Anda di halaman 1dari 44

PENGKAJIAN ASUHAN

DENGAN
KEBUTUHAN KOMPLEKS
Topik Bahasan
1. Kwashiorkor pada bayi
2. Ibu hamil dengan kekurangan gizi
3. Kehamilan lewat bulan / serotinus
4. IUFD
KWASHIORKOR
• Kwashiorkor
merupakan salah satu
penyakit yang timbul
akibat kekurangan
protein baik dari segi
kualitas dan
kuantitasnya
• Kwashiorkor banyak
diderita oleh bayi dan
anak pada usia enam
bulan sampai usia tiga
tahun (Batita).
Tanda-tanda yang sering dijumpai pada
pada penderita Kwashiorkor yaitu :
1. Gagal untuk menambah berat
7. Dermatitis perubahan pigmen kulit
badan

2. Wajah membulat dan sembap


8. Penurunan masa otot
3. Rambut pirang, kusam, dan mudah
dicabut
9. Perubahan mental seperti apatis
4. Pertumbuhan linear terhenti

5. Endema general (muka sembab, 10. Terjadi perlemakan hati, gangguan


punggung kaki, dan perut yang fungsi ginjal, dan anemia
membuncit).
11. Syok berat, koma dan berakhir
6.Diare yang tidak membaik dengan kematian.
Anak-anak batita (bawah
tiga tahun) serta ibu hamil
dan ibu yang sedang
menyusui merupakan
golongan yang sangat
rawan terhadap
kekurangan protein.
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan laboratorium : albumin,


creatinine, dan nitrogen. Elektrolit, Hb, Ht,
transferin.
PENATALAKSANAAN
TERAPEUTIK
Diit tinggi kalori, protein, mineral, dan vitamin

Pemberian terapi cairan dan elektrolit

Penanganan diare bila ada; cairan, antidiare dan


antibiotik.
Cara mengatasi kwashiorkor
• Dalam mengatasi kwashiorkor ini secara klinis adalah
dengan memberikan makanan bergizi secara
bertahap.
• Contohnya : Bila bayi menderita kwashiorkor, maka
bayi tersebut diberi susu yang diencerkan. Secara
bertahap keenceran susu dikurangi, sehingga suatu
saat mencapai konsistensi yang normal seperti susu
biasa kembali.
Komplikasi Gizi Buruk Pada Balita
• Kondisi gizi buruk akan mempengaruhi banyak
organ dan sistem karena terjadi defisiensi asupan
makro/mikro nutrien lain yang sangat diperlukan
bagi tubuh.

AKIBATNYA
Gizi buruk akan melemahkan sistem pertahanan
tubuh terhadap kuman penyakit maupun
pertahanan mekanik sehingga mudah terkena
infeksi.
Pada kondisi akut, gizi buruk dapat mengancam
jiwa karena berbagai disfungsi yang dialami,

Hipotermia (mudah kedinginan) karena jaringan


lemaknya tipis, hipoglikemia (kadar gula dalam
darah yang dibawah kadar normal), dan
kekurangan elektrolit penting serta cairan tubuh.
Dampak jangka pendek
dan jangka panjang gizi buruk terhadap
perkembangan anak

dampak jangka pendek :

Anak menjadi apatis, mengalami gangguan bicara


dan gangguan perkembangan yang lain.
Dampak jangka panjang

1.Penurunan skor tes IQ,


2.Penurunan perkembangn kognitif,
3.Penurunan integrasi sensori,
4.Gangguan pemusatan perhatian,
5.Gangguan penurunan rasa percaya diri dan
merosotnya prestasi akademik di sekolah.
KURANG GIZI PADA KEHAMILAN
PROTEIN
Selain menjadi sumber bagi kalori
dan zat pembangun, pembentukan
darah dan sel merupakan salah
satu fungsi protein. Protein
dibutuhkan oleh ibu hamil dengan
jumlah sekitar 60 gram setiap
harinya atau 10 gram lebih banyak
dari biasanya. Protein bisa
didapatkan dari kacangkacangan,
tempe, putih telur, daging dan
tahu.
KARBOHIDRAT

Frekuensi glukosuria ibu hamil


yang relatif tinggi dan adanya
glukosuria pada kebanyakan
wanita hamil setelah
mendapat 100 gram dextrose
per oral. Normalnya, pada
wanita hamil tidak glukosuria.
Kebutuhan karbohidrat lebih
kurang 65% dari total kalori
sehingga perlu penambahan.
KALSIUM
Kalsium meningkatkan
mineralisasi rangka janin dan
gigi-gigi. Janin membutuhkan
kalsium 66% lebih besar selama
timester ketiga (saat gigi-gigi
terbentuk dan pertumbuhan
rangka terjadi paling cepat)
dibanding pada awal
perkembangannya. Kalsium juga
disimpan dalam tulang-tulang ibu
sebgai cadangan untuk
ZAT BESI
Zat besi diperlukan untuk
memproduksi hemoglibin( protein
pembawa oksigen dalam darah).
Karena volume darah meningkat
50% selama kehamlian,
hemoglobin dan konstituen darah
lainnya juga harus meningkat.
Selama enam minggu terakhir
kehamilan, janin akan menyimpan
zat besi dalam jumlah yang
memadai dalam harinya untuk
memenuhi kebutuhannya pada tiga
atau enam bulan pertama
kehidupan.
Kekurangan Energi Kronis

• Depkes RI (2002)

Kurang Energi Kronis merupakan keadaan


dimana penderita kekurangan makanan yang
berlangsung menahun (kronis) yang
mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan.
KEK dapat terjadi pada wanita usia subur (WUS)
dan pada ibu hamil (bumil)
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi KEK

Pendapatan
Keluarga

Faktor
Faktor Pendidikan
sosial
perilaku ibu
ekonomi

Faktor pola
konsumsi
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi KEK

Usia

Berat badan Faktor


Paritas
selama hamil biologis

Jarak
kehamilan
Tanda dan gejala
Lingkar lengan atas sebelah kiri kurang dari
23,5 cm
Kurang cekatan dalam bekerja.
Sering terlihat lemah, letih, lesu, dan lunglai.
Jika hamil cenderung akan melahirkan anak
secara prematur atau jika lahir secara normal
bayi yang dilahirkan biasanya berat badan
lahirnya rendah atau kurang dari 2.500 gram.
Dampak
IBU
Kenaikan BB tidak Mudah terkena
Anemia Perdarahan kematian ibu
normal penyakit infeksi.

Persalinan
persalinan sulit dan prematur / lahir perdarahan post
Meningkatkan SC
lama sebelum waktunya partum

Janin
mempengaruhi
pertumbuhan keguguran kematian cacat bawaan asfiksia (BBLR)
janin
PENATALAKSANAAN
• Perbaikan gizi ibu
• Konsumsi makanan dan suplemen
• Pencegahan dan pengobatan penyakit
(malaria, kecacingan, sanitary)
KEHAMILAN LEWAT BULAN
SEROTINUS
Serotinus
• Kehamilan lewat waktu
• Persalinan > 42 minggu
• Kesalahan anamnesa
• Kejadian 4-15%
• Konfirmasi dengan USG
PATOFISIOLOGI
• Otot rahim tidak sensitif terhadap oksitosin
• Kelainan rahim
Tanda dan Gejala
• Gerakan janin jarang (subjektif : kurang dari 7 kali/20
menit, obyektif dengan KTG kurang dari 10 kali/20
menit)
• Kehamilan lebih dari 42 minggu
• Pada bayi akan ditemukan tanda-tanda yaitu:
a) Stadium I: kulit kehilangan verniks kaseosa dan
terjadi maserasi.
b) Stadium II: seperti stadium 1 disertai pewarnaan
mekonium (kehijauan) di kulit bayi.
c) Stadium III: seperti stadium 1 disertai pewarnaan
kekuningan pada kulit dan tali pusat.
DAMPAK
• Insufisiensi plasenta
– janin risiko asfiksia kronis / akut
– Fetal death
– Pertumbuhan janin terhambat
– Perubahan metabolisme janin
– oligohidramnion
– Saat persalinan rentan asfiksia
• Bila BB lebih perlu tindakan (vakum / SC)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• USG untuk menilai usia kehamilan,
oligohidramnion dan derajat maturitas
plasenta
• KTG untuk menilai ada atau tidaknya gawat
janin.
• Amnioskopi atau amniotomi
PENATALAKSANAAN
• Anamnesis
– HPM > 42 minggu
– Gerak janin berkurang / berhenti
• Pemeriksaan
– BB ibu, air ketuban, DJJ, gerak janin, TBJ
• Penatalaksanaan
– Anjurkan/rujuk persalinan di RS
• Penatalaksanaan di RS (oleh dokter)
– Induksi (misoprostol/oksitosin)
– SC
IUFD
(Intra Uterine Fetal Death)
IUFD
• Kematian janin dalam kandungan adalah kematian hasil
konsepsi sebelum dikeluarkan dengan sempurna dari
ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan. Kematian
dinilai dengan fakta bahwa sesudah dipisahkan dari
ibunya janin tidak bernafas atau tidak menunjukkan
tanda-tanda kehidupan, seperti denyut jantung, pulsasi
tali pusat, atau kontraksi otot (Monintja, 2005)

• Sedangkan menurut WHO, kematian janin adalah


kematian janin pada waktu lahir dengan berat badan
<1000 gram.
Klasifikasi Kematian Janin
Golongan sebelum masa kehamilan
I mencapai 20 minggu penuh

Golongan sesudah ibu hamil 20 hingga 28


II minggu.

Golongan sesudah masa kehamilan lebih 28


III minggu (late fetal death)

Golongan Kematian yang tidak dapat


digolongkan pada ketiga golongan
IV di atas.
ETIOLOGI
1) Perdarahan : plasenta previa dan solusio
plasenta.
2) Preeklampsi dan eklampsia
3) Penyakit-penyakit kelainan darah.
4) Penyakit infeksi dan penyakit menular
5) Penyakit saluran kencing
6) Penyakit endokrin: diabetes melitus
7) Malnutrisi
DIAGNOSIS
Anamnesis
– Ibu tidak merasakan gerakan janin dalam
beberapa hari, atau gerakan janin sangat
berkurang.
– Ibu merasakan perutnya tidak bertambah besar,
bahkan bertambah kecil atau kehamilan tidak
seperti biasa
– Ibu merasakan belakangan ini perutnya sering
menjadi keras dan merasa sakit-sakit seperti mau
melahirkan.
DIAGNOSIS
Inspeksi
– Tidak kelihatan gerakan-gerakan janin, yang biasanya
dapat terlihat terutama pada ibu yang kurus.

Palpasi
– Tinggi fundus lebih rendah dari seharusnya tua
kehamilan, tidak teraba gerakan-gerakan janin.
– Dengan palpasi yang teliti, dapat dirasakan adanya
krepitasi pada tulang kepala janin.
DIAGNOSIS
Auskultasi
– Baik memakai stetoskop, monoral maupun
dengan doptone tidak terdengar denyut jantung
janin (DJJ)

Reaksi kehamilan
– Reaksi kehamilan baru negatif setelah beberapa
minggu janin mati dalam kandungan
Pemeriksaan darah (ABO dan Rhesus)

PENANGANAN Hindari pemberian informasi yang tidak


tepat

Dukungan mental emosional perlu


diberikan kepada pasien

Rencana persalinan pervagina dengan


cara induksi maupun
ekspektatif---dibicarakan dengan keluarga

Pemeriksaan patologi plasenta akan


mengungkap adanya patologi plasenta dan
infeksi
PENANGANAN Menunggu persalinan spontan
dalam waktu 2-4 minggu

PENANGANAN PASIF

Pemeriksaan kadar fibrinogen setiap


minggu

Untuk usia kehamilan 12 minggu


atau kurang dapat dilakukan dilatasi
atau kuretase

Untuk usia kehamilan lebih dari 12


PENANGANAN AKTIF minggu, dilakukan induksi persalinan
dengan oksitosin.

Untuk oksitosin diperlukan


pembukaan serviks dengan
pemasangan kateter foley intra
uterus selama 24 jam
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai