A. Alat Bongkar-Muat
Kegiatan handling muatan dari moda transportasi laut ke darat dan sebaliknya
dari moda transportasi darat ke laut, amat berpengaruh kepada waktu kapal berada
di tambahan ( ship’s time at berth) atau bahkan terhadap waktu kapal di pelabuhan
(ship’s time in port). Manajemen operasi dermaga senantiasa berupaya mencapai
kinerja yang baik yang ditandai dengan tiadanya waktu terbuang (idle time) kapal
selama di dermaga. Bahkan pihak manajemen tidak terbatas hanya pada upaya
mencegah idle time akan tetapi tingkat output yang optimal juga merupakan target.
Maki n tinggi output per jam atau pershift pada keadaan idle time sekecil cepat
kapal menyelesaikan bongkar-muat. Sehingga dengan demikian keberadaan kapal
di pelabuhan semakin singkat namun efisien.
Sumber daya yang dimanfaatkan untuk menunjang tercapainya kinerja bongkar-
muat yang baik adalah tenaga kerja bongkar-muat yang terampil berpasangan
dengan peralatan (handling equipment) yang terdiri dari peralatan mekanis dan non
mekanis.
1. Peralatan Mekanis
Pelaksaan kegiatan bongkar-muat barang (break bulk) didukung dengan
peralatan mekanis Forklift Truck (FLT), dan Mobile Crane (MC) dari berbagai tipe
dan ukuran. Karena muatan umum sering kali ditempatkan dalam kemasan serta
bentuk yang bermacam ragam, maka FLT dilengkapi dengan alat tambahan
(Attachments).
a. Forklift Truck
D E F
I
G H
J K L
b. Mobile Crane
Alat angkat yang disebut mobile crane termasuk peralatan berat yang
digunakan di lingkungan kerja Pelabuhan, di lokasi bangunan sipil bertingkat,
proyek jalan – jembatan, bengkel, dan sebagainya. Sebuah mobile crane terdiri dari
dua unit pengangkat. Sering kali mesin penggeraknya juga dua unit, satu mesin
pengangkat.
Menurut jenis konstruksi batang pengangkat (boom), terbagi dua :
• Boom konstruksi rangka baja (lattice boom).
• Boom hidrolik ( telescopic boom).
Menurut jenis roda untuk perjalan, mobile crane terbagi dua :
• Mobile crane roda baja (crawler).
• Mobile crane roda ban karet (rubber tired).
P
Gambar 3. 6 Peralatan Non Mekanis
3.7 A
3.7 B
3.7 C
3.7 D
3.7 E
3.7 F
3.7 G
3.7 H
Gambar 3. 7 Pemasangan Alat Non Mekanis
Cara penggunaan peralatan bantu non mekanis diperlihatkan melalui
serangkaian contoh A s.d J pada gambar 3.7 sesuai bentuk, tipe dan ukuran barang
yang diangkat.
B. Kemasan Muatan
Muatan umum yang disebut general cargo atau break bulk cargo mempunyai
bentuk, tipe dan ukuran yang bermacam – macam. Itulah sebagai kemasannya pun
beraneka ragam pula, seperti contoh A s.d F gambar 3.8. Namun memenuhi
persyaratan kelaiklautan
METAL DRUM
ROLL
BAREL
COIL
3.8 A 3.8 B
CAN BAR
BUNDLE
PLASTIC DRUM
RING
3.8 C 3.8 D
BALE
BOX
BAG/KARUNG
3.8 E 3.8 F
2. Metode Lashing
Gambar 3.9 dan 3.10 di atas menunjukkan bahwa kapal berlayar di laut
mengalami goncangan yang serba tidak menentu atau tidak menentu atau tidak
baku. Menghadapi keadaan seperti itu, maka muatan kapal dilashing supaya titik
berat beban yang dipikul kapal tidak berubah-ubah. Pada dasarnya lashing adalah
mengikat barang menyatu dengan dudukan atau landasan, dan dengan badan kapal
seperti contoh berikut.
3.11 A
3.11 B
3.11 C
3.11 D
Lashing truck terbuka
3.11 F
3.11 G
3.11 H
Lashing Silang pada muatan Silinder
3.11 I
Rangkaian gambar petunjuk tentang cara lashing muatan secara parsial ataupun
patai kolektif ditunjukkan dalam gambar 3.11 dari A s.d N dengan menggunakan
berbagai bahan atau alat pengikat. Alat bantu lashing antara lain sling baja (wire
rope), pengikat sling (wire rope grip), segel (shackle), alat pengencang
(turnbuckle), dan berbagai jenis bahan, bentuk serta ukuran alat ganjal (dunnage).
3. Stabilitas Kapal
Keselamatan pelayaran bersama kapal merupakan syarat utama kelaiklautan
kapal. Kapal diisyaratkan untuk memenuhi ketentuan keseimbangan antara daya
apung dengan berat kapal berikut muatannya. Keseimbangan dalam arti daya apung
lebih besar daripada berat keseluruhan kapal.
Keseimbangan adalah kemampuan kapal sendiri untuk kembali pada posisi
semula setelah keluar dari kedudukan ini karena pengaruh kekuatan dari luar atau
“Stability is a vessel’s to right herself when heeled over from any outside cause”.
Untuk memahami definisi tersebut, berikut ini adalah satu contoh. Misalkan
satu kapal berada dalam posisi tenang dengan kemiringan 3° ke kanan. Kemudian
datanglah ombak yang membuat kapal itu bergerak oleng ke kiri dan ke kanan.
Setelah ombaknya reda, air menjadi tenang, dan kapal pun menjadi tenang seperti
semula dalam posisi miring 3° ke kanan. Kapal seperti ini dinamakan kapal yang
memiliki keseimbangan. Meskipun kapal bergerak ke kiri dan ke kanan akibat
pengaruh dari luar seperti angina tau ombak, akan tetapi kapal mampu kembali pada
kedudukan sediakala.
a. Daya Apung
Kapal dapat terapung karena adanya tekanan ke atas dari air yang dipisahkan
oleh badan kapal yang bersangkutan. Besarnya tekanan ke atas adalah sama besar
dengan berat keseluruhan kapal, yakni yang disebut isi tolak (displacement) yang
telah dipaparkan dalam Bab 2 sub bab Kapasitas Daya Angkut.
Ketika bongkar muat berlangsung, isi tolak berubah naik seberat muatan yang
dimuat dan turun seberat muatan yang dibongkar. Perubahan isi tolak menggeser
letak titik berat (G), titik apung (B), dan titik meta (M).
Ilmu pasti alam menyatakan bahwa setiap benda mendapat daya tarik bumi atau
gravitasi, dalam hal ini kapal mempunyai berat. Letak titik resultan berat kapal G
diperlihatkan dalam Gambar 3.12 A.
Kapal dating terapung di air adalah karena didukung gaya-gaya tekanan ke atas
dari air. Resultan gaya-gaya tersebut pada titik B mengadakan perlawanan atau
reaksi terhadap gaya berat G. Titik apung B seperti terlihat dalam gambar 3.1 B.
Kapal yang mengalami oleng akan mengubah letak titik B berpindah kea rah kapal
miring. Perpotongan gaya yang melalui titik B dengan garis sumbu melintang kapal
disebut titik Meta seperti gambar 3.12 C
3) Kapal Labil
Kapal mengalami keadaan labil ketika titik G berada di atas titik M sehingga
dikatakan GM negatif. Dalam keadaan begini, momen juga negatif. Jika momen
negatif, maka kapal tidak mendapat gaya perlawanan yang arahnya mengembalikan
kapal pada posisi semula. Keadaan labil ditunjukkan dalam Gambar 3.13 B. Di sana
terjadi oleng saja, sedangkan momen tidak hanya nol melainkan negatif. Akibat dari
keadaan ini, kapal terancam terbaik dan tenggelam.
Keadaan labil atau GM negatif terkait langsung dengan aktivitas memuat.
Jikalau dalam aktivitas memuat terjadi kesalahan prosedur atau tidak berpedoman
pada metode baku, maka keadaan labil akan terjadi.
Sebagai symptoms terjadinya kesalahan dalam memuat, ialah kapal miring tetap
yang disebabkan (a) GM negatif, karena terlalu banyak muatan yang berat
ditempatkan di bagian atas palka; dan (b) letak titik G tidak berada pada garis sumbu
melintang kapal, karena muatan berat ditempatkan tidak seimbang di antara sisi port
dan sisi starboard.
b. Letak Titik Berat G
Pada saat sedang menyusun stowage plan dan ketika aktivitas bongkar-muat
berlangsung, letak titik berat G senantiasa diperhatikan secara saksama oleh
nahkoda atau perwira kapal yang bertugas mengawasi pemuatan. Karena apabila
terjadi kesalahan dalam memuat, letak titik G lebih tinggi daripada titik M yang
mengakibatkan ketidakstabilan kapal, bahkan bisa fatal terhadap keselamatan
kapal. Mengukur atau memosisikan titik G pada letak yang semestinya aman, dapat
dicontohkan melalui hitungan sebagai berikut:
Contoh 1
Diketahui : Kapal XYZ dengan isi tolak (displacement) = 6.000 ton dan titik berat
G berada pada ketinggian 20 kaki dari lunas kapal. Dimuati dengan 200
ton batubara yang titik beratnya terletak 15 kaki di atas lunas dan 300
ton general kargo dengan titik berat 5 kaki di atas lunas.
Ditanya : Di manakah letak titik berat G sekarang?
Hitungan: Momen positif awal M1 = 6.000 × 20 = 120.000 Ton feet.
Momen muatan batubara M2 = 200 × 15 = 3.000 ton feet.
Momen dari general kargo M3 = 300 × 25 = 7.500 ton feet.
Jarak vertical titik G diukur dari lunas kapal adalah sejauh
={(120.000 + 3.000 + 7.500) ∶ (6.000 + 200 + 300)}
= {130.500 ∶ 6.500 𝑓𝑒𝑒𝑡} = 20,08 ft
Contoh 2
Diketahui : Kapal PQR mempunyai isi tolak 12.000 ton. Nahkoda memutuskan
untuk menggeser muatan seberat 300 ton ke posisi 20 kaki lebih tinggi.
Ditanya : Di manakah letak titik berat G sekarang?
Hitungan : Letak titik berat G sekarang = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 × 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 : 𝑖𝑠𝑖 𝑡𝑜𝑙𝑎𝑘
Letak titik berat G sekarang = 300 × 20: 12.000 = 0,5 feet
Titik berat G akan selalu bergeser kearah beban dipindahkan atau
ditambahkan, maka dalam contoh ini titik G bergeser ke atas sejauh 0,5 kaki dari
letak semula.