Anda di halaman 1dari 12

Systematic Literature Review : Instrumen Diagnostik Multiple Tier dalam Mengukur

Miskonsepsi Kimia Peserta Didik

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi miskonsepsi dalam pembelajaran kimia serta jenis instrumen
diagnostik multiple tier yang paling banyak digunakan. Metode penelitian yang digunakan yaitu systematic
literature review (SLR) dengan menganalisis hasil penelitian relevan dari basis data Google Scholar dan ERIC
sebanyak 47 artikel berdasarkan keseuaiannya dengan tema penelitian dalam kisaran waktu delapan tahun
terakhir (2015-2022). Melalui metode SLR dilakukan review artikel secara sistematis dengan mengikuti
langkah-langkah yang telah ditetapkan. Temuan penelitian menunjukkan bahwa miskonsepsi peserta didik
paling banyak terjadi pada materi larutan penyangga sebesar 28% dengan instrumen diagnostik yang paling
banyak digunakan yaitu instrumen diagnostik three tier multiplechoice sebesar 50%.

PENDAHULUAN

Kimia merupakan salah satu ilmu pengetahuan alam yang bersifat abstrak dan kompleks sehingga
dalam pembelajarannya dibutuhkan pemahaman yang lebih mendalam (Sariati et al, 2020). Sebagian besar
peserta didik menganggap bahwa kimia merupakan salah satu pelajaran yang sulit dan membosankan
(Muderawan et al, 2019). Ditambah sebagian besar materi kimia terdiri dari konsep-konsep dan perhitungan
matematis yang membutuhkan kemampuan literasi dan numerik sehingga sebagian besar peserta didik
mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep kimia (Priliyanti et al, 2021). Selain itu, peserta didik
juga mengalami kesulitan dalam menghubungkan konsep-konsep kimia yang diperolehnya dan berujung pada
rendahnya hasil belajar peserta
didik (Zakiyah et al, 2018).
Pembelajaran dikatakan bermakna apabila peserta didik mampu menghubungkan pengetahuan yang
dimilikinya dengan pengetahuan baru yang didapatkannya. Pengetahuan awal merupakan sebuah konsep yang
telah dimiliki oleh setiap peserta didik. Konsep awal inilah yang dibangun oleh peserta didik ketika memperoleh
informasi atau pengetahuan baru. Namun, peserta didik terkadang sering mengalami kesulitan atau kebingungan
saat mengasosiasikan atau menghubungkan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan informasi baru yang
diperolehnya. Sehingga, pengetahuan yang dibangunnya terkadang keliru atau tidak sesuai dengan pengetahuan
yang disampaikan oleh para ahli dan akhirnya menimbulkan sebuah miskonsepsi. Menurut Suparno (dalam
Mukhlisa, 2021: 68), miskonsepsi adalah suatu konsepsi seseorang yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah yang
diakui oleh para ahli.
Setiap konsep atau materi dalam suatu pembelajaran memiliki keterkaitan satu sama lain. Oleh karena
itu, miskonsepsi peserta didik merupakan permasalahan krusial yang perlu mendapatkan perhatian lebih oleh
tenaga pendidik atau guru. Miskonsepsi perlu diidentifikasi dan dianalisis sebagai upaya awal untuk selanjutnya
dihilangkan atau direduksi, sebab dengan adanya miskonsepsi maka konsep selanjutnya dapat terganggu. Jika
pemahaman awal peserta didik telah tepat, maka peserta didik dapat memahami konsep lainnya. Begitupun
sebaliknya, jika pemahaman awal peserta didik kurang tepat maka akan mempengaruhi pemahaman konsep
yang lain.
Salah satu cara untuk mengidentifikasi miskonsepsi peserta didik yaitu dengan melakukan tes
menggunakan instrumen diagnostik. Instrumen diagnostik adalah salah satu instrumen yang digunakan untuk
mendiagnosa atau mengidentifikasi kesalahan pemahaman konsep pada peserta didik yang selanjutnya
digunakan sebagai bahan perbaikan (Ardiansyah et al, 2017: 104). Banyak jenis instrumen diagnostik yang
dikembangkan baik tes maupun non tes seperti unjuk kerja, wawancara, essay, pilihan ganda terbuka atau
tertutup. Adapun fokus pembahasan pada penelitian yaitu instrumen diagnostik berbentuk multiple tier yang
merupakan bentuk tes pilihan ganda yang terdiri dari beberapa tingkatan seperi two tier, trhree tier hingga four
tier.
Hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan masih berupa hasil studi secara individu oleh peneliti
tertentu sehingga perlu dianalisis untuk lebih lanjut diperoleh informasi yang lebih komprehensif mengenai
miskonsepsi peserta didik dalam pembelajaran kimia dan instrumen diagnostik yang digunakan. Dengan begitu,
maka dapat menghasilkan suatu rekomendasi bagi para peneliti, pendidik dan calon pendidik kedepannya agar
dapat menerapkan instrumen diagnostik sehingga miskonsepsi peserta didik dapat didiagnosa atau diidentifikasi
lebih awal. Berdasarkan hal tersebut, maka dipandang perlu untuk melakukan systematic review terhadap hasil-
hasil penelitian yang meneliti tentang miskonsepsi peserta didik dalam pembelajaran kimia dan instrumen
diagnostiknya.
METODE
Penelitian ini menggunakan metode Systematic Literature Review dengan mengidentifikasi dan
mereview jurnal secara sistematis. Fokus penelitian mengenai analisis atau identifikasi miskonsepsi peserta
didik dalam pembelajaran kimia dan instrumen diagnostik multiple tier dalam mengukur miskonsepsi kimia
peserta didik. Data yang dikumpulkan berasal dari basis data Google Scholar dan ERIC dalam kisaran waktu
delapan tahun terakhir yaitu dari 2015 hingga 2022. Adapun artikel yang direview sebanyak 47 artikel yang
diperoleh dengan menggunakan kata kunci miskonsepsi kimia, instrumen diagnostik multiple tier, dan
instrumen diagnostik dalam mengukur miskonsepsi kimia.
Artikel yang digunakan dalam menjawab pertanyaan penelitian merupakan artikel nasional dan
internasional yang terindeks Scopus dan Sinta. Kriteria pemilihan artikel yang direview berdasarkan: (1) fokus
pembahasan analisis atau identifikasi miskonsepsi kimia (2) instrumen diagnostik multiple tier (3) publikasi
artikel dalam 8 tahun terakhir (2015-2022), serta (4) Jurnal terindeks Scopus (Q1-Q4) dan Sinta (S1-S5). Oleh
karena itu, artikel yang tidak memenuhi kriteria tersebut tidak dipilih.
Langkah-langkah dalam systematic literature review menurut Siswanto (2010: 327) terdiri dari
(1) memformulasikan pertanyaan penelitian (formulating the review question), (2) melakukan pencarian literatur
systematic review (conducting a systematic literature search), (3) melakukan skrinning dan seleksi artikel
penelitian yang cocok (screening and selecting appropriate research articles,) (4) melakukan analisis dan
sintesis temuan-temuan kualitatif (analyzing and synthesizing qualitative findings), serta (5) menyusun laporan
akhir (presenting findings).
Proses pencarian literatur melalui basis data Google Scholar dan ERIC diperoleh 95 artikel dan
dilakukan seleksi atau penyaringan sesuai kriteria pemilihan sehingga didapatkan 47 artikel terindeks Scopus
dan Sinta. Adapun proses seleksi atau penyaringan artikel untuk direview menggunakan standar Prisma dapat
dilihat pada Gambar 1.

Pencarian menggunakan kata


kunci dengan publikasi jurnal
2015-2022

Kata kunci : “Miskonsepsi kimia”, “Instrumen


diagnostik multiple tier”, “Instrumen diagnostik
dalam mengukur miskonsepsi kimia”.

Google Scholar (n = 80) ERIC (n = 15)

Seleksi berdasarkan judul dan


indeks jurnal (n= 74)

Jurnal terindeks: Scopus (9) ;


Sinta (65)

Seleksi berdasarkan review


abstract (fokus pada instrumen
diagnostik multiple tier dan
miskonsepsi kimia) (n = 47)

Jurnal terindeks: Scopus (4) ;


Sinta (43)

Artikel yang terpilih


untuk di review (n = 47)
HASIL

K
No. Judul Jurnal Tahun Author K1 K3 K4 K5 Kualitas
2

Analisis Prior Knowledge


Konsep Asam Basa Siswa Kelas Fauzana Gazali dan
1 2018 √ √ √ √ √ Layak
XI SMA untuk Merancang Eka Yusmaita
Modul Kimia Berbasis REACT

Identifikasi dan Analisis


Miskonsepsi Siswa
Menggunakan Three-Tier Friesta Ade Monita
2 2016 √ √ √ √ √ Layak
Multiple Choice Diagnostic dan Bambang Suharto
Instrument pada Konsep
Kesetimbangan Kimia

Miskonsepsi Ditinjau dari


Penguasaan Pengetahuan M. Wahyu Noviani
3 2017 √ √ √ √ √ Layak
Prasyarat untuk Materi Ikatan dan Maya Istiyadji
Kimia pada Kelas X

Telaah Topik Stoikiometri


4 SMA: Miskonsepsi dan Strategi 2019 Indah R Anugrah √ √ √ √ √ Layak
Pembelajarannya

Diagnosa Miskonsepsi Siswa Mangara Sihaloho,


SMA Negeri 1 Telaga Sutra S. Hadis,
5 2021 √ √ √ √ √ Layak
Gorontalo pada Materi Ahmad Kadir Kilo,
Termokimia dan Akram La Kilo

Analisis Miskonsepsi Asam


Urwatil Wutsqo
Basa pada Pembelajaran
6 2017 Amry, Sri Rahayu, √ √ √ √ √ Layak
Konvensional dan Dual Situated
dan Yahmin
Learning Model (DSLM)

Analisis Miskonsepsi Siswa


Rosi Nurhujaimah,
Kelas XI SMA pada Materi
Irma Ratna Kartika,
7 Larutan Penyangga 2016 √ √ √ √ √ Layak
dan Muktiningsih
Menggunakan Instrumen Tes
Nurjaydi
Three Tier Multiple Choice

Noor Fathi
Analisis Miskonsepsi Siswa
Maratusholihah, Sri
8 SMA pada Materi Hidrolisis 2017
Rahayu, dan
√ √ √ √ √ Layak
Garam dan Larutan Penyangga
Fauziatul Fajaroh

N. Nurhidayatullah
Miskonsepsi materi larutan
9 2018 dan Anti Kolonial √ √ √ √ √ Layak
penyangga
Prodjosantoso

Keefektifan Pembelajaran
POGIL dengan Strategi Konflik
Mafidatun Ni’mah,
10 Kognitif untuk Mengurangi 2020 √ √ √ √ √ Layak
Subandi, dan Munzil
Miskonsepsi pada Materi Laju
Reaksi Kelas XI SMA

11 Identifikasi miskonsepsi siswa 2020 √ √ √ √ √ Layak


Joko Warsito,
pada topik ikatan kimia serta
K
No. Judul Jurnal Tahun Author K1 K3 K4 K5 Kualitas
2

perbaikannya dengan
pembelajaran model ECIRR
Subandi, dan Parlan
(Elicit, Confront, Identify,
Resolve, Reinforce)

Penerapan model pembelajaran


ECIRR untuk mereduksi Istimatus Nur
12 miskonsepsi pada materi 2016 Khomaria dan Harun √ √ √ √ √ Layak
kesetimbangan kimia kelas XI Nasrudin
MIA di SMA Negeri 1 Pacet

Identifikasi Miskonsepsi Siswa


Pada Materi Laju Reaksi dan
Linda Ayu Lestari,
Perbaikannya Menggunakan
13 2021 Subandi, dan √ √ √ √ √ Layak
Model Pembelajaran Learning
Habiddin
Cycle 5e dengan Strategi
Konflik Kognitif

Analisis Kesalahan Konsep


Fikriyatul
Mahasiswa Kimia pada Kajian
Maulidiyah, Hayuni
14 Pokok Hidrolisis Garam 2021 √ √ √ √ √ Layak
Retno Widarti, dan
Menggunakan Tes Pilihan
Yudhi Utomo
Ganda Empat Tingkat

Model Instrumen Test Winandari Dewi


Diagnostik Two Tiers Choice Antari a, Woro
15 2020 √ √ √ √ √ Layak
untuk Analisis Miskonsepsi Sumarnia, Harjitoa,
Materi Larutan Penyangga dan Joko Basuki

Representasi Kimia untuk


Mereduksi Miskonsepsi Siswa
Dwi Andrianie dan
pada Materi Redoks Melalui
16 2018 Sudarmin, Sri √ √ √ √ √ Layak
Penerapan Model Pembelajaran
Wardani
Inkuiri Terbimbing Berbantuan
LKS

Nur Romadhona
Identifikasi Miskonsepsi Siswa
Lailatul Qodriyah,
Kelas XI SMA Negeri 4 Malang
Deni Ainur Rokhim,
17 pada Materi Hidrokarbon 2020
Hayuni Retno
√ √ √ √ √ Layak
Menggunakan Instrumen
Widarti, dan
Diagnostik Three Tier
Habiddin

Analisis Miskonsepsi Etika Ayu Lestari,


Menggunakan Tes Diagnosa Harjito, Endang
18 2021 √ √ √ √ √ Layak
Three-Tier Multiple Choice Susilaningsih, dan
pada Materi Stoikiometri Nanik Wijayati

Analisis Miskonsepsi Siswa


Rosi Nurhujaimah,
Kelas XI SMA pada Materi
Irma Ratna Kartika,
19 Larutan Penyangga 2016 √ √ √ √ √ Layak
dan Muktiningsih
Menggunakan Instrumen Tes
Nurjaydi
Three Tier Multiple Choice

20 Analisis Miskonsepsi pada 2018 Muhammad Arif M. √ √ √ √ √ Layak


Konsep Hidrolisis Garam Siswa Arsyad, Mangara
K
No. Judul Jurnal Tahun Author K1 K3 K4 K5 Kualitas
2

Sihaloho dan Akram


Kelas XI SMAN 1 Telaga
La Kilo

Mereduksi Miskonsepsi Materi


Kesetimbangan Kimia Melalui
Widyo Wati dan Dian
21 Penerapan Strategi Predict 2021 √ √ √ √ √ Layak
Novita
Discuss Explain Observe
Discuss Explain (PDEODE)

Analisis Miskonsepsi Siswa


Kelas XI SMA Negeri 1
Miftahul Jannah dan
Banawa Tengah pada
22 2016 Purnama Ningsih, √ √ √ √ √ Layak
Pembelajaran Larutan
Ratman
penyangga Dengan CRI
(Certainty of Response Index)

Identifikasi dan Analisis


Doni Setiawan, Edy
Miskonsepsi pada Materi Ikatan
23 2017 Cahyono dan Cepi √ √ √ √ √ Layak
Kimia Menggunakan Instrumen
Kurniawan
Tes Diagnostik Three-Tier

Andi Ramdan Al
Analisis Miskonsepsi Peserta Qadri, Panji Mujahid
Didik Kelas XI SMAN 1 Gowa Alhaq, ,Nurul
24 pada Materi Larutan Penyangga 2019 Muthmainnah, Mirna √ √ √ √ √ Layak
Menggunakan Instrumen Three Ayu Irpadilla,
Tier Diagnostic Test. Herlina,Nur Aulia S
dan Aviva R Scholten

Analisis Kemampuan
Pemahaman Siswa pada Konsep M. Junaidi Maksum,
25 Larutan Penyangga 2017 Mangara Sihaloho √ √ √ √ √ Layak
Menggunakan Three Tier dan Akram La kilo
Multiple Choice Tes

Analisis Miskonsepsi Larutan Maimun Wahab,


Penyangga dengan Tes Pilihan Ishak Isa, dan
26 2022 √ √ √ √ √ Layak
Ganda Empat Tingkat pada Lukman Abdul Rauf
Siswa Laliyo

Identifikasi Miskonsepsi Siswa Zunarti P Monoarfa,


Kelas XI IPA 1 di SMA Negeri Akram La Kilo dan
27 2017 √ √ √ √ √ Layak
3 Gorontalo Utara pada Konsep Deasy Natalia
Larutan Penyangga Botutihe

Wulan
Analisis Miskonsepsi Asam Wahyuningtyas, Sri
Basa Menggunakan Instrumen Susilogati Sumarti,
28 2020 √ √ √ √ √ Layak
Multirepresentasi Diagnostic Endang
Test Berbasis Web Susilaningsih, dan
Nanik Wijayanti

Identifikasi Miskonsepsi Materi


Kesetimbangan Kimia Zaki Dayatul Akbar,
29 √ √ √ √ √ Layak
Menggunakan Tes Diagnostik Herdini dan Abdullah
Pilihan Ganda Tiga Tingkat
K
No. Judul Jurnal Tahun Author K1 K3 K4 K5 Kualitas
2

(Three-Tier Multiple Choice)


pada Peserta Didik Kelas XI
MIA SMA Negeri 2 Pekanbaru

Penggunaan Tes Diagnostik Febriana Tri


Three-Tier Test Alasan Terbuka Kustiarini, Elfi
30
untuk Mengidentifikasi
2019
Susanti VH, dan
√ √ √ √ √ Layak
Miskonsepsi Larutan Penyangga Agung Nugroho C.S

Misconception Profile of High


School Student on Electrolyte
Nahadi, Wiwi
and Non-Electrolyte Solution
31 2020 Siswaningsih, and √ √ √ √ √ Layak
Using Pictorial-Based Two-Tier
Hanifah Kurnia M
Multiple Choices Diagnostic
Test

Misconceptions of High School Tri Prianti, Elfi


Students in Salt Hydrolysis Susanti VH, and
32 2020 √ √ √ √ √ Layak
Topic Using a Three-Tier Nurma Yunita
Diagnostic Test (TTDT) Indriyanti

Sensitivity of Two-Tier and


Ebiati, Asrial, and
Three-Tier Tests in Detecting
33 2020 Muhammad Haris √ √ √ √ √ Layak
Student’s Misconceptions of
Effendi-Hasibuan
Chemical Bonding

Ni Ngh. Sangging
Identifikasi Miskonsepsi Siswa
Apriadi, I Wayan
34 Kelas X Pada Topik Reaksi 2018 √ √ √ √ √ Layak
Redhana dan
Redoks
I Nyoman Suardana

Identifikasi Miskonsepsi Siswa Sarlin Melinda


Kelas Xi Ipa Pada Materi Mapada, Raden Roro
Larutan Penyangga Ariessanty Alicia
35 2022 √ √ √ √ √ Layak
Menggunakan Two-Tier Kusuma Wardhani
Diagnostic Instrument di SMA dan Yasmine
Sabilal Muhtadin Banjarmasin Khairunnisa

Penggunaan Two-Tier Multiple


Choice Diagnostic Test Disertai Elvira Noprianti dan
36 2017 √ √ √ √ √ Layak
CRI untuk Menganalisis Lisa Utami
Miskonsepsi Siswa

Mian Maria
Stephanie, Dewi
Analisis Miskonsepsi pada
Fitriyani, Maria
Materi Larutan Penyangga
37
Menggunakan Two-Tier
2019 Paristiowati, √ √ √ √ √ Layak
Moersilah,
Diagnostic Test
Yusmaniar dan Yuli
Rahmawati

Analisis Miskonsepsi Peserta


Kristina Damayanti,
Didik pada Materi Hidrolisis
38 2021 Sri Susilogati, dan Sri √ √ √ √ √ Layak
Garam dalam Pembelajaran
Kadarwati
dengan Model Guided Inquiry
K
No. Judul Jurnal Tahun Author K1 K3 K4 K5 Kualitas
2

Penggunaan Multimedia
Interaktif dalam Fitria, Sigit
39 Meminimalisasi Miskonsepsi 2016 Priatmoko, dan √ √ √ √ √ Layak
Siswa pada Materi Pokok Kasmui
Larutan Penyangga

Penggunaan Instrumen Lembar


Wawancara Pendukung Tes Umi Lailatul
Diagnostik Pendeteksi Hidayah, Kasmadi
40 2018 √ √ √ √ √ Layak
Miskonsepsi untuk Analisis Imam Supardi, dan
Pemahaman Konsep Buffer- Woro Sumarni
Hidrolisis

Margaretha Bhrizda
Identifikasi Miskonsepsi Materi Permatasari, M.
Kesetimbangan Kimia pada Muchson, Nurul
41 2022 √ √ √ √ √ Layak
siswa SMA Menggunakan Tes Hakimah, Deni Ainur
Three Tier Berbasis Web Rokhim, Herunata,
dan M.Yahmin

Identifikasi Miskonsepsi Ikatan Fadila Karim, Netty


Kimia Menggunakan Diagnostic Ino Ischak, dan Erni
42 Test Multiple Choice 2022 Mohamad, La Ode √ √ √ √ √ Layak
Berbantuan Certainty of Aman dan Yuszda K.
Response Index Salimi

The Misconception Diagnosis Anti Kolonial


on Ionic and Covalent Bonds Prodjosantoso,
43 2019 √ √ √ √ √ Layak
Concepts with Three Tier Artanti Mulia Hertina
Diagnostic Test dan Irwanto

Eliminating Misconceptions on
Reaction Rate to Enhance Jusniar, Effendy,
44 Conceptual Understanding of 2021 Endang Budiasih dan √ √ √ √ √ Layak
Chemical Equilibrium Using Sutrisno
EMBE-R Strategy

Identifying Students’
Febriati Dian
Misconceptions of Acid-Base
Mubarokah, Sri
45 ConceptsmUsing a Three-Tier 2018 √ √ √ √ √ Layak
Mulyani dan Nurma
Diagnostic Test: A Case of
Yunita Indriyanti
Indonesia and Thailand

Misconceptions in Rate of
Jusniar, Effendy,
Reaction and their Impact on
46 2020 Endang Budiasih dan √ √ √ √ √ Layak
Misconceptions in Chemical
Sutrisno
Equilibrium

Analysis of Students
Misconception in Chemical Khairunnisa and AK.
47 2020 √ √ √ √ √ Layak
Equilibrium Material Using Prodjosantoso
Three Tier Test
PEMBAHASAN

12
10
10
8 7 7 7
6 6
6
4
4
2
0
2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022

Gambar 2. Jumlah Publikasi Artikel Instrumen Diagnostik Multiple-Tier dalam Mengukur Miskonsepsi
Kimia Peserta Didik
Berdasarkan hasil penelitian pada Gambar 2 menunjukkan bahwa dalam rentang tujuh tahun terakhir, penelitian
mengenai miskonsepsi pada kimia dengan menggunakan instrumen diagnostik multiple-tier mengalami
kenaikan dan penurunan. Tahun 2020 sampai 2021 menjadi tahun dengan jumlah publikasi artikel terbanyak.
Salah satu penyebabnya dikarenakan pada tahun tersebut pembelajaran dilaksanakan secara daring karena
adanya pandemi corona virus disease (Covid-19) sesuai surat edaran Mendikbud No. 4 tahun 2020 bahwa
selama masa darurat Covid-19 maka pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan melalui pembelajaran jarak jauh
(Handayani, 2020). Hal tersebut mempengaruhi kegiatan belajar mengajar sehingga peserta didik tidak dapat
mengikuti pembelajaran secara maksimal serta kurangnya minat dan motivasi peserta didik dalam mengikuti
pembelajaran karena metode serta model pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang kreatif (Mapada et al,
2022). Hal ini menunjukkan bahwa miskonsepsi kimia pada peserta didik masih potensial untuk diteliti.

Instrumen Diagnostik Multiple Tier


Tabel 2. Bentuk instrumen diagnostik Multiple-Tier miskonsepsi kimia
No. Instrumen Jumlah
1 Two Tier 21
2 Three Tier 24
3 Four Tier 3
Jumlah 48
Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 2 mengenai bentuk instrumen diagnostik multiple-tier yang digunakan
dalam mengukur miskonsepsi kimia peserta didik terdapat 3 bentuk instrumen yaitu instrumen daignostik two
tier, three tier dan four tier. Instrumen dengan jumlah paling banyak digunakan dalam mengukur miskonsepsi
kimia yaitu instrumen diagnostik three tier. Hal tersebut dikarenakan tes three tier memiliki sensitivity yang
lebih tinggi dibandingkan tes two tier. Penggunaan tes two-tier belum mampu menganalisis kemampuan dan
pemahaman konsep peserta didik dengan baik sedangkan tes three tier lebih efektif dalam menganalisis
pemahaman peserta didik dikarenakan instrumen ini dapat menganalisis seberapa paham peserta didik terhadap
suatu konsep serta dapat membantu guru untuk mengetahui bagaimana pengetahuan peserta didik secara
mendalam (Ebiati et all, 2020).
Setiap instrumen yang digunakan baik dalam penilaian maupun penelitian termasuk instrumen
diagnostik multiple tier pasti memiliki kelebihan dan kekurangan dalam mengukur miskonsepsi kimia. Oleh
karena itu, dalam perkembangannya, instrumen ini terkadang dipadukan atau dikombinasikan dengan metode
lain. Salah satu metode yang paling sering dipilih yaitu metode Certainty of Responses Index (CRI) (Arsyad et
all, 2016). CRI (Certainty of Response Index) merupakan metode yang dikembangkan untuk membedakan
peserta didik yang memahami konsep, mengalami miskonsepi dan tidak tahu konsep, dimana metode ini
menuntut peserta didik untuk memilih tingkat kepercayaan atas jawabannya terhadap pertaanyaan yang
diberikan (Apriadi et all, 2018). Siswa telah paham konsep apabila jawaban siswa benar dan memberikan CRI
tinggi (3, 4 atau 5). Siswa mengalami miskonsepsi apabila jawaban siswa salah dan memberikan CRI tinggi (3,4
atau 5) (Jannah et all, 2016). Oleh karena itu, metode CRI (Certainty of Response Index) diharapkan dapat
menjadi pertimbangan untuk melakukan penelitian analisis miskonsepsi (Monoarfa et all, 2017).
Selain itu, untuk mendukung data yang dihasilkan melalui tes diagnostik multiple-tier maka dilakukan
wawancara sebagai upaya lebih lanjut terhadap peserta didik yang mengalami miskonsepsi (Arsyad et all, 2016).
Melalui wawancara dapat dilihat tingkat pemahaman peserta didik melalui kepercayaan diri peserta didik dalam
menaggapi jawaban yang telah dijawab pada tes multiple-tier sebelumnya (Ni’mah et all, 2020).

Miskonsepsi Kimia Peserta Didik


Tabel 3. Materi kimia yang menjadi miskonsepsi peserta didik
Instrumen Diagnostik Multiple-tier Materi Penulis
Asam Basa 1, 6,
Ikatan Kimia 3, 33
Laju Reaksi 10
Reaksi Redoks 16, 34
Stoikiometri 4
Instrumen Diagnostik two-tier
Termokimia 5
Elektrolit dan Non Elektrolit 31, 36
8, 9, 15, 22, 27,
Larutan Penyangga
35, 37, 39, 40
Hidrolisis Garam 8, 20, 40
2, 12, 21, 29, 41,
Kesetimbangan Kimia
44, 46, 47
Larutan Penyangga 7, 19, 24, 25, 30
Ikatan Kimia 11, 23, 33, 42, 43
Instrumen Diagnostik three-tier Laju Reaksi 13
Hidrokarbon 17
Stoikiometri 18
Hidrolisis Garam 32, 38
Asam Basa 45
Hidrolisis Garam 14
Instrumen Diagnostik four-tier Larutan Penyangga 26
Asam Basa 28
Larutan penyangga (26) (17) (18) (29) (34) (41) (42)(43)(44)(53)(58)(60)(62)
Faktor Penyebab Miskonsepsi Kimia Peserta Didik
Melalui instrumen diagnostik beberapa tingkat (Multiple-tier) dapat dilihat miskonsepsi peserta didik
serta penyebab miskonsepsi kimia seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4. Faktor penyebab terjadinya
miskonsepi kimia pada peserta didik terbagi menjadi dua faktor yaitu faktor internal (dari dalam diri peserta
didik) dan faktor eksternal (dari luar diri peserta didik). Dari 47 artikel terdapat 7 artikel yang menyebutkan
miskonsepsi disebabkan oleh faktor eksternal dan 13 artikel menyebutkan faktor dominan miskonsepsi kimia
peserta didik berasal dari faktor internal.
Tabel 4. Faktor penyebab miskonsepsi kimia

Penyebab Miskonsepsi Penulis


Prakonsepsi peserta didik
Pemikiran asosiatif (2) (9) (18) (22)(23)(24)
Motivasi peserta didik
(28)(34)(35)(36)(37)(38)
Internal Kemampuan memahami dan menganalisis kurang
Minat belajar peserta didik (39)

Kurangnya keberanian bertanya  


Intuisi yang kurang tepat
Metode Pembelajaran Guru
Buku Teks Pembelajaran  (2) (9) (14) (22)(23)(24)
Eksternal Penjelasan Guru
(28)
Situasi Pembelajaran
Model Pembelajaran

Salah satu faktor internal miskonsepsi kimia peserta didik adalah ketidaksesuaian prakonsepsi peserta
didik dengan konsep yang disampaikan oleh para ahli. Penyebab ketidaksesuaian tersebut adalah setiap peserta
didik memiliki pemikiran dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari yang berbeda, sehingga mengakibatkan
pemikiran dan penalaran peserta didik menjadi berbeda dengan konsep atau pemikiran ilmuwan [3],[5],[28].
Sedangkan, faktor eksternal yang sering menyebabkan miskonsepsi peserta didik adalah metode pembelajaran
yang diberikan oleh guru masih dalam metode tradisional atau ceramah [21],[27]. Metode tersebut, membuat
peserta didik lebih cenderung menghafal, sehingga mereka tidak memahami konsepnya. Pemahaman konsep
merupakan hal yang penting pada pembelajaran fisika, karena fisika banyak menjelaskan fenomena dalam
kehidupan sehari-hari [27]. Karena hal tersebut, peserta didik mudah mengalami miskonsepsi pada fisika.
Metode untuk mereduksi miskonsepsi
Tabel 5. Metode untuk mereduksi miskonsepsi
Metode Reduksi Miskonsepsi Materi Penulis
Penerapan model pembelajaran Dual Asam basa  
Situated Learning Model (DSLM) Larutan penyangga  
Penerapan model pembelajaran POGIL
Laju reaksi  
dengan strategi konflik kognitif
Ikatan kimia  
Penerapan model pembelajaran ECIRR
Kesetimbangan kimia  
Penerapan model pembelajaran Learning
Laju reaksi  
Cycle 5E dengan strategi konflik kognitif
Penerapan model pembelajaran inkuiri
terbimbing berbantuan LKS berbasis Redoks  
representasi kimia
Penerapan strategi Predict Discuss Explain
Kesetimbangan kimia  
Observe Discuss Explain (PDEODE)
Penerapan model pembelajaran
Ikatan kimia  
Conceptual Change.
Penerapan pembelajaran melalui
Termokimia
interkoneksi multipel representasi  
Penerapan eksperimen di laboratorium Termokimia  

Anda mungkin juga menyukai