NPP : 2022/2023
Daftar Isi
Kata Pengantar
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun
materinya.
Kami sebagai penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa di
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selain di alam Minang kabau,lamang sebagai makanan ini juga tersebar di seluruh
kebudayaan Melayu. Populernya lamang di Minangkabau, menurut cerita masyarakat
Pariaman, lamang diperkenalkan Syekh Burhanuddin Ulakan (1646-1704). Syekh
Burhanuddin adalah salah seorang penyebar (pengajar) agama di Minangkabau. Ia
banyak membangun surau tempat belajar agama di Ulakan, Pariaman, Sumatera Barat.
Lalu, ia mulai mencontohkan. Memasak nasi di dalam ruas bambu yang dilapisi
daun. Namun, karena nasi tidak bisa tahan lama, lalu ia mengganti beras dengan beras
pulut. Itulah asal mula lamang. Cara masak Syekh Burhanuddin tersebut lalu ditiru oleh
orang-orang di sekitar surau tempat ia mengajar. Membuat lamang tidak bisa dilakukan
sendiri. Butuh beberapa orang untuk membuatnya. Misalnya, ada yang bertugas untuk
mencari bambu sebagai tempat adonan, mencari kayu bakar guna memanggang lamang,
mempersiapkan bahan-bahan untuk membuat lamang seperti beras ketan, santan, dan
daun pisang, serta orang yang mempersiapkan adonan dan memasukkan adonan lamang
dalam bambu.
Tradisi malamang ini harus dilestarikan karna tradisi ini sudah berkembang dari
dahulu, dan menjadi salah satu makanan khas sumatera barat yang sering dijumpai pada
hari-hari besar keagamaan.
B. Tujuan