Anda di halaman 1dari 12

STUDI PERENCANAAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH

(IPAL) PABRIK TAHU FIT MALANG DENGAN DIGESTER


ANAEROBIK DAN BIOFILTER ANAEROBIK-AEROBIK
Shafiya Sausan Hidayati1, Donny Harisuseno2, Rini Wahyu Sayekti 2
1)
Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
2)
Dosen Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
Universitas Brawijaya-Malang, Jawa Timur, Indonesia
Jalan MT.Haryono 167 Malang 65145 Indonesia
e-mail: shafiyasausan@gmail.com

ABSTRAK

Pabrik Tahu FIT Malang memiliki kapasitas produksi sebanyak 910 kg kedelai per harinya
dengan limbah cair hasil produksi sebesar 20,753 m3/dt yang langsung dibuang ke badan penerima
air tanpa pengolahan terlebih dahulu. Hasil uji laboratorium menyebutkan bahwa kandungan BOD,
COD, TSS, dan pH pada limbah cair tahu belum memenuhi baku mutu yang berlaku sehingga
diperlukan adanya upaya untuk meminimisasi dampak negatif pada badan penerima air dengan
merencanakan instalasi pengolahan air limbah serta memanfaatkan potensi limbah cair menjadi
sumber daya berupa biogas. Pada perencanaan ini dibutuhkan dua jenis data yaitu data debit limbah
cair serta data kualitas air. Pengukuran debit limbah cair tahu dilakukan pada saluran outlet pabrik
selama tujuh hari pada saat jam produksi di setiap jamnya. Untuk pengambilan sampel limbah
dilakukan dengan cara sesaat (grab sampling) dengan pemilihan waktu pada saat produksi
mencapai jam puncak. Dari hasil perencanaan didapatkan tahapan pengolahan yaitu bak ekualisasi,
digester anaerobik, bak pengendapan awal, biofilter anaerobik-aerobik, dan bak pengendapan akhir.
Dari proses pengolahan tersebut akan diperoleh hasil effluent yang mampu memenuhi baku mutu
sehingga layak dibuang ke badan penerima air. Perkiraan effluent hasil pengolahan sebesar BOD =
10,53 mg/L, COD = 128,19 mg/L, TSS = 3,96 mg/L dan pH = 7,5. Perkiraan perolehan biogas
secara teoritis yang diperoleh dari nilai COD sebesar 516,31 m3 untuk setiap harinya.
Kata Kunci: limbah cair tahu, IPAL, digester anaerobik, biofilter anaerobik-aerobik, biogas

ABSTRACT

FIT Tofu Industry Malang has production capacity of 910 kg soybeans per day release 20,753
m3/s wastewater that directly discharged to the water without first processing. The results of
laboratory tests mentioned that BOD, COD, TSS, and pH in tofu wastewater are far from the
quality standards specified so that there is an effort to minimize the negative impact on the water
recipient by planning the wastewater treatment installation and utilizing the potential of wastewater
into a alternative resource namely biogas. In this planning required two types of data that is
wastewater discharge data and water quality data. Measurement of wastewater discharge is carried
out on the outlet channel for seven days at the hour of production in each hour. For wastewater
sampling is used by grab sampling with the election time when production reaches peak hour. The
results of wastewater planning, the processing stage is equalization, anaerobic digester, pre-settling
basin, anaerobic-aerobic biofilter, and final settling basin. From the processing process will be
obtained the effluent results that is able to meet the quality standards so that proper discharged to
the recipient water. The estimated effluent of processing result is BOD = 10,53 mg/L, COD =
128,19 mg/L, TSS = 3,96 mg/L and pH = 7,5. The theoretical estimation of biogas obtained from
the COD value are 516.31 m3 for each day.
Keywords: tofu wastewater, WTI, anaerobic digester, anaerobic-aerobic biofilter, biogas
PENDAHULUAN yang dihasilkan mengandung gas metana
Industri tahu merupakan salah satu (50-70% volume), karbondioksida (30-
industri pangan yang berpotensi dalam 40%), serta sejumlah kecil gas seperti H2,
pencemaran air dari limbah cair yang H2S, uap H20, dan nitrogen (Romli, M.
dihasilkannya (Mufida, 2015). Besarnya dan Suprihatin, 2009). Biogas dapat
pemakaian air pada proses produksi tahu dimanfaatkan sebagai bahan bakar
menghasilkan limbah cair dengan debit pengganti minyak tanah dan LPG.
yang cukup besar yaitu 12 m3/ton kedelai Efisiensi pada proses digester
(Zamroni, 2004 dalam Wagiman, 2006) anaerobik hanya berkisar antara 60-90%
dan kandungan bahan organiknya juga saja, sehingga hal ini masih menjadi
tinggi seperti COD sebesar 5000-8000 sumber pencemaran lingkungan
mg/L (Wagiman, 2001 dalam Wagiman, mengingat kandungan senyawa organik
2006). Selain pencemaran air, bau yang pada limbah cair tahu sangat tinggi. Suatu
dihasilkan dari limbah cair tahu sangat alternatif pengolahan limbah yang cukup
busuk sehingga mengganggu sederhana agar lebih efisien kinerjanya
kenyamanan masyarakat sekitar dalam adalah dengan menggunakan pengolahan
beraktivitas. sistem kombinasi biofilter anaerobik-
Berdasarkan Peraturan Gubernur aerobik.
Jawa Timur Nomor 72 Tahun 2013 Pengolahan air limbah dengan
Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi biofilter anaerobik lebih efisien dalam
Industri dan/atau Kegiatan Usaha mereduksi senyawa organik yang tinggi,
Lainnya untuk industri berbahan dasar namun effluent yang dihasilkan masih
kedelai, parameter yang digunakan mengandung metana dan amonia
adalah BOD, COD, TSS, dan pH sehingga menimbulkan bau busuk.
sehingga kualitas limbah yang dihasilkan Sehingga ditambahkan biofilter aerobik
harus memenuhi keempat kriteria untuk mereduksi senyawa organik yang
tersebut. tersisa, serta menghilangkan bau yang
Pabrik Tahu FIT Malang merupakan dihasilkan dari proses sebelumnya
salah satu industri tahu dengan kapasitas dengan penambahan oksigen.
produksi cukup besar yaitu 910 kg Tujuan dari penelitian yang
kedelai/hari yang belum melakukan dilakukan untuk mendapatkan desain
pengolahan terhadap limbah cair tahu IPAL yang sesuai untuk memberi
yang dihasilkannya. Oleh karena itu masukan kepada Pabrik Tahu FIT
diperlukan suatu instalasi pengolahan air Malang agar melakukan pengolahan
limbah (IPAL) yang ramah lingkungan terhadap limbah cair yang dihasilkan
serta dengan memanfaatkan potensi sehingga air limbah dapat dibuang secara
sumber daya yang dihasilkan dari limbah layak ke badan penerima air karena telah
cair tahu. Kandungan COD yang tinggi memenuhi baku mutu yang ditentukan
pada limbah cair tahu berpotensi untuk oleh pemerintah.
menghasilkan biogas. Biogas dapat
diproduksi dari proses pengolahan secara METODOLOGI PENELITIAN
anaerobik (Faisal dkk., 2016). Lokasi Studi
Dalam perencanaan ini akan Lokasi penelitian berada di Pabrik
digunakan pengolahan secara biologis Tahu FIT Malang yang terletak di Desa
menggunakan sistem anaerobik dan Bocek, Kecamatan Karangploso,
aerobik. Untuk pengolahan awal Kabupaten Malang. Letak geografis
menggunakan digester anaerobik agar Pabrik Tahu FIT berada pada koordinat
dihasilkan biogas dari proses degradasi 7º52’45,5” Lintang Selatan dan
senyawa organik oleh bakteri 112º35’28,8” Bujur Timur Adapun peta
metanogenik tanpa adanya udara. Biogas lokasi dapat dilihat pada Gambar 1.
BOCEK

Gambar 1. Lokasi Penelitian

Data – Data yang Digunakan Denah Lokasi Pabrik


Dalam penyusunan studi ini Tempat Pencucian, Perendaman,

diperlukan data-data yang mendukung, dan Penggilingan Kedelai


Tempat Penyimpanan
Kayu
Tempat

yaitu: Tempat Produksi


Tahu 1
Penggorengan
Tahu

1. Data kualitas air limbah yang berfungsi Tempat Produksi


Bak
Tahu 2
untuk mengetahui kandungan senyawa A
Perendaman
Tahu
Tempat Penyimpanan
Kedelai
organik dalam limbah cair. Tempat Produksi
Tahu 3

2. Data debit limbah yang digunakan Tempat Produksi


Bak
Perendaman
Tahu
Tahu 4
untuk mengetahui besar air limbah B
Akses
Jalan
Rumah Pemilik
Pabrik
Tandon Air dan Bak Air Bersih
yang dihasilkan selama proses Tempat Penyimpanan
Kedelai
produksi tahu sedang berlangsung. C
Saluran Drainase Saluran Drainase

Keterangan:
A : Saluran Pembuangan Limbah Cair pada

Pengambilan Sampel dan Debit B


C
Tiap Proses Produksi
: Saluran Pembuangan Limbah Cair
: Outlet Saluran Pembuangan Limbah
Cair (Lokasi Sampling Sampel dan Debit)
Limbah
 Pengambilan Sampel Gambar 2. Titik pengambilan sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada
saluran outlet pabrik yang dapat dilihat  Pengambilan Debit Limbah Cair
pada Gambar 2, dengan metode grab Terdapat dua metode dalam
sampling. Sampel diambil menggunakan menentukan debit limbah cair tahu, yaitu
botol dari bahan plastik berukuran 1 L. berdasarkan kebutuhan air dan
Sampel yang telah diambil diserahkan ke pengukuran langsung di saluran outlet.
laboratorium kualitas air Perum Jasa Tirta Debit limbah berdasarkan kebutuhan air
I untuk mendapatkan hasil pengujian diperoleh dari hasil wawancara dengan
kualitas limbah cair tahu. karyawan pabrik, sedangkan metode
pengukuran langsung adalah:
1 Melakukan survey pada pabrik untuk
menentukan lokasi pengukuran debit.
Dalam studi ini pengukuran debit Analisa Kualitas Air Limbah
dilakukan pada saluran outlet pabrik. Analisa ini dilakukan guna
2 Pengukuran debit limbah dilakukan memperoleh kualitas limbah cair tahu
selama 9 jam saat proses produksi tahu yang dihasilkan dari proses produksi
sedang berlangsung menggunakan tahu. Penentuan parameter uji didasarkan
gelas ukur dan stopwatch. pada Peraturan Gubernur Jawa Timur
3 Pengukuran ini dilakukan selama tujuh Nomor 72 Tahun 2013 dengan empat
hari berturut-turut dengan parameter yaitu BOD, COD, TSS, dan
pengambilan sampel debit pada setiap pH. Hasil analisa tertera pada Tabel 2.
jamnya menggunakan varian lima data Tabel 2. Hasil Analisa Kualitas Limbah
untuk mengetahui ketepatan data. Cair Tahu
4 Data debit yang telah diambil Hasil Baku
Parameter
kemudian diolah untuk mengetahui pH BOD COD TSS
Analisa Mutu*
(mg/L) (mg/L) (mg/L)
debit rerata harian agar dapat dijadikan
Uji 1** 6 -9 4,4 2964 16000 638,5
dasar perencanaan untuk kapasitas Uji 2** 150 4,5 5026 63200 327,2
IPAL. Uji 3** 300 7,1 4326 32100 757
Uji 4** 100 5,6 5201 63300 3663
HASIL DAN PEMBAHASAN Sumber: Hasil Analisa Laboratorium
Perhitungan Debit Limbah Cair *) Pergub Jatim No. 72 Tahun 2013
Debit limbah cair yang digunakan **) Uji -1 : Tanggal 27 April 2016
sebagai dasar perencanaan IPAL adalah Uji -2 : Tanggal 28 Sept 2016
debit yang diukur secara langsung di Uji -3 : Tanggal 19 Okt 2016
saluran outlet secara jam-jaman selama Uji -4 : Tanggal 14 Des 2016
tujuh hari. Rekapitulasi hasil perhitungan Dari hasil analisa tersebut dapat
debit seperti pada Tabel 1. dilihat bahwa seluruh pengujian yang
Tabel 1. Rekapitulasi Perhitungan dilakukan kecuali parameter pH pada uji
Debit Limbah Cair 3 tidak memenuhi standar baku mutu
Debit Debit yang ada, bahkan parameter COD
Rerata Harian Jam terbilang sangat tinggi nilainya. Nilai
Hari
Harian Maks. Puncak polutan yang digunakan sebagai dasar
(m3/hr) (m3/hr) untuk menentukan pengolahan pada
Senin 16,193 29,790 12.00 IPAL dipilih yang tertinggi agar sistem
Selasa 19,133 31,521 13.00 IPAL dapat bekerja secara maksimal,
Rabu 19,688 36,246 13.00 yaitu COD = 63300 mg/L, BOD = 5201
Kamis 19,136 28,265 13.00 mg/L, TSS = 3663 mg/L, dan pH = 4,4.
Jumat 20,753 34,967 13.00
Sabtu 18,304 26,815 12.00 Penentuan Model IPAL
Minggu 19,669 28,002 11.00 Model IPAL yang sesuai dengan
Sumber: Hasil Perhitungan kriteria yang dibutuhkan pada lokasi studi
Dari perhitungan tersebut, terdapat seperti pada Gambar 3. Penjelasan dari
dua data debit yang terpilih yaitu debit proses tersebut yaitu:
harian maksimum sebesar 36,246 m3/dt a. Seluruh limbah cair tahu yang berasal
sebagai dasar perencanaan bak ekualisasi dari proses produksi akan dialirkan
untuk menghindari shock loading karena melalui saluran outlet menuju ke bak
limbah cair dari proses produksi tahu ekualisasi sebagai penampung dan
tidak stabil, dan debit rerata harian mengontrol debit air limbah.
sebesar 20,753 m3/dt sebagai dasar b. Selanjutnya limbah akan dialirkan
perencanaan bak pengolahan yang menuju digester anaerobik dan akan
lainnya. mengalami proses fermentasi tanpa
udara selama 10 hari yang nantinya Volume dan Dimensi Bak:
dihasilkan produk berupa biogas. Direncanakan:
c. Limpasan dari digester akan mengalir Debit limbah (Q) = 36,246 m3/dt
ke bak pengendapan awal yang Waktu tinggal (t) = 4 jam
berfungsi mengendapkan kotoran Perhitungan:
padat di bagian dasar bak. Volume bak =Qxt
d. Kemudian limbah cair akan menuju = 36,246 x 4
bak anaerobik melewati media filter = 16,12 m3
yang ada di dalam bak. Senyawa Dimensi bak =pxlxt
organik akan diuraikan oleh = 3 m x 3 m x 1,8 m
mikroorganisme yang menempel pada = 16,12 m3
permukaan media. Tinggi jagaan direncanakan 0,5 m
e. Lalu limbah dialirkan menuju biofilter Spesifikasi Pompa:
aerobik yang di dalamnya juga Tipe = Pompa celup
terdapat media filter, namun dengan Kapasitas = 100 l/menit (maksimum)
bantuan penambahan udara sehingga Total head = 5 - 8 meter
senyawa organik dan bau yang tersisa Material = Stainless steel
akan diuraikan di bak ini. Rekomendasi = Pompa HCP F-05 AF
f. Proses terakhir yaitu bak pengendapan
akhir. Sebagian limbah di bak ini akan  Digester Anaerobik
di pompa kembali ke bak biofilter Dari proses fermentasi limbah cair
anaerobik dan sebagian akan dibuang pada digester anaerobik, dihasilkan gas
ke badan penerima air. metana yang bila bercampur dengan
Bak
karbondioksida akan menghasilkan
Influent
Bak
Ekualisasi
Digester
Anerobik
Pengendapan
Awal
biogas.
(a) (b) (c)
Digester ini memiliki dua bagian.
Bagian pertama adalah digester sebagai
tempat pencerna limbah cair dan sebagai
Bak Bak
Effluent Pengendapan
Bak
Aerobik Anaerobik rumah bagi bakteri. Bagian kedua
Akhir (e) (d)
(f) dinamakan kubah tetap karena bentuknya
Sludge/lumpur kembali ke
yang menyerupai kubah dan bagian ini
bak aerobik
merupakan pengumpul gas yang tidak
Gambar
Gambar 33. Model
. Model IPALIPAL Pabrik
Pabrik Tahu Tahu
FIT Malang bergerak (fixed). Biogas yang dihasilkan
FIT Malang dari proses penguraian bakteri akan
mengalir dan disimpan di bagian kubah.
Perencanaan dan Perhitungan Desain Endapan lumpur dari limbah cair
IPAL yang telah mengalami fermentasi akan
 Bak Ekualisasi keluar menuju bak penampung lumpur
Bak ekualisasi didesain berdasarkan dengan bantuan dorongan dari limbah
kapasitas debit harian maksimum yang cair yang baru masuk serta dengan
mengacu pada debit jam puncak sebagai bantuan tekanan gas di dalam digester.
upaya antisipasi debit yang tinggi. Bak Limbah cair yang tidak mengendap akan
ekualisasi juga dilengkapi dengan pompa keluar menuju bak pengendapan awal.
untuk mengontrol debit yang akan masuk Digester dapat dilihat pada Gambar 4 dan
ke proses pengolahan yang selanjutnya. Gambar 5.
Bak ekualisasi direncanakan Volume dan Dimensi Bak:
memiliki kemiringan slope sebesar 0,02 Direncanakan:
untuk memudahkan padatan atau lumpur Debit limbah (Q) = 20,75 m3/hari
terkumpul. Bak ekualisasi dapat dilihat Waktu tinggal (t) = 10 hari
pada Gambar 4. TSSmasuk = 3663 mg/L
Perhitungan: Direncanakan:
Untuk menghitung volumE didasarkan Debit limbah (Q) = 20,71 m3/hari
pada beban TSS yang dihilangkan. = 2,30 m3/jam
Selain itu suhu di dalam reaktor Waktu tinggal (t) = 2 jam
diasumsikan sebesar 35ºC sehingga Perhitungan:
waktu tinggal yang direncanakan adalah Vol. diperlukan = Q x t
10 hari (Metcalf & Eddy, 2003: 1511). = 2,30 x 2
Diasumsikan limbah cair mengandung = 4,60 m3
95% kadar air dan memiliki spesific Dimensi bak =pxlxt
gravity (Sd) sebesar 1,02 = 2 m x 1,2 m x 2 m
TSS = Efisiensi digester x TSSmasuk = 4,80 m3
= 40% x 3663 Tinggi jagaan direncanakan 0,5 m
= 1,465 kg/m3 Cek waktu tinggal =
Qlimbah =
=
=
= 2,09 jam
= 0,60 m3/hr
Vreaktor = Qlimbah x t
 Biofilter Anaerobik
= 0,60 x 10
Limbah cair tahu yang telah diolah
= 6 m3
di digester anaerobik masih memiliki
Volume ruang gas yang berbentuk kubah
kandungan BOD dan COD yang tinggi
diperhitungkan sebesar 20% dari volume
yaitu 780,15 mg/L dan 9495 mg/L.
total digester (Purnama Sari dkk., 2012)
Kedua parameter tersebut masih jauh dari
sehingga:
nilai standar baku mutu. Oleh sebab itu
Vkubah = diperlukan pengolahan lanjutan berupa
biofilter anaerobik untuk mendegradasi
= senyawa organik yang masih tersisa.
= 1,5 m3 Penguraian zat organik dilakukan
Vtotal = Vreaktor + Vkubah oleh bakteri anaerobik yang tumbuh di
= 6 + 1,5 permukaan media filter membentuk
= 7,5 m3 lapisan film mikroorganisme. Media filter
Dimensi bak: yang digunakan pada bak ini terbuat dari
Diameter =2m bahan plastik yang berbentuk seperti
Tinggi silinder = 2 m sarang tawon. Biofilter anaerobik dapat
Tinggi kubah = 1 m dilihat pada Gambar 5.
Volume dan Dimensi Bak:
 Bak Pengendapan Awal Direncanakan:
Bak pengendapan awal berfungsi Debit limbah (Q) = 20,68 m3/hari
untuk menghilangkan padatan tersuspensi = 2,30 m3/jam
yang tidak dapat terurai pada digester BODmasuk = 780,15 mg/L
anaerobik dengan cara mengendapkan CODmasuk = 9495 mg/L
kotoran padat berupa lumpur di dasar bak Perhitungan:
pengendap. Beban BOD dan COD di dalam air
Air limbah dari bak pengendapan limbah
awal akan dialirkan menuju bak biofilter BOD = Q x kadar BOD
anaerobik, sedangkan lumpur yang = 20,67 m3/hari x 780,15 g/m3
mengendap di bagian dasar bak akan = 16,13 kg/hari
dibuang. Bak pengendapan awal dapat COD = Q x kadar COD
dilihat pada Gambar 5. = 20,67 m3/hari x 9495 g/m3
Volume dan Dimensi Bak: = 196,26 kg/hari
Volume media yang diperlukan mikro organisme yang ada akan
Untuk pengolahan air dengan proses menguraikan zat organik yang tersisa di
biofilter standar beban BOD per volume dalam limbah cair. Bak biofilter aerobik
media adalah 0,4 – 4,7 kg BOD/m3.hari dapat dilihat pada Gambar 5.
(BPPT, 2010). Ditetapkan beban BOD Volume dan Dimensi Bak:
yang digunakan yaitu 1 kg BOD/m3.hari. Direncanakan:
Debit limbah (Q) = 20,67 m3/hari
Vmedia diperlukan =
= 2,30 m3/jam
BODmasuk = 117,02 mg/L
= = 16,13 m3 CODmasuk = 1424,25 mg/L
Volume media biofilter sebesar 60% dari
Perhitungan:
jumlah total volume reaktor (BPPT,
Beban BOD dan COD di dalam air
2010), sehingga:
limbah
Vol. media = 60% dari total vol. reaktor
BOD = Q x kadar BOD
Vreaktor diperlukan = x 16,13 = 20,66 m3/hari x 117,02 g/m3
= 26,88 m3 ~ 27 m3 = 2,42 kg/hari
Direncanakan terdapat 2 ruang sehingga COD = Q x kadar COD
Vreaktor tiap ruang = 27 : 2 =20,66 m3/hari x 1424,25
3
= 13,5 m3 g/m
Waktu tinggal di dalam reaktor = 29,43 kg/hari
Volume media yang diperlukan
t = Perhitungan volume media didasarkan
pada besar beban BOD. Untuk
=
pengolahan air dengan proses biofilter
= 5,87 jam standar beban BOD per volume media
Dimensi bak = p x l x t adalah 0,4 – 4,7 kg BOD/m3.hari (BPPT,
= 4,5 m x 3 m x 2 m 2010). Ditetapkan beban BOD yang
= 27 m3 digunakan yaitu 0,5 kg BOD/m3.hari.
Tinggi jagaan direncanakan 0,5 m
Vmedia diperlukan =
 Biofilter Aerobik
Limbah cair tahu yang telah diproses =
pada biofilter anaerobik ternyata masih
memiliki kandungan COD yang tinggi = 4,84 m3
sebanyak 1424,25 mg/L dan masih belum Volume reaktor yang diperlukan
memenuhi baku mutu. Biofilter aerobik Volume media biofilter aerobik sebesar
dipilih pada pengolahan setelah biofilter 40% dari jumlah total volume reaktor
aerobik karena kinerjanya lebih efektif (BPPT, 2010), sehingga:
untuk mendegradasi senyawa organik Vol. media = 40% dari total vol. reaktor
yang jumlahnya tidak terlalu besar Vreaktor diperlukan = x 4,84
dengan adanya penambahan oksigen ke
dalam air limbah. Selain itu bau metana = 12,1 m3
yang muncul akibat pengolahan biofilter Dimensi bak aerobik
anaerobik dapat diatasi dengan Vruang aerasi =pxlxt
pengolahan ini. = 1,3 m x 1,86 x 2 m
Di dalam bak aerobik akan diisi = 4,84 m3
media biofilter tipe sarang tawon yang Vruang media =pxlxt
terbuat dari plastik sambil dihembus = 2 m x 1,86 x 2m
dengan udara atau di aerasi sehingga = 7,44 m3
Tinggi jagaan direncanakan 0,5 m
Blower Udara: berbentuk kerucut agar lumpur dapat
Kebutuhan oksigen (diasumsikan terkumpul di bagian dasar.
efisiensi biofilter aerobik sebesar 90%) Air yang berasal dari proses ini akan
Kebutuhan teoritis= 90% x Beban langsung dibuang ke badan sungai,
BOD sedangkan lumpur yang mengendap di
= 90% x 2,42 bagian dasar bak akan dikembalikan ke
= 2,18 kg/hari bagian inlet bak biofilter anaerobik
Untuk faktor keamanan (FS) sebesar FS menggunakan pompa sirkulasi lumpur.
= 1,6 untuk packing berupa plastik Bak pengendapan akhir dapat dilihat pada
crossflow (Metcalf & Eddy, 2003) Gambar 6.
Kebutuhan oksigen = FS x keb. Teoritis Volume dan Dimensi Bak:
= 1,6 x 2,18 Direncanakan:
= 3,49 kg/hari Debit (Q) = 20,66 m3/hari
Kebutuhan udara aktual untuk = 2,30 m3/jam
menentukan kapasitas blower (BPPT, Waktu tinggal (t) = 2 jam
2010): Perhitungan:
Temperatur udara rata-rata = 28º C Vdiperlukan =Qxt
Berat udara pada 28º C = 1,1725 = 2,30 x 2
kg/m3 = 4,60 m3
Diasumsikan jumlah oksigen di dalam Bak pengendapan akhir memiliki bentuk
udara 23,2%, jadi: silinder dan kerucut, maka:
Jumlah kebutuhan udara V silinder = x π x d2 x hsilinder
=
= x 3,14 x 1,72 x 1,1
= = 2,5 m3
V kerucut = x π x d2 x hkerucut
= 12,83 m3/hari
Efisiensi blower = 5% = x 3,14 x 1,72 x 0,7
Kebutuhan udara aktual = 2,12 m3
= Vtotal = Vsilinder + Vkerucut
= 2,5+ 2,12
= = 4,62 m3
= 256,6 m3/hari Cek waktu tinggal rata-rata
= 480 liter/menit t =
Spesifikasi Blower Udara:
Kapasitas = 300 liter/menit =
Daya = 180 watt = 2,01 jam
Head =2m Beban permukaan rata-rata
Jumlah = 4 unit
Rekomendasi = Resun GF-180 Vo =
=
 Bak Pengendapan Akhir
Dalam sistem IPAL ini terdapat = 1,01 m3/m2.jam
pengolahan tambahan berupa bak Spesifikasi pompa:
pengendap akhir yang berfungsi sebagai Tipe = Pompa celup
tempat pengendapan lumpur yang berasal Daya = 150 watt
dari biofilter aerobik. Desain dari bak Head =5m
pengendapan akhir direncanakan Kapasitas = 37,5 – 75 liter/menit
berbentuk silinder dengan dasar bak Rekomendasi = Grundfos KP. 150
Bak Ekualisasi
Digester Anaerobik

Manometer tekanan gas


Turret sebagai pelindung
pipa gas utama
Pipa pengeluaran gas
Tutup menggunakan plat
(50 x 50 cm), t = 5 cm Ruang pengumpul gas Bak penampung lumpur

1.0 m
Muka tanah asli
0.6 m

2.3 m Kolom praktis (15x15) cm


dengan waterproofing
Pipa ukuran 4 inci 2.0 m
dengan kemiringan 60°
Lantai kerja Beton K275, t=15cm
dengan waterproofing
Dinding beton K275 t=15 cm
dengan waterproofing
0.2 m Balok sloof
(15 x 20 cm)
0.5 m Pompa submersible 0.2 m
Pasangan batu kali 0.2 m
0.2 m Pasangan batu kosong 0.2 m
0.05 m Pasir urug
0.1 m
0.3 m
0.6 m

0.15 m 3.0 m 0.15 m 0.15 m 2.0 m 0.15 m 1.5 m

Gambar 4. Bak ekualisasi dan Digester Anaerobik

Bak Pengendapan Awal Bak Biofilter Anaerobik Bak Biofilter Aerobik


Digester Anaerobik

Pipa pengeluaran gas Turret sebagai pelindung


pipa gas utama Tutup menggunakan plat
(50 x 50 cm), t = 5 cm Pipa aerasi blower udara
Ruang pengumpul gas Pipa PVC Ruang aerasi
Pipa sirkulasi lumpur
uk. 4 inci
1.0 m
0.5 m Muka tanah asli 0.5 m
0.2 m
0.2 m

1.2 m Kolom praktis (15x15) cm 1.3 m


2.0 m dengan waterproofing

0.6 m 0.6 m 0.6 m 0.5 m

Dinding beton K275 t=15 cm 0.2 m 0.2 m Balok sloof (15 x 20 cm)
0.2 m
dengan waterproofing 0.2 m 0.5 m Media biofilter honey comb
(120 x 50 x 60 cm) Pasangan batu kali
0.05 m 0.2 m Pasangan batu kosong
0.05 m Rak penyangga beton Pasir urug
(5x5 cm) Lantai kerja Beton K275, t=15cm
0.3 m
dengan waterproofing
0.6 m

2.0 m 0.15 m 2.0 m 0.15 m 2.3 m 0.15 m 2.7 m 0.15 m 1.3 m 0.15 m 2.0 m 0.15 m

Gambar 5. Digester anaerobik, bak pengendapan awal, biofilter anaerobik-aerobik

Biofilter Aerobik Bak Pengendapan Akhir

Tutup menggunakan plat


(50 x 50 cm), t = 5 cm Pipa PVC
uk. 4 inci

0.5 m Muka tanah asli 0.4 m


0.2 m
Kolom praktis (15x15 cm)
dengan waterproofing 1.1 m
Dinding beton K275 t=15 cm
1.3 m Media biofilter honeycomb dengan waterproofing
(120 x 50 x 60 cm)

Rak penyangga beton 0.7 m


(5 x5 cm)
0.5 m Pipa pompa sirkulasi lumpur
uk. 2 inci
0.2 m Balok sloof
(15 x 20 cm)
0.5 m
Pasangan batu kali
0.2 m
0.05 m Pasir urug
Lantai kerja beton K275, t=15 cm
0.3 m dengan waterproofing
0.6 m

0.15 m 1.9 m 0.15 m 0.15 m 1.7 m 0.15 m

Gambar 6. Biofilter aerobik dan bak pengendapan akhir


Berdasarkan hasil perhitungan Dari perkiraan kualitas effluent yang
perencanaan IPAL diketahui total luas dihasilkan dari proses pengolahan IPAL,
lahan yang dibutuhkan untuk kemudian hasilnya akan dibandingkan
membangun sistem IPAL sebesar 95,92 dengan standar baku mutu air limbah
m3 seperti pada Tabel 3. yang telah ditentukan untuk mengetahui
Tabel 3. Rekapitulasi Dimensi IPAL apakah semua parameter telah memenuhi
Proses
Panjang Lebar Tinggi baku mutu. Perbandingan effluent air
(m) (m) (m) limbah dengan baku mutu dapat dilihat
Bak
3,00 3,00 2,30 pada Tabel 5.
Ekualisasi
Digester Tabel 5. Perbandingan Effluent
8,37 m3 dengan Baku Mutu
Anaerobik
Bak Penampung Baku
1,50 1,50 0,60 Parameter Effluent Keterangan
Lumpur Mutu
Pengendapan COD
2,00 1,20 2,50 300 128,19 Memenuhi
Awal (mg/L)
Biofilter BOD
5,10 3,00 2,50 150 10,53 Memenuhi
Anaerobik (mg/L)
Biofilter TSS
3,50 1,90 2,50 100 3,96 Memenuhi
Aerobik (mg/L)
Pengendapan Memenuhi
4,62 m3 pH 6-9 8,2
Akhir
Luas Lahan
95,92 m3
Sumber: Hasil Perhitungan
IPAL Berdasarkan tabel perbandingan
Sumber: Hasil Perhitungan kualitas effluent dengan baku mutu yang
mengacu pada Peraturan Gubernur Jawa
Hasil Pengolahan Timur Nomor 72 Tahun 2013, kualitas
Setelah tahap perencanaan selesai effluent telah memenuhi standar baku
maka dapat diperkirakan kualitas effluent mutu untuk semua parameter. Sehingga
yang dihasilkan oleh proses pengolahan air limbah yang dihasilkan dari proses
pada IPAL yang telah direncanakan. Pada pengolahan dapat dibuang secara
setiap bak pengolahan terdapat efisiensi langsung ke badan penerima air.
yang diperkirakan akan menurunkan
kandungan organik yang ada pada limbah Perkiraan Produksi Biogas
cair tahu. Perkiraan kualitas effluent Jumlah biogas yang dihasilkan dari
dapat dilihat pada Tabel 4. proses degradasi anaerobik limbah cair
Tabel 4. Perkiraan Kualitas Effluent industri tahu dapat diestimasi dari data
Parameter nilai COD dan tingkat degradasinya.
Tahapan COD BOD TSS
pH Tingkat eliminasi COD dipengaruhi oleh
mg/L mg/L mg/L
Influent 63300 5201 3663 4,4 berbagai faktor. Faktor-faktor yang
Bak 0% 0% 0% berpengaruh tersebut antara lain
7,0
ekualisasi 63300 5201 3663 karakteristik dan jumlah limbah, kondisi
Digester 85% 85% 40% proses degradasi serta jenis dan desain
Anaerobik 9495 780,15 2197,8 reaktor.
7,4
Pengendapan 0% 0% 80%
awal 9495 780,15 439,56
Dengan asumsi bahwa tingkat
Biofilter 85% 85% 70% degradasi COD dalam biodigester
Anaerobik 1424,2 117,02 131,87 diketahui, maka dapat diperkirakan
Biofilter 90% 90% 70%
8,2
produksi biogas teoritis untuk industri
Aerobik 142,43 11,70 39,56 tahu pada berbagai tingkat produksi tahu.
Pengendapan 10% 10% 90%
Akhir
Pada Gambar 7 menunjukkan perkiraan
128,19 10,53 3,96
Effluent 128,19 10,53 3,96 8,2
produksi biogas pada berbagai tingkat
Sumber: Hasil Perhitungan degradasi COD dan kapasitas produksi
industri tahu.
Menghitung volume metana per hari
dengan suhu 35ºC
VCH4
= (0,40) [(So – S)(Q)/(103 g/kg) – 1,42 Px]
= (0,40 m3/kg) {[(1116,45 – 197,13)
kg/hr] – 1,42 (56,57 kg/hr)}
= 335,60 m3/hr
Menghitung volume biogas per hari
(diasumsikan metana sebesar 65% dari
biogas)
Gambar 7. Perkiraan Produksi Biogas Produksi biogas =
pada Berbagai Tingkat Degradasi = 516,31 m3/hr
Pada perhitungan ini diasumsikan Potensi ekonomi
degradasi COD sebesar 85%. Untuk Perlu diketahui bahwa 1 m3 biogas setara
mengetahui produksi biogas, dibutuhkan dengan 0,5 L minyak diesel (Romli dan
harga Y (yield coefficient) dan kd (decay Suprihatin, 2009), sehingga dari potensi
coefficient) yang didapatkan dari nilai biogas yang ada didapatkan 258,16 L
asumsi. Untuk kisaran harga Y adalah minyak diesel (solar) tiap harinya dengan
0,05 – 0,10 sedangkan untuk harga kd harga 1 L solar adalah Rp. 5.150.
kisarannya diantara 0,02 - 0,04 (Metcalf Potensi ekonomi = 258,16 x Rp.5.150
& Eddy, 2003). Pada perhitungan ini = Rp. 1.329.524
dipilih nilai yang sering dipakai (typical), Dari perhitungan diatas, dapat
masing-masing nilainya adalah 0,08 dan disimpulkan bahwa Pabrik Tahu FIT
0,03 d-1. Malang dengan limbah cair tahu yang
Menghitung nilai COD memiliki kandungan COD mencapai
COD yang dihilangkan = 85% x CODmasuk 63300 mg/L memiliki potensi sebagai
= 85% x 63300 biogas dengan hasil 516,31 m3 setiap
= 53,81 kg/m3 harinya yang setara dengan 258,16 L
COD keluar = 15% x CODmasuk minyak diesel yang memiliki nilai jual
= 15% x 63300 sebesar Rp. 1.329.524,-.
= 9,50 kg/m3
Menentukan beban COD KESIMPULAN
Beban CODhilang Berdasarkan penelitian yang telah
= COD yang dihilangkan x Debit limbah dilakukan pada Pabrik Tahu FIT Malang
= 53,81 kg/m3 x 20,75 m3/hr maka didapat kesimpulan:
= 1116,45 kg/hr 1. Debit limbah cair diperoleh dari
Beban CODkeluar pengukuran langsung di saluran outlet
= CODkeluar x Debit limbah pada setiap jamnya selama tujuh hari.
= 9,50 kg/m3 x 20,75 m3/hr Dari pengukuran ini didapatkan dua
= 197,13 kg/hr data debit yang digunakan untuk dasar
Menghitung besar VSS (volatile solids perencanaan instalasi pengolahan air
loading) per hari limbah, yaitu debit harian maksimum
Px sebesar 36,246 m3/hari untuk
= perencanaan bak ekualisasi dan debit
rerata harian sebesar 20,753 m3/hari
untuk perencanaan bak yang lain.
= 2. Analisa kualitas air limbah dilakukan
sesuai dengan empat parameter yang
= 56,57 kg/hr
ditentukan oleh pemerintah yaitu pH,
BOD, COD, dan TSS. Berdasarkan Romli, M. & Suprihatin. 2009. Beban
perbandingan hasil pengujian kualitas Pencemaran Limbah Cair Industri
limbah cair tahu dengan baku mutu, Tahu dan Analisis Alternatif Strategi
dapat disimpulkan bahwa seluruh Pengelolaannya. Jurnal Purifikasi
pengujian yang dilakukan terkecuali (Jurnal Teknologi dan Manajemen
parameter pH pada pengujian ke 3 Lingkungan). 10 (2): 141- 154.
tidak memenuhi standar baku mutu Said, Nusa Idaman. 2016. Teknologi
yang ada. Pengolahan Air Limbah. Jakarta:
3. Rencana proses pengolahan IPAL Penerbit Erlangga.
adalah bak ekualisasi, digester Wagiman. 2006. Identifikasi Potensi
anaerobik, bak pengendapan awal, Produksi Biogas Dari Limbah Cair
biofilter anaerobik, biofilter aerobik, Tahu Dengan Reaktor Upflow
dan bak pengendapan akhir. Total Anaerobic Sludge Blanket (UASB).
volume yang dibutuhkan untuk Bioteknologi. 4 (2): 41 – 45.
membangun IPAL adalah 72,12 m3.
Setelah melewati proses pengolahan
tersebut diperkirakan kualitas effluent
limbah cair tahu telah memenuhi baku
mutu yang ditetapkan oleh pemerintah.
4. Dengan asumsi degradasi COD
sebesar 85%, dapat diperoleh biogas
dengan hasil 516,31 m3 setiap harinya.
Nilai ini setara dengan 258,16 L
minyak diesel. Apabila 1L minyak
diesel dijual dengan harga Rp.
5.150,00 maka Pabrik Tahu FIT akan
memperoleh pendapatan sebesar Rp.
1.329.524,00 setiap harinya.

DAFTAR PUSTAKA
Faisal, M., Gani, Asri, & Daimon,
Hiroyuki. 2016. Effect Of Organic
Loading On Production Of Methane
Biogas From Tofu Wastewater Treated
By Thermophilic Stirred Anaerobic
Reactor. Rayasan. Vol. 9 (2): 133 –
138
Metcalf & Eddy. 2003. Wastewater
Engineering Treatment and Reuse.
Fourth Edition. International Edition.
New York: McGraw-Hill.
Mufida, D. K., Sholichin, M., Cahyani,
C. 2015. Perencanaan Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Dengan Menggunakan Kombinasi
Sistem Anaerobik-Aerobik Pada
Pabrik Tahu “DUTA” Malang. Jurnal
Pengairan.

Anda mungkin juga menyukai