Anda di halaman 1dari 7

TUGAS RUTIN 3 MANAJEMENT BIMBINGAN DAN KONSELING

Dasar, Aplikasi dan Permasalahan Guru BK di Sekolah

1. Dasar Guru BK di Indonesia

Ketentuan Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Berikut ini dikemukakan berbagai peraturan
perundangan yang mendasari dan terkait langsung dengan layanan BK di sekolah, yaitu:

1. PP No. 28/1990, No. 29/1990, No.72/1991 dan No.38/1992 yang di dalamnya termuat diktum tentang
pelayanan bimbingan dan guru pembimbing.

2. SKB Mendikbud dan Kepala BAKN No. 0433/P/1993, SK Mendikbud No. 025/6/1995, dan SK Menpan
No. 118/1996 yang seluruhnya mencantumkan butir tentang bimbingan dan konseling (BK) di sekolah
yang mengarah kepada penghapusan “pola tidak jelas” untuk menggantinya dengan setidak-tidaknya
menjadi ”pola lebih jelas”.

3. SK Menpan No. 84/1993 tentang Jabatan Fungsional guru dan Angka Kreditnya, yang butir-butir
pokoknya tentang BP mencantumkan: (a) istilah bimbingan dan konseling dan (b) diktum “tugas guru
adalah mengajar atau membimbing” (bimbingan konseling sebagai pengganti istilah “bimbingan dan
penyuluhan” dan diktum “dan/atau” yang dipakai pada SK Menpan no. 026/1989).

4. Surat keputusan Mendikbud No 25/1995 yang menjelaskan bahwa “bimbingan dan konseling adalah
pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar mampu
mandiri dan berkembang secara optimal dalam bidang pribadi, sosial, belajar dan karir melalui berbagi
jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma yang berlaku.

5. UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional memberikan nuansa baru tentang pengertian
pendidikan dan secara eksplisit menyebut konselor sebagai pendidik.

6. UU No.14/2005 tentang Guru dan Dosen yang secara eksplisit menekankan perlunya profesionalisme
kedua jenis pendidikan itu. Dalam undang-undang ini konselor belum diposisikan, kecuali hanya
disebutkan kembali sehubungan dengan jenis-jenis tenaga pendidik.

7. Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, bahwa setiap satuan
pendidikan harus menyusun kurikulum yang disebut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau KTSP.
Pada penerapan KTSP, guru. Bimbingan dan Konseling di sekolah memberikan pelayanan bimbingan dan
konseling dalam memfasilitasi “Pengembangan Diri” siswa sesuai minat, bakat serta mempertimbangkan
tahapan tugas perkembangannya.

8. Permendiknas No.22/2006 tentang Standar Isi dan No.23/2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan,
masing-masing untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. Hal yang menarik dan perlu mendapat
perhatian dunia konseling adalah perihal profesi pelayanan konseling di dalam standar yang
dimaksudkan itu, terutama dalam standar isi. Di sana, khususnya dalam struktur kurikulum tingkat
satuan pendidikan dasar dan menengah (SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK, dan
SDLB/SMPLB/SMALB) kegiatan pelayanan konseling (bersama kegiatan ekstra kurikuler) berada di
bawah payung “komponen pengembangan diri” (struktur kurikulum meliputi tiga komponen, yaitu
komponen mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri). Di sana disebutkan bahwa pelayanan
konseling di sekolah/madrasah diselenggarakan oleh konselor sekolah/madrasah, dan konselor
sekolah/madrasah dapat melaksanakan kegiatan ekstra kurikuler sesuai dengan kemampuan dan
kewenangannya melaksanakan kegiatan ekstra kurikuler yang dimaksud. Pelayanan konseling dan
konselor sekolah/madrasah yang disebut dalam permen tersebut merupakan istilah-istilah baru dalam
dunia konseling yang secara resmi digunakan pemerintah.

9. Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi dan Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
yang menjelaskan bahwa “pelayanan konseling:

a)Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri
sesuai dengan kemampuan, bakat dan minat

b) Masalah pribadi, kehidupan sosial, belajar dan pengembangan karir

c)Difasilitasi/dilaksanakan oleh konselor”.

10. Permendiknas No. 23 tahun 2006 dirumuskan SKL yang harus dicapai peserta didik melalui proses
pembelajaran bidang studi, maka kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan
bimbingan dan konseling adalah kompetensi kemandirian untuk mewujudkan diri (self-actualization)
dan pengembangan kapasitasnya (capacity development) yag dapat mendukung pencapaian kompetensi
lulusan. Sebaliknya, kesuksesan peserta didik dalam mencapai SKL akan secara signifikan menunjang
terwujudnya pengembangan kemandirian.

11. Permendiknas No.24 Tahun 2006 tentang Pemberlakuan KTSP pada Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah, khususnya berkenaan dengan komponen KTSP yang memuat pelayanan konseling sebagai
bagian integral KTSP.

12. Permendiknas No. 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/ Madrasah yang
mengisyaratkan adanya pembinaan dari pengawas terhadap layanan bimbingan dan konseling.

13. Permendiknas No. 19 Tahun 2007 tentangStandar Pengelolaanbahwa sekolah harus memiliki
rencana kerja sekolah (RKS). Yang disana terdapat program pengembangan diri yang mencakup tugas
pelayanan bimbingan dan konseling.

14. Permendiknas No. 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikanmenjelaskan bahwa konselor
juga merupakan pendidik.

15. Permendiknas No. 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana Prasarana bahwa sekolah secara standar
sarana prasarana harus memiliki ruang konseling dengan luas minimum 9 M persegi.
16. PP No. 74 Tahun 2008 Tentang Guru, yang mencantumkan beban kerja guru bimbingan dan
konseling / konselor.

17. Permendiknas No. 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor,
menyebutkan, Konselor : S1 BK + PPK, Kompetensi Konselor Pola 17, dalam 5 tahun menyelenggarakan
pendidikan profesi konselor.

18. Permenpan No. 16 Tahun 2009, tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Ketentuan
tentang Guru BK Peraturan terkait dengan keberadaan, fungsi, tugas dan aspek-aspek kinerja guru
pembimbing sebagai pendidik termuat dalam peraturan perundang-undangan yaitu sebagai berikut :

1) Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, khususnya pasal/ayat-ayat
berkenaan dengan pendidikan, konselor sebagai pendidik, persyaratan dan fungsi pendidik;

2) Undang-Undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, khususnya pasal/ayat-ayat berkenaan
dengan pengertian dan persyaratan tenaga profesional pendidik;

3) Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, khususnya pasal/ayat-
ayat berkenaan dengan standar pendidik, standar prasarana dan sarana pendidikan; serta tentang
penjaminan mutu pendidikan.

4) Peraturan Pemerintah No.74 Tahun 2008 tentang Guru, khususnya pasal/ayat- ayat berkenaan
dengan persyaratan tugas dan penghasilan konselor yang disetarakan dengan guru profesional;

5) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah, khususnya materi tentang pelayanan konseling;

6) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.24 Tahun 2006 tentang Pemberlakuan KTSP pada Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah, khususnya berkenaan dengan komponen KTSP yang memuat
pelayanan konseling sebagai bagian integral KTSP;

7) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.24 Tahun 2007 tentang Standar Prasarana dan Sarana,
khususnya berkenaan dengan prasarana dan sarana pelayanan konseling pada satuan pendidikan dasar
dan menengah;

8) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Konselor yang seluruhnya mengatur tentang konselor;

9) Panduan Pengembangan Diri dari Pusat Pengembangan Kurikulum Balitbang Diknas Tahun 2006 yang
di dalamnya termuat Pedoman Penyelenggara Pelayanan Konseling berdasar Permendiknas No.22
Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

10) Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Konseling untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
yang diterbitkan oleh Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
(P4TK) Pendidikan Jasmani dan Bimbingan Konseling tahun 2008 yang mengacu pada Panduan
Pengembangan Diri dan menjadi arah dan subtansi pokok pelatihan nasional para konselor.
2. Aplikasi Ketentuan Tentang Guru BK

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 27 Tahun 2008 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor dijelaskan bahwa yang berkualifikasi dalam hal ini adalah:

1. Sarjana pendidikan (S-1) dalam bidang Bimbingan dan Konseling, dengan gelar Sarjana Pendidikan
(S.Pd.) (Terakreditasi)

2. Berpendidikan profesi konselor (Kons.).Berdasarkan hal di atas, pelaksana kegiatan pelayanan


konseling adalah konselor sekolah dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Konselor pelaksana kegiatan pelayanan konseling di sekolah/madrasah wajib:

(a) Menguasai spektrum pelayanan pada umumnya, khususnya pelayanan profesional  konseling; (b)
merumuskan dan menjelaskan peran professional konselor kepada pihak-pihak terkait, terutama
peserta didik, pimpinan sekolah/madrasah, sejawat pendidik, dan orang tua; (c) melaksanakan tugas
pelayanan profesional konseling yang setiap kali dipertanggungjawabkan kepada pemangku
kepentingan, terutama pimpinan sekolah/madrasah, orang tua, dan peserta didik; (d) mewaspadai hal-
hal negatif yang dapat mengurangi keefektifan kegiatan pelayanan profesional konseling; (e)
mengembangkan kemampuan profesional konseling secara berkelanjutan;

2. Beban tugas wajib konselor ekuivalen dengan beban tugas wajib pendidik lainnya di
sekolah/madrasah sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

3. Pelaksana pelayanan konseling: (a) pelaksana pelayanan konseling di SD/MI/SDLB pada dasarnya
adalah guru kelas yang melaksanakan layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran, dan
penguasaan konten dengan menginfusikan materi layanan tersebut ke dalam pembelajaran, serta untuk
peserta didik Kelas IV, V, dan VI dapat diselenggarakan layanan konseling perorangan, bimbingan
kelompok, dan konseling kelompok; (b) pada satu SD/MI/SDLB atau sejumlah SD/MI/SDLB dapat
diangkat seorang konselor untuk menyelenggarakan pelayanan konseling; (c) pada satu
SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB/SMK/MAK dapat diangkat sejumlah konselor dengan rasio seorang
konselor untuk 150 orang peserta didik.

Permenpan No. 16 Tahun 2009, tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya (secara tidak
langsung menggantikan SK Menpan No. 84 Tahun 1993) yang menyebutkan :

1. Pasal 5 ayat 3, Beban kerja Guru bimbingan dan konseling/konselor adalah mengampu bimbingan dan
konseling paling sedikit 150 (seratus lima puluh) peserta didik dalam 1 (satu) tahun.

2. Pasal 13, Rincian kegiatan Guru Bimbingan dan Konseling sebagai berikut:

a. menyusun kurikulum bimbingan dan konseling;

b. menyusun silabus bimbingan dan konseling;


c. menyusun satuan layanan bimbingan dan konseling;

d. melaksanakan bimbingan dan konseling per semester;

e. menyusun alat ukur/lembar kerja program bimbingan dan konseling;

f. mengevaluasi proses dan hasil bimbingan dan konseling;

g. menganalisis hasil bimbingan dan konseling;

h. melaksanakan pembelajaran/ perbaikan tindak lanjut bimbingan dan konseling dengan


memanfaatkan hasil evaluasi;

i. menjadi pengawas penilaian dan evaluasi terhadap proses dan hasil belajar tingkat sekolah dan
nasional;

j. membimbing guru pemula dalam program induksi;

k. membimbing siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler proses pembelajaran;

l. melaksanakan pengembangan diri;

m. melaksanakan publikasi ilmiah; dan

n. membuat karya inovatif.

3. Permasalahan Dan Solusi

Tentunya dalam pelaksanaan BK disekolah tentunya ada saja masalah yang dihadapi,di bawah ini
beberapa masalah yang sering dihadapi guru BK beserta solusinya:

1. Bimbingan dan konseling berpusat pada masalah permukaan saja.

Solusi: Usaha pelayanan seharusnya dipusatkan pada masalah yang sebenarnya itu. Konselor tidak boleh
terpaku oleh keluahan atau masalah yang pertama disampaikan oleh kien.Konselor harus mampu
memahami masalah yang sebenarnya dan mendefinisikan masalah atau identifikasi masalah klien
yangsebenarnya.

2. Guru BK belum begitu mampu mengembangkan profesionalitasnya sebagai konselor sekolah

Solusi: Untuk mengatasi hal tersebut dalam upaya peningkatan profesionalitas guru BK tentunya dapat
dilakukan dengan mengikuti seminar,work shop yang membahan pengetahuan tentang bimbingan
konseling dan kegiatan lain yang berkenaan dengan bimbingan konseling.

3. Keterbatasan waktu dalam memberi layanan BK  


Solusi: Dalam masalah ini upaya yang bisa dilakukan untuk hal tersebut konselor bisa melakukan
bimbingan kelompok sehingga konselor bisa memabntu konseli untuk menenukan solusi sendiri,
mengambil keputusan, sehingga banyak waktu yang sanagat sedikit itu dapat dimanfaatkan dengan
maksimal dan optimal

4. Keterbatasan informasi yang diberikan dalam memberikan layanan BK

Solusi: Upaya yang seharusnya dilakukan oleh konselor agar bisa untuk mengatasi permasalahan
tersebut konselor bisa mencari reverensi dibuku baik perpustakaan atau di internet sehingga layanan
bimbingan pemberian informasi bisa terlaksanana dengan baik dan yang terpenting  bisa menjawab
indicator yang diperlukan siswa.

5. Kuranganya dukungan dari sistem yang ada disekolah

Solusi: Konselor bisa menjalin komunikasi yang baik dengan pihak-pihak yang terkait yang ada
disekolahan sehingga dengan hal demikian semua sistem bisa bejalan dengan baik dan mendukung
proses bk disekolah.

6. Konselor tidak bisa menyampaikan layanan BK layaknya sebagai seorang konselor

Solusi: Dalam menypaikan setiap layanan BK hendak nya konselor selalu melibatkan peserta didik
sebagai bagian dari pemberian layanan artinya peserta didik dibuat aktif dalam setiap pemberian
layanan bimbingan sehingga setiap layanan yang diberikan akan lebih bermakna karena peserta didik
turut serta menjadi bagian dari pemberian layanan,untuk bisa membuat hal ini terwujud hendaknya
seorang konselor biasa menumbukan dinamika kelompok dalam setiap layanan yang diberikan dan
untuk menumbuhkan dinamika kelompok itu konselor harus sering berlatih.

7. Tidak tersedia bank data (data jenis-jenis perkerjaan).

Solusi: Untuk penyelesaian hal ini tentunya mulai saat harus bisa mengumpulan sedikit demi sedikit data
tentang jenis pekerjaan sehingga akhirnya bisa terkumpul lebih banyak dan hal ini tentunya bisa
dilakukan oleh semua konselor bahaka bisa melibtakan peserta didik atau mahasiswa jurusan BK untuk
bisa membantu dalam melengkapi bank data tersbut.

8. Konselor sering tidak bisa menjalin hubungan yang baik dengan pesrta didik

Solusi: Menjadi konselor harus bisa menjadi mitra peserta didik bukannya menimbulkan jarak hal ini
salah satu cara yang bisa dilakukan:

(a)Konselorharus bersikap ramah, (b)Konselor membuang image killer, (c)Mempunyai ketulusan, (d)
Penerimaan tanpa syarat terhadap semua peserta didik, (d)Menumbuhkan sikap empati.

Dengan konselor sekolah melakukan hal seperti diatas maka peserta didik akan lamabat laun akan bisa
mendekat dengan atau konselor akan lebih mudah mendekat dengan peserta didik dengan ha demikian
kita akan mudah melakukan tugas kita sebagai konselor karena telah terjalin hubungan yang baik dan
pesertadidik akan lebih cenderung terbuka dengan konselor tentang apa yang sedang dialami dan
konselor bisa dengan cepat melakukan penanganan terhadap permsalahan yang sedang dihadapi oleh
siswa dan cenderung peserta  didik yang dengan suka rela akan menemui konselor.

9. Berkerja dibawah tekanan

Solusi : Untuk mengatasi hal tersebut sangat lah sulit akan tetapi sa;ah satu cara unutk mengatsi hal
tersbut konselor harus bisa mejelaskan funngsi, tugas, peran seorang konselor sekolah dengan harapan
pihak sekolah dapat mengerti tugas konselor sesungguhnya dan tentunta disertai sikap tegas seorang
konselor dalam sertiap kebijkakan yang dilauar fungsi, peran, tugas konselor.

10. Konselor di sekolah dianggap sebagai polisi sekolah

Solusi: Petugas bimbingan dankonseling hendaknya bisa menjadi konselor pengayom bagi siapa pun
yang datang kepadanya. Dengan pandangan, sikap, ketrampilan, dan penampilan konselor siswa atau
siapapun yang berhubungan dengan konsellor akan memperoleh suasana nyaman.

11. Bimbingan dan konseling dianggap semata-mata sebagai proses pemberian nasehat.

Solusi: Konselor juga harus melakukan upaya-upaya tindak lanjut serta mensinkronisasikan upaya yang
satiu dan upaya lainnya sehingga keseluruhan upaya itu menjadi suatu rangkaian yang terpadu dan
bersinambungan dan memahami teknik-teknik konseling sehingga pada saat proses konseling tidak
menjadi memberi nasehat.

12. Bimbingan dan Konseling hanya untuk orang yang bermasalah saja

Solusi: Seharusnya konselor selalu mengamati semua siswa baik yang memiliki masalah atau yang tidak
bermasalah untuk menghindari anggapan tersebut hendaknya konselor selalu melaksanakan fungsi
bimbingan preventif untuk menimimalisir anggapan tersebut sehuingga dengan demikian sebelum ada
masalah BK sudah muncul (layanan bimbingan).

13. Layanan Bimbingan dan Konseling dapat dilakukan oleh siapa saja

Solusi: Jika bimbingan dan konseling itu dilaksanakan berdasarkan prinsip- prinsip keilmuan dan
teknologi (yaitu mengikuti filosopi, tujuan, metode, dan asas-asas tertentu), dengan kata lain
dilaksanakan secara profesional. Salah satu ciri keprofesionalan bimbingan dan konseling adalah bahwa
pelayanan itu harus dilakukan oleh orang-orang yang ahli dalam bidang bimbingan dan konseling.
Keahliannya itu diperoleh melalui pendidikan dan latihan yang cukup lama di Perguruan Tinggi, serta
pengalaman-pengalaman tentunya bila hal itu dilaksanakan anggapan bimbingan dapat diberikan olah 
siapa saja tentunnya akan berubah

Anda mungkin juga menyukai