Anda di halaman 1dari 174

Aplikasi Biochar di Perkebunan

Rusdi Evizal
Jurusan Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
2023
Anthropogenic Dark Earths (ADEs)
• Terra Preta, Amazon, Columbia,
kandungan C 2x lipat,
kandungan tinggi P, Ca, Mg, Zn,
Mn
• ADEs di KalTim: riverside
locations, presence of useful
fruit trees, spatial extent as well
as soil characteristics such as
dark color, high carbon content
(in some cases), high
phosphorus levels, and
improved apparent fertility in
comparison to neighboring soils.

Sumber: Sheil et al (2012), Forests, 3: 207-229


Sumber: Goenadi dan Santi (2017), Jurnal Sumberdaya Lahan 11 (1): 23-32
Biomassa Kelapa Sawit untuk Biochar
Biochar kulit kopi dan kakao
Drum Biochar
Aplikasi Biochar di Kopi
Aplikasi Biochar di Perkebunan kakao
Land degradation: Yield decreasing

• High yield of new planting from


forest
• To maintain yield: fertilizing and
soil amendment

17
Degenerative Agroecosystems
• To prevent acceleration to non-productive trees

18
Impacts of Biochar on Soil Properties
Material for Biochar
• Waste of cocoa agroecosystem and landscape
• Sanitation of cocoa field

20
Coaching Biochar Production and application

• Participants: 30 farmers have farmer ID


• 6 farmer groups

21
Demo plot: Effect dose of biochar
• Dose 5, 10, 15 tons/ha of biochar or biochar + manure (1:1 v/v)
• Cocoa monoculture and mix-cropping (with banana and black pepper)

22
Biochar untuk Perkebunan Tebu
Aplikasi Biochar di Tebu
Pengaruh Biochar terhadap Produksi Tebu
PANEN DI PERKEBUNAN

Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
2020
Produksi dan Produktivitas
• Produksi = Luas areal (ha) x Produksi/ha

Produktivitas

Jml phn x Produksi/phn

Perluasan areal Intensifikasi

Bibit unggul
Pengolahan lahan
Irigasi
Pemupukan
Pengendalian OPT
Panen & Pascapanen
Produksi Bulanan
Produktivitas sawit
2000

1800

1600

1400
Produktivits (kg TBS/ha)

1200

1000

800

600

400

200

0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Hubungan Kerapatan Gulma dengan Kehilangan Hasil
PETIK MERAH
Panen Kakao

• Pada satu tahun terdapat puncak panen


satu atau dua kali yang terjadi 5 - 6
bulan setelah perubahan musim.
• Pada beberapa negara ada yang panen
sepanjang musim.
Pemecahan Buah
FERMENTASI DAN PENGERINGAN

18
PENYADAPAN KARET
Menggambar Bidang Sadap
Sistem Sadap

A = kulit asli bidang A, B = kulit asli bidang B


A’ = kulit pulihan A, A” = kulit pulihan kedua A
AH = kulit asli atas A BH = kulit asli atas B

Kapasitas peyadap 1 ha/HKO.


Hanca Sadap: Sistem d/3 = Tap A + B, sistem d/2 = Tap A+B+C
Pembagian Hanca
a. Setiap hanca disiapkan 500 pohon
b. Setiap hanca diberi tanda gelang lebar 5
cm pada ketinggian 2 m
Blok A : Warna merah
Blok B : Warna biru
Blok C : Warna kuning
c. Setiap setengah hanca diberi tanda merah
dan setengah hanca selebihnya tanda
putih
d.Nama penyadap dipasang pada setiap
hanca
Sistem Eksploitasi Konvensional
▪ Sederhana → 25 tahun
▪ 17 tahun di panel bawah (6 tahun di B0-1, 5 VII
4 Tahun
tahun di B0-2, 3 tahun di BI-1 dan 3 tahun di
sadap bebas
BI-2) sadap bebas

▪ 4 tahun di panel atas (masing-masing selama 2


tahun di H0-1dan H0-2)
▪ 4 tahun sadap bebas VI
H0-2
V
H0-1
(2 Tahun) (2 Tahun)
▪ Produktivitas menurun pada BI-1 dan BI-2
▪ Peningkatan produktivitas diharapkan saat
penyadapan ke arah atas, namun karena
penurunan populasi, produksi per satuan luas II I
B0-2 (5 Tahun) B0-1 ( 6 Tahun)
tetap rendah. IV III
BI-2 ( 3 Tahun) BI-1 (3 Tahun)
▪ Meskipun siklus ekonomi yang relatif lebih
panjang, secara kumulatif produktivitas
tanaman tidak menguntungkan secara
ekonomis karena puncak produksi tidak
pernah tercapai.
Penyadapan pada klon quick starter
Tahun
Panel Sistem sadap
setelah sadap
1 B0-1 ½ S↓ d/3
sadap bebas sadap bebas
2–5 B0-1 ½ S↓ d/3. ET 2,5%.
H0-2.4 H0-2.3 H0-1.4
6– 9 H0-1 ¼ S↑ d/3. ET 2,5%
H0-1.3
10 – 14 B0-2 ½ S↓ d/3. ET 2,5%
H0-2.2 H0-1.2 15 – 18 H0-2 ¼ S↑ d/3. ET 2,5%
H0-2.1 19 - Sadap bebas
H0-1.1
20 - Sadap bebas

B0-2/BI-1 B0-1/BI-1
Cara Aplikasi Etrel

a) Untuk sadap bawah, bahan perangsang dioleskan


tepat di bawah irisan sadapan. Sedangkan untuk sadap
atas, bahan perangsang dioleskan tepat di atas irisan
sadapan. Sebelum dioles dengan perangsang, kulit
pohon perlu dikerok terlebih dahulu.
b) Bahan perangsang dioleskan pada alur sadapan.
c) Bahan perangsang dioleskan pada bidang sadap, yaitu
pada lapisan kulit yang tersisa di atas kambium. Cara ini
biasanya dilakukan pada tanaman yang akan
diremajakan sekitar 5 tahun kemudian.
PANEN KELAPA SAWIT
Taksasi Produksi Kelapa Sawit
• Taksasi panen mungkin perlu dilakukan beberapa kali sesuai dengan
perkembangan pertumbuhan dan kemasakan. Pada taksasi kelapa sawit
dikenal taksasi semesteran untuk panen enam bulan ke depan, taksasi
bulanan untuk panen bulan depa.
• Taksasi harian untuk panen 1-2 hari ke depan yaitu untuk menentukan
angka kerapatan panen
• Kerapatan panen adalah jumlah tandan yang akan dipanen dalam suatu
areal tertentu dalam satu hari, dihitung dengan rumus AKP= jumlah buah
matang/ jumlah pohon diamati, misalnya AKP=0,24 artinya ada 24 tandan
yang dipaneen dalam 100 pohon. AKP akan digunakan untuk melakukan
taksasi produksi.
• Tandan sawit yang dipanen bulan depan adalah buah yang mentah dan
mulai menampakkan perubahan warna masak (kuning).
• Seludang bunga betina yang membuka diperkirakan akan panen 6 bulan
lagi. Tandan dengan bunga sedang atau sudah antesis diperkirakan akan
panen 5 bulan lagi. Tandan dengan buah masih kecil akan dipanen 4 bulan
ke depan. Tandan dengan buah setengah ukuran normal diperkirakan akan
panen 3 bulan lagi. Tandan dengan buah berukuran penuh masih sangat
mentah akan dipanen 2 bulan lagi.
Taksasi Semesteran

• AKP = Angka Kerapatan Panen


• I = buah fraksi 0-00, II = buah muda, III = degan,
• IV = putik, V = bunga antesis, VI = bunga
berseludang
Pohon sampel Taksasi produksi bulan ke Jumlah

I II III IV V VI
1
2
3
4
5
Jumlah
AKP
Prod/ha
Pemangkasan, Penyambungan,
dan Perkebunan Tumpangsari
Jurusan Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
2023
• Memangkas &
• Menyambung
Mengontrol LAI
• Pemangkasan untuk mengontrol pertumbuhan
daun (LAI)
• Daun yang produktif adalah daun yang mempunyai
net fotosintesis (NF) yang positif
• Self shading menyebabkan banyak daun yang NF< 0
• Cabang dan daun yang rimbun akan meningkatkan
kelembaban kebun
Pertumbuhan

Optimum Ceiling

Indeks Luas Daun (ILD)


LAI Optimum
• LAI menunjukkan nisbah antara total luas seluruh
daun yang ada di tajuk dengan luas tanah yang
dinaungi tajuk tersebut.
• Untuk kakao dewasa LAI opt = 3-5
• Kelapa sawit, LAI opt 4-5
Jenis Pemangkasan
• Pemangkasan Bentuk
• Pemangkasan pemeliharaan
• Pemangkasan produksi
• Pemangkasan rejuvenasi
• Pemangkasan lepas panen
Pemangkasan Pohon Pelindung
Pemangkasan Panjatan
• Pemangkasan 2-3 x /thn
Sambung bibit: Klonisasi bibit

• Bibit asal biji = • Entres, pohon • Bibit


batang bawah induk unggul klonal
• Sambung
pucuk
Sambung rehabilitasi pohon:
Sambung samping kakao

• Dipangkas

Pohon tua
tidak
produktif • Sambung
• Entres, pohon samping
induk unggul
Entres Ortotrop vs Plagiotrop

• Tunas Air = ortotrop Cabang buah = plagiotrop


Pohon sebelum disambung entres
plagiotrop dan dipangkas
Hasil Rehabilitasi Sambung dan pangkas

• Kakao (klonal)

Kopi Robusta Kopi Arabika


(klonal) (klonal)
Sambung rehabilitasi pohon:
Sambung kopi Sistem Lancuran

Sistem tak-ent
Grafting menurut Spesies

• Grafting Intra-spesifik: Robusta/Robusta,


Arabika/Arabika
• Grafting Inter-spesifik: Robusta/Liberika,
Arabika/Robusta, Arabika/Liberika, Lada/Melada

C. Canephora var Piper nigrum/Piper colubrinum


robusta/C. liberica
Lada Sambung

• Masalah utama: penyakit busuk pangkal lada


disebabkan oleh Phytophthora capsica
• Melada resisten thd Phytophthora capsica
Penyambungan Lada
REPLANTING DAN KONVERSI

PS Agronomi Fakultas Pertanian


Universitas Lampung
2021
• Komponen utama revitalisasi perkebunan adalah perluasan perkebunan,
peremajaan perkebunan, dan rehabilitasi perkebunan (Peraturan Menteri
Pertanian No 33/Permentan/OT.140/7/2006 tentang Revitalisasi Perkebunan)
• Perluasan perkebunan adalah upaya pengembangan areal tanaman
perkebunan pada wilayah bukaan baru atau pengutuhan areal disekitar
perkebunan yang sudah ada
• Peremajaan adalah upaya pengembangan perkebunan dengan melakukan
penggantian tanaman tua/tidak produktif dengan tanaman baru baik secara
keseluruhan maupun secara bertahap
• Rehabilitasi: pengembangan perkebunan untuk mengembalikan potensi
produksinya dengan cara perbaikan mutu tanaman melalui perbaikan bahan
tanaman dan pemeliharaan yang dilaksanakan baik secara keseluruhan
maupun secara bertahap
• Rehabilitasi kebun adalah perbaikan tanaman yang tidak produktif dalam
upaya meningkatkan produktivitas misalnya dengan cara pemangkasan,
penyambungan (grafting), dan pemupukan.
• Peremajaan kebun dengan replanting adalah
penanaman tanaman muda yang sejenis untuk
menggantikan tanaman tua pada kebun yang sama.
• konversi adalah penanaman tanaman muda yang
berlainan jenis untuk menggantikan tanaman yang ada
di kebun yang sama karena alasan tidak produktif atau
tidak menguntungkan.
• Pada tanaman tertentu seperti kopi, teh, dan kakao,
rehabilitasi merupakan alternatif selain dari program
full replanting yaitu dengan partial replanting
(penyisipan), pemangakasan, dan penyambungan.
Rencana Peremajaan
• Program peremajaan baik replanting, konversi,
atau rehabilitasi perlu direncanakan setiap tahun.
Pada perkebunan besar, luas peremajaan dapat
ditentukan sebagai berikut ini.
• Luas peremajaan (%)= 100%/umur peremajaan
• Misalnya umur peremajaan tanaman kelapa sawit
adalah 25 tahun maka luas peremajaan kebun
per tahun adalah 4% dari luas kebun.
Alasan Peremajaan
(1) Produksi Tanaman. Tingkat produksi tanaman merupakan alasan utama perlunya dilakukan
peremajaan. Pada tingkat produksi tertentu dapat dihitung berapa keuntungan yang diperoleh,
atau pada tingkat produksi berapa Break Even Point dicapai.
(2) Umur Tanaman. Umur tanaman produktif ekonomis untuk jenis tanaman tertentu sulit
digeneralisasi karena bergantung kepada banyak faktor seperti keadaan tanah dan iklim serta
pemeliharaan. Di samping berdasarkan pengalaman dan anggapan umum yang digunakan
sebagai patokan dapat pula dilihat dari kecenderungan produksi riil.
(3) Keadaan Tanaman. Dalam faktor ini tercakup kerapatan tanaman produktif, kesehatan, dan
pertumbuhan tanaman. Walaupun umur masih muda dapat saja banyak tanaman yang rusak
terkena penyakit atau gangguan lainnya sehingga tidak mungkin berproduksi normal, atau umur
masih muda dan produksi masih tinggi tetapi kerapatan tanaman kecil karena banyak tanaman
yang mati. Keadaan tanaman ini pada akhirnya menentukan produktivitas kebun. Jika menurut
pertimbangan tidak mungkin dilakukan rehabilitasi maka dilakukan peremajaan.
(4) Klon/varietas Unggul Baru. Tersedianya klon baru yang lebih produktif sehingga lebih
menguntungkan merupakan salah satu pertimbangan.
(5) Harga Komoditas. Harga komoditas perkebunan berfluktuasi sesuai dengan keadaan produksi
dan permintaan dunia. Hal ini menentukan besarnya keuntungan setiap areal kebun.
Peremajaan akan lebih tepat dilaksanakan pada saat harga turun daripada pada saat harga yang
tinggi.
(6) Ketersediaan Modal. Untuk pembongkaran dan pembangunan tanaman baru diperlukan investasi
yang besar, oleh karena itu bergantung kepada ketersediaan modal.
Umur Peremajaan
10000

9000

8000

7000
Produksi lateks (lt/ha)

6000

5000

4000

3000

2000

1000

0
0 5 10 15 20 25 30 35
Umur karet

Trend produktivitas kebun karet


Umur Produksi Puncak

Tanaman Umur produksi puncak Umur peremajaan


perkebunan (tahun) (tahun)
Karet 14-18 25-30
Kelapa sawit 10-13 25

Kakao 9-14 20
Kopi 4-5 8-10

Kelapa dalam 15-20 30


Teh 20-40 100
Pala 25-35 70
Komposisi Fase Tanaman
• Dalam siklus tanaman perkebunan tahunan maka dapat
dibagi menjadi fase tanaman muda belum menghasilkan
(TBM), fase tanaman muda menghasilkan, fase tanaman
remaja yaitu tanaman menghasilkan pada puncak
produksi, fase tanaman dewasa dimana dapat
produktivitas tanaman masih tinggi, dan fase tanaman
tua dimana produktivitas tanaman sudah rendah.
• Pada perusahaan perkebunan hendaknya komposis areal
kebun dari fase tersebut terdistribusi secara merata
misalnya rata-rata sekitar 20%. Dengan demikian
komposisi kebun TBM dan kebun tua masing-masing
hanya 20%, sedangkan 60% kebun dalam keadaan
produktif optimal.
Kelompok Kelompok fase Luas areal (%) Keadaan
umur (tahun) tanaman produksi

1-5 TBM 20 Belum


menghasilkan
6-10 TM - muda 20 Produksi awal

11-15 TM - remaja 20 Produksi


puncak
16-20 TM - dewasa 20 Produksi stabil

20-25 TM - tua 20 Produksi turun


Teknik Peremajaan
• Sebelum dilakukan peremajaan, panen dilaksanakan secara maksimal tanpa
harus mengikuti aturan panen yang baku.
• Peracunan Pokok. Pekerjaan yang mula-mula dilakukan adalah meracuni
tanaman dengan arborisida seperti paraquat agar perakaran cepat
membusuk dan mudah ditumbangkan. Pada tanaman kelapa sawit
umumnya digunakan sodium arsenit sebagai racun sebanyak 200 cc per
pohon dan diberikan pada lubang di batang pada ketinggian 1 m. Setelah itu
lubang ditutup kembali dengan bekas potongan batang. Pada umumnya
daun sudah kelihatan mengering setelah 2 minggu.
• Pengolahan Tanah. Pengolahan tanah dapat dilakukan sebelum
penumbangan pohon terutama bagi komoditas berjarak tanam jauh dan
berperakaran horizontal seperti kelapa dan kelapa sawit dan keadaan tanah
keras dan kompak karena lama tidak dilakukan pengolahan tanah dan sering
digembalakan ternak. Tujuannya adalah untuk membongkar perakaran
horizontal, menggemburkan tanah, membenamkan LCC, dan menekan
pertumbuhan gulma.
• Pembersihan Lahan. Penumbangan pohon sangat perlu
dilakukan agar lahan bersih dari tunggul sebagai sumber
penyakit. Pekerjaan menumbang pohon dilakukan dengan
alat berat seperti buldozer. Untuk memudahkan
penumbangan apabila perlu dilakukan penggalian di sekitar
pokok. Pada tanaman kelapa sawit penggalian dilakukan
sedalam 15 cm di sekitar pokok agar pangkal batang tidak
tertinggal waktu penumbangan.
• Pembuatan Jalan Kebun. Jalan-jalan kebun yang lama tetap
dipergunakan apabila tidak ada perubahan tataguna lahan
dan pembagian blok/afdeling.
• Pengolahan Tanah
Rehabilitasi
• Perkebunan kopi dan kakao rakyat sering terlihat
dalam kondisi kurang terawat dalam waktu yang
lama, diliputi semak, terserang hama, rusak,
berumur tua, dan asal bibit tidak diketahui
sehingga produksinya rendah.
• Kebun seperti itu dapat dilakukan rehabilitas yang
meliputi penanaman kembali pohon pelindung,
penyulaman pohon yang mati, pengolahan lahan,
pemangkasan, dan penyambungan (grafting).
Rehabilitasi Kopi
• Pada kebun kopi tua, pemangkasan rejuvinasi
merupakan cara merehabilitasi kebun apabila
umumnya keadaan pohon cukup sehat.
• Pemangkasan dilakukan pada ketinggian 50 cm dari
permukaan tanah dan bekas potongan diolesi obat
penutup luka seperti TB 192, aspal, teer, atau cat agar
tidak diserang penyakit. Diantara wiwilan yang tumbuh
dipilih dua cabang yang tumbuh kuat dan arah yang
berlawanan. Untuk mempercepat produksi dan
memperbaiki klon (klonalisasi) dapat dilakukan
penyambungan dengan klon unggul lokal yang dipilih
dari pohon yang selalu berbuah lebat.
Rehabilitasi Kakao
• Rehabilitasi pohon kakao tua tidak harus dilakukan
setelah pemangkasan. Teknik yang dapat dilakukan
adalah sambung samping (side-cleft grafting).
Keuntungan penyambungan tanpa pemangkasan
rejuvinasi adalah: (1) batang bawah dapat
menyediakan naungan sementara bagi pertumbuhan
entres, (2) batang atas masih terus menghasilkan, (3)
sebagian cabang batang bawah yang baik dapat tetap
dipertahankan, (4) Areal rehabilitasi dapat diselesaikan
dalam waktu yang lebih singkat, (5) berproduksi lebih
cepat dibandingkan dengan produksi tanaman
replanting.
Partial dan Complete Replanting
Kakao
Umur (tahun) Produktivitas (kg/ha)

Tanam ulang (complate Penyisipan bertahap (partial


replanting) replanting)
1 0 235

2 0 235

3 135 270

4 480 300

5 1.050 235

6 840 235

7 1.080 370

Jumlah 3.585 1.880


Klonalisasi
• Program klonalisasi baik dengan menempel
(budding) maupun menyambung tidak hanya
dilakukan pada kebun tua, tetapi dapat pula
ditujukan untuk kebun dewasa tetapi tidak produktif
karena ketidakjelasan klon. Klonalisasi ini bertujuan
untuk menggantikan bagian atas tanaman dengan
klon yang lebih menguntungkan dan
mempertahankan tanaman awal sebagai batang
bawah tanpa mengurangi produksi selama klonalisasi
berjalan.
• Peracunan diikuti dengan penumbangan (50%)
pada tahun 0
• Tanam tanaman baru setelah penumbangan
• Peracunan tanpa penumbangan (25%) pada
tahun 1
• Peracunan tanpa penumbangan (25%) pada
tahun 2
• Teknik underplanting memperpendek periode
non produktif tanaman
• Penghasilan pekebun tidak terputus
• Kontinuitas pabrik terjaga (PKS tidak idle,
khususnya jika tahun tanam berdekatan)
• Lebih aman terhadap penjarahan
• Terbukanya kesempatan
berkembang biak bagi Oryctes
rhinoceros
• Serangan Ganoderma
• Tertekannya pertumbuhan tanaman
muda akibat kompetisi cahaya
• Kerusakan tanaman muda akibat
penumbangan, khususnya pada
underplanting yang menggunakan
sistem penumbangan bertahap
Sumber: PPKS, Teknis Peremajaan Kelapa Sawit
PEMUPUKAN DI PERKEBUNAN

PS Agroteknologi
Fakultas Pertanian Unila
Tantangan produksi kopi:
FLUKTUASI PRODUKSI
Produksi Dua Tahunan
1000
900
800 Sifat produksi
Produksi (kg/ha)

700
600
500
biennual:
• Sifat klon
400
300
200

• Keadaan
100
0
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
cuaca
Produksi Tinggi Stabil

• Pemeliharaan
2500

2000
Produksi (kg/ha)

1500

1000

500

0
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Siklus produksi rendah DI PERKEBUNAN KOPI
RAKYAT
Produktivitas Kopi di Lampung
1
0,9
0,8
0,7
Pendapatan Pemupukan 0,6 y = -0,0145x + 29,931
rendah rendah 0,5 R² = 0,6942
0,4
0,3
0,2
0,1
0
2004 2006 2008 2010 2012 2014 2016 2018 2020

Fluktuasi Pertumbuhan
Produksi cabang buah
tinggi lambat

Produksi
rendah
Pengaruh Pemupukan thd prod kopi
• Jml dompol, jml buah/dompol, cab b1 + b2:
Produksi Tahun X
• Jml cabang B0: produksi Tahun X +1
Fluktuasi Hasil Lada

0,35

0,3

Produktivitas (kg/pohon)
0,25

0,2

0,15
500
450 0,1

400
0,05
350
Yield (kg/ha)

300 0
250 2016 2017 2018 2019
200
150 Abung Barat Abung Tengah
100
50
0
2016 2017 2018 2019

Abung Barat Abung Tengah


Penentuan Dosis Pupuk Umum
• Berdasarkan jumlah hara yang diangkut panen
Contoh: setiap 1800 kg karet yang dipanen
terangkut 17,8 kg N, 14,5 kg P, dan 3,6 kg K; jadi
setara Urea (46% N)=?
TSP (46% P2O5) ? Dan KCl (52% K2O)?

• Berdasarkan kebutuhan pertumbuhan dan


jumlah hara yang terangkut panen
• Berdasarkan status hara daun
Penentuan Dosis Pupuk Kakao
Berdasarkan jumlah hara yang diangkut panen
Kandungan hara biji kakao yang dipanen: 12,8%
N, 12% P2O5, dan 18% K2O
Jika produksi 1000 kg/ha maka hara yang
diangkut: 128 kg N, 120 kg P2O5 dan 180 kg
K2O yang setara dengan 284 Urea (46% N),
260 kg TSP (46% P2O5) , dan 346 KCl (52% K2O)
• Mengingat efisiensi pemupukan, pupuk urea
perlu ditambah 10%, KCl ditambah 30%,
sedangkan TSP tidak perlu penambahan
• Setelah mempertimbangkan efisiensi pupuk
maka berapa rekomendasi pemupukan kakao
pada tingkat produksi 1 ton/ha?
Dosis pemupukan Kakao
(PTP XXVII,1991)

Produktivitas Dosis pupuk (kg/ha/thn)


Kakao (kg/ha) Urea TSP KCl
1.000 310 260 350
1.200 370 310 420
1.400 440 360 490
1.600 500 420 560
1.800 560 470 630
2.000 620 520 700
Hasil analisis tanaman sawit pada
tingkat produksi 25 ton/ha (148 phn)
Komponen tanaman N P K Mg Ca
(kg/ha/thn)
Bagian vegetatif 40,9 3,1 55,7 11,5 13,8
Pelepah yang dipangkas 67,2 8,9 86,2 22,4 61,6
Tandan buah segar 73,2 11,6 93,4 20,8 19,5
Bunga jantan 11,2 2,4 16,1 6,6 4,4

Untuk Pertumbuhan vegetatif dan tandan buah segar


N (kg/ha) = 40 + 73,2 = 114,1 Urea (45%)= 253,5 kg/ha = 1,7 kg/ph
Rekomendasi Umum
Pemupukan Sawit TM
Aplikasi Urea atau ZA RP atau TSP MOP Kies HGF
borate

SemesterI 1,00 1,50 0,75 0,50 0,75 0,50 -

Semester II 1,00 1,50 1,00 0,75 0,75 0,75 0,05

Jumlah 2,00 3,00 1,75 1,25 1,50 1,25 0,05

*) Kg/pohon
Dosis pemupukan kakao

Produksi Dosis pupuk (kg/ha/th)


(Kg/ha/t Urea TSP KCl
hn)
1.000 310 260 350
1.200 370 310 420
1.400 440 360 490
1.600 500 420 560
1.800 560 470 630
2.000 620 520 700
Penentuan Dosis Pupuk
Berdasarkan Status Hara Daun
Batas kritis

Respon pertumbuhan atau produksi

Tidak defisien

Toksik

Defisien

Kandungan hara daun


Batas Kritis Hara Daun Teh

Unsur hara Defisien Subnormal Normal Tinggi


N (%) < 3,0 3,0 - 4,0 4,0-5,0 > 5,0
P (%) <0,35 0,35 - 0,40 0,40-0,50 > 0,50
K (%) < 1,6 1,6 -2,0 2,0-3,0 > 3,0
Ca (%) < 0,05 0,05-0,10 0,10-0,35 > 0,35
Mg (%) < 0,05 0,05-0,10 0,10-0,30 > 0,30
Fe (ppm) < 60 60-100 100 -500 > 500
Mn (ppm) < 50 50-100 100-500 > 500
Zn (ppm) < 20 20-25 25-50 > 50
Cu (ppm) < 10 10-15 15-30 > 30
B (ppm) <8 8-12 12-100 > 100
Penentuan Dosis Pupuk Tebu

Status hara daun Rentang kandungan hara Jumlah pupuk (kg/ha)


(% bobot kering daun)
Status N
Tinggi >2,25 0-60
Normal 2,00-2,25 60-90
Sedang 1,75-1,99 90-130
Rendah 1,50-1,74 130-180
Sangat rendah <1,50 >180
Status P2O5
Tinggi >0,49 0-36
Normal 0,43-0,49 36-90
Sedang 0,36-0,42 90-125
Rendah 0,30-0,35 125-180
Sangat rendah <0,30 >180
Status K2O
Tinggi >2,50 0
Normal 2,25-2,50 0-60
Sedang 2,00-2,24 60-120
Rendah 1,75-1,99 120-180
Sangat Rendah <1,75 >180
Penentuan Dosis Rekomendasi
Spesifik Lokasi

• Berdasarkan dosis sebelumnya (umum) dan


evaluasi kandungan hara daun, hara tanah,
kondisi tanaman, dan tingkat produksi
• Murni et al. (1997) menghitung jumlah unsur
hara yang direkomendasikan 20-50% lebih
tinggi dari dosis sebelumnya apabila kadar
unsur hara daun sama atau lebih rendah
daripada batas ambang kahat; namun apabila
kadar unsur hara dalam daun lebih tinggi dari
batas ambang kahat maka dosis pupuk
diturunkan 20-50% dari dosis sebelumnya
Berdasarkan hasil analisis tanah atau
daun dan dosis sebelumnya
Hasil analisis & rekomendasi pupuk N P K Mg
Analisis tanah (mg/kg) 0,05 0,72 269,1 87,6
Batas Kahat (mg/kg) 0,20 20,0 150,0 200,0
Analisis daun (%) 1,58 0,10 1,15 0,06
Batas kahat (%) 2,20 0,12 1,40 0,20
Dosis pupuk N P2O5 K2O MgO
Sebelumnya 900 345 144 202
Rekomendasi* 1350 517,5 216 303

*Dosis dinaikkan 50% dari dosis sebelumnya


Balai Penelitian Sembawa (2011)
menyusun rekomendasi pemupukan karet
berdasarkan fungsi sebagai berikut:
• DR = DU – (a x IHT + b x IHD + c x ISPT + d x IGA) x e x
DU + HT dimana
• DR = dosis rekomendasi (g/pohon/tahun)
• DU = dosis umum hasil percobaan (g/pohon/tahun)
• IHT = indeks hara tanah
• IHD = indeks hara daun
• ISPT = indeks serangan penyakit
• IGA = indeks gangguan angin
• HT = hara yang terkuras karena peningkatan produksi
• a-e = konstanta-konstanta
Kriteria status hara daun tanaman karet

Skor N (%) P (%) K (%) Mg (%)


+5 > 4,31 > 0,291 > 1,80 > 0,260
+4 4,11 – 4,30 0,278 – 0,291 1,71 – 1,80 0,251 – 0,260
+3 3,91 – 4,10 0,264 – 0,277 1,61 – 1,70 0,241 – 0,250
+2 3,71 – 3,90 0,251 – 0,263 1,51 – 1,60 0,231 – 0,240
+1 3,51 – 3,70 0,237 – 0,250 1,41 – 1,50 0,221 – 0,230
0 3,30 – 3,50 0,233 – 0,236 1,31 – 1,40 0,211 – 0,220
-1 3,10 – 3,29 0,208 – 0,232 1,21 – 1,30 0,201 – 0,210
-2 2,90 – 3,09 0,196 – 0,207 1,11 – 1,20 0,191 – 0,200
-3 2,70 – 2,89 0,182 – 0,195 1,01 – 1,10 0,181 – 0,190
-4 2,50 – 2,69 0,169 – 0,181 0,90 – 1,00 0,170 – 0,180
-5 < 2,49 < 0,168 < 0,90 < 0,170
Kriteria status hara tanah tanaman karet

Unsur hara/kriteria Sangat Rendah Sedang Tinggi Sangat


(skor) Rendah (- 1) (0) (+ 1) Tinggi
(- 2) (+ 2)

C (%) < 1,00 1,00 – 2,00 2,01 – 2,00 3,01 – 4,00 > 4,00
N (%) < 0,10 0,10 – 0,20 0,21 – 0,50 0,51 – 0,80 > 0,80
P (ppm) <5 5 – 15 16 – 25 26 – 35 > 35
K (me/100 g) < 0,10 0,10 – 0,30 0,31 – 0,50 0,51 – 0,70 > 0,70
Ca (me/ 100 g) < 0,25 0,25 – 1,00 1,01 – 1,75 1,76 – 2,50 > 2,50
Mg (me/100 g) < 0,20 0,20 – 0,50 0,51 – 0,80 0,81 – 1,10 > 1,10
KTK (me/100 g) <5 5 – 16 17 – 28 29 – 40 > 40
• Aplikasi pemupukan 2 kali setahun pada akhir
dan awal musim hujan
• Aplikasi I pada semester I: Maret/April
• Aplikasi II (semester II): September/Oktober
Jenis Pupuk Nama Pupuk Kandungan hara
Pupuk N Urea 46% N
ZA 21% N
Pupuk P SP 36 36% P2O5
Rock Phosphate (RP) 30% P2O5
TSP 45% P2O5
Pupuk K KCl (MOP) 60% K2O
ZK 50% K2O
Pupuk Mg Kieserit 26-27% MgO
Dolomite 18% MgO
Pupuk B HGF Borate 46% B2O5
Pemupukan secara mekanis
Tabel 3. Hasil Analisis Daun pada Tahun Tanam 1997, 1998, dan 2001 di
Afdeling II Kebun Gunung Pamela PT Perkebunan Nusantara III

Peubah yang diukur


Tahun
Nitrogen Fosfat Kalium Magnesium
Tanam
(%) (%) (%) (%)
1997 2.30 0.47 1.75 0.64
Kahat* Ekses* Ekses* Optimum*

1998 2.78 0.50 1.45 0.51


Optimum* Ekses* Optimum* Optimum*

2001 2.79 0.48 1.33 0.54


Optimum* Ekses* Optimum* Optimum*

* Menurut Von Uexkull (1992)


Tabel 4. Dosis Anjuran Hara Kelapa Sawit (kg/pokok) Tanaman Menghasilkan
Afdeling II Kebun Gunung Pamela PT Perkebunan Nusantara III

Dosis Anjuran Hara Kelapa Sawit

Tahun N P205 K20 MgO


Tanam
kg/pokok/tahun

1997 0.98 0.21 1.41 0.21

1998 0.76 0.18 1.58 0.24

2001 0.75 0.19 1.71 0.22


Tabel 5. Jenis dan Spesifikasi Pupuk, serta Frekwensi Pemupukan yang di
Anjurkan pada Tanaman Menghasilkan di Afdeling II Kebun Gunung
Pamela PT Perkebunan Nusantara III

Tahun Tanam
Jenis Frekwensi
1997 1998 2001
Pupuk Pemupukan
kg/pokok/tahun
Urea 2.81 2.17 2.14 2 kali aplikasi

SP-36 0.63 0.55 0.57 2 kali aplikasi

MOP 2.81 3.16 3.42 2 kali aplikasi

Kieserit * 0.91 1.07 1.00 2 kali aplikasi

Dolomit * 0.88 1.03 0.96 2 kali aplikasi

Keterangan : * adalah bahwa salah satu pupuk tersebut bisa digunakan


sebagai sumber Mg dengan dosis pupuk yang
tertera pada Tabel 5.
• Amonium atau urea tidak boleh dicampur dengan KCL dan
TSP/SP36. Jika pupuk Urea dicampur dengan TSP keasaman tanah
akan meningkat, mikroorganisme akan musnah, sedangkan Urea
dan KCl yang dicampur akan membentuk gumpalan-gumpalan
sehingga sulit untuk diserap tanaman. Namun pupuk kimia
TSP/SP36 dan KCl dapat diberikan secara bersamaan.
• 2. Pupuk potassium dan ZK tidak bisa diaplikasikan secara
bersamaan dengan pupuk magnesium seperti kieserite dan super
dolomit karena adanya pengaruh antagonis antara K dan Mg serta K
dan Ca.
• 3. Unsur hara K apabila dicampurkan dengan Ca, akan
mengakibatkan unsur Ca menjadi tertekan sehingga tidak bisa
diserap secara sempurna.

Sumber: http://www.pusri.org/indexC030204.php
Waktu Pemupukan Kopi
• Pemupukan dilakukan pada bulan September (awal musim hujan) dan Mei
(akhir musim hujan), namun saat pemupukan yang tepat harus melihat
pertumbuhan bunga dan buah.
• Pada bulan Mei, ketika buah pada dompol atas mulai merah dilakukan
pemupukan dengan SP 36, Phonska dan Urea yang fungsinya untuk
memperpanjang ranting untuk pembungaan setelah panen yaitu untuk buah
musim berikutnya. Dari bulan Juli – September pembungaan akan terjadi
berturut-turut sebanyak 3 kali.
• Pada pertengahan bulan September, pembungaan pertama sudah menjadi
putik sebesar merica (fase mata yuyu), kembang pembungaan terakhir
mulai rontok, dilakukan pemupukan kedua yang fungsinya untuk
menyediakan hara bagi pertumbuhan biji kopi sehingga putik dan buah
kopi berhasil tumbuh dan tidak mudah rontok kendatipun banyak turun
hujan atau kurang hujan.
Tugas

Jika panen karet tahun sebelumnya 1000 kg/ha, panen sekarang 1200
kg/ha. Tentukan dosis rekomendasi

Hasil analisis & rekomendasi pupuk N P K


Analisis daun (%) 3,15 0,18 1,48
Batas kahat (%) 3,30 0,23 1,40
Dosis pupuk Urea SP36 KCl
Sebelumnya 300 200 250
Rekomendasi*

Cara perhitungan:
Replanting/New Planting
dan Tanaman Sela
Tanaman Sela Karet TBM
Tanaman Sela Kopi TBM

Anda mungkin juga menyukai