Anda di halaman 1dari 4

Nama : Sandy Hardian N

NIM : 044600146

Mata Kuliah : Ilmu Negara

TUGAS 3

JAWABAN

Nomor 1

Negara Federasi disebut juga negara bersusun jamak, Negara federasi tersusun dari
beberapa negara yang semula berdiri sendiri-sendiri. Didalam negara federasi tersebut dapat
ditemukan dua macam pemerintahan yaitu pemerintah federal dan pemerintahan negara bagian.
Praktik tata negara di negara yang bersusun jamak/ dicirikan oleh pembagian otoritas
politik yang secara konstitusional dimandatkan antara pemerintah nasional dan wilayah sub-
nasional, seperti negara bagian atau provinsi. Sementara berada di bawah satu pemerintah pusat,
setiap sub-unit mempertahankan tingkat otonomi politik tertentu untuk melayani populasi dengan
lebih baik.
Pembagian kekuasaan antara pemerintah nasional dan subnasional hanya dapat diubah
atau diambil dengan mengubah konstitusi. Ini berbeda dengan pendelegasian kekuasaan dalam
pemerintahan unitarian. Dalam sistem yang terakhir, pemerintah nasional dapat mendelegasikan
atau mengambil kekuasaan politik dari sub-unitnya, biasanya melalui undang-undang.
Konstitusi sistem federal melindungi keberadaan sub-unit politiknya. Baik pemerintah
nasional maupun sub-unitnya tidak dapat saling menghancurkan. Dalam sistem kesatuan, sub-
unit politik dapat dihapus atau ditata ulang oleh pemerintah nasional melalui undang-undang,
yang tidak mungkin dalam sistem pemerintahan federal.
Biasanya pemerintah federal berurusan dengan isu-isu yang mempengaruhi bangsa secara
keseluruhan, termasuk kebijakan luar negeri, mengenakan pajak impor / ekspor dan menyatakan
perang. Negara-negara memiliki kekuatan lebih besar atas masalah domestik, seperti undang-
undang dan peraturan khusus negara bagian. Meskipun negara-negara memegang kekuasaan ini,
mereka harus memastikan kekuatan mereka tidak melangkah keluar dari batasan yang ditetapkan
oleh Konstitusi seperti kelemahan dan kelebihan negara federal.
Sentralisasi federal yang terpusat berkisar pada gagasan bahwa pemerintah federal harus
menjadi negara yang menetapkan kebijakan nasional, dan pemerintah negara bagian dan lokal
haruslah yang melaksanakan kebijakan-kebijakan ini. Inggris dan Perancis adalah contoh dari
federalisme terpusat. Negara kesatuan menyimpan semua kekuasaan di bawah kendali
pemerintah pusat, sementara negara federal membagi kekuasaan antara otoritas pusat dan
pemerintah lokal atau regional. Biasanya, negara federal memiliki konstitusi atau hukum
tertinggi lainnya dari tanah yang menguraikan kekuasaan yang diberikan kepada pemerintah
pusat dan lokal.
Desentralisasi di dalam negara bersusun tunggal/unitaris, memiliki kesamaan dengan
gagasan federalisme yang menjadi landasan berdirinya negara bersusun jamak/federal.
Desentralisasi adalah pola hubungan antara pemerintah pusat dan daerah dimana semua urusan,
tugas, dan wewenang pelaksanaan pemerintahan diserahkan sepenuhnya kepada daerah tingkat
desentralisasi dalam bentuk negara federal lebih besar dibandingkan dalam negara kesatuan
(Unitary state). Atau negara kesatuan relatif lebih tersentralissasi dibandingkan dengan negara
federal. Namun pada kenyataannya, garis yang menentukan bahwa negara federal adalah
desentralisasi dan negara kesatuan adalah sentralisasi merupakan garis yang tidak jelas, karena
tidak ada suatu negara yang seutuhnya sentralisasi ataupun seutuhnya desentralisasi. Baik negara
kesatuan maupun federal memiliki hak untuk memilih prinsip-prinsip yang akan digunakan
dalam system pemerintahan mereka. Pemerintah negara bagian dalam negara federal dapat
memberikan sebagian wewenangnya pada pemerintah federal dan pemerintah pusat dalam
negara kesatuan dapat memberikan wewenangnya pada pemerintah daerah.

Nomor 2

Undang-Undang Dasar 1945 hasil amandemen memberi pengakuan atas lembaga negara
independen di antaranya Komisi Yudisial dan Komisi Pemilihan Umum. Umumnya lembaga
negara independen hadir karena kinerja lembaga yang ada dianggap tidak memuaskan. Namun,
pertumbuhan lembaga negara independen yang tidak terkendali menimbulkan masalah baru
seperti tumpang tindih kewenangan dan membebani anggaran negara.
Independensi lembaga-lembaga tersebut ini diperlukan untuk menjamin adanya
keterbatasan kekuasaan dan demokratisasi yang lebih efektif. Namun, dari keempatnya hanya
Kejaksaan Agung yang hingga saat ini belum menjadi lembaga yang independen. Selain itu,
dalam tingkatan yang kedua terdapat komisi-komisi yang selalu diidealkan menjadi lembaga
yang independen dan seringkali memiliki fungsi-fungsi yang yang bersifat campursari, yang
artinya semi legislatif, regulatif, administratif, bahkan semi yudikatif. Seperti Komisi Nasional
Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Komisi Pemilihan Umum (KPU), Komisi Ombudsman,
Komisi persaingan Usaha (KPPU), Komisi Pemeriksaan Kekayaan Penyelenggara Negara
(KPKPN), Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi), dan
lain sebagainya.

Menurut saya kelahiran lembaga negara independen sebagai bagian dari percepatan
proses demokratisasi juga dimaknai sebagai penghindaran atas penumpukan kekuasaan dalam
lembaga negara sebelum amendemen UUD NRI 1945. lahirnya lembaga negara independen
dalam amendemen UUD NRI 1945 untuk menyelesaian persoalaan ketatanegaraan yang tidak
dapat diselesaikan oleh cabang kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudisial.

Nomor 3
Hakim Konstitusi merupakan pejabat negara sebagai pelaku utama kelembagaan
Mahkamah Konstitusi yang berperan penting dalam menjalankan kewenangan dan
kewajibannya, maka pengaturan pengisian jabatan Hakim Konstitusi yang dijadikan
upaya pengawasan preventif sudah seharusnya berdiri sendiri.
Hakim Konstitusi merupakan pejabat negara Hakim non-karir (dapat juga Hakim karir)
yang mana atas jabatan tersebut dibatasi oleh masa menjabat, yakni selama 5 (lima) tahun yang
dapat diperpanjang 1 (satu) kali lagi, sebagaimana hal ini telah diatur oleh Pasal 22 UU Nomor
24 Tahun 2003, layaknya masa menjabat pejabat publik yang dipilih oleh rakyat melalui
Pemilihan Umum (Pemilu).
Hakim Konstitusi berbeda dengan Hakim Agung maupun Hakim-Hakim pada badan
peradilan lainnya, jika Hakim Agung dan HakimHakim pada badan peradilan lainnya diawasi
oleh Komisi Yudisial, maka Hakim Konstitusi tidak demikian. Pembentukan Komisi Yudisial
merupakan wujud reformasi ketatanegaraan di lingkup kekuasaan yudisial yang mentransisikan
menuju negara demokratis, maka perwujudan kemerdekaan kekuasaan kehakiman perlu
didukung oleh Komisi Yudisial yang berwenang untuk mengusulkan pengangkatan Hakim
Agung, sekaligus menjaga dan menegakan kehormatan, keluhuran, martabat, serta perilaku
Hakim.6 Upaya pengawasan Hakim Konstitusi mengalami perubahan yang signifikan dari masa
ke masa maka kondisi tarik-ulur pengawasan Hakim Konstitusi oleh Komisi Yudisial menjadi
hal yang tidak terhindarkan,7 terutama akibat Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 005/PUU-
IV/2006 tentang pengujian Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2004 tentang
Komisi Yudisial dan pengujian Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2004
tentang Kekuasaan Kehakiman, yang pada dasarnya memutuskan bahwa Hakim Konstitusi tidak
lagi diawasi oleh Komisi Yudisial.

Sumber Referensi :
Aminoto.2020. Ilmu Negara Edisi 1. Tanggerang Selatan : Universitas Terbuka.

Dika Mardika. 2019. Kepastian Pengaturan Pengisian Jabatan Hakim Konstitusi Sebagai Upaya
Pengawasan Preventif. Ustitia Jurnal Hukum Volume 4 Nomor 1.

Edu Heylaw. 2021. Lembaga-Lembaga Independen Negara Indonesia. Lembaga-Lembaga


Independen Negara Indonesia | Heylawedu. Diakses pada tanggal 27 November
2022.

Habibi Rezky. 2019. Lahirnya Lembaga Negara Independen (1). Lahirnya Lembaga Negara
Independen (1) - jejakrekam.com. Diakses pada tanggal 27 November 2022.

Kompasiana. 2021. Konsep Dasar Desentralisasi dan Dekonsentrasi di Indonesia. Konsep Dasar
Desentralisasi dan Dekonsentrasi di Indonesia Halaman all - Kompasiana.com.
Diakses pada tanggal 27 November 2022.

Tika Echa. 2018. 5 Karakteristik Negara Federal Pada Sistem Pemerintahannya. 5 Karakteristik
Negara Federal Pada Sistem Pemerintahannya - GuruPPKN.com. Diakses pada
tanggal 27 November 2022.

Anda mungkin juga menyukai