Anda di halaman 1dari 5

ABLAUT PADA PEMBENTUKAN KATA KERJA DALAM BAHASA JERMAN

Cheryl Aprillia Anjani

Program Studi Sastra Jerman, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya

cheryl.18023@mhs.unesa.ac.id

Abstrak
Dalam bahasa terdapat sebuah istilah yang bernama semestaan bahasa yakni istilah yang
mengacu pada sifat bahasa yang umum dijumpai pada semua bahasa. Salah satu sifat bahasa
tersebut adalah memiliki vokal dan konsonan. Vokal dalam bahasa akan mengalami perubahan
bila mengalami kasus-kasus tertentu. Salah satu perubahan vokal tersebut dalam linguistik
disebut dengan ablaut. Ablaut terjadi pada kata dasar kata kerja tidak beraturan atau starke
Verben. Data yang digunakan dalam artikel ini adalah kata kerja starke Verben yang terdaftar
pada Kamus Jerman-Indonesia karya Adolf Heuken. Ablaut pada kata kerja starke Verben
umumnya berpola ABB, ABC, dan ABA.
Kata kunci: ablaut, kata kerja

Abstract
In language there is a term called language universals which refers to the nature of language that
is common to all languages. One of the characteristics of the language is that it has vowels and
consonants. Vowels in the language will change when experiencing certain cases. One of these
vowel changes in linguistics is called ablaut. Ablaut occurs at the root of irregular verbs or starke
verbs. The data used in this article is the verb starke Verben which is listed in the
German-Indonesian Dictionary by Adolf Heuken. Ablaut in starke Verben verbs is generally
patterned ABB, ABC, and ABA.
Keywords: ablaut, verb

PENDAHULUAN
Pengertian bahasa menurut Wibowo dalam Sadapotto dkk (2021:37) adalah sebuah sistem
simbol bunyi yang bermakna dan berartikulasi karena alat ucap, yang bersifat arbitrer dan
konvensional, digunakan oleh manusia sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan perasaan
dan pikiran.
Dalam bahasa juga dikenal sebuah istilah yakni semestaan bahasa (language universal).
Semestaan bahasa mengacu pada sifat bahasa yang umum dijumpai pada semua bahasa. Istilah
ini pertama kali diperkenalkan oleh B.W. Aginsky dan E.G. Aginsky dalam artikel mereka yang
berjudul “The Importance of Language Universals” yang dimuat dalam majalah Word. Adapun
sifat bahasa yang umum dijumpai pada suatu bahasa diantaranya adalah (1) setiap ada manusia
pasti ada bahasa, (2) semua bahasa berubah, (3) tidak ada bahasa yang primitif, setiap bahasa
memiliki derajat kerumitannya masing-masing, (4) semua bahasa memiliki vokal dan konsonan,
(5) semua bahasa mempunyai seperangkat bunyi yang dapat digabungkan menjadi unsur-unsur
yang bermakna, dan (6) dalam tiap bahasa jumlah vokal nasal selalu lebih rendah daripada
jumlah vokal tanpa nasal.
Setiap bahasa di dunia pastinya juga memiliki hubungan-hubungan dan kesamaan. Hal
tersebut biasa disebut dengan rumpun bahasa atau Sprachfamilie. Rumpun bahasa dapat diartikan
sebagai sekumpulan bahasa-bahasa yang mempunyai perintis yang sama yaitu bahasa purba dari
rumpun tersebut. Bahasa Jerman sendiri termasuk rumpun bahasa West-Germanic bersamaan
dengan bahasa Inggris, Belanda, Afrika, Flam, dan Frisia. Bahasa dengan turunan yang sama
umumnya memiliki fitur sintaksis, morfologi, dan fonologi yang sama. Meskipun bahasa Jerman
dan bahasa Inggris berasal dari rumpun bahasa yang sama, mereka memiliki perbedaan yang
terletak pada sistem vokal.
Seperti yang telah dibahas di atas, bahwa vokal berhubungan erat dengan bahasa. Tanpa
adanya vokal sebuah bahasa tidak dapat dimengerti atau bahkan tidak akan membentuk sebuah
bahasa itu sendiri dikarenakan vokal dan konsonan merupakan sifat bahasa.
Kridalaksana dalam Siminto (2013: 59) menjelaskan bahwa vokal merupakan bunyi
bahasa yang dihasilkan dengan getaran pita suara dan tanda penyempitan dalam saluran suara di
atas glottis. Adapun menurut Bloomfield, vokal merupakan bunyi yang tidak melibatkan
hambatan, geseran, atau sentuhan lidah atau bibir. Vokal bahasa Jerman memiliki jumlah yang
lebih banyak dari bahasa lain diantaranya /a:/ dan /a/, /e:/ dan /ɛ/, /i:/ dan /ɪ/, /o:/ dan /ɔ/, /u:/ dan
/ʊ/, /ɛ:/ dan /ɛ/, /ø:/dan /œ/, /y:/ dan /ʏ/.
Pada bahasa, sebuah kata dapat mengalami perubahan vokal yang dapat dikarenakan
perubahan dari nomina singular ke plural maupun perubahan tenses. Contoh jenis perubahan
vokal adalah umlaut dan ablaut. Umlaut adalah perubahan vokal sedemikian rupa sehingga vokal
tersebut diubah menjadi yang lebih tinggi sebagai akibat dari vokal berikutnya yang lebih tinggi
(Siminto, 2013: 36). Adapun menurut kamus Jerman-Indonesia karya Adolf Heuken pengertian
nomina Ablaut adalah gradasi vokal pada kata yang berasal dari satu akar. Heuken
mencontohkan dengan verba gehen-ging-gegangen. Wiese (1996: 113) menyatakan bahwa ablaut
adalah perubahan vokal yang tidak dapat diprediksi sama sekali dan sebagian besar ditemukan
dalam starke Verben atau unregelmäßige Verben. Siminto (2013: 36) menjelaskan bahwa ablaut
merupakan perubahan vokal yang ditemukan dalam bahasa-bahasa Indo Jerman untuk menandai
pelbagai fungsi gramatikal. Misalnya perubahan vokal /a/ dalam bahasa Jerman menjadi /ä/
untuk menandai perubahan bentuk dari nomina singular ke plural, yakni pada kata ‘Haus’
menjadi ‘Häuser’. Siminto juga menambahkan bahwa ablaut memiliki istilah lain yakni apofoni
atau gradasi vokal. Perubahan vokal ablaut bukan karena pengaruh silabe atau bunyi vokal yang
lain pada silabe yang mengikutinya, tetapi lebih terkait unsur morfologis.
Seperti yang diungkapkan oleh Siminto pada paragraf sebelumnya, bahwa ablaut lebih
mengacu pada unsur morfologis. Telah diketahui pula bahwa hal-hal dalam bahasa yang
berhubungan dengan bunyi atau vokal akan masuk ke dalam kajian linguistik fonologi. Lalu
apakah ablaut dapat disebut atau masuk ke dalam kajian morfologi, yakni kajian linguistik yang
membahas mengenai pembentukan kata? Kurylowicz dalam Rieder dan Schenner menyebutkan
bahwa ablaut merupakan sebuah proses derivasi atau turunan. Proses derivasi atau turunan
merupakan sebuah proses pembentukan kata yang masuk ke dalam kajian morfologi. Berbeda
dengan Kurylowicz, Rieder dan Schenner mengungkapkan bahwa umlaut dan ablaut merupakan
proses morfofonologis. Disebut morfofonologis dikarenakan keduanya memiliki fungsi
gramatikal meskipun keduanya termasuk proses pergantian vokal yang mana berhubungan
dengan linguistik fonologi.
Dalam artikel ini perubahan vokal yang dibahas adalah ablaut pada pembentukan kata
kerja dalam bahasa Jerman. Seperti yang telah diketahui bahwa kata kerja dalam bahasa Jerman
terdiri dari dua jenis, yakni schwache Verben atau regelmäßige Verben dan starke Verben atau
unregelmäßige Verben. Ablaut bertanggung jawab pada pembentukan kata kerja tidak beraturan
(starke Verben atau unregelmäßige Verben).
Dalam Duden Grammatik (2009: 433), disebutkan bahwa perubahan vokal pada kata
kerja starke Verben terdapat pada kata dasar kata kerja atau disebut dengan Wortstamm. Misalnya
pada kata kerja rufen dan finden. Dua kata kerja infinitif tersebut memiliki Stamm atau kata dasar
ruf dan find. Perubahan vokal akan terjadi bila digunakan pada Zeitformen Präteritum, yakni
vokal /u/ dan /i/ akan berubah menjadi /ie/ dan /a/ (rief dan fand). Dalam Duden Grammatik
(2009: 460) juga disebutkan bahwa verba yang mengalami perubahan vokal disebut juga dengan
ablautende Verben.
Adapun perubahan vokal pada verba bahasa Jerman memiliki pola yang disebut dengan
istilah Ablautmuster. Pola tersebut terdiri dari Ablautmuster ABB, Ablautmuster ABC, dan
Ablautmuster ABA.

METODE

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis yang
mana data akan diuraikan dan diberi penjelasan secukupnya pada penelitian. Kemudian teknik
yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1992) digunakan dalam menganalisis data dalam
penelitian ini. Adapun langkah pertama adalah dengan mereduksi data yang ditunjukkan dengan
menyaring kata kerja yang merupakan starke Verben atau unregelmäßige Verben. Setelah data
disaring, langkah selanjutnya adalah penyajian data yakni dengan menampilkan kata kerja starke
Verben atau unregelmäßige Verben dan menganalisis perubahan-perubahan vokal yang terjadi.
Dan langkah terakhir adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi yakni dengan menyimpulkan
dari hasil analisis. Data yang digunakan dalam artikel ini adalah kata kerja starke Verben atau
unregelmäßige Verben yang terdaftar dalam kamus Jerman-Indonesia karya Adolf Heuken.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Perubahan vokal pada verba bahasa Jerman memiliki pola yang disebut dengan istilah
Ablautmuster. Pola tersebut terdiri dari Ablautmuster ABB, Ablautmuster ABC, dan
Ablautmuster ABA.
1. Verba dengan Ablautmuster ABB
2. Verba dengan Ablautmuster ABC
3. Verba dengan Ablautmuster ABA

PENUTUP
Simpulan
Saran
Pembahasan lebih lanjut mengenai jenis perubahan vokal lain seperti umlaut atau harmoni vokal
dapat dilakukan. Selain itu pembahasan mengenai hubungan morfologi dan fonologi dalam
pembentukan kata juga dapat diperdalam, sehingga dapat diketahui secara rinci mengapa
terdapat istilah morfofonologi.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai