OLEH:
c. Termoregulasi
Pengendalian panas adalah cara kedua untuk menstabilkan fungsi
pernapasan dan sirkulasi bayi. Termoregulasi adalah upaya
mempertahankan keseimbangan antara produksi dan pengeluaran panas.
Bayi bersifat homeothermic yang artinya berusaha menstabilkan suhu
badan internal dalam rentang yang pendek. Hipotermi dan kehilangan
panas yang berlebihan merupakan kejadian yang membahayakan.
Termogenesis pada bayi dipenuhi oleh brown fat dan meningkatkan
aktivitas metabolisme otak, jantung dan liver. Brown fat terletak diantara
kedua scapula dan axial, serta di dalam pintu masuk dada, sekitar ginjal
dan vertebra. Lemak tersebut banyak mengandung pembuluh darah dan
saraf daripada lemak biasa. Panas diproduksi dengan metabolisme dalam
lemak tersebut. Lemak tersebut ada sampai beberapa minggu setelah
kelahiran dan berkurang dengan suhu dingin. Semakin matur janin
semakin banyak brown fat.
Mekanisme kehilangan panas pada bayi meliputi:
1) Konveksi
Bayi mengalami kehilangan panas karena panas mengalir dari
permukaan tubuh ke suhu udara yang lebih dingin di sekitarnya
2) Radiasi
Bayi mengalami kehilangan panas dari permukaan tubuh ke
permukaan benda padat yang dekat dengan bayi tetapi tidak dengan
kontak langsung.
3) Evaporasi
Bayi mengalami kehilangan panas saat kulitnya basah. Kehilangan
panas terjadi oleh karena penguapan kulit tersebut.
4) Konduksi
Bayi kehilangan panas dari permukaan tubuhnya ke permukaan benda
padat yang menempel ditubuhnya.
Mekanisme tubuh bayi saat mengalami kedinginan yaitu :
Cold stress
Hyperbilirubinemia
d. Sistem Hematologi
Saat bayi lahir, nilai rata-rata hemoglobin, SDM, dan hematokrit
lebih tinggi dari dewasa. Hemoglobin BBL berkisar antara 14,5 sampai
22,5 gram/dl. Hematokrit bervariasi dari 44% sampai 72% dan hitung
SDM berkisar antara 5 sampai 7,5 juta/mm3. WBC 18.000/mm. Hb turun
11-17 gr/dl dan RBC turun menjadi 4,2-5,3 pada akhir bulan pertama.
e. Sistem Renal
Pada kehamilan cukup bulan, ginjal menempati sebagian besar
dinding abdomen posterior. Kandung kemih berada di dekat dinding
abdomen anterior. Pada bayi baru lahir, hampir semua massa yang teraba
di abdomen berasal dari ginjal. Fungsi renal seperti orang dewasa baru
dapat dipenuhi saat bayi berusia 2 bulan. Bayi baru lahir memiliki rentang
keseimbangan kimia dan rentang keamanan yang kecil. Infeksi, diare, atau
pola makan yang tidak teratur secara cepat dapat menimbulkan asidosis
dan ketidakseimbangan cairan, seperti dehidrasi atau edema.
Ketidakseimbangan ginjal juga membatasi kemampuan bayi baru lahir
untuk mengekskresi obat. Saat lahir biasanya bayi akan BAK sedikit dan
kemudian tidak BAK selama 12-2 jam, kemudian akan BAK 6-10x/hari.
Urine berwarna kuning jernih, berjumlah 15-60 cc/kgBB/hari. Kadang-
kadang ada noda sedikit merah karena kristal urat.
f. Sistem Gastrointestinal
Bayi baru lahir cukup bulan (aterm) sudah mampu menelan,
mencerna, memetabolisme, dan mengabsorbsi protein dan karbohidarat
sederhana serta mengemulsi lemak. Mukosa mulut basah, berwarna merah
muda, pipi penuh karena perkembangan bantalan menghisap yang baik.
Bayi tidak dapat memindahkan makanan dari bibir ke farink, oleh karena
itu puting susu harus diletakkan tepat diatas lidah dekat dengan farink.
Aktivitas peristaltic esofhagus belum terorganisasi, kemudian polanya
akan menjadi teratur sehingga bisa mulai menelan dengan baik. Tidak ada
bakteri pada GIT pada saat lahir, bakteri akan masuk setelah lahir melalui
orifisium ovale anal dan udara. Kapasitas lambung bayi 30-90 cc
tergantung besarnya bayi. Keasaman lambung lebih rendah dalam
beberapa minggu sampai usia 2-3 bulan.
Saat lahir perut bawah dipenuhi oleh mekonium yang dibentuk
setelah janin di dalam uterus. Mekonium dibentuk dari cairan amnion, zat-
zat yang didalamnya (sel-sel epidermis, lanugo yang ditelan bayi), sekresi
saluran cerna dan pecahan sel dari mukosa. Warna hijau kehitaman dan
lengket, warna tersebut adalah akibat pigmen empedu. Keluaran
mekonium yang pertama adalah steril. Mekonium akan berganti dengan
feses dalam 12-24 jam. Distensi otot abdomen mempengaruhi relaksasi
dan kontraksi otot kolon sehingga sering bayi segera BAB setelah makan.
g. Sistem Hepatika
Hati dan kandung empedu dibentuk pada minggu keempat
kehamilan. Pada bayi baru lahir, hati dapat dipalpasi sekitar 1 cm di bawah
batas kanan costae karena hati berukuran besar dan menempati sekitar
40% rongga abdomen. Hati bertanggung jawab terhadap metabolisme
billirubin. 50% bayi aterm mengalami hyperbillirubinemia fisiologis.
Ikterik neonates terjadi akibat produksi bilirubin dengan kecepatan yang
lebih besar dari dewasa dan terdapat cukup banyak reabsorbsi bilirubin
pada usus halus neonates.
Kriteria ikterik fisiologis atara lain:
1) Bayi tampak normal
2) Pada bayi aterm, jaundice muncul setelah 24 jam lalu hilang hari
ke-7
3) Pada bayi preterm, jaundice muncul setelah 48 jam lalu hilang
pada hari ke-9/10
4) Jumlah bilirubin indirect < 12mg/100ml
5) Jumlah bilirubin direct <1-1,5 mg/ml
6) Peningkatan bilirubin tidak melebihi 5 mg/100ml perhari
h. Sistem Integumen
Vernix caseosa, suatu lapisan putih seperti keju, menutupi kulit
bayi saat lahir, fungsinya masih belum jelas. Dalam 24 jam vernix caseosa
akan diabsorbsi kulit dan hilang seluruhnya, jadi tidak perlu dibersihkan.
Kulit bayi sangat sensitive dan mudah rusak, warnanya agak merah
beberapa jam setelah lahir. Pada wajah, bahu dan punggung ditumbuhi
rambut lanugo. Bayi baru lahir tampak montok, lemak subkutan
terakumulasi sejak trimester III.
i. Sistem Imunologi
Sel-sel yang menyuplai imunitas bayi berkembang pada awal
kehidupan janin, tetapi sel-sel ini tidak aktif selama beberapa bulan.
Selama tiga bulan pertama kehidupan, bayi dilindungi oleh imunitas pasif
yang diperoleh dari ibu. Barier alami, seperti asam lambung atau produksi
pepsin dan tripsin, yang tetap mempertahankan kestterilan usus halus,
belum berkembang dengan baik sampai tiga atau empat minggu. IgA tidak
terdapat pada saluran pernapasan, traktus urinarius, dan GIT. IgA aka nada
pada GIT jika bayi mendapatkan ASI. Bayi baru mensintesis IgG dan
mencapai 40% kadar IgG orang dewasa pada usia 9 bulan. IgA, IgD, dan
IgE diproduksi secara bertahap dan tidak mencapai kadar optimal pada
masa kanak-kanak dini. Bayi yang mendapatkan ASI mendapat imunitas
pasif dari kolostrum dan ASI.
j. Sistem musculoskeletal
Pertumbuhan tulang terjadi chepalocaudal. Kepala mempunyai
panjang ¼ dari panjang badan bayi, dengan lengan lebih panjang sedikit
dari kaki. Ukuran dan bentuk kepala dapat sedikit berubah akibat
penyesuaian dengan jalan lahir. Ubun-ubun (fontanel) anterior teraba
lunak akan menutup pada bulan ke 12-18. Lingkar kepala bervariasi 33-37
cm. vertebra harus dicek adanya dimple (bengkok), mungkin berhubungan
dengan spina bifida.
k. Sistem Reproduksi
1) Wanita
a) Ovarium sudah berisi ribuan sel-sel primitive (folikel
primordial).
b) Peningkatan estrogen selama kehamilan didikuti dengan
penurunan yang tiba-tiba saat kelahiran menyebabkan
terjadinya pengeluaran darah atau mucus dari vagina disebut
pseudomenstruasi.
c) Genitalia eksterna edema dan hiperpigmentasi.
d) Labia mayor dan minor sudah menutupi vestibulum.
e) Vernix caseosa terdapat dikedua labia.
2) Pria
a) Testis sudah turun kedalam scrotum pada 90 % bayi.
b) Spermatogenesis belum terjadi, baru terjadi saat pubertas.
c) Preputium bisa berisi smegma yaitu suatu substansi putih
seperti keju
d) Genitalia eksterna membengkak dan hiperpigmentasi sebagai
efek dari hormone ibu
e) Sering terjadi hidroceles yaitu akumulasi cairan disekitar testis,
bisa sembuh sendiri.
4. Pohon Masalah Bayi baru lahir
Perubahan fisiologis
Langkah-langkah pemeriksaan:
- Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan bayi tenang (tidak menangis)
Tanda – tanda bayi sakit berat apabila terdapat salah satu atau lebih tanda
– tanda berikut ini :
- Sulit minum.
- Perut kembung.
- Periode apneu.
- Merintih.
- Perdarahan.
- Sangat kuning.
a. Asfiksia
Saat dilahirkan bayi biasanya aktif dan sesegera sesudah tali
pusat dijepit bayi menangis yang merangsang pernafasan. Denyut
jantung akan menjadi stabil pada frekuensi 120-140/mnt dan sianosis
sentral menghilang dengan cepat. Akan tetapi bayi mengalami depresi
saat dilahirkan dengan menunjukkan gejala tonus otot yang menurun
dan mengalami kesulitan mempertahankan pernafasan yang wajar. Bayi-
bayi ini akan mengalami apnu atau menunjukkan upaya pernafasan yang
tidak cukup untuk kebutuhan ventilasi paru-paru. Kondisi ini
menyebabkan kurangnya pengambilan oksigen dan pengeluaran CO2 .
Penyebab depresi bayi pada saat lahir ini mencakup:
- Afiksia intrauterine
- Bayi kurang bulan
- Obat-obat yang diberikan/diberikan oleh ibu
- Penyakit neuromuscular bawaaan
- Cacat bawaan
- Hipoksia intrapartum
f. Tetanus neunatorum.
Penyakit tetatus neunatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi
pada neunatus (bayi berusia kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh
clostridium tetani yaitu kuman yang mengeluarkan toksin dan
menyerang system saraf pusat. Spora kuman tersebut masuk kedalam
tubuh bayi melalui pintu masuk satu-satunya yang dapat terjadi pada
pemotongan tali pusat ketika bayi lahir maupun pada saat perawatannya
sebelum puput (terlepasnya tali pusar) masa inkubasi 3-28 hari, rata-rata
6 hari apabila masa inkubasi kurang dari 7 hari biasanya penyakit lebih
parah dari angka kematiannya tinggi.
1. PENGKAJIAN
a. IDENTITAS PASIEN
Nama : ............................................
Umur : ............................................
Nama Ayah-Ibu : ............................................
Umur : ............................................
Pendidikan : ............................................
Pekerjaan : ............................................
Status perkawinan : ............................................
Agama : ............................................
Suku : ............................................
Alamat : ............................................
No.CM : ............................................
Tanggal MRS : ............................................
Tanggal pengkajian : ............................................
Sumber informasi : ............................................
b. ALASAN KUNJUNGAN
1) Keluhan Utama/Alasan ke
Poliklinik
.......................................................................................................
2) Keluhan saat dikaji (jika
ada)
.......................................................................................................
c. RIWAYAT KELAHIRAN
d. RIWAYAT PERSALINAN
BB/TB Ibu : ............kg/................cm Persalinan
di...............
Keadaan umum Ibu ......................... Tanda
vital .................
Jenis persalinan ............................... Proses
persalinan.......
Kala I.................................Jam
Indikasi : ..........................................
Kala II .......................menit
Komplikasi persalinan : Ibu.................................
Janin ........................
Lamanya ketuban pecah ...................................... Kondisi ketuban....
f. PENGKAJIAN FISIK
Umur ..............Hari....................Jam..........
Berat badan.................................gr
Panjang badan.............................cm
Suhu...........................................ºC
Lingkar kepala.............................cm
Lingkar dada...............................cm
Lingkar perut..............................cm
g. NUTRISI
ASI/PASI/Lain-lain
h. ELIMINASI
BAB pertama, tanggal ........................ Jam..................
BAK pertama, tanggal ........................ Jam..................
3. RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA TUJUAN DAN
NO. INTERVENSI
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1. Bersihan jalan napas Setelah dilakukan intervensi Manajemen Jalan Napas
tidak efektif keperawatan selama ….. x (I.01011)
….. maka diharapkan Tindakan:
Penyebab bersihan jalan napas Observasi:
Fisiologis membaik. Dengan kriteria □ Monitor pola napas
□ Spasme jalan napas hasil: (frekuensi,
□ Hipersekesi jalan kedalaman, usaha
napas Bersihan jalan napas napas)
□ Disfungsi (L.01001) □ Monitor bunyi napas
neuromuskuler □ Mekonium (pada tambahan (mis.
□ Benda asing dalam neonatus) menurun (5) gurgling, mengi,
jalan napas □ Produksi sputum wheezing, ronchi
□ Adanya jalan napas menurum (5) kering)
buatan □ Mengi menurun (5) □ Monitor sputum
□ Sekresi yang tertahan □ Wheezing menurun (5) (jumlah, warna,
□ Hiperplasia □ Dipsnea menurun (5) aroma)
□ Proses infeksi □ Frekuensi napas Terapeutik:
□ Respon alergi membaik (5) □ Pertahankan
□ Efek agen farmakologi Pola napas membaik (5) kepatenan jalan napas
dengan head-tilt dan
Situasional chin-lift (jaw-thrust
□ Merokok aktif jika curiga trauma
□ Merokok pasif servical)
□ Terpajam polutan □ Posisikan semi-
fowler atau fowler
Gejala dan Tanda □ Berikan minum
Mayor hangat
Subjektif □ Lakukan fisioterapi
- dada, jika perlu
Objektif □ Lakukan penghisapan
□ Batuk tidak efektif lendiri kurang dari 15
□ Tidak mampu batuk detik
□ Sputum berlebih □ Lakukan
□ Mengi, wheezing dan hiperoksigenasi
atau ronkhi kering sebelum penghisapan
□ Mekonium di jalan endotrakeal
napas (neonatus) □ Keluarkan sumbatan
benda pada dengan
Gejala dan tanda forsep McGill
Mayor □ Berikan oksigen, jika
Subjek perlu
□ Dispneu Edukasi:
□ Sulit bicara □ Anjurkan asupan
□ Ortopnea cairan 2000 ml/hari,
jika tidak
Objektif kontraindikasi
□ Gelisah □ Ajarkan tehnik batuk
□ Sianosis efektif
□ Bunyi napas Kolaborasi:
menurun □ Kolaborasi
□ Frekuesi napas pemberian
berubah bronkodilator,
□ Pola napas berubah ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
Kondisi Klinis
Terkait Terapi Oksigen I.01026
□ Gullian barre Tindakan:
sydrome Observasi:
□ Sklerosis multipel □ Monitor kecepatan
□ Myasthenia gravis aliran oksigen
□ Prosedur diagnostik □ Monitor alat terapi
□ Depresi sistem saraf oksigen
pusat □ Monitor aliran
□ Cedera kepala oksigen secara
□ Stroke periodic dan pastikan
□ Kuadriplegia fraksi yang diberikan
□ Sindrom cukup
aspirasi meconium □ Monitor efektifitas
Infeksi saluran napas terapi oksigen (mis.
Oksimetri, AGD,),
jika perlu
□ Monitor tanda-tanda
hipoventilasi
□ Monitor tanda dan
gejala toksikasi
oksigen dan
atelectasis
□ Monitor tingkat
kecemasan akibat
terapi oksigen
□ Monitor integritas
mukos hidung akibat
pemasangan oksigen
Terapeutik:
□ Bersihkan secret pada
mulut hidung dan
trakea, jika perlu
□ Pertahankan
kepatenan jalan napas
□ Siapkan dan atur
peralatan pemberian
oksigen
□ Berikan oksigen
tambahan, jika perlu
□ Tetap berikan
oksigen saat pasien
ditransportasi
□ Gunakan perangkat
oksigen yang sesuai
dengan tingkat
mobilitas pasien
Edukasi:
□ Ajarkan pasien dan
keluarga cara
menggunakan
oksigen dirumah
Kolaborasi:
□ Kolaborasi penentuan
dosis oksigen
□ Kolaborasi
penggunaan dosis
oksigen saat aktivitas
dan/atau tidur
2. Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan intervensi Manajemen Jalan Napas
keperawatan selama ….. x (I.01011)
Penyebab ….. maka pola napas Tindakan:
□ Depresi pusat membaik. Dengan kriteria Observasi:
pernapasan hasil: □ Monitor pola napas
□ Hambatan upaya (frekuensi,
napas Pola napas L.01004 kedalaman, usaha
□ Defomitas dinding □ Ventilasi semenis napas)
dada mningkat (5) □ Monitor bunyi napas
□ Defomitas tulang dada □ Kapasitas vital tambahan (mis.
□ Gangguan meningkat (5) gurgling, mengi,
neuromuskular □ Diameter thoraks wheezing, ronchi
□ Gangguan neurologis anterior-posterior kering)
□ Imaturitas neurologis meningkat (5) □ Monitor sputum
□ Penurunan energi □ Tekanan ekspirasi (jumlah, warna,
□ Obesitas meningkat (5) aroma)
□ Posisi tubuh yang □ Tekanan inspirasi Terapeutik:
meghambat ekspansi meningkat (5) □ Pertahankan
paru □ Dispnea menurun (5) kepatenan jalan
□ Sindrom hipoventilasi □ Penggunaan otot bantu napas dengan head-
□ Kerusakan inervasi napas menurun (5) tilt dan chin-lift
diafragma □ Pemanjangan fase (jaw-thrust jika
□ Cedera pada medula ekspirasi menurun (5) curiga trauma
spinalis □ Ortopnea menurun (5) servical)
□ Efek agen □ Pernapasan pursed-lip □ Posisikan semi-
farmakologis menurun (5) fowler atau fowler
□ Kecemasan □ Pernapasan cuping □ Berikan minum
hidung menurun (5) hangat
Gejala dan Tanda □ Frekuensi napas □ Lakukan fisioterapi
Mayor membaik (5) dada, jika perlu
Subjektif □ Kedalaman napas □ Lakukan
□ Dispnea membaik (5) penghisapan lendiri
Objektif Ekskursi dada membaik kurang dari 15 detik
□ Penggunaan otot bantu (5) □ Lakukan
jalan pernapasan hiperoksigenasi
□ Fase ekspirasi sebelum
memanjang penghisapan
□ Pola napas abnormal endotrakeal
□ Keluarkan sumbatan
Gejala dan Tanda benda pada dengan
Minor forsep McGill
Subjektif □ Berikan oksigen,
□ Ortopnea jika perlu
Objektif Edukasi:
□ Pernapasan pursed-lip □ Anjurkan asupan
□ Pernapasan cuping cairan 2000 ml/hari,
hidung jika tidak
□ Diameter thoraks kontraindikasi
anterior-posterior □ Ajarkan tehnik batuk
meningkat efektif
□ Ventilasi semenit Kolaborasi:
menurun □ Kolaborasi
□ Kapasitas vital pemberian
menurun bronkodilator,
□ Tekanan ekspektoran,
ekspirasi menurun mukolitik, jika perlu
□ Tekanan
inspirasi menurun Pemantauan Respirasi
□ Ekskursi dada I.01014
berubah. Tindakan:
Observasi:
Kondisi Klinis Terkait □ Monitor frekuensi,
□ Depresi sistem saraf irama, kedalam dan
□ Cedera Kepala upaya napas
□ Trauma thoraks □ Monitor kemampuan
□ Gullian bare sydrome batuk efektif
□ Mutiple sclerosis □ Monitor adanya
□ Myasthenia gravi produksi sputum
□ Stroke □ Monitor adanya
□ Kuadriplegia sumbatan jalan napas
□ Intosikasi alkohol □ Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
□ Monitor pola napas
□ Monitor saturasi
oksigen
□ Monitor AGD
□ Monitor x-ray thoraks
Terapeutik:
□ Atur internal
pemantau respirasi
sesuai kondisi pasien
□ Dokumentasikan
hasil pemantauan
Edukasi:
□ Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan.
□ Informasikan hasim
pematauan, jika perlu
Hipoksia
Regulasi Temperatur
Pengisian kapiler
(I.14578)
>3 detik
Tindakan
Oksumsi oksigen
Observasi
meningkat
Monitor suhu bayi
Ventilasi
sampai stabil (36,50 –
menurun
37,50C)
Piloereksi
Monitor suhu tubuh anak
Takikardia
tiap 2 jam, jika perlu
Vasokontriksi
Monitor tekanan darah,
verifier
frekuensi pernapasan
Kutis memorata
dan nadi
(pada neonatus)
Monitor warna dan suhu
kulit
Kondisi linis terkait
Monitor dan catat tanda
Prematuritas
dan gejala hipotermua
BBLR
atau hipertermia
Terapeutik
Pasang alat pemantau
suhu tubuh kontinu, jika
perlu
Bedong bayi segera
setelah lahir untuk
mencegah kehilangan
panas
Masukan bayi BBLR ke
dalam plastic segera
setelah lahir (mis. Bahan
polyethylene,
polyurethane)
Gunakan topi bayi untuk
mecegah kehilangan
panas pada bayi baru
lahir
Tempatkan bayi baru
lahir di bawah radiant
warmer
Pertahankan kelembaban
incubator 50% atau lebih
untuk mengurangi
kehilangan panas karena
proses evaporasi
Atur suhu incubator
sesuai kebutuhan
Hangatkan dulu bahan-
bahan yang akan kontak
dengan bayi (mis.
Selimut, kain, bedong,
stetoskop)
Hindari meletakkan bayi
didekat jendela terbuka
atau di area aliran
pendingin ruangan atau
kipas angin
Gunakan matras
penghangat, selimut
hangat, dan penghangat
ruangan untuk
menaikkan suhu tubuh,
jika perlu
Gunakan Kasur
pendingin, water
circulating blankets, ice
pack atau gel pad dan
intravascular cooling
catheterization untuk
menurunkan suhu tubuh
Sesuaikan suhu tubuh
lingkungan dengan
kebutuhan pasien
Edukasi
Demonstrasikan tehnik
perawatan metode
kangguru (PMK) untuk
bayi BBLR
4. Risiko Hipotermia Setelah dilakukan intervensi Manajemen Hipotermia (I.
(0140) keperawatan selama …. x ….. 14507)
jam maka Termoregulasi Tindakan
Definisi: membaik. Dengan kriteria Obervasi
Berisiko mengalami hasil: Monitor suhu tubuh
kegagalan termoregulasi Identifikasi penyebab
yang dapat Termoregulasi (L.14134) hipotermia (mis.
mengakibatkan suhu Menggigil menurun (5) Terpapar suhu
tubuh berada di bawah Kulit merah menurun (5) lingkungan rendah,
rentang normal Kejang menurun (5) [akaian tipis, kerusakan
Akrosianosis menurun (5) hipotalamus,
Faktor risiko penurunan laju
Konsumsi oksigen
Berat badan ekterem menurun (5) metabolism,
Kerusakan Piloereksi menurun (5) kekurangan lemak
hipotalamus subkutan)
Vasokontriksi perifer
Konsumsi alcohol menurun (5) Monitor tanda dan
Kurangnya lapisan Kutis memorata menurun gejala akibat
lemak subkutan hipotermia (hipotermia
(5)
Suhu lingkungan Pucat menurun (5) ringan: takipnea,
rendah disartria, mengigil,
Takikardia menurun (5)
Malnutrisi hipertensi, diuresis:
Bradikardia menurun (5)
Pemakaian pakaian hipotermia sedang:
Dasar kuku sianolik
yang tipis aritmia, hipotensi,
menurun (5)
Penurunan laju apatis, koagulasi, reflex
Hipoksia menurun (5)
metabolisme menurun; hipotermia
Suhu tubuh membaik (5)
berat: oliguria, reflex
Terapi radiasi
Suhu kulit membaik (5) menghilang, edema
Tidak beraktivitas
Kadar glukosa darah paru, asam-basa
Transfer panas (mis.
Konduksi, konveksi, membaik (5) abnormal)
evaporasi, radiasi) Pengisiaan kapiler
Trauma membaik (5) Terapeutik
Prematuritas Ventilasi membaik (5) Sediakan lingkungan
Penuaan yang hangat (mis. Atur
Regulasi Temperatur
(I.14578)
Tindakan
Observasi
Monitor suhu bayi
sampai stabil (36,50 –
37,50C)
Monitor suhu tubuh anak
tiap 2 jam, jika perlu
Monitor tekanan darah,
frekuensi pernapasan
dan nadi
Monitor warna dan suhu
kulit
Monitor dan catat tanda
dan gejala hipotermua
atau hipertermia
Terapeutik
Pasang alat pemantau
suhu tubuh kontinu, jika
perlu
Bedong bayi segera
setelah lahir untuk
mencegah kehilangan
panas
Masukan bayi BBLR ke
dalam plastic segera
setelah lahir (mis. Bahan
polyethylene,
polyurethane)
Gunakan topi bayi untuk
mecegah kehilangan
panas pada bayi baru
lahir
Tempatkan bayi baru
lahir di bawah radiant
warmer
Pertahankan kelembaban
incubator 50% atau lebih
untuk mengurangi
kehilangan panas karena
proses evaporasi
Atur suhu incubator
sesuai kebutuhan
Hangatkan dulu bahan-
bahan yang akan kontak
dengan bayi (mis.
Selimut, kain, bedong,
stetoskop)
Hindari meletakkan bayi
didekat jendela terbuka
atau di area aliran
pendingin ruangan atau
kipas angin
Gunakan matras
penghangat, selimut
hangat, dan penghangat
ruangan untuk
menaikkan suhu tubuh,
jika perlu
Gunakan Kasur
pendingin, water
circulating blankets, ice
pack atau gel pad dan
intravascular cooling
catheterization untuk
menurunkan suhu tubuh
Sesuaikan suhu tubuh
lingkungan dengan
kebutuhan pasien
Edukasi
Demonstrasikan tehnik
perawatan metode
kangguru (PMK) untuk
bayi BBLR
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
Kolaborasi pemberian
Vit K dan salep mata
6. Risiko cedera b/d Setelah dilakukan tindakan Edukasi Keamanan Bayi
keperawatan ……x….. jam (I12379)
Definisi: diharapkan Tingkat Cedera Tindakan
Berisiko mengalami Menurun dengan kriteria Observasi
bahaya atau kerusakan hasil: Identifikasi kesiapan
fisik yang menyebabkan dan kemampuan
seseorang tidak lagi Tingkat Cedera Menurun menerima infromasi
sepenuhnya sehat atau (L.14136)
dalam kondisi baik Kejadian cedera Terapeutik
menurun (5) Sediakan materi dan
Factor risiko Frekuensi nadi membaik media pendidikan
Eksternal (5) kesehatan
Terpapar pathogen Frekuensi nafas Jadwalkan pendidikan
Terpapar zat kimia membaik (5) kesehatan sesuai
toksik Denyut jantung apikal kesepakatan
Terpapar agen membaik (5) Berikan kesempatan
nosocomial Denyut jantung radialis untuk bertanya
Ketidakamanan membaik (5)
transportasi Edukasi
Internal Tingkat Jatuh menurun Anjurkan selalu
Ketidaknormalan (L05046) mengawasi bayi
profile darah Jatuh dari tempat tidur anjurkan tidak
Perubahan orientasi menurun (5) meninggal bayinya
afektif Jatuh saat dipindahkan sendirian
Perubahan sensasi menurun (5) Anjurkan menjauhkan
Disfungsi autoimun benda yang berisiko
Pencegahan Cidera
(I.14537)
Tindakan
Observasi
Identifikasi area
lingkungan yang
berpotensi menyebabkan
cedera
Terapeutik
Sediakan pencahayaan
yang memadai
Sosialisasikan pasien
dan keluarga dengan
lingkungan ruang rawat
Edukasi
Jelaskan alasan
intervensi pencegahan
jatuh kepasien dan
keluarga.
7. Risiko gangguan Setelah dilakukan intervensi Perawatan jantung akut
sirkulasi spontan selama …..x…. menit, maka Observasi
(D.0010) sirkulasi spontan meningkat Identifikasi
dengan kriteria hasil: karakteristik nyeri dada
Faktor Resiko: Tingkat kesadaran (meliputi factor pemicu
Kekurangan volume meningkat (5) dan pereda, kualitas,
cairan Saturasi oksigen lokasi radiasi, skala,
Hipoksia meningkat (5) durasi dan frekuensi)
Hipotermia Gambaran EKG Monitor EKG 12
Pertolongan Pertama
Observasi
Identifikasi keamanan
penolong, pasien dan
lingkungan
Identifikasi respon
pasien dengan AVPU
(alert, verbal, pain
unresponsive)
Monitor tanda-tanda
vital
Monitor karakteristik
luka (mis. drainase,
warna, ukuran, bau)
Terapeutik
Meminta pertolongan,
jika perlu
Lakukan RICE (rest,
ice compression,
elevation) pada cedera
otot ekstremitas
Lakukan penghentian
perdarahan (mis.
penekanan, balut tekan,
pengaturan posisi)
Bersihkan kulit dari
racun atau bahan kimia
yang menempel dengan
sabun dan air mengalir
Lepaskan sengatan dari
kulit
Lepaskan gigitan
serangga dari kulit
menggunakan pinset
atau alat yang sesuai
Edukasi
Ajarkan teknik
perawatan luka
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat-
obatan (mis. antibiotic
profilaksis, vaksin,
antihistamin, antiinflamasi,
dan analgetik), jika perlu
8. Risiko defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
Faktor Risiko: keperawatan selama ... x ...
Ketidakmampuan jam diharapkan Status Observasi
menelan makanan Nutrisi Membaik dengan Identifikasi status nutrisi
Ketidakmampuan kriteria hasil : Identifikasi alergi dan
mencerna Porsi makanan yang intoleransi makanan
makanan dihabiskan meningkat (5) Identifikasi makanan
Ketidakmampuan Kekuatan otot yang disukai
mengabsirpsi mengunyah meningkat Identifikasi kebutuhan
nutrient (5) kalori dan jenis nutrient
Peningkatan Kekuatan otot menelan Identifikasi perlunya
kebutuhan meningkat (5) penggunaan selang
metabolism Berat badan membaik (5) nasogastrik
Faktor ekonomi Nafsu makan membaik Monitor berat badan
Faktor psikologis (5) Monitor asupan mkanan
Kondisi Klinis Terkait: Membrane mukosa membaik Monitor hasil
Stroke (5) pemeriksaan
Parkinson laboratorium.
Mobius syndrome Terapeutik
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Dilaksanakan sesuai denan intervensi
5. EVALUASI
Langkah ini sebgai pengecekan apakah rencana asuhan keperawatan
trsebut efektif dalam pelaksanaanya. Untuk pencatatan asuhan dapat
diterapkan dalam SOAP (Salmah, 200 : 157-164)
S : Data subjektif diperoleh melalui anamnesa
O : Data objektif diperoleh dari hasil pemeriksaan klien dan
pemeriksaan pendukung lainya
A : Analisis interprestasi berdasarkan data yang terkumpul
dibuat kesimpulan
P : Penatalaksanaan merupakan tindkaan dari diagnose yang
telah dibuat
DAFTAR PUSTAKA
Koizer, Erb, Berman, & Snyder. (2011). Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses dan Praktik. (7 ed, Vol 1). Jakarta: EGC.
Rudolph, A. M. (2015). Buku Ajar Pediatri Rudolph (Volume 1). Jakarta: EGC.
Denpasar, 2020
Mengetahui
Clinical Teacher / CT Mahasiswa