Anda di halaman 1dari 2

Assalamu’alaikum Warahmatullahhi Wabarakatuh.

Segala puji hanya milik Allah. Zat yang Maha Ghafur, zat yang Maha Syukur yang telah
memberikan nikmat yang tidak terukur.
Solawat serta salam, semoga tercurah limpah kepada Nabi akhir jaman. Nabi yang
lahirnya saja membuat goncang seluruh alam semesta. Siapakah dia? yaitu Nabi Muhammad
SAW. Semoga keluarganya, sahabatnya dan kita semua mendapatkan syafaatnya.

Bapak dan ibu jamaah shalat tarawih mesjid nurul huda. Ada banyak hal yang bisa
dibahas dalam islam, namun karena saat ini momennya bulan suci ramadhan maka tema
kultum yang disampaikan juga akan berkaitan dengan bulan suci ramadhan. Pada kesempatan
ini tema kultum mengenai Sholat tarawih.
Mengapa kita melaksanakan sholat tarawih? Jawabanya adalah hadis Rasulullah SAW
yang berbunyi:

‫ان إيمانا ً َواحْ تِ َسابا ً ُغفِ َر لَهُ َما تَقَ َّد َم ِم ْن َذ ْنبِ ِه‬
َ ‫ض‬َ ‫َم ْن قَا َم َر َم‬
Artinya: “Barangsiapa ibadah (tarawih) di bulan Ramadan seraya beriman dan ikhlas,
maka diampuni baginya dosa yang telah lampau” (HR. al-Bukhari, Muslim, dan lainnya).

Bagaimana Rosulullah SAW melaksanakan Sholat tarawih? Ternyata beliau mengerjakan


sholat tarawih tidak selalu di Masjid, melainkan kadang di rumah. Sesuai dengan hadis yang
artinya:
“Dari ‘Aisyah radliyallahu ‘anha, sesungguhnya Rasulullah pada suatu malam sholat di
Masjid, lalu banyak orang sholat mengikuti Beliau. Pada hari ketiga atau keempat, jamaah
sudah berkumpul (menunggu Nabi) tapi Rasulullah SAW justru tidak keluar menemui
mereka. Pagi harinya beliau bersabda, ‘Sunguh aku lihat apa yang kalian perbuat tadi malam.
Tapi aku tidak datang ke Masjid karena aku takut sekali bila sholat ini diwajibkan pada
kalian.” Sayyidah ‘Aisyah berkata, ‘Hal itu terjadi pada bulan Ramadhan’.” (HR. Bukhari dan
Muslim).
Dari hadis tersebut bisa disimpulkan bahwa:
1. Nabi sholat tarawih berjamaah di masjid hanya dua malam. Dan beliau tidak hadir
melaksanakan salat tarawih berjamaah di masjid karena khawatir salat tarawih akan
diwajibkan kepada umatnya.
2. Salat tarawih hukumnya adalah sunnah, karena sangat digemari oleh Rasulullah dan
beliau mengajak orang-orang untuk mengerjakannya.

“Dari ‘Āisyah, istri Nabi Shalallahu alaihi wasallam berkata, “Pernah Rasulullah
melakukan sholat pada waktu antara selesai Isya yang dikenal orang dengan ‘atamah hingga
Subuh sebanyak sebelas rakaat di mana beliau salam pada tiap-tiap dua rakaat, dan beliau
salat witir satu rakaat [H.R Muslim].”
Dari hadis tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Rosulullah melaksanakan tarawih
sebanyak 11 rakaat.
Khulafaul Rasidin Umar bin Khattab ra. Adalah orang yang pertama mengumpulkan para
sahabat untuk melaksanakan sholat tarawih secara berjamaah. Jamaah salat tarawih pada
waktu itu dilakukan dengan jumlah 20 rakaat. Sebagaimana keterangan: “Dari Yazid bin
Ruman te, ‘Manusia senantiasa melaksanakan salat pada masa Umar radliyallahu ‘anh di
bulan Ramadhan sebanyak 23 rakaat (20 rakaat tarawih, disambung 3 rakaat witir),” (HR
Malik).
Dalil di atas cukup menjelaskan bahwa pendapat terkuat soal jumlah rakaat sholat tarawih
adalah 20 rakaat. Apa yang dilakukan Umar bin Khattab tak hanya disetujui, tapi juga
dipraktikkan para sahabat Nabi yang lain saat itu, termasuk Sayyidah Aisyah, istri Baginda
Nabi.
Hal ini mempertegas keputusan yang diambil umar itu tidak keliru, karena tidak satu
orang pun yang mengingkarinya. Maka tidak heran bila para ulama empat mazhab mayoritas
memilih pendapat ini. Inisiatif Umar yang kemudian diikuti para sahabat dan ulama
setelahnya adalah sangat wajar bila kita memperhatikan sabda Nabi: “Sesungguhnya Allah
telah menjadikan kebenaran melalui lisan dan hati umar.” (HR. Tirmidzi). Hadis tersebut
menunjukkan tingkat kepercayaan Umar yang mendapat “stempel” langsung dari Rasulullah,
sehingga mustahil beliau berbuat penyimpangan, apalagi disebut bid’ah karena tidak
dicontohkan oleh Rasul.
Untuk lebih memperkuat, maka perhatikan kanlah hadis berikut: “Sesungguhnya
Rasulullah SAW bersabda, ‘Ikutilah sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang
mendapatkan pentunjuk setelah aku meninggal, maka berpegang teguhlah padanya dengan
erat.” (HR. Abu Daud, Ibnu Majah dan At-Tirmidzi). Semoga kita semua dapat meningkatkan
ibadah kita, khususnya pada bulan suci Ramadan ini, dan semoga Allah SWT selalu
menuntun kita untuk menjadi lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai