan dan dampak yang terjadi dan akan terjadi terkait
dengan operasional proyek terhadap komponen lingkungan fisik-kimia.
 Melakukan pengumpulan dan mengkaji data yang berkaitan dengan dampak
pada aspek fisik-kimia: seperti ketata-ruangan, perubahan penggunaan lahan
dan debit limpasan serta kualitas lingkungan yang akan terjadi.

d. Ahli Sosekbudkesmas

Ahli Sosial dan atau kesmas, mempunyai latar belakang pendidikan S-1 dengan
pengalaman dibidang sosial lebih dari 4 tahun, dengan tugas dan tanggungjawab:

 Mengidentifikasi permasalahan dan dampak yang terkait dengan operasional yang


member dampak terhadap komponen lingkungan sosekbud;
 Melakukan pengumpulan dan mengkaji data dampak lingkungan berkaitan bidang
sosial dan juga data kesehatan lingkungan sekitar rencana terminal.

e. Tenaga Pendukung

Tenaga pendukung yang membantu dalam penyusunan dokumen ini adalah tenaga
administrasi (minimal SMU) dan dua orang tenaga surveyor (minimal SMU).

1.6. JADWAL PELAKSANAAN

Pelaksanaan kegiatan Penyusunan Dokumen AMDAL Terminal Jatijajar Tahun 2011


adalah bulan Maret sampai dengan Mei 2011 (3 Bulan).

1.7. BIAYA PELAKSANAAN

Biaya Penyusunan Dokumen AMDAL Terminal Jatijajar Tahun Anggaran 2011 adalah
sebesar Rp. 250.000.000,00.

Anda mungkin juga menyukai