NOTE :
Materi ini hanyalah bahan mentah saja. Silahkan di kembangkan sesuai durasi maupun cara
membawakan materi ini dengan bebas dengan catatan tidak boleh merubah unsur makna yang
terkandung didalam materi. THANK YOU.
Aksesibilitas
Desa Teluk Meranti berjarak sekitar 190 km dari Pekanbaru, ibu kota Provinsi Riau dan sekitar 140
km dari Pangkalan Kerinci, ibu kota Kabupaten Pelalawan. Akses menuju desa dapat ditempuh dengan
kendaraan roda empat dari Jalan Lintas Timur Riau-Jambi di daerah Simpang Bunut melalui Pangkalan
Bunut (Ibu Kota Kecamatan Bunut) ke arah timur menyusuri bagian selatan Sungai Kampar.
Jalan akses sebagian besar sudah berupa jalan aspal, namun kondisi sebagian jalan sudah banyak
yang rusak. Dengan kondisi jalan banyak yang rusak, waktu tempuh normal dari Pangkalan Kerinci ke pusat
desa sekitar 3,5 jam.Selain melalui jalan darat, Desa Teluk Meranti dapat diakses melalui Sungai Kampar
dengan menggunakan speedboat. Dermaga di Desa Teluk Meranti banyak disinggahi oleh
perahu-perahu/speedboat lintas kabupaten, bahkan lintas provinsi.
Desa ini begitu terkenal di kalangan para peselancar di seluruh dunia. Desa yang dibelah aliran
Sungai Kampar dengan panorama berupa dataran rendah berawa-rawa.
Daya tarik utama yang ada di Desa Teluk Meranti dikenal sebagai tempat wisata Bono yang ada di
Sungai Kampar. Bono adalah gelombang pasang di Sungai Kampar yang dapat dimanfaatkan untuk olahraga
surfing. Namun wisata Bono hanya akan tersedia pada musim-musim gelombang tinggi, khususnya pada
hari-hari bulan purnama. Untuk melayani wisatawan, beberapa penginapan sederhana dan homestay telah
tersedia di desa ini. Selain itu, warung/toko kelontong dan kedai makanan juga sudah tersedia di wilayah
desa.
Destinasi Wisata Lainnya
Selain tempat wisata Bono yang ada di Desa Teluk Meranti, di Kecamatan Langgam, Kabupaten
Pelalawan ada juga Danau Kajuik. Danau Kajuik yang berada di kecamatan Langgam ini mengelilingi
sebuah pulau. Masyarakat sekitar danau biasa menyebutnya dengan nama Pulau Tongah. Di areal danau itu
banyak ditumbuhi pepohonan rindang. Menurut Bupati Pelalawan HM Harris, asal mula nama Danau Kajuik
berasal dari banyaknya pohon buah Kajuik yang tumbuh di sekitar danau.
Selain ikan Patin, di Danau Kajuik juga terdapat berbagai jenis ikan yang lain. Di antaranya ikan
Selais, Pantau, Toman, Gabus, dan Ikan Tuakang. Bila air surut menjelang air pasang datang, ikan-ikan ini
keluar untuk bertelur.
Icon di Kabupaten Pelalawan, Riau
Kabupaten Pelalawan, Riau memiliki ikon istana yang disebut sebagai istana Pelalawan. Istana ini
didirikan pada masa Pemerintahan Sultan Assyaidi Syarif Hasim (1892—1930 M), raja ke-11 Kerajaan
Pelalawan, pada tahun 1910. Istana Pelalawan yang sudah direkonstruksi pada tahun 2003 dapat ditemui di
desa Pelalawan 30 Km dari kota Pangkalan Kerinci, Riau. Pemerintah Daerah setempat mengharapkan
tempat ini ramai dikunjungi wisatawan.
Istana ini juga dikenal dengan sebutan istana Sayap karena terdiri dari bangunan utama seluas 4.327 meter
persegi dan diapit dua bangunan penunjang di kanan dan kirinya dengan luas masing-masing 103, 5 meter
persegi. Istana megah dan menawan ini memiliki bangunan utama bercat kuning dengan memiliki tangga
melengkung yang dipenuhi ukiran khas Melayu di tiap anak dan pegangan tangga. Bangunan ini disokong
empat tiang beratap limas yang disebut Balai Penghadapan, tempat tamu dan masyarakat menghadap raja.
Empat tiang ini merupakan simbol bahwa kerajaan memiliki empat orang wakil. Dua bangunan yang
mengapit kiri dan kanan bangunan utama bercat hijau merupakan Balai Panca Persada dan Balai Ruang sari.
Kedua balai tersebut adalah tempat bermusyawarah dan memutus perkara menyangkut urusan masyarakat.
Di dalam bangunan utama dipamerkan beberapa barang peningggalan kerajaan berupa Keris, Tombak, serta
senjata lainnya. Selain itu, terdapat juga barang-barang yang terbuat dari keramik, singgasana, payung raja,
alat tenun, dan sulaman khas Pelalawan atau yang biasanya disebut Tekad, dan lukisan-lukisan.
Istana Pelalawan, secara lokasi memiliki karakteristik yang sama dengan istana Siak, yaitu berada di dekat
sungai. Dahulu sungai menjadi tempat yang paling ramai didatangi dan menjadi pusat kegiatan ekonomi
sehingga banyak kerajaan mendirikan istananya di tempat strategis tersebut. Hanya saja akses untuk
mengunjungi istana Pelalawan lebih sulit dibandingkan istana Siak. Untuk mencapai istana Pelalawan
pengunjung yang tidak membawa kendaraan pribadi dapat menggunakan ojek dari Pangakalan Kerinci. Jalan
yang dilewati masih sepi dan jarang penduduk. Di tepi kiri dan kanan jalan hanya terdapat hutan produksi
dan kebun kelapa sawit. Jika memang pemerintah setempat menginginkan istana tersebut ramai dikunjungi
sudah seharusnya memikirkan solusi atas sulitnya akses ke tempat tersebut.
1. Mie Sagu
Mie Sagu adalah kuliner dan makanan khas Selatpanjang dan dikenal luas di Indonesia bahkan luar
negeri. Mie sagu berwarna agak bening, tekstur kenyal, dan ukurannya lebih besar. Penyajian mie
sagu ini sudah beragam, tetapi pada umumnya penyajiannya digoreng dengan taburan kucai, tauge,
udang, dan ikan teri.
2. Mie Sultan
Mie sultan merupakan kuliner dan makanan khas Selatpanjang. Mie sultan terdiri dari campuran mie
kuning yang sudah direbus, bakwan udang, irisan telur, tauge, irisan mentimun, taburan bawang
goreng, dan irisan seledri. Kuahnya dari kuah kacang yang kental dan terasa pedas.
5. Lontong Sayur
Lontong sayur merupakan kuliner dan makanan khas Selatpanjang yang sangat populer walau pun
bukan makanan asli Selatpanjang.Lontong sayur Selatpanjang mempunyai ciri khas tersendiri yang
berbeda dengan Lontong sayur di tempat lain. Sejarah lontong sayur di Selatpanjang ada sebelum
kemerdekaan.
Walaupun telah mengalami inovasi di kuah sayurnya yang terus mengikuti selera, namun yang masih
tetap asli adalah lontongnya yang masih menggunakan pembungkus daun pisang.
6. Lempeng Sagu
Lempeng sagu adalah makanan yang berbentuk seperti roti dasar pizza namun, beda dengan piza asli,
lempeng sagu hanya dibuat dengan bahan utama sagu basah dan kelapa. Lempeng sagu mempunyai
kekhasan dari citarasanya. Meskipun sangat jarang dijumpai saat ini, ternyata lempeng sagu menjadi
makanan warga Melayu.
Lempeng sagu tidak dimakan begitu saja. Untuk mendapatkan cita rasa yang lezat, biasanya lempeng
sagu dinikmati dengan kuah ikan gulai yang merupakan ciri khas masyarakat Melayu.