DENGAN
KEBUTUHAN KOMPLEKS
Topik Bahasan
1. Kwashiorkor pada bayi
2. Ibu hamil dengan kekurangan gizi
3. Kehamilan lewat bulan / serotinus
4. IUFD
KWASHIORKOR
• Kwashiorkor
merupakan salah satu
penyakit yang timbul
akibat kekurangan
protein baik dari segi
kualitas dan
kuantitasnya
• Kwashiorkor banyak
diderita oleh bayi dan
anak pada usia enam
bulan sampai usia tiga
tahun (Batita).
Tanda-tanda yang sering dijumpai pada
pada penderita Kwashiorkor yaitu :
1. Gagal untuk menambah berat
7. Dermatitis perubahan pigmen kulit
badan
AKIBATNYA
Gizi buruk akan melemahkan sistem pertahanan
tubuh terhadap kuman penyakit maupun
pertahanan mekanik sehingga mudah terkena
infeksi.
Pada kondisi akut, gizi buruk dapat mengancam
jiwa karena berbagai disfungsi yang dialami,
• Depkes RI (2002)
Pendapatan
Keluarga
Faktor
Faktor Pendidikan
sosial
perilaku ibu
ekonomi
Faktor pola
konsumsi
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi KEK
Usia
Jarak
kehamilan
Tanda dan gejala
Lingkar lengan atas sebelah kiri kurang dari
23,5 cm
Kurang cekatan dalam bekerja.
Sering terlihat lemah, letih, lesu, dan lunglai.
Jika hamil cenderung akan melahirkan anak
secara prematur atau jika lahir secara normal
bayi yang dilahirkan biasanya berat badan
lahirnya rendah atau kurang dari 2.500 gram.
Dampak
IBU
Kenaikan BB tidak Mudah terkena
Anemia Perdarahan kematian ibu
normal penyakit infeksi.
Persalinan
persalinan sulit dan prematur / lahir perdarahan post
Meningkatkan SC
lama sebelum waktunya partum
Janin
mempengaruhi
pertumbuhan keguguran kematian cacat bawaan asfiksia (BBLR)
janin
PENATALAKSANAAN
• Perbaikan gizi ibu
• Konsumsi makanan dan suplemen
• Pencegahan dan pengobatan penyakit
(malaria, kecacingan, sanitary)
KEHAMILAN LEWAT BULAN
SEROTINUS
Serotinus
• Kehamilan lewat waktu
• Persalinan > 42 minggu
• Kesalahan anamnesa
• Kejadian 4-15%
• Konfirmasi dengan USG
PATOFISIOLOGI
• Otot rahim tidak sensitif terhadap oksitosin
• Kelainan rahim
Tanda dan Gejala
• Gerakan janin jarang (subjektif : kurang dari 7 kali/20
menit, obyektif dengan KTG kurang dari 10 kali/20
menit)
• Kehamilan lebih dari 42 minggu
• Pada bayi akan ditemukan tanda-tanda yaitu:
a) Stadium I: kulit kehilangan verniks kaseosa dan
terjadi maserasi.
b) Stadium II: seperti stadium 1 disertai pewarnaan
mekonium (kehijauan) di kulit bayi.
c) Stadium III: seperti stadium 1 disertai pewarnaan
kekuningan pada kulit dan tali pusat.
DAMPAK
• Insufisiensi plasenta
– janin risiko asfiksia kronis / akut
– Fetal death
– Pertumbuhan janin terhambat
– Perubahan metabolisme janin
– oligohidramnion
– Saat persalinan rentan asfiksia
• Bila BB lebih perlu tindakan (vakum / SC)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• USG untuk menilai usia kehamilan,
oligohidramnion dan derajat maturitas
plasenta
• KTG untuk menilai ada atau tidaknya gawat
janin.
• Amnioskopi atau amniotomi
PENATALAKSANAAN
• Anamnesis
– HPM > 42 minggu
– Gerak janin berkurang / berhenti
• Pemeriksaan
– BB ibu, air ketuban, DJJ, gerak janin, TBJ
• Penatalaksanaan
– Anjurkan/rujuk persalinan di RS
• Penatalaksanaan di RS (oleh dokter)
– Induksi (misoprostol/oksitosin)
– SC
IUFD
(Intra Uterine Fetal Death)
IUFD
• Kematian janin dalam kandungan adalah kematian hasil
konsepsi sebelum dikeluarkan dengan sempurna dari
ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan. Kematian
dinilai dengan fakta bahwa sesudah dipisahkan dari
ibunya janin tidak bernafas atau tidak menunjukkan
tanda-tanda kehidupan, seperti denyut jantung, pulsasi
tali pusat, atau kontraksi otot (Monintja, 2005)
Palpasi
– Tinggi fundus lebih rendah dari seharusnya tua
kehamilan, tidak teraba gerakan-gerakan janin.
– Dengan palpasi yang teliti, dapat dirasakan adanya
krepitasi pada tulang kepala janin.
DIAGNOSIS
Auskultasi
– Baik memakai stetoskop, monoral maupun
dengan doptone tidak terdengar denyut jantung
janin (DJJ)
Reaksi kehamilan
– Reaksi kehamilan baru negatif setelah beberapa
minggu janin mati dalam kandungan
Pemeriksaan darah (ABO dan Rhesus)
PENANGANAN PASIF