Anda di halaman 1dari 8

Judul:

TRADISI LARUNGAN SEBAGAI WUJUD SYUKUR


MASYARAKAT PONOROGO

Kelompok : 1 (Satu)
Kelas : X-7

1. Khumaira Audrey Maharani


2. Luqman Zen Fuadi
3. Lucky Akbar Maulana
4. M. Lexsa Ramadhani
5. Salma Nuha Mufidah
6. Wanda Nur Fadillah

SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo


2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji Syukur Alhamdulillah selalu kami ucapkan atas kehadirat Allah Yang
Maha Esa dengan segala rahmat dan nikmat-Nya, sehingga kami semua bisa
menyelesaikan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), dengan judul
“Tradisi Larungan sebagai Wujud Syukur Masyrakat Ponorogo” tanpa halangan
suatu apapun.

Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SMA Muhammadiyah 1


Ponorogo kali ini mengangkat tema Kearifan Lokal, yang dibuat dengan tujuan
untuk mengenal dan mengamati tentang tradisi, kesenian, makanan khas ataupun
kebiasaan masyarakat Ponorogo. Oleh karena itu, kami mengangkat topik
Larungan Telaga Ngebel yang menjadi tradisi tahunan masyarakat Ponorogo yang
menarik untuk dibahas.

Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Pambajeng Yudo Handono,


M.Pd. selaku fasilitator yang telah membantu dan membimbing kami dalam
mengerjakan Proyek ini. Tidak lupa teman-teman kelompok 1 yang telah bekerja
sama, juga menyumbangkan ide pada karya tulis ini.

Kami berharap, karya tulis kami dapat bermanfaat dan mampu mengajak
kepada khalayak untuk melestarikan dan menjaga kebudayaan yang ada supaya
tidak hilang dan terlupakan. Kami menyadari bahwa karya tulis kami ini masih
jauh dari kata sempurna, sehingga kami menerima kritik dan saran dari pembaca
untuk memperbaiki dan menyempurnakan karya tulis kami kedepannya,

Sekian,

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


A. PENDAHULUAN

Tradisi atau suatu kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang oleh


suatu kelompok atau masyarakat, atau kegiatan yang dilakukan secara turun-
menurun, dari generasi ke generasi (Sendari, 2019). Biasanya kegiatan tersebut
memiliki manfaat tersendiri bagi kelompok tersebut. sehingga kebiasaan tersebut
akan diturunkan kepada generasi selanjutnya.

Tradisi merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari suatu suku
atau daerah. Tradisi juga memiliki maksud untuk menunjukkan rasa syukur atas
nikmat yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa, mengenang dan menunjukkan
rasa hormat terhadap leluhur, bisa juga sebagai ritual penolak bala atau kesialan
(Riadi, 2020). Indonesia memiliki berbagai suku bangsa sehingga menciptakan
banyak sekali tradisi yang patut untuk dilestarikan, salah satunya adalah Larung
Sesaji.

Larung Sesaji merupakan tradisi yang dilakukan oleh Masyarakat sebagai


wujud Syukur atas kenikmatan dan keberkahan yang diberikan oleh Tuhan Yang
Maha Kuasa. Larung Sesaji merupakan sebuah ritual menghanyutkan sesaji atau
persembahan di laut, sungai, atau danau. Larung Sesaji merupakan suatu ritual
atau upacara adat yang biasa ditemui di Pulau Jawa. Ponorogo, Jawa Timur
contohnya.

Essai ini akan membahas tentang salah satu tradisi yang dilakukan
masyarakat Ponorogo untuk menyambut Tahun Baru Islam yaitu Larung Sesaji
atau masyarakat Ponorogo biasa menyebutnya Larungan Telaga Ngebel. Tradisi
ini rutin dilakukan setiap satu tahun sekali pada tanggal 1 Suro atau 1 Muharram,
kegiatan ini berlangsung selama dua hari. Tradisi ini juga memiliki tujuan untuk
mengungkapkan rasa syukur atas semua nikmat dan karunia yang diberikan oleh
Allah SWT. Selain itu, juga Larungan Telaga Ngebel menjadi acara puncak
Grebeg Suro. Tradisi Larungan Telaga Ngebel ini, memiliki banyak makna yang
erat kaitannya dengan kehidupan sosial masyarakat (Handaya, 2017). Maka dari
itu akan sangat menarik bila kita mengetahui tradisi ini lebih dalam.
B. PEMBAHASAN

Larungan Telaga Ngebel adalah salah satu tradisi yang rutin dilakukan
Masyarakat dan Dinas Pemerintah Daerah Ponorogo, Larungan Telaga Ngebel
memiliki makna penting bagi Masyarakat Ponorogo. Selain sebagai tanda
menyambut Tahun Baru Islam, Larungan Telaga Ngebel ini juga bermakna
sebagai bentuk syukur terhadap berkah dan rahmat Allah SWT (HS, 2015), juga
bentuk penghormatan kepada leluhur.

Pada malam sebelum upacara Larungan dilaksanakan, masyarakat Ngebel


melakukan Lampah Latri atau berjalan mengeililingi Telaga pada malam hari
dengan membawa obor sebagai peneragan jalan hal ini melambangkan perjalanan
hidup yang akan dijalani agar mendapat penerangan dari yang maha kuasa
(Anonim, 2018). Prosesi Larungan Telaga Ngebel dilakukan oleh para Pejabat
Dinas Kabupaten Ponorogo dan disaksikan oleh seluruh masyarakat dan
wisatawan yang hadir di Telaga Ngebel. Prosesi Larungan Telaga Ngebel diawali
dengan dengan arak-arakan sesaji berupa tumpeng raksasa atau biasa disebut
Tumpeng Agung yang terbuat dari beras merah dan tumpeng hasil panen yang
berisi berbagai macam hasil panen pertanian Ngebel, juga 8 Buceng Purak, yang
melambangkan 8 Desa yang ada di Kecamatan Ngebel (Pebrianti, 2022). Arakan
Tumpeng dibawa ketempat Upacara yang terletak di sebelah Timur Telaga.

Acara dimulai dengan penampilan Tari Gambyong yang memiliki maksud


sebagai penyambutan para tamu. Setelah pagelaran Tari Gambyong, dilanjutkan
dengan sambutan dari Camat Ngebel yang menceritakan secara singkat tentang
Telaga Ngebel dan tradisi Larungan Sesaji Telaga Ngebel, juga tujuan
dilakukannya tradisi tersebut. Dilanjutkan dengan doa yang disampaikan petugas
dari Kantor Urusan Agama Kecamatan Ngebel.

Setelah berdoa, tumpeng Agung diarak mengelilingi telaga ngebel di iringi


dengan lantunan sholawat, Setelah prosesi pengarakan, tumpeng agung dinaikan
di atas rakit khusus, rakit pembawa sesaji. Rakit didorong menuju ke tengah
telaga, di ikuti oleh bupati Ponorogo jajaran pejabat lainnya.

Tepat di tengah telaga, tumpeng agung dilarung atau ditenggelamkan ke


dalam Telaga Ngebel sebagai bentuk doa dan ungkapan rasa syukur. Sementara
tumpeng hasil panen diletakkan di jalan dan dipurak atau diperebutkan, oleh
warga yang datang menyaksikan acara Larungan Telaga Ngebel yang bermakna
bahwa semua orang mendapatkan keberkahan dari acara ini (Putra, 2023). Juga 8
buceng yang melambangkan 8 Desa di Kecamatan Ngebel tadi di bagikan kepada
masyarakat. Seiring tenggelamnya Tumpeng Agung atau sesaji kedalam telaga,
maka selesai sudah upacara atau tradisi Larungan Telaga Ngebel.

Tradisi Larungan ini adalah salah satu kearifan lokal yang patut untuk
dilestarikan, selain wujud syukur atas berkah dan nikmat yang telah diberikan
Allah SWT dan penghormatan kepada leluhur. Larungan Telaga Ngebel ini juga
dapat memajukan Pariwisata Kecamatan Ngebel. Tradisi Larungan Telaga Ngebel
juga dapat membantu UMKM yang ada di sekitar Telaga Ngebel. Kedatangan
masyakat atau para wisatawan merupakan wujud apresiasi terhadap kegiatan
tersebut (Handaya, 2017).

Larungan Telaga Ngebel tentunya memiliki nilai kearifan lokal berupa


nilai religi, nilai hiburan, nilai kebersamaan dan juga nilai simbolik (Handaya,
2017). Nilai religi direalisasikan melalui kegiatan Kenduri dan Istigosah yang
dilakukan Masyarakat sebagai pengucapan rasa syukur kepada Allah SWT.
Sementara nilai hiburan direalisasikan melalui pagelaran-pagelaran yang ada.
Contohnya penampilan Tari Gambyong dan Reog. Nilai kebersamaan dapat dilihat
dari kekompakan antara Masyarakat dalam melakukan tradisi yang dianggap
sakral ini.

nilai simbolik terdapat dalam persembahan sesaji, yang mana setiap


persembahan sesaji itu memiliki makna dan tujuan masing-masing. Juga nilai
keindahan yang bisa dilihat dari penataan sesaji yang rapi dan indah. Tradisi
Larungan juga menunjukkan adanya nilai kerja sama dan gotong royong antar
masyarakat sekitar, dalam mempersiapkan acara larungan.
Masyarakat yang terbiasa guyub rukun dan saling menghormati sesama.
Hal tersebut dibuktikan dengan tidak adanya pertikaian atau perselisihan ketika
pelaksanaan acara Larungan semua warga maupun jajaran pemerintah kabupaten
kompak mempersiapkan tradisi sakral ini. Larungan Telaga Ngebel juga
menyatukan unsur kejawen dan juga unsur Islami atau biasa disebut Akulturasi
budaya, yang dapat dilihat dari masyarakat atau sesepuh yang masih memegang
teguh adat jawa mengadakan doa di pendopo kecamatan dan para masyarakat
yang berasal dari golongan kyai atau ulama melakukan Istigosah di masjid
berjalan dengan semestinya tanpa ada perseteruan (Handaya, 2017). Akulturasi
juga dapat dilihat dari upacara pelaksaan dengan diiringi lantunan sholawat juga
musik tradisional, yang membuat kesan sakral tradisi ini semakin terasa.

C. PENUTUP
Larungan Telaga Ngebel merupakan tradisi yang dilakukan masyarakat
Ngebel dengan tujuan menunjukkan rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa
dan penghormatan kepada leluhur. Tradisi yang dilakukan setiap satu tahun sekali
pada tanggal 1 Suro atau 1 Muharram. Tradisi ini juga menandakan datangnya
Tahun Baru Islam dan puncak dari acara Grebeg Suro.
Larungan Telaga Ngebel ini adalah salah satu tradisi yang menarik yang
ada di Ponorogo. Bagaimana cara masyarakat Ponorogo khususnya warga
kecamatan Ngebel dalam memaknai berkah yang diberikan oleh Allah SWT.
Bagaimana cara masyarakat, pemerintah kabupaten dalam mempersiapkan acara
yang sesuai dengan porsi nya masing-masing tanpa terjadi banyak perselisihan.
Juga bagaimana upaya pemerintah kabupaten melestarikan kebudayaan dan juga
memajukan pariwisata Ngebel adalah hal yang sangat patut untuk diapresiasi.
Nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat dalam tradisi Larungan Telaga
Ngebel, seperti nilai kebersaman dan nilai religi diharapkan tidak hilang dan dapat
dipraktekan di berbagai kegiatan lainnya. Tentunya peran generasi muda dalam
melestarikan tradisi yang ada dan membantu pariwisata sangatlah dibutuhkan.
Sangat disayangkan apabila generasi muda tidak bisa ikut andil dan mengambil
peran dalam kegiatan pelestarian kebudayaan dan pengembangan pariwisata
Ponorogo.
Maka dari itu, pemerintah kabupaten Ponorogo dapat melakukan
sosialisasi atau pengenalan budaya-budaya yang ada di Ponorogo pada generasi
muda, sehingga dapat menarik minat generasi muda untuk melestarikan
kebudayaan tersebut kedepannya. Pemerintah juga dapat mengajarkan bagaimana
cara mengembangkan pariwisata Ponorogo sehingga dapat meningkatkan
pendapatan daerah yang nantinya bisa bermanfaat bagi Ponorogo kedepannya.
Selain itu juga masyarakat Ngebel diharapkan bisa terus mempertahankan atau
mungkin bisa mengembangkan tradisi Larungan Telaga Ngebel ini. Intinya peran
seluruh warga, instansi daerah, juga generasi muda diperlukan untuk melestarikan
dan mengembangkan budaya juga pariwisata Kabupaten Ponorogo.

D. Daftar Pustaka
Anonim. 2018. Filosofi Larung Sesaji di Telaga Ngebel Ponorogo.
http://wedhusgabak.blogspot.com/2018/03/filosofi-isalm-dan-budaya-
kejawen-dalam.html?m=1 (Diakses tanggal 17 Oktober 2023)

Handaya, Agung Try. 2017. Kearifan Lokal Upacara Larungan Telaga Ngebel.
https://www.researchgate.net/publication/33609 (Diakses tanggal 18
Oktober 2023)

HS, Destyan dan Tasrief Tarmizi. 2015. Ritual larung di Telaga Ngebel Ponorogo.
https://m.antaranews.com/berita/523572/ritual-larung-di-telaga-ngebel-
ponorogo-meriah (Diakses tanggal 17 Oktober 2023

Kemendikbud. 2016. Upacara Adat Sesaji Telaga Ngebel Ponorogo.


https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailCatat=6774
(Diakses tanggal 16 Oktober 2023)

Kominfo. 2019. Larungan Telaga Ngebel, Wujud Syukur Masyarakat Ponorogo.


https://ponorogo.go.id/2019/09/01/larungan-telaga-ngebel-wujud-syukur-
masyarakat-ponorogo/ (Diakses tanggal 12 Oktober 2023)
Putra, Dinar. 2023. Melihat Tradisi Larung Sesaji Masyarakat Adat Ngebel
Ponorogo, Bentuk Rasa Syukur.
https://ponorogo.inews.id/amp/322053/melihat-tradisi-larung-sesaji-
masyarakat-adat-ngebel-ponorogo-bentuk-rasa-syukur/2 (Diakses tanggal
17 Oktober 2023)

Pebrianti, Charoline. 2022. Warga Ponorogo Larung Sesaji ke Telaga Ngebel di 1


Suro.
https://www-detik-com.cdn.ampproject.org/v/s/www.detik.com/jatim/
budaya/d-6207323/warga-ponorogo-larung-sesaji-ke-telaga-ngebel-di-1-
suro/amp?
amp_gsa=1&amp_js_v=a9&usqp=mq331AQIUAKwASCAAgM
%3D#amp_tf=From
%20%251%24s&aoh=16974273789482&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&ampshare=https%3A%2F%2Fwww.detik.com
%2Fjatim%2Fbudaya%2Fd-6207323%2Fwarga-ponorogo-larung-sesaji-
ke-telaga-ngebel-di-1-suro (Diakses tanggal 18 Oktober 2023)

Riadi, Muchlisin. 2020. Pengertian, Fungsi, Jenis, dan Sumber-sumber Tradisi.


https://www.kajianpustaka.com/2020/08/pengertian-fungsi-jenis-dan-
sumber-tradisi.html?m=1 (Diakses tanggal 18 Oktober 2023)

Anda mungkin juga menyukai