Kelompok : 1 (Satu)
Kelas : X-7
Puji Syukur Alhamdulillah selalu kami ucapkan atas kehadirat Allah Yang
Maha Esa dengan segala rahmat dan nikmat-Nya, sehingga kami semua bisa
menyelesaikan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), dengan judul
“Tradisi Larungan sebagai Wujud Syukur Masyrakat Ponorogo” tanpa halangan
suatu apapun.
Kami berharap, karya tulis kami dapat bermanfaat dan mampu mengajak
kepada khalayak untuk melestarikan dan menjaga kebudayaan yang ada supaya
tidak hilang dan terlupakan. Kami menyadari bahwa karya tulis kami ini masih
jauh dari kata sempurna, sehingga kami menerima kritik dan saran dari pembaca
untuk memperbaiki dan menyempurnakan karya tulis kami kedepannya,
Sekian,
Tradisi merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari suatu suku
atau daerah. Tradisi juga memiliki maksud untuk menunjukkan rasa syukur atas
nikmat yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa, mengenang dan menunjukkan
rasa hormat terhadap leluhur, bisa juga sebagai ritual penolak bala atau kesialan
(Riadi, 2020). Indonesia memiliki berbagai suku bangsa sehingga menciptakan
banyak sekali tradisi yang patut untuk dilestarikan, salah satunya adalah Larung
Sesaji.
Essai ini akan membahas tentang salah satu tradisi yang dilakukan
masyarakat Ponorogo untuk menyambut Tahun Baru Islam yaitu Larung Sesaji
atau masyarakat Ponorogo biasa menyebutnya Larungan Telaga Ngebel. Tradisi
ini rutin dilakukan setiap satu tahun sekali pada tanggal 1 Suro atau 1 Muharram,
kegiatan ini berlangsung selama dua hari. Tradisi ini juga memiliki tujuan untuk
mengungkapkan rasa syukur atas semua nikmat dan karunia yang diberikan oleh
Allah SWT. Selain itu, juga Larungan Telaga Ngebel menjadi acara puncak
Grebeg Suro. Tradisi Larungan Telaga Ngebel ini, memiliki banyak makna yang
erat kaitannya dengan kehidupan sosial masyarakat (Handaya, 2017). Maka dari
itu akan sangat menarik bila kita mengetahui tradisi ini lebih dalam.
B. PEMBAHASAN
Larungan Telaga Ngebel adalah salah satu tradisi yang rutin dilakukan
Masyarakat dan Dinas Pemerintah Daerah Ponorogo, Larungan Telaga Ngebel
memiliki makna penting bagi Masyarakat Ponorogo. Selain sebagai tanda
menyambut Tahun Baru Islam, Larungan Telaga Ngebel ini juga bermakna
sebagai bentuk syukur terhadap berkah dan rahmat Allah SWT (HS, 2015), juga
bentuk penghormatan kepada leluhur.
Tradisi Larungan ini adalah salah satu kearifan lokal yang patut untuk
dilestarikan, selain wujud syukur atas berkah dan nikmat yang telah diberikan
Allah SWT dan penghormatan kepada leluhur. Larungan Telaga Ngebel ini juga
dapat memajukan Pariwisata Kecamatan Ngebel. Tradisi Larungan Telaga Ngebel
juga dapat membantu UMKM yang ada di sekitar Telaga Ngebel. Kedatangan
masyakat atau para wisatawan merupakan wujud apresiasi terhadap kegiatan
tersebut (Handaya, 2017).
C. PENUTUP
Larungan Telaga Ngebel merupakan tradisi yang dilakukan masyarakat
Ngebel dengan tujuan menunjukkan rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa
dan penghormatan kepada leluhur. Tradisi yang dilakukan setiap satu tahun sekali
pada tanggal 1 Suro atau 1 Muharram. Tradisi ini juga menandakan datangnya
Tahun Baru Islam dan puncak dari acara Grebeg Suro.
Larungan Telaga Ngebel ini adalah salah satu tradisi yang menarik yang
ada di Ponorogo. Bagaimana cara masyarakat Ponorogo khususnya warga
kecamatan Ngebel dalam memaknai berkah yang diberikan oleh Allah SWT.
Bagaimana cara masyarakat, pemerintah kabupaten dalam mempersiapkan acara
yang sesuai dengan porsi nya masing-masing tanpa terjadi banyak perselisihan.
Juga bagaimana upaya pemerintah kabupaten melestarikan kebudayaan dan juga
memajukan pariwisata Ngebel adalah hal yang sangat patut untuk diapresiasi.
Nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat dalam tradisi Larungan Telaga
Ngebel, seperti nilai kebersaman dan nilai religi diharapkan tidak hilang dan dapat
dipraktekan di berbagai kegiatan lainnya. Tentunya peran generasi muda dalam
melestarikan tradisi yang ada dan membantu pariwisata sangatlah dibutuhkan.
Sangat disayangkan apabila generasi muda tidak bisa ikut andil dan mengambil
peran dalam kegiatan pelestarian kebudayaan dan pengembangan pariwisata
Ponorogo.
Maka dari itu, pemerintah kabupaten Ponorogo dapat melakukan
sosialisasi atau pengenalan budaya-budaya yang ada di Ponorogo pada generasi
muda, sehingga dapat menarik minat generasi muda untuk melestarikan
kebudayaan tersebut kedepannya. Pemerintah juga dapat mengajarkan bagaimana
cara mengembangkan pariwisata Ponorogo sehingga dapat meningkatkan
pendapatan daerah yang nantinya bisa bermanfaat bagi Ponorogo kedepannya.
Selain itu juga masyarakat Ngebel diharapkan bisa terus mempertahankan atau
mungkin bisa mengembangkan tradisi Larungan Telaga Ngebel ini. Intinya peran
seluruh warga, instansi daerah, juga generasi muda diperlukan untuk melestarikan
dan mengembangkan budaya juga pariwisata Kabupaten Ponorogo.
D. Daftar Pustaka
Anonim. 2018. Filosofi Larung Sesaji di Telaga Ngebel Ponorogo.
http://wedhusgabak.blogspot.com/2018/03/filosofi-isalm-dan-budaya-
kejawen-dalam.html?m=1 (Diakses tanggal 17 Oktober 2023)
Handaya, Agung Try. 2017. Kearifan Lokal Upacara Larungan Telaga Ngebel.
https://www.researchgate.net/publication/33609 (Diakses tanggal 18
Oktober 2023)
HS, Destyan dan Tasrief Tarmizi. 2015. Ritual larung di Telaga Ngebel Ponorogo.
https://m.antaranews.com/berita/523572/ritual-larung-di-telaga-ngebel-
ponorogo-meriah (Diakses tanggal 17 Oktober 2023