Anda di halaman 1dari 4

LANDASAN YURIDIS BK

1. Kurikulum 1975 membagi 3 jenis layanan dalam jalur pendidikan formal, yaitu (1)
layanan manajemen dan supervisi, (2) layanan pembelajaran, dan (3) layanan bimbingan
dan penyuluhan.
2. Peraturan Pemerintah (PP) nomor 28 dan 29 1990, bimbingan adalah bantuan kepada
peserta didik untuk memahami diri, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa
depan (bab X 25: 1) dan selanjutnya bimbingan dilaksanakan ileh guru pembimbing (bab
X 25: 2).
3. Kep. Men. Pan nomor 84 tahun 1993 tentang jabatan fungsional guru dan angka
menegaskan tugas pokok guru pembimbing adalah menyusun program bimbingan,
melaksanakan program bimbingan, mengevaluasi pelaksanaan program bimbingan,
analisis hasil pelaksanaan bimbingan dan tindak lanjut pelaksanaan program bimbingan
terhadap peserta didik yang menjadi tanggungjawabnya.
4. Peraturan Pemerintah (PP) nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan,
pasal 5 sampai dengan pasal 18 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan
menengah.
5. Peraturan Kemdiknas nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan
dasar dan menengah yang memuat, “ Pengembangan diri peserta didik dalam struktur
KTSP difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau ketenaga pendidikan”.
6. Keputusan Dirjen PMPTK tahun 2007 tentang rambu-rambu penyelenggaraan bimbingan
dan konseling dalam jalur pendidikan formal, yang berisi panduan penyelenggaraan
bimbingan dan konseling di jalur pendidikan formal.
7. Peraturan Pemerintah nomor 74 tahun 2008 tentang guru (bab 3: 15) yang menyatakan
bahwa salah satu persyaratan bagi pendidik yang telah menyandang sertifikat pendidik
untuk memperoleh tunjangan profesi adalah apabila pendidik yang bersangkutan
“….melaksanakan tugas sebagai guru bimbingan dan konseling atau konselor sesuai
tugas beban guru bimbingan dan konseling atau konselor”.
8. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 27 tahun 2008, tentang “standar
kualifikasi akademik dan kompetensi konselor” yang menyatakan bahwa “untuk dapat
diangkat sebagai konselor, seseorang wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dan
kompetensi konselor yang berlaku secara nasional” (pasal 1 ayat 1).
9. SKB Mendikbud dan kepala BAKN nomor 0433/P/1993 dan nomor 25 tahun 1993 pasal
10, menyatakan bahwa penyusunan program bimbingan dan konseling adalah membuat
rencana pelayanan bimbingan dan konseling dalam bidang bimbingan pribadi, bimbingan
sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karier.
10. SK Mendikbud nomor 025/O/1995 pasal 1, menyatakan bahwa bimbingan dan konseling
adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok,
agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bidang bimbingan pribadi,
bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karier, melalui berbagai jenis
layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku.
11. SK Mendikbud nomor 025/O/1995 pasal 5 tentang tugas guru pembimbing, diantaranya:

a) Setiap guru pembimbing diberi tugas bimbingan dan konseling sekurang-kurangnya terhadap
150 siswa.
b) Bagi sekolah yang tidak memiliki guru pembingbing yang berlatang belakang bimbingan dan
konseling, maka guru yang telah mengikuti penataran bimbingan dan konseling sekurang-
kurangnya 180 jam dapat diberi tugas sebagai guru pembimbing. Penugasan ini bersifat
sementara sampai guru yang ditugasi itu mencapai taraf kemampuan bimbingan dan konseling
sekurang-kurangnya D3 atau di sekolah tersebut telah ada guru pembimbing yang berlatar
belakang minimal D3 bidang bimbingan dan konseling.

c) Pelaksanaan bimbingan dan konseling dapat diselenggarakan di dalam atau di luar jam
pelajaran sekolah. Kegiatan bimbingan dan konseling di luar sekolah sebanyak-banyaknya 50%
dari keseluruhan kegiatan bimbingan untuk seluruh sisiwa di sekolah itu, atas persetujuan kepala
sekolah.

d) Guru pembimbing yang tidak memenuhi syarat siswa yang diberi pelayanan bimbingan dan
konseling, diberi tugas sebagai berikut:

 Memberikan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah lain baik negeri maupun
swasta. Penugasan dilakukan secara tertulis oleh pejabat yang berwenang, sekurang-
kurangnya kepala kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten atau
kotamadya, atau
 Melakukan kegiatan lain dengan ketentuan bahwa setiap 2 jam efektif disamakan dengan
membimbing 8 orang siswa. Kegiatan lain tersebut misalnya menjadi pengelola
perpustakaan dan tugas sejenis yang ditetapkan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah. Penugasan tersebut dapat diberikan sebanyak-banyaknya 12 jam efektif.
Kegiatan tersebut tidak dinilai lagi pada unsur penunjang, karena telah digunakan untuk
memenuhi jumlah kewajiban siswa yang harus dibimbing.

e) Bagi guru pembimbing yang jumlah siswa yang dibimbing kurang dari 150 siswa, diberi
angka kredit proporsional.

f) Bagi guru pembimbing yang jumlah siswa yang dibimbing lebih dari 150 siswa, diberi bonus
angka kredit. Bonus angka kredit bimbingan diberikan dari butir kegiatan melaksanakan program
bimbingan. Pemberian bonus angka kredit kelebihan siswa yang dibimbing sebanyak-banyaknya
75 siswa.

14. SK Mendikbud nomor 025/O/1995 pasal 7 tentang pelaksanaan bimbingan dan konseling:

1. Setiap kegiatan menyusun program, melaksanakan program, mengevaluasi.


Menganalisis, dan melaksanakan kegiatan tindak lanjut, kegiatannya meliputi:

1) Layanan orientasi

2) Layanan informasi

3) Layanan penempatan dan penyaluran

4) Layanan pembelajaran
5) Layanan konseling perorangan

6) Layanan bimbingan kelompok

7) Instrumentasi bimbingan dan konseling

8) Himpunan data

9) Konferensi kasus

10) Kunjungan rumah

11) Alih tangan kasus

1. Kegiatan bimbingan dan konseling secara keseluruhan harus mencakup:

1) Bimbingan pribadi

2) Bimbingan sosial

3) Bimbingan belajar

4) Bimbingan karier

1. Layanan orientasi wajib dilaksanakan pada awal catur wulan pertama terhadap sisiwa
baru.
2. Satu kali kegiatan bimbingan dan konseling memakan waktu rata-rata 2 jam tatap muka.

Profesionalisme Konselor

Profesionalisme seorang guru merupakan suatu keharusan dalam mewujudkan sekolah berbasis
pengetahuan, yaitu pemahaman tentang pembelajaran, kurikulum, dan perkembangan manusia
termasuk gaya belajarnya. Berkembangnya lembaga-lembaga pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan khusus dibidang konseling, serta meningkatnya kebutuhan
masyarakat untuk mendapatkan bantuan dalam memecahkan masalah-masalah pribadi telah
mendorong munculnya kesadaran di masyarakat untuk memantapkan konselor sebagai pekerjaan
profesional.

Sebagai pekerjaan profesional, seorang konselor tentu memiliki fungsi dan cara kerja yang khas
sesuai dengan bidang keilmuannya. Pekerjaan sebagai seorang konselor sudah dapat
dikategorikan sebagai pekerjaan yang profesional jika kita mengacu pada kriteria sebuah
pekerjaan profesional. Kriteria esensial pekerjaan dikatakan sebagai pekerjaan yang profesional
dikemukakan oleh Dunlop maupun Mc Cully yang dikutip oleh Nugent (1981), yaitu bahwa
anggota dan kelompok profesional itu:
1. Dapat mendefinisikan perannya secara jelas,
2. Menawarkan layanan yang unik,
3. Memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus,
4. Memiliki kode etik yang jelas,
5. Memiliki hak untuk menawarkan layanan kepada masyarakat sesuai dengan deskripsi
profesinya,
6. Memiliki kemampuan untuk memonitor praktis profesinya.

Berdasarkan kriteria diatas, maka sangat jelas bahwa secara formal konselor telah memenuhi
persyaratan dan karena itu pula profesi sebagai seorang konselor sudah menjadi pekerjaan yang
profesional.

Berikut ini ada perilaku etik dan profesional sebagai seorang konselor, yaitu:

1. Menyadari bahwa nilai-nilai pribadi konselor dapat mempengaruhi respon-respon


konselor terhadap klien,
2. Menghindari sikap-sikap prasangka dan pikiran-pikiran stereotipe terhadap klien,
3. Tidak memaksakan nilai-nilai pribadi konselor terhadap klien,
4. Memahami kekuatan dan keterbatasan personal dan profesional,
5. Mengelola diri secara efektif,
6. Bekerja sama secara produktif dengan teman sejawat dan anggota profesi lain,
7. Secara konsisten menampilkan perilaku sesuai dengan kode etik profesi.

Seorang konselor yang profesional juga harus memiliki kompetensi profesi. Kompetensi profesi
adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkan pendidik membimbing peserta didik yang memenuhi standar kompetensi yang
diterapkan dalam standar kompetensi pendidikan. Berikut ini adalah kompetensi profesi konselor
secara garis besarnya:

1. Kompetensi pengembangan kepribadian,


2. Kompetensi keilmuan dan keterampilan,
3. Kompetensi keahlian berkarya,
4. Kompetensi perilaku berkarya,
5. Kompetensi kehidupan bermasyarakat

Anda mungkin juga menyukai