Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Penulis sangat berharap semoga makalah
ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Melly Setiani
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Saparan” berasal dari kata Sapar (bulan Jawa), sehingga dapat diartikan sebagai ritual
atau tradisi tahunan yang dilaksanakan pada setiap bulan Sapar. Saparan merupakan
tradisi budaya Jawa yang dilakukan sebagai wujud rasa syukur dengan tujuan agar
diberikan keselamatan hidup di dunia dan di akhirat. Saparan atau Saparan Bekakak
adalah tradisi Jawa yang dilaksanakan saat bulan Safar pada kalender Jawa. Acara
tersebut digelar untuk mengenang jasa seorang abdi dalem kesayangan Sri Sultan
Hamengku Buwono I, yakni Ki Wirosuto yang konon hilang secara misterius saat
mencari batu gamping di Gunung Gamping bersama dengan istrinya dan kemudian
ditemukan meninggal karena diganggu makhluk halus penunggu gunung tersebut.
Saparan bekakak atau juga disebut Saparan Gamping, merupakan upacara tahunan
yang dengan simbol Bekakak. Bekakak ini merupakan korban penyembelihan yang
berupa hewan atau bahkan manusia. Namun, pada upacara adat Saparan Bekakak,
bekakak yang disembelih bukanlah manusia sungguhan, tetapi hanya tiruan, yang
berupa boneka sepasang pengantin yang dibuat duduk bersila dan bersebelahan.
Boneka ini dibuat dari bahan tepung ketan. Waktu untuk melaksanakan upacara adat
Saparan Bekakak ditetapkan setiap hari Jumat di bulan Sapar. Hari Jumat ditetapkan
di antara tanggal sepuluh hingga tanggal dua puluh. Kemudian untuk kirab temanten
Bekakak dilakukan pada pukul dua siang dan penyembelihan bekakak dilakukan pada
pukul empat sore.
1) PENGERTIAN SAPARAN
2) PELAKSANAAN SAPARAN
Acara Saparan dilakukan setiap tahun di bulan November. Saparan berasal dari
kata Sapar yang merupakan nama bulan dalam kalender Jawa. Mayarakat
setempat merayakan tradisi Saparan sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan
Yang Maha Esa atas hasil panen warga yang melimpah dan ketentraman desa.
3) TUJUAN SAPARAN
Saparan bermula sebagai bentuk tradisi Merti Desa dengan tujuan agar desa
tersebut selalu mendapatkan kesejahteraan dan jauh dari malapetaka. Mereka
mengundang para kerabat dan kenalan untuk datang berkunjung kerumah
mereka masing-masing pada hari pelaksanaan Saparan.
4) SEJARAH SAPARAN
Tradisi ini mulanya lahir setelah 'pageblug' atau wabah penyakit yang
meatikan menyerang Desa Kopang sekitar 1918. Akibatnya, banyak
masyarakat yang meninggal akibat serangan wabah itu. Dengan maksud
supaya bencana itu hilang masyarakat setempat menggelar sebuah acara
bersama. Mulai saat itu, acara tersebut rutin digelar hingga menjadi tradisi
tersendiri bagi masyarakat Kopeng. Tradisi ini bermula saat tokoh setempat
dan juga seorang pendakwah, Kiai Ageng Gribig pulang dari Mekkah.
Namun karena jumlah tersebut tidak mencukupi, Kiai Ageng Gribig pun
membuat kue yang dibagikan kepada seluruh santri. Kue tersebut terbuat dari
tepung beras dengan gula, santan, dan kelapa.
5) PENUTUP
NILAI MORAL:
SARAN:
TERIMA KASIH