Anda di halaman 1dari 6

TUGAS TUTORIAL KE-1

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

Nama Mata Kuliah : Sistem Keuangan Pusat dan Daerah


Kode Mata Kuliah : ESPA4524
Jumlah sks : 3 SKS

Skor
No Tugas Tutorial
Maksimal
1 Kebijakan anggaran negara melalui APBN merupakan bagian 20
integral dari perilaku perekonomian secara keseluruhan, maka
besaran nilai APBN mempunyai dampak yang sangat penting dalam
perekonomian Indonesia. Berikan Penjelasan anda mengenai dampak
kebijakan APBN terhadap ekonomi makro di Indonesia !

2 Berikan penjelasan anda tentang pengambangan nilai rupiah 20


menggunakan floating sistem !

3 Reformasi perpajakan di Indonesia juga ditandai dengan 20


pemberlakuan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang
Pengampunan Pajak atau disebut dengan Undang-Undang Tax
Amnesty. Berikan penjelasan anda tentang tax amnesty dan alasan
pemberlakuannya di Indonesia !

4 Merespon anjloknya nilai rupiah, pemerintah mengambil 20


langkah melalui berbagai kebijakan-kebijakan dalam
mengembalikan kepercayaan pasar dan investor. Berikan
penjelasan anda terkait kebijakan-kebijakan apa saja yang
diambil pemerintah tersebut !

5 Portofolio utang negara saat ini mengandung beberapa risiko utama 20


yang harus dikelola secara hati-hati. Berikan penjelasan anda tentang
risiko portofolio utang negara tersebut !

NAMA : KAMAL

NIM: 042102448

Tugas : ESPA4524/ SISTEM KEUANGAN PUSAT DAN DAERAH

1. Dampak Kebijakan Moneter terhadap ekonomi makro Indonesia


kebijakan moneter secara sederhana merupakan kebijakan otoritas moneter atau
bank sentral dalam bentuk pengendalian besaran moneter untuk mencapai
perkembangan kegiatan perekonomian yang diinginkan. Adapun bentuk
perkembangan kegiatan ekonomi tersebut adalah berupa stabilitas ekonomi makro
yang dicerminkan oleh stabiltas harga (Rendahnya laju inflasi), membaiknya
perkembangan output rill (pertumbuhan ekonomi), serta luasnya lapangan/
kesempatan kerja yang tersedia.
Sementera itu berkaitan dengan Kebijakan APBN ini merupakan bagian dari
kebijakan fiscal pemerintah. dimana kedua hal tersebut (Kebijakan fiscal dan
moneter) saling terikat. Dimana kebijakan fiscal secara sederhana dapat diartikan
sebagai kebijakan yang mengatur penerimaan dan pengeluaran negara, Kebijakan
fiscal ini mencakup besarnya target penerimaan pajak langsung dan tidak langsung
atau juga dapat diartikan bahwa kebijakan pengelolaan keuangan negara dan
terbatas pada sumber penerimaan dan alokasi pengeluaran negara yang tercantum
dalam APBN.
Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa dewasa ini dalam perekonomian
modern kebijakan fiscal biasanya digunakan bersamaan dengan kebijakan moneter
dimana kebijakan fiscal yang berkaitan dengan perpajakan dan pengeluaran
pemerintah bersamaan dengan kebijakan moneter digunakan guna mencapai
sasaran pertumbuhan ekonomi tinggi dengan penggunaan tenaga kerja serta
kestabilan harga.
Selain itu kolaborasi dari kebijakan fiscal dan kebijakan moneter ini diperlukan juga
untuk menetapkan dan mencapai target target moneter dan deficit fiscal secara
konsisten dalam rangka mencapai pembangunan ekonomi yang cukup tinggi dan
stabil tadi (berupa stabilitas ekonomi makro yang dicerminkan oleh stabiltas harga
(Rendahnya laju inflasi), membaiknya perkembangan output rill (pertumbuhan
ekonomi), serta luasnya lapangan/ kesempatan kerja yang tersedia).

2. Pengambangan nilai rupiah dengan Model Floating system


Pengambangan nilai rupiah dengan model floating system yang dilakukan oleh
pemerintah Indonesia pada masa krisis moneter terpaksa diterapkan, hal ini karena
berbagai upaya yang telah dilakukan untuk menyelamatkan nilai rupiah tidak
memberikan hasil sesuai harapan. Seperti halnya intevensi pasar yang dilakukan
bank Indonesia dengan menjual dolar hanya dapat meredakan gejolak/ keadaan
sesaat saja sementara biaya yang diperlukan mengguras devisa yang tinggi. Guna
menghindari cadangan devisa menjadi kritis (Seperti Thailand), pada akhirnya
pemerintah memutuskan untuk mengambangkan nilai mata uangnya menyusul
negara asia lainnya yang telah melakukan sebelumnya. Meski demikian hal tersebut
masih saja membuatb Indonesia pada masa itu menjadi sasaran utama dari spekulan
secara bertubi-tubi.
3. Tax amnesty dan pemberlakuannya di Indonesia
UU tax amnesty yang diluncurkan pemerintah Indonesia pada tahun 2016
merupakan hasil transformasi dan reformasi yang terus berjalan dalam bidang
perpajakan di Indonesia. Yang mana tax amnesty sendiri merupakan kebijakan
penghapusan pajak yang seharusnya terhutang, tidak dikenai sanksi administrasi
perpajakan, dan sanksi pidana di bidang perpajakan dengan cara mengungkap harta
dan membayar uang tebusan sebagaimana yang telah diatur dalam UU No.11 Tahun
2016 tentang pengampunan pajak.
Adapun dasar serta latarbekalang diberlakukannya tax amnesty adalah sebagai
berikut :
- Terdapat banyak harta milik warga negara Indonesia baik di dalam maupun di
luar negeri yang belum dan atau belum seluruhnya dilaporkan dalam surat
pemberitahuan tahunan pajak penghasilan.
- Guna meningkatkan penerimaan dan pertumbuhan negaraserta kesadaran dan
kepatuhan masyarakat dalam melaksanakan kewajiban perpajakan, perlu
menertibkan kebijakan pengampunan pajak.
- Adanya kasus panama papers.

Jika melihat sejarah Indonesia sebenarnya telah menetapkan kebijakan yang sama
sebelumnya yaitu pada tahun 1964 melalui penetapan Presiden Republim Indonesia
Nomor 5 Tahun 1964 Tentang peraturan pengampunan pajak namun di era tersebut
tax amnesty dikatakan gagal karena adanya Gerakan 30 September PKI. Kemudian
pada tahun 1984 tertuang dalam Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1984 tentang
pengampunan pajak. Sama dengan sebelumnya kebijakan pada era ini juga
mengalami kegagalan karena system perpajakan yang belum terbangun. Yang
ketiga kebijakan pengampunan pajak (Sunset Policy) pada tahun 2008 pada era ini
kebijakan sunset policy dikatakan sebgai program kebijakan paripurna modernisasy
bagai perpajakan pada periode 2001-2007 dan mmenerapkan kebijakan mengenai
pengampunan pajak yangmana kebijakan ini dinilai paling berhasil ini dilihat dari
penerimaan pajak yang terealisasi sesuai dengan target dalam APBN.

Dan kebijakan pada masa presiden Jokowi yang tertuang dalam UU No. 16 Tahun
2016 tentang pengampunan pajak. Merupakan kelanjutan dari program sebelumnya
dengan merevisi beberapa aturan Adapun perbedaan dari Tax amnesty dengan
Sunset Policy adalah sebagai berikut :

Tax Amnesty : pengampunan atas keringanan pokok pajak (hutang pajak/ pokok
pajak yang kurang, atau yang belum dibayarkan) dengan tarif yang lebih rendah
dari yang berlaku, pembebasan atau penghapusan dari tuntutan pidana pajak

Sunset Policy : pengapusan sanksi denda administrasi dengan tetap membayarkan


pokok pajak secara penuh sesuai dengan taraf umum yang berlaku, tidak ditetapkan
mengenai pembebasan atas tuntutan pidana pajak.

https://www.pajakku.com/read/60a6404ceb01ba1922ccac3a/Sejarah-Tax-
Amnesty-di-Indonesia diakses pada hari Minggu, 30 Oktober 2022 pukul 01.00
WIB di Kedungwuni Pekalongan.

4. Kebijakan pemerintah dalam menangani anjloknya nilai rupiah


Berdasarkan yang saya dapatkan. Pemerintah telah dan akan terus meningkatkan
ruang stimulus fiscal dan memberikan kemudahan berusaha di sektor riil termasuk
pariwisata dan ekpor-impor guna bisa menopang pertumbuhan ekonomi. Hal ini
dilakukan dengan memperkuat koordinasi kebijakan dari pemerintah dan otoritas
lain guna melakukan Langkah stabilitas nilai tukar rupiah dan mitigasi bencana
terhadap perekonomian domestic.
Dalam hal ini bank Indonesia secara konsisten berupaya menjaga stabilitas moneter,
nilai tukar rupiah, dan pasar keuangan. Selain itu OJK memperkuat ketahanan
industry perbankan dan jasa keuangan lainnya.
Adapun Langkah lainnya adalah sebagai berikut:
- Meningkatkan intensitas triple intervention agar nilai tukar Rupiah bergerak sesuai
dengan fundamentalnya dan mengikuti mekanisme pasar. Untuk itu, Bank
Indonesia akan mengoptimalkan strategi intervensi di pasar DNDF, pasar spot, dan
pasar SBN guna meminimalkan risiko peningkatan volatilitas nilai tukar Rupiah.
- Menurunkan rasio Giro Wajib Minimum (GWM) Valuta Asing Bank Umum
Konvensional, dari semula 8% menjadi 4%, berlaku mulai 16 Maret 2020.
Penurunan rasio GWM Valas tersebut akan meningkatkan likuiditas valas di
perbankan sekitar 3,2 miliar dolar AS dan sekaligus mengurangi tekanan di pasar
valas.
- Menurunkan GWM Rupiah sebesar 50bps yang ditujukan kepada bank-bank yang
melakukan kegiatan pembiayaan ekspor-impor, yang dalam pelaksanaannya akan
berkoordinasi dengan Pemerintah. Kebijakan ini diharapkan dapat mempermudah
kegiatan ekspor-impor melalui biaya yang lebih murah. Kebijakan akan
diimplementasikan mulai 1 April 2020 untuk berlaku selama 9 bulan dan
sesudahnya dapat dievaluasi kembali.
- Memperluas jenis underlying transaksi bagi investor asing sehingga dapat
memberikan alternatif dalam rangka lindung nilai atas kepemilikan Rupiah.
- Menegaskan kembali bahwa investor global dapat menggunakan bank kustodi
global dan domestik dalam melakukan kegiatan investasi di Indonesia

Selain upaya tersebut diatas pemerintah juga menghimbau masyarakat luas agar tetap
mendukung pemerintah yaitu dengan cara tetap menggunakan produk dalam negeri,
berinvestasi dalam negeri, dan tidak menimbun dolar. Tentu hal hal yang sejalan
dengan proses pemulihan pertumbuhan ekonomi yang ada harus didukung agar
pemulihan yang diupayan dapat segera tercapai.

https://www.bi.go.id/id/publikasi/ruang-media/news-release/Pages/sp_221520.aspx
(diakses pada hari minggu, 30 oktober 2022 pukul 01.30 WIB di Kedungwuni
Pekalongan)

5. Risiko portopolio utang


- Resiko kesinambungan fiscal, tingkat jumlah besaran utang akan berpengaruh
dengan kebutuhan pembiayaan dari APBN. Karena uatang yang besar berpotensi
membahayakan kesinambungan anggaran pemerintah. Untuk itu dirumuskan
strategi yang konsisten dan terarah pada pencapaian sasaran yang jelas dalam
pencapaian target yang realistis atas indicator beban utang.
- Resiko nilai tukar, jumlah porsi utang luar negeri memiliki nominasi/ jumlah yang
dapat berubah karena perubahan nilai tukar mata uang. Jika penurunan nilaii tukar
rupiah dengan mata uang asaing (mata uang negara pemberi utang), akan berakibat
tambahan beban pembayaran pokok uang dan bunga.
- Resiko perubahan tingkat bunga, perubahan tingkat bunga pasar akan berpengaruh
terhadap kewajiban pembayan bunga dari anggaran pemerintah (peminjam) jika
status pinjaman/ utang luar negeri adalah bunga mengambang (variable rate).
Resiko ini dapat terjadi jika pemerintah menerbitkan SUN pada saat kondisi pasar
sedang memburuk dimana ditandai dengan kenaikan suku bunga yang tajam
sehingga biaya utang semakin tinggi.
- Resiko pembiayaan Kembali, jika volume utang negara yang jatuh tempo dan harus
dilunasi besaran pokoknya tinggi, maka pelunasan pinjaman dan SUN dapat
berpotensi menimbulkan resiko berupa lebih tinggi/ mahalnya biaya dari
peminjaman baru.
- Resiko opersional, resiko kegagalan dapat terjadi jika opersional pengelolaan utang
tidak dikelola dengan baik. Baik sumber daya manusia maupun kelembagaannya.
Guna menghindari hal tersebut tentu kelengkapan tersebut harus terpenuhi secara
baik yaitu kelengkapan prosedur operasi baku, system pengelolaan risiko, system
infromasi manajemen.

Sumber : BMP ESPA4524 Modul 1 s/d Modul 3

https://www.pajakku.com/read/60a6404ceb01ba1922ccac3a/Sejarah-Tax-Amnesty-di-Indonesia
diakses pada hari Minggu, 30 Oktober 2022 pukul 01.00 WIB di Kedungwuni Pekalongan.

https://www.bi.go.id/id/publikasi/ruang-media/news-release/Pages/sp_221520.aspx (diakses pada


hari minggu, 30 oktober 2022 pukul 01.30 WIB di Kedungwuni Pekalongan)

Anda mungkin juga menyukai