Anda di halaman 1dari 107

SKRIPSI

FAKTOR –FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


PEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA

OLEH :

HAMKA WIJAYA SAKTI

C11114056

PEMBIMBING:

DR. SITI AIZAH LAWANG, M. KES, SP. A (K)

DISUSUN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENYELESAIKAN


STUDI PADA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017
HALAMAN PENGESAHAN

Telah disetujui untuk dibacakan pada seminar akhir di Departemen Anak Fakultas

Kedokteran Universitas Hasanuddin dengan judul :

“FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


PEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA”

Hari/Tanggal : Senin, 28 November 2017

Waktu : 08.00 WITA – selesai

Tempat : Departemen Anak Fakultas Kedokteran Universitas

Hasanuddin

Makassar, 20 November 2017

dr. Siti Aizah Lawang, M. Kes, Sp. A (K)

2
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Hamka Wijaya Sakti

NIM : C111 14 056

Fakultas/Program Studi : Kedokteran/Pendidikan Dokter

Judul Skripsi : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian

Vitamin A pada Balita

Telah berhasil dipertahankan di hadapan dewan penguji dan diterima sebagai

bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar sarjana

kedokteran pada Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : dr. Siti Aizah Lawang, M. Kes, Sp. A(K)

(.....................................)

Penguji 1 : dr. Ratna Dewi Artati, Sp. A(K)

(.....................................)

Penguji 2 : dr. Rahmawaty Rahimi, M.Kes, Sp. A

(.....................................)

Ditetapkan di : Makassar
Tanggal : 6 Desember 2017

3
DEPARTEMEN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

TELAH DISETUJUI UNTUK DICETAK DAN DIPERBANYAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN


VITAMIN A PADA BALITA

Makassar, 6 Desember 2017

Pembimbing,

dr. Siti Aizah Lawang, M. Kes, Sp. A(K)

4
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Hamka Wijaya Sakti

NIM : C111 14 056

Tempat & tanggal lahir : Tae, 26 Mei 1996

Alamat Tempat Tinggal : Rusunawa UnhasBlok C Kamar 410

Alamat email : Hamkawijayaskt@gmail.com

HP : 085256669613

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi dengan judul: “Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Pemberian Vitamin A pada Balita” adalah hasil pekerjaan saya dan

seluruh ide, pendapat, atau materi dari sumber lain telah dikutip dengan cara

penulisan referensi yang sesuai. Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Makassar, 4 Desember 2017

Yang Menyatakan,

Hamka Wijaya Sakti

5
LEMBAR PERNYATAAN ANTI PLAGIARISME

Dengan ini saya menyatakan bahwa seluruh skripsi ini adalah hasil karya

saya. Apabila ada kutipan atau pemakaian dari hasil karya orang berupa tulisan, data,

gambar atau ilustrasi baik yang telah dipublikasikan atau belum di publikasi, telah

direferensi sesuai dengan ketentuan akademis.

Saya menyadari plagiarisme adalah kejahatan akademik, dan melakukannya

akan menyebabakan sanksi yang berat berupa pembatalan skripsi dan akademik

lainnya.

Makassar, 4 Desember 2017

Hamka Wijaya Sakti


C11114056

6
Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin
Skripsi, Desember 2017
ABSTRAK
Hamka Wijaya Sakti (C11114056)
“Faktor-Faktor yang Mempengaruhi emberian Vitamin A
pada Balita”

Latar belakang: Di seluruh dunia, diantara anak-anak pra sekolah diperkirakan


terdapat sebanyak 6-7 juta kasus baru xeropthalmia tiap tahun, kurang lebih 10%
diantaranya menderita kerusakan kornea. Diantara yang menderita kerusakan kornea
ini 60% meninggal dalam waktu 1 tahun, sedangkan diantara yang hidup 25%
menjadi buta dan 50-60% setengah buta. Persentasi anak umur 6-11 bulan yang
menerima kapsul vitamin A di provinsi Sulawesi Selatan adalah 74, 2% Untuk tahun
2014 hasil capaian cakupan pemberian kapsul vitamin A pada bayi (6-11 bulan)
dilaporkan cakupan pemberian vitamin A pada anak balita sebesar 84,61% jika
dibandingkan dengan target provinsi (85%) belum mencapai target, dan cakupan
pemberian kapsul vitamin A. Berdasarkan data dari Dinas kesehatan provinsi
Sulawesi Selatan 2015, khususnya di bulukumba untuk pemberian vitamin A adalah
64,12% yang dimana sangat jauh dari target renstra yaitu 85%. Oleh karena masalah
kekurangan vitamin A masih mempunyai prevalensi yang cukup besar dan masih
kurangnya kesadaran akan pemberian vitamin A di bulukumba sehingga peneliti
mengangkat sebuah judul penelitian yaitu “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pemberian Vitamin A Pada Balita.”

Tujuan penelitian: untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi


pemberian vitamin A pada balita di Desa Bontomarannu, Kecamatan Bontotiro,
Kabupaten Bulukumba.

Metode: Penelitian ini menggunakan desain observasional analitik. dengan


menggunakan data primer.

Sampel: Sampel dari penelitian ini adalah ibu-ibu di Desa Bontomarannu,


Kecamatan Bontotiro, Kabupaten Bulukumba yang dipilih secara acak yang
dianggap mewakili populasinya

Hasil penelitian: Terdapat 89 responden penelitian yang sesuai


berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi dan dipilih secara acak.
Berdasarkan statistik, Jumlah anak (p = 0,041) dan pekerjaan (p =
0,021) memiliki hubungan yang signifikan dengan riwayat
pemberian vitamin A yang dilihat berdasarkan nilai p value yang <
0,05. Sementara tingkat pendidikan (0,454), tingkat
pengetahuan(0,106), sumber informasi (0,634) dan status ekonomi

7
keluarga (0,699), tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan
riwayat pemberian vitamin A, hal ini dilihat berdasarkan nilai p >
0,05

Kata kunci: Vitamin A, Balita.

Medical Faculty
Hasanuddin University
Skripsi, Desember 2017
ABSTRACT
Hamka Wijaya Sakti (C11114056)
“The Factors That Contribute in the Provision of Vitamin A
in toddlers”

Background: In the world, among preschoolers it is estimated that there are as many
as 6-7 million new cases of xeropthalmia each year, it’s about 10% of whom suffer
from corneal damage. Among those suffering from corneal damage is 60% die within
1 year, while among those living 25% become blind and 50-60% half blind. The
percentage of children aged 6 to 11 months receiving vitamin A capsules in South
Sulawesi province was 74.2%. For 2014, coverage of vitamin A capsules in infants
(6-11 months) was reported in vitamin A coverage in children under five, 61%
compared to provincial target (85%) has not reached target, and coverage of vitamin
A capsule. Based on data from South Sulawesi provincial health office 2015,
especially in bulukumba for vitamin A is 64,12% which is very far from target
strategic plan is 85%. Because of the problem of vitamin A deficiency still has a
considerable prevalence and still lack of awareness of the provision of vitamin A in
bulukumba so that researchers raised a research title is "Factors That Contribute in
the Provision of Vitamin A in Toddlers."

The purpose of the study: to determine the factors that affect the provision of
vitamin A in infants in the Village Bontomarannu, District Bontotiro, Bulukumba.

Method: This study used an observational analytic design. using the primary data.

Sample: The sample of this study were mothers in Bontomarannu Village, Bontotiro
Sub-district, Bulukumba District selected at random which is considered to represent
the population

Results: There was 89 respondents of appropriate research based on inclusion and


exclusion criteria and randomly selected. Based on statistics, the number of children
(p = 0.041) and employment (p = 0.021) had a significant association with a history
provision of vitamin A which was seen on p value <0.05. While the level of
education (0.454), the knowledge level (0.106), the source of information (0.634) and

8
the economic status of the family (0.699), did not have a significant relationship with
the history of vitamin A administration, this was seen by p> 0.05

Keywords: Vitamin A, Toddlers.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

limpahan rahmat dan karunia-Nya lah sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Pemberian Vitamin A pada Balita” ini sebagai

salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kedokteran.

Selesainya skripsi ini tidak semata-mata karena hasil kerja

dari penulis sendiri melainkan juga adanya bantuan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

memberikan bantuannya baik dari segi materi maupun yang non

materi. Ucapan terima kasih serta penghargaan yang setinggi-

tingginya dari penulis diberikan kepada dr. Siti Aizah Lawang,

Sp. A(K) selaku pembimbing dalam penulisan skripsi ini atas

waktu, tenaga, pikiran, semangat, dorongan serta bimbingan yang

tidak bosan-bosannya diberikan selama penulisan skripsi ini.

9
Tidak hanya itu, penulis juga ingin menyampaikan terima

kasih kepada semua pihak atas jasa-jasanya yang tidak mungkin

dilupakan oleh penulis, yaitu:

1. Dokter pembimbing di bagian anak yang sudah memberikan

waktu dan ilmunya serta sangat membantu selesainya

penelitian ini, yaitu dr. Ratna Dewi Artati, Sp. A(K) MARS, dr.

Burhanuddin Iskandar Sp. A(K), dr. Rahmawaty, M.kes, Sp. A

dan seluruh staf bagian anak yang sudah banyak membantu.


2. Bapak Prof. Dr. dr. Andi Asadul Islam, Sp.BS, FICS selaku

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, yang

telah memberikan kesempatan serta dukungan untuk

menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas

Hasanuddin.

3. dr. Aminuddin, M.Nut&Diet., Ph.D selaku Kordinator Mata Kuliah Skripsi

dan seluruh stafnya.

4. Seluruh staf dosen FK Unhas, yang telah banyak memberikan

ilmu pengetahuan serta pengalamannya yang sangat

berharga bagi penulis.


5. Seluruh staf pegawai FK Unhas, yang telah memberikan

bantuan selama penulis menjalani pendidikan di FK Unhas.

6. Secara khusus dan teristimewa ucapan terima kasih kepada

kedua orang tua tercinta, ayahanda H. Suardi Baba dan

Ibunda Hj. Arisah Suardi atas semua doa dan dukungannya.

10
7. Teman satu pembimbing skripsi dan seluruh teman-teman

yang sama-sama menyelesaikan skripsi di departemen anak

FK Unhas atas motivasi dan kerjasamanya selama

menjalankan proses pembuatan skripsi ini.


8. Teman – teman KKN Kesehatan Gel. 56 Universitas

Hasanuddin Posko Bontomarannu, Kecamatan Bontotiro,

Kabupaten Bulukumba atas bantuan dan semangat yag

diberikan selama ini.


9. Seluruh teman - teman sejawat “Neutroflavine”, Mahasiswa

FK Unhas Angkatan 2014 atas dukungan dan waktunya

selama ini.
10. Terima kasih pula kepada semua pihak yang telah

terlibat serta memberikan bantuan kepada penulis baik

langsung maupun tidak langsung walaupun tidak dapat

dituliskan satu per satu, semoga Tuhan membalas jasa - jasa

kalian.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak

kekurangan. Oleh karena itu, permohonan maaf, kritik, dan saran

yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi

perkembangan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita

semua sebagaimana mestinya. Amin.

11
Makassar, Desember 2016

Penulis

12
DAFTAR ISI

Halaman Judul........................................................................................................i

Halaman Pengesahan..............................................................................................ii

Lembar Pernyataan Orisinalitas..............................................................................v

Abstrak....................................................................................................................vi

Daftar Isi.................................................................................................................xi

Daftar Tabel.............................................................................................................xiv

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................1

1.1 Latar Belakang......................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................4

1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................5

1.4. Manfaat Penelitian...............................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................7

2.1 Pengetahuan..........................................................................................7

2.2 Status Ekonomi.....................................................................................12

2.3. Pendidikan............................................................................................12

2.4. Pekerjaan..............................................................................................13

2.5. Sumber Informasi.................................................................................13

2.6. Jumlah Anak........................................................................................14

2.7. Balita....................................................................................................15

2.8. Vitamin ..............................................................................................18

2.9 Vitamin A...........................................................................................19

13
2.10. Hubungan tingkat pengetahuan dengan pemberian vitamin A pada

Balita.................................................................................................. 24

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL .............................................................25

3.1 Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti.................................................25

3.2 Kerangka Teori......................................................................................26

3.3 Kerangka Konsep..................................................................................27

3.4 Definisi Operasional Variabel...............................................................28

3.5 Kriteria Objektif....................................................................................30

3.6 Hipotesis Nol.........................................................................................31

3.7 Hipotesis Alternatif...............................................................................32

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ..........................................................33

4.1 Jenis Penelitian......................................................................................33

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................................33

4.3 Variabel.................................................................................................33

4.4 Populasi dan Sampel.............................................................................33

4.5 Kriteria Sampel.....................................................................................33

4.6 Instrumen Penelitian.............................................................................35

4.7 Prosedur Penelitian...............................................................................35

4.8 Cara Pengumpulan Data........................................................................37

4.9 Skema Alur Penelitian...........................................................................37

4.10 Pengolahan dan Penyajian Data..........................................................38

4.11 Etika Penelitian...................................................................................39

14
BAB 5 HASIL PENELITIAN .............................................................................40

5.1. Hasil
...........................................................................................................

40

5.2. Analisis Univariat


...........................................................................................................

40

5.3. Analisis Bivariat


...........................................................................................................

44

BAB 6 PEMBAHASAN .......................................................................................50

6.1. Tingkat Pendidikan..............................................................................50

6.2. Tingkat Pengetahuan............................................................................51

6.3. Jumlah Anak.........................................................................................52

6.4. Sumber Informasi.................................................................................53

6.5. Pekerjaan..............................................................................................54

6.3. Status Ekonomi Keluarga.....................................................................55

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................57

7.1. Kesimpulan..........................................................................................57

7.2. Saran.....................................................................................................57

Daftar pustaka.......................................................................................................59

LAMPIRAN

15
16
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1: Distribusi Frekuensi Reponden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di

Desa Bontomarannu, Kecamatan Bontotiro, Kabupaten Bulukumba pada Tahun


2017............................................................................................................................41

Tabel 5.2: Distribusi Frekuensi Reponden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Di

Desa Bontomarannu, Kecamatan Bontotiro, Kabupaten Bulukumba pada Tahun

2017............................................................................................................................41

Tabel 5.3: Distribusi Frekuensi Reponden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di

Desa Bontomarannu, Kecamatan Bontotiro, Kabupaten Bulukumba pada Tahun

2017...........................................................................................................................42

Tabel 5.4: Distribusi Frekuensi Reponden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di

Desa Bontomarannu, Kecamatan Bontotiro, Kabupaten Bulukumba pada Tahun

2017............................................................................................................................42

Tabel 5.5: Distribusi Frekuensi Reponden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di

Desa Bontomarannu, Kecamatan Bontotiro, Kabupaten Bulukumba pada Tahun

2017............................................................................................................................43

Tabel 5.6: Distribusi Frekuensi Reponden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di

Desa Bontomarannu, Kecamatan Bontotiro, Kabupaten Bulukumba pada Tahun

2017...........................................................................................................................43

Tabel 5.7: Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan Dan Pernah


Memberikan Vitamin A Pada Balita Di Desa Bontomarannu, Kecamatan
Bontotiro, Kabupaten Bulukumba Pada Tahun 2017.................................................44

Tabel 5.8: Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Dan Pernah


Memberikan Vitamin A Pada Balita Di Desa Bontomarannu, Kecamatan
Bontotiro, Kabupaten Bulukumba Pada Tahun 2017.................................................45

17
Tabel 5.9: Distribusi Responden Menurut Jumlah Anak Dan Pernah Memberikan
Vitamin A Pada Balita Di Desa Bontomarannu, Kecamatan Bontotiro, Kabupaten
Bulukumba Pada Tahun 2017.....................................................................................46

Tabel 5.10: Distribusi Responden Menurut Sumber Informasi Dan Pernah


Memberikan Vitamin A Pada Balita Di Desa Bontomarannu, Kecamatan
Bontotiro, Kabupaten Bulukumba Pada Tahun 2017.................................................46

Tabel 5.11: Distribusi Responden Menurut Pekerjaan Dan Pernah Memberikan


Vitamin A Pada Balita Di Desa Bontomarannu, Kecamatan Bontotiro, Kabupaten
Bulukumba Pada Tahun 2017.....................................................................................47

Tabel 5.12: Distribusi Responden Menurut Status Ekonomi keluarga Dan Pernah
Memberikan Vitamin A Pada Balita Di Desa Bontomarannu, Kecamatan Bontotiro,
Kabupaten Bulukumba Pada Tahun 2017..................................................................48

Tabel 5.13: Resume Nilai Nilai Variabel Bebas Yang Diteliti Terhadap Pernah
Memberikan Vitamin A Pada Balita ..........................................................................48

18
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Vitamin A adalah unsur esensial untuk pembentukan pigmen retina, rhodopsin.

Rhodopsin adalah pigmen yang memungkinkan mata untuk melihat dalam cahaya

remang-remang. Vitamin A merupakan nama generik yang menyatakan semua

retinoid dan prekusor / provitamin A karotenoid yang mempunyai aktivitas

biologik sebagai retinol. Vitamin A berfungsi dalam sistem penglihatan, fungsi

kekebalan, pertumbuhan dan perkembangan, serta fungsi reproduksi. Vitamin A

juga bermanfaat untuk menurunkan angka kematian dan angka kesakitan, karena

vitamin A dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi seperti

infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) dan infeksi saluran pencernaan (Almatsier,

2009)

Salah satu zat gizi yang berperan dalam menurunkan morbiditas dan

mortalitas adalah vitamin A. Kekurangan vitamin A dapat menurunkan fungsi

kekebalan tubuh sehingga dapat meningkatkan terjadinya morbiditas dan

mortalitas dari beberapa penyakit infeksi seperti diare, infeksi saluran pernapasan

bawah, dan campak. Peranan dari vitamin A ini adalah membentuk respon imun

melalui peningkatan respon imun sel T dan retinol yang berpengaruh terhadap

pertumbuhan dan diferensiasi limfosit B (leukosit yang berperan dalam proses

kekebalan humoral) (Almatsier, 2004).

Vitamin A mempunyai banyak kegunaan diantaranya membantu pertumbuhan

sel, jaringan, gigi dan tulang, perkembangan syaraf pebglihatan, daya tahan tubuh

sebelum infeksi (Ambrawati & Wulandari, 2010). Akibat dari kekurangan vitamin

19
A adalah gangguan kemampuan mata, kelainan membran mukosa, xerophtalmia.

(Beck, 2011). Kekurangan vitamin A (KVA) akan meningkatkan kesakitan dan

kematian, mudah terserang penyakit infeksi seperti diare, radang paru-paru,

pneumonia, dan akhirnya kematian. Akibat lain yang paling serius dari

kekurangan vitamin A adalah rabun senja yaitu bentuk lain dari xerophtalmia

termasuk kerusakan kornea mata dan kebutaan (Almatsier, 2009).

Di seluruh dunia (WHO, 1991), diantara anak-anak pra sekolah diperkirakan

terdapat sebanyak 6-7 juta kasus baru xeropthalmia tiap tahun, kurang lebih 10%

diantaranya menderita kerusakan kornea. Diantara yang menderita kerusakan

kornea ini 60% meninggal dalam waktu satu tahun, sedangkan diantara yang

hidup 25% menjadi buta dan 50-60% setengah buta. (Almatsier, 2006). Defisiensi

vitamin A paling banyak mengenai Asia Tenggara sekitar 19 juta pada wanita

hamil dan 190 juta pada anak usia pra sekolah (WHO, 2011). Oleh karena itu

pentingnya dilakukan sebuah penelitian yang berhubungan dengan pemberian

vitamin A pada balita.

Berdasarkan survey pada beberapa wilayah di dunia, secara global terlihat

bahwa untuk anak usia prasekolah dan wanita hamil diperoleh data sebagai

berikut : rabun senja adalah 54% dan 55%, dan dengan data survey serum retinol

76% dan 19%. Oleh WHO wilayah cakupan bervariasi dimana untuk buta senja

anak usia sekolah tertinggi di Asia Tenggara (82,4%) dan Pasifik barat (87,3%),

dan sangat rendah di Eropa (1%) dan nihil di Amerika (0%). Sedangkan untuk

buta senja pada wanita hamil adalah tertinggi di Asia Tenggara (96,8%) dan

terendah di Eropa (Sediaoetama, 2009). Kekurangan vitamin A (KVA) juga

berdampak pada ratusan ribu anak setiap tahun. Sekitar 2,8 juta orang anak balita

20
menampakkan tanda – tanda klinis xerofthalmia, sementara 251 juta anak lainnya

mengalami kekurangan vitamin A sehingga resiko kematian akibat infeksi berat

meningkat. Seperempat anak balita di negara sedang berkembang beresiko

mengalami defisiensi vitamin A. Dua puluh persen diantaranya beresiko lebih

tinggi terjangkit penyakit infeksi umum. Sementara 2 % mengalami kebutaan atau

gangguan penglihatan yang serius (Arisman, 2004). Penelitian yang dilakukan

World Health Organization (WHO) tahun 1992 menunjukkan dari 20 juta balita di

Indonesia yang berumur enam bulan hingga lima tahun, setengahnya menderita

kekurangan vitamin A. Sedangkan data WHO tahun 1995 menyebutkan Indonesia

adalah salah satu negara di Asia yang tingkat pemenuhan terhadap vitamin A

tergolong rendah . Sementara studi yang dilakukan Nutrition and Health

Surveillance System (NHSS), dan Departemen Kesehatan (2001) menunjukkan

sekitar 50% anak Indonesia usia 12-23 bulan tidak mengkonsumsi vitamin A

dengan cukup dari makanan sehari-hari. ( Sepduwiana et al, 2010).

Walaupun terjadi penurunan KVA secara klinis, hal tersebut tidak disertai

dengan penurunan KVA marginal. Dengan indikator retinol dalam serum ẟ 0,70

µmol/l sebagai marginal, maka saat ini angka KVA masih mengkhawatirkan.

Angka KVA pada anak balita di Indonesia Bagian Timur adalah sebesar 62,5%,

sedangkan angka KVA di tujuh provinsi di Inonesia adalah sebesar 50,6%.

Kriteria terbaru yang ditetapkan WHO yang merujuk pada nilai vitamin A dalam

serum meyebutkan bahwa bila >20% anak balita yang diperiksa mempunyai nilai

serum <0,70 µmol/l, maka besar masalah KVA di daerah itu tergolong berat

(Muherdiyantiningsih, 2003).

21
Menurut riskesdas 2007, persentasi anak umur 6-11 bulan yang menerima

kapsul vitamin A di provinsi sulawesi selatan adalah 74, 2% (Riskesdas,2007).

Untuk tahun 2014 hasil capaian cakupan pemberian kapsul vitamin A pada bayi

(6-11 bulan) dilaporkan cakupan pemberian vitamin A pada anak balita sebesar

84,61% jika dibandingkan dengan target provinsi (85%) belum mencapai target,

dan cakupan pemberian kapsul vitamin. ( Dinkes provinsi Sul-Sel, 2015).

Berdasarkan data dari Dinas kesehatan provinsi Sulawesi Selatan 2015, khususnya

di bulukumba untuk pemberian vitamin A adalah 64,12% yang dimana sangat jauh

dari target renstra yaitu 85%. (Dinkes provinsi Sul-Sel, 2015) Oleh karena itu

perlunya dilakukan sebuah survey tentang pemberian vitamin A di bulukumba.

Berdasarkan data diatas, peneliti memandang perlunya dilakukan suatu

penelitian terkait pemberian vitamin A. Apalagi sekarang masalah kekurangan

vitamin A masih mempunyai prevalensi yang cukup besar dan masih kurangnya

kesadaran akan pemberian vitamin A di bulukumba sehingga peneliti mengangkat

sebuah judul penelitian yaitu “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian

Vitamin A Pada Balita.”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan suatu masalah yaitu

bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian vitamin A pada balita di

Desa Bontomarannu, Kecamatan Bontotiro, Kabupaten Bulukumba ?

.3 Tujuan Penelitian

22
1. 3. 1 Tujuan Umum

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi pemberian vitamin A pada balita di Desa Bontomarannu,

Kecamatan Bontotiro, Kabupaten Bulukumba.

1. 3. 2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu terhadap pemberian

vitamin A pada balita

2. Untuk mengetahui hubungan status ekonomi ibu terhadap pemberian

vitamin A pada balita

3. Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan ibu terhadap pemberian

vitamin A pada balita

4. Untuk mengetahui hubungan jumlah anak terhadap pemberian vitamin A

pada balita

5. Untuk mengetahui hubungan pekerjaan ibu terhadap pemberian vitamin A

pada balita

6. Untuk mengetahui hubungan sumber informasi terhadap pemberian

vitamin A pada balita

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi tetang

faktor – faktor yang mempengaruhi pemberian vitamin A pada balita.

2. Bagi ilmu dan penelitian, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan

acuan dan sumber bacaan untuk penelitian penelitian selanjutnya

23
3. Untuk departemen kesehatan dan instasi yang terkait lainnya, dapat

digunakan sebagai sumber informasi mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi pemberian vitamin A pada balita

4. Untuk tenaga kesehatan, penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan

program penyuluhan tentang pemberian vitamin A

5. Bagi peneliti sendiri dapat digunakan sebagai bahan masukan dan

pembelajaran yang bermanfaat untuk perkembangan keilmuan peneliti.

24
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Pengetahuan

2. 2. 1 Definisi Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindaraan suatu kejadian tertentu. Pengindaraan terjadi melalui

pancaindraan manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa,

dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga. (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran,

gagasan, ide, konsep dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan

segala isinya termasuk manusia dan kehidupannya. (Keraf dan Dua, 2001)

Menjelaskan bahwa jenis pengetahuan di antaranya sebagai berikut :

a. Pengetahuan Implisit

Merupakan pengetahuan yang masih tertenam dalam bentuk pengalaman

seseorang dan berisi faktor-faktor yang tidak bersifat nyata, seperti keyakinan

pribadi, perspektif, dan prinsip.

b. Pengetahuan Eksplisit

Merupakan pengetahuan yang telah disimpan dalam wujud nyata, bisa

dalam wujud perilaku kesehatan ( Budiman, 2013)

Secara normatif, definisi Pengetahuan paling tidak meliputi:

• Fakta, informasi dan kemampuan yang diperoleh melalui pengalaman atau

pendidikan

25
• Pemahaman secara teoretis dan/atau praktis suatu bidang (studi), apa

yangdiketahui mengenai suatu bidang tertentu atau berkait dengan bidangbidang

lain secara keseluruhan

• Fakta, informasi dan kesadaran atau pengenalan yang diperoleh dari

pengalaman menghadapi suatu fakta atau situasi

Para ahli filsafat masih terus memperdebatkan definisi Pengetahuan,

terutama karena rumusan Pengetahuan oleh Plato yang menyatakan Pengetahuan

sebagai “kepercayaan sejati yang dibenarkan (valid)" (Yusuf, 2015).

2. 2. 2 Sumber- Sumber Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo, terdapat beberapa sumber pengetahuan, antara lain :

1. Kepercayaan berdasarkan tradisi, adat, dan agama

Berbentuk norma dan kaidah baku yang berlaku di dalam kehidupan

sehari-hari. Didalam norma dan kaidah itu terkandung pengetahuan yang

kebenarannya tidak dapat dibuktikan secara rasional dan empiris, tetapi sulit

dikritik untuk diubah begitu saja. Jadi, harus diikuti dengan tanpa keraguan dan

percaya secara bulat. Pengetahuan yang bersumber dari kepercayaan cenderung

bersifat tetap (mapan) tetapi subyektif.

2. Pengetahuan berdasarkan pada otoritas kesaksian orang lain

Pihak pemegang otoritas kebenaran pengetahuan yang dapat dipercayai

adalah orang tua, guru, ulama orang yang dituakan, dan sebagainya. Apapun yang

mereka katakan benar atau salah, baik atau buruk, dan indah atau jelek, pada

umumnya diikuti dan dijalankan dengan patuh tanpa kritik. Karena kebanyakan

orang telah mempercayai mereka sebagai orang-orang yang cukup berpengalaman

dan berpengetahuan luas.

26
Sumber pengetahuan ini mengandung kebenaran, tetapi persoalannya

terletak pada sejauh mana kesaksian pengetahuannya itu merupakan hasil

pemikiran dan pengalaman yang telah teruji kebenarannya. Jika kesaksiannya

adalah kebohongan, hal ini akan membahayakan kehidupan manusia dan

masyarakat itu sendiri.

3. Pengalaman

Bagi manusia, pengalaman adalah alat vital penyelenggara kebutuhan

sehari-hari. Dengan mata, telinga, hidung, dan kulit, orang bisa menyaksikan

secara langsung dan bisa pula melakukan kegiatan hidup.

4. Berbeda dengan panca indera, akal pikiran memiliki sifat rohani. Akal pikiran

mampu menangkap hal-hal yang metafisis, spiritual, abstrak, universal, yang

seragam dan bersifat tetap. Akal pikiran cenderung memberikan pengetahuan

yang lebih umum, objektif dan pasti. (Notoatmodjo, 2007)

2. 2. 3 Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup didalam domain kognitif mempunyai 5 tingkatan

yaitu :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ii adalah mengingat kembali

(recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan

yang telah ditemia.

2. Memahami ( Comphrension)

27
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

secara benar.

3. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

4. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan

kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi formulasi yang ada.

5. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justfikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan

pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria

yang telah ada. (Notoatmodjo, 2007)

2. 2. 4 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya pengetahuan adalah

sebagai berikut :

a. Pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin mudah menerima

informasi sehingga banyak pula pengetahuan yang dimiliki

b. Informasi/media massa

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal

dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan perubahan

28
atau peningkatan pengetahuan. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal

memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal

tersebut.

c. Sosial, Budaya, dan Ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan seseorang tanpa melalui penalaran

sehingga akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status

ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang

diperlukan untuk kegiatan tertentu sehingga status sosial ekonomi ini akan

mempengaruhi seseorang.

d. Lingkungan

Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke

dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena

adanya interaksi timbal balik ataupun tidak, yang akan direspon sebagai

pengetahuan oleh setiap individu.

e. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara mengulang

kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi

masa lalu.

f. Usia

Usia memengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin

bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya

sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. (Notoatmodjo, 2007)

2.2 Status Ekonomi

29
Status ekonomi adalah kedudukan seseorang atau keluarga di masyarakat

berdasarkan pendapatan perbulan. Status ekonomi dapat dilihat dari pendapatan

yang disesuaikan dengan harga pokok (Kartono, 2006). Berdasarkan data dari

Badan Pusat Statistika (BPS) dalam karya tulis Nurjannah, penggolongan status

ekonomi berdasarkan pendapatan adalah :

a. Golongan pendapatan sangat tinggi adalah jika pendapatan rata-rata lebih

dari Rp 3.500.000 per bulan

b. Golongan pendapatan tinggi adalah jika pendapatan rata-rata antara Rp

2.500.000 s/d Rp 3.500.000 per bulan

c. Golongan pendapatan sedang adalah jika pendapatan rata- rata dibawah

antara Rp 1.500.000 s/d Rp 2.500.000 per bulan

d. Golongan pendaatan rendah adalah jika pendapatan rata-rata Rp 1.500.000

per bulan. (Nurjannah, 2014)

2.3 Pendidikan

Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003

pengertian pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Di Indonesia sendiri terdapat berbagai jenis pendidikan, baik formal maupun

nonformal. Jenjang pendidikan di Indonesia dimulai dari TK (Taman Kanak-

kanak), SD (Sekolah Dasar) atau sederajatnya, SMP (Sekolah Menengah Pertama)

30
atau sederajatnya , SMA (Sekolah Menengah Akhir) atau sederajatnya dan tingkat

Universitas.

2.4 Pekerjaan

Pekerjaan adalah suatu rangkaian tugas yang dirancang untuk dikerjakan

oleh satu orang dan sebagai imbalan diberikan upah dan gaji menurut kualifikasi

dan berat-ringannya pekerjaan tersebut. Jenis pekerjaan adalah kumpulan

pekerjaan yang mempunyai seragkaian tugas yang bersamaan. Jenis pekerjaan

dalam KBJI adalah kumpulan pekerjaan yang cukup bersamaan tugas utamanya

sehingga bisa digabungkan bersama dalam satu kelompok dalam sistem

klasifikasi ( BPS, 2002)

Lama seseorang bekerja sehari-hari umumnya 6-8 jam, sisanya (16-18

jam) dipergunakan dalam kehidupan keluarga masyarakat, istirahat, tidur, dan

lain-lain. Dalam seminggu, seseorang biasanya bekerja dengan baik selama 40-50

jam. Ini dibuat 5-6 hari kerja dalam seminggu sesuai pasal 12 ayat 1 Undang-

Undang Kerja No 14 tahun 1969 (Sukmamur, 1996)

2.5 Sumber informasi

Sumber informasi merupakan penyedia sekumpulan informasi yang

dikelompokkan berdasarkan masing-masing kategori. Sumber informasi bisa

berupa perpustakaan, majalah, surat kabar dan website. Sumber informasi terdiri

dari beberapa jenis

1. Literatur primer

Literatur primer adalah dokumen berisi informasi yang mengenai penelitian

asli, mengenai aplikasi teori baru maupun penjelasan mengenai sebuah teori

dalam disiplin ilmu. Literatur primer terdiri dari majalah ilmiah, laporan

31
penelitian, paten, disertasi, kertas kerja konferensi, kartu informasi, pracetak

(preprint)

2. Literatur sekunder

Literatur sekunder adalah dokumen yang memuat informasi tentang

dokumen primer. Dengan kata lain dokumen sekunder adalah dokumen rujukan

yang berisi informasi mengenai dokumen primer ataupun dokumen berupa

bibliografi mengenai dokumen primer. Literatur sekunder mencakup ensiklopedia,

buku panduan, tinjauan literatur, indeks, abstrak, kamus, bibliografi, informasi

kilat.

3. Literatur tersier

Literatur tersier adalah dokumen yang berisi informasi mengenai dokumen

sekunder. Yang termasuk dokumen tersier ialah katalog perpustakaan, direktori,

bibliografi dari bibliografi dan buku ajar.

4. Dokumen bentuk lain

Dokumen dan dokumentasi merupakan dua istilah yang pertama menekankan

bentuk bendanya, seperti memo, buku, fob.moster, market dan lain-lain atau lebih

tegas merupakan dokumen literer dan korporil, sedangkan yang kedua lebih

menitikberatkan kepada pengolahan atau pengurusan dokumen itu sendiri (Najir,

1988)

2. 6 Jumlah Anak

Jumlah memiliki arti banyaknya bilangan atau sesuatu yang dikumpulkan

menjadi satu, sedangkan pengertian anak secara umum adalah keturunan kedua

setelah ayah dan ibu (Poerdarminta, 2003) Sedangkan menurut Undang – Undang

no.4 tahun 1974 tentang kesejahteraan anak, anak adalah seseorang yang belum

32
mencapai umur 21 tahun dan belum pernah kawin. Jumlah anak adalah banyaknya

hitungan anak yang dimiliki. Jumlah anak menuju pada kecenderungan dalam

membentuk besar keluarga yang diinginkan. Dengan demikian, besar keluarga

akan meningkat seiring dengan peningkatan jumlah anak, karena setiap keluarga

berupaya untuk mencapai jumlah anak dengan menggunakan caranya tersendiri

(Bulatao dan Lee, 1983).

Jumlah anak yang diinginkan dikategorikan berdasarkan jumlah anak lahir

hidup yang mendasari besar keluarga. Keluarga dikatakan sebagai keluarga kecil,

jika maksimal memiliki dua anak. Dengan demikian, pengkategorian jumlah anak

yang diinginkan menjadi: 1) sedikit, jika keluarga menginginkan sebanyak

banyaknya memiliki dua anak; 2) sedang, jika keluarga menginginkan anak

sebanyak tiga hingga lima anak; 3) banyak, jika keluarga menginginkan

sedikitnya memiliki enam anak (BPS, 2013). Berbeda dengan pengkategorian

yang dilakukan Muchtar dan Purnomo (2009) yaitu bahwa jumlah anak sedikit

adalah jika memiliki 1-2 anak, dan jumlah anak banyak jika memiliki > 2 anak.

2.7 Balita

Balita adalah kelompok anak yang berumur dibawah lima tahun.

Kelompok anak ini menjadi istimewa karena menuntut curahan perhatian yang

intensif untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangannya (Khomsan,

2003). Lima tahun pertama dari kehidupan seorang manusia adalah fondasi bagi

seluruh kehidupan di dunia. Sumber daya manusia yang berkualitas baik fisik,

psikis, maupun intelegensianya berawal dari balita yang sehat. Balita adalah anak

usia dibawah lima tahun yang berumur 0-4 tahun 11 bulan (Depkes, 2005).

Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita yaitu :

33
1. Faktor Genetik

Faktor genetik ditentukan oleh pembawa faktor keturunan (gen) yang

terdapat alam sel tubuh. Gen akan diwariskan orang tua pada keturunannya. Orang

tua yang bertubuh besar akan mempunyai anak yang posturnya menyerupai

dirinya sebaliknya orang tua yang bertubuh kecil akan memiliki anak yang

tubuhnya relative kecil. Hal ini disebabkan oleh gen yang diturunkan orang tua

kepada anaknya. Kelainan genetik pada wanita yang mengganggu pertumbuhan

adalah sindrom turner, keadaan ini disebabkan kehilangan satu kromosom X.

Wanita normal memiliki kromosom seks XX dengan jumlah kromosom 46,

namun pada penderita sindrom turner hanya memiliki kromosom X0 dan total

kromosom 45. Wanita sindrom turner memiliki kelenjar gonad yang tidak

berfungsi dengan baik dan dilahirkan tanpa ovari atau uterus. Gejalanya yaitu

rahang bawah kecil, langit-langit sempit, kelopak terkulai, tangan pendek,

pembengkakan pada tangan dan kaki terutama saat kelahiran, bertubuh pendek,

kehilangan lipatan kulit disekitar leher dan wajah menyerupai anak kecil (Mufida,

2013).

2. Faktor Lingkungan

- Nutrisi

Balita yang mendapatkan asupan gizi yang seimbang baik kualitas maupun

kuantitasnya meliputi air, karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral akan

memperoleh energi yang cukup untuk pertumbuhan yang akan mempengaruhi

peningkatan pada berat badannya. Kekurangan salah satu nutrisi seperti yodium

berdampak serius terhadap pertumbuhan balita yaitu balita dapat mengalami

kretinisme. Kretinisme yaitu perawakan pendek akibat kurangnya hormon tiroid

34
dalam tubuh. Hormon tiroid diproduksi oleh kelenjar tiroid (gondok) terutama sel

folikel tiroid. Penyebab paling sering dari kekurangan hormone tiroid adalah

akibat kurangnya bahan baku pembuat. Bahan baku terpenting untuk produksi

hormone tiroid adalah yodium yang biasanya terdapat pada garam yang

beryodium (Setyawan, 2011).

- Tingkat kesehatan orang tua

Balita yang dilahirkan dari pasangan suami istri yang sehat dan senantiasa

dijaga kesehatannya, akan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik/normal.

Namun bagi balita yang memiliki penyakit bawaan dari orang tuanya atau sedang

sakit maka gizi yang dimakannya akan digunakan terlebih dahulu untuk mengatasi

berbagai penyakit tadi. Kemudian sisanya baru digunakan untuk pertumbuhan dan

perkembangannya sehingga balita tertentu terhambat dalam peningkatan berat

badannya / tumbuh kembangnya.

- Status ekonomi sosial

Tubuh balita atau anak yang dibesarkan dalam kondisi sosial ekonomi

yang kurang cenderung akan lebih kecil dibandingkan dengan balita-balita yang

kondisi sosial ekonominya cukup terjamin.

- Suku bangsa

Suku bangsa akan mempengaruhi variasi ukuran tubuh individu, balita di

Amerika lebih besar dan tinggi dibandingkan dengan balita Indonesia.

- Pendidikan ayah / ibu

Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam

tumbuh kembang balita. Karena dengan pendidikan yang baik, maka orang tua

35
dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara perawatan anak

yang baik.

- Jenis kelamin

Anak laki - laki cenderung lebih tinggi dan lebih berat dibandingkan anak

perempuan. Akan tetapi jenis kelamin bagi balita 0 - 1 tahun belum menunjukkan

perbedaan yang nyata karena sistem hormonalnya belum tumbuh baik.

- Umur

Umur yang paling rawan adalah pada masa balita, oleh karena pada masa

itu mudah sakit dan mudah terjadi kurang gizi.

- Tempat tinggal

Balita yang tinggal ditempat yang udaranya segar (cukup oksigen) dapat

melakukan proses pembakaran yang lebih baik dibandingkan dengan balita yang

tinggal ditempat yang udaranya penuh dengan polusi. Demikian pula, apabila

suhu panas / dingin dan tidak terlalu lembab / kering akan mempengaruhi proses

metabolisme tubuh secara tidak langsung akan mempengaruhi peningkatan berat

badan pada balita (Widyastuti, 2009).

2.8 Vitamin

Vitamin merupakan unsur esensial untuk gizi normal. Jenis nutrien ini

merupakan zat-zat organik yang dalam jumlah kecil ditemukan pada berbagai

macam makanan. Vitamin tidak dapat digunakan untuk menghasilkan energi.

Vitamin merupakan kependekan kata vitalamine. Vitamin merupakan zat organik

yang harus diperoleh suatu organisme dari lingkungannya. Meski jumlah jumlah

yang dibutuhkan sangat kecil, tetapi vitamin sangat esensial bagi proses

metanolisme yang normal. (Beck, 2011)

36
Vitamin memiliki struktur kimia dan fungsi fisiologis yang spesifik dan

berbeda-beda. Umunya vitamin bekerja dengan cara menggalakan reaksi kimia

tertentu dalam suatu proses metabolisme. Jika terjadi kekurangan vitamin

tersebut, proses metabolisme tidak akan berlangsung dan tubuh menjadi sakit.

Vitamin diberi simbol abjad menurut urutan saat diisolasi untuk pertama kalinya.

Setelah komposisi kimianya diketahui vitamin tersebut memperoleh nama

sebenarnya, misalnya vitamin C menjadi asam askorbat (Beck, 2011)

Vitamin dibagi menjadi dua kelompok :

1. Vitamin yang larut lemak-A, D, E, dan K

2. Vitamin yang larut dalam air-thiamin, riboflavin, niacin, pyridoxin, asam

folat, vitamin B12 dan vitamin C.

Vitamin larut lemak dalam takaran yang besar akan berbahaya bagi tubuh

karena jenis vitamin tidak dapat diekskresikan dalam tubuh. Sedangkan vitamin

larut air dapat diekskresikan ke dalam urin sehingga takaran yang besar tidak

membahayakan kesehatan. (Beck, 2011)

2.9 Vitamin A

2. 9. 1 Pengertian Vitamin A

Vitamin A adalah nutrisi esensial yang dibutuhkan tubuh untuk sistem

penglihatan dan menjaga fungsi sel yang digunakan untuk pertumbuhan, produksi

sel darah merah, imunitas dan reproduksi. (Sheth et al, 2016)

Vitamin A adalah unsur esensial untuk pembentukan pigmen retina,

rhodopsin. Rhodopsin adalah pigmen yang memungkinkan mata untuk melihat

dalam cahaya remang-remang. vitamin A merupakan nama generik yang

menyatakan semua retinoid dan prekusor / provitamin A karotenoid yang

37
mempunyai aktivitas biologik sebagai retinol. Vitamin A berfungsi dalam sistem

penglihatan, fungsi kekebalan, pertumbuhan dan perkembangan, serta fungsi

reproduksi. Vitamin A juga bermanfaat untuk menurunkan angka kematian dan

angka kesakitan, karena vitamin A dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap

penyakit infeksi seperti infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) dan infeksi saluran

pencernaan (Almatsier, 2009)

Adapun kelompok sasaran pemberian Vitamin A dosis tinggi yaitu bayi,anak,

balita dan ibu nifas.

a. Bayi

Kapsul Vitamin A 100.000 SI diberikan kepada semua anak bayi (umur 6-

11 bulan) baik sehat maupun sakit. Diberikan setiap 6 bulan secara serempak pada

bulan Februari dan Agustus.

b. Anak Balita

Kapsul Vitamin A 200.000 SI diberikan kepada semua anak balita (umur

1-4 tahun) baik sehat maupun sakit. Diberikan setiap 6 bulan secara serempak

pada bulan Februari dan Agustus.

c. Ibu Nifas

Kapsul Vitamin A 200.000 SI diberikan kepada ibu yang baru melahirkan

(nifas) sehingga bayinya akan memperoleh Vitamin A yang cukup melalui ASI.

Diberikan paling lambat 30 hari setelah melahirkan. ( Dinkes Sul-Sel, 2015 )

2. 9. 2 Fungsi Vitamin A

Vitamin A memiliki berbagai fungsi, diantaranya :

1. Daya penglihatan malam. Vitamin A merupakan unsur esensial untuk

pembentukan pigmen retina, rhodopsin. Rhodopsin adalha pigmen untuk

38
dapat melihat dalam cahaya remang-remang. Pigmen ini akan terurai jika

ada cahaya yang terang. Regenerasi rhodopsin dapat terjadi dan

memerlukan vitamin A

2. Jaringan epitel yang sehat. Vitamin A diperlukan untuk mempertahankan

keutuhan jaringan epitel dan membran mukosa

3. Pertumbuhan gigi dan tulang normal. (Beck, 2011)

2. 9. 3 Sumber sumber Vitamin A

Sumber utama vitamin A adalah pigmen karotenoid (umumnya β-karoten)

dan retinil ester dari hewan. Senyawa ini diubah menjadi retinol dan diesterifikasi

dengan asam lemak rantai panjang. Hasil dari retinil ester diabsorpsi bersama

lemak dan ditransportasikan ke hati untuk disimpan (Gormall,1986).

Beta karoten merupakan prekursor vitamin A. Zat ini berupa pigmen kuning

merah atau hijau gelap. Hewan, termasuk manusia, dapat mengkonversikan

karoten pada makanan menjadi vitamin A. Manusia memperoleh vitamin tersebut

sebagian dari makanan hewani dimana vitamin A sudah terbentuk dan sebagian

lagi dari karoten yang terdapat dalam sayuran, buah-buahan, serta beberapa

produk hewani. Makanan yang kaya akan karoten mencakup sayuran khususnya

yang berdaun gelap seperti tomat dan wortel serta buah- buahan terutama yang

berwana kuning misalnya mangga. Sumber terbaik bagi vitamin A yang sudah

terbentuk sebelumnya adalah hati, ginjal, kuning telur, susu, mentega, keju, krim,

ikan yang berlemak dan margarin yang sekalipun bukan produk hewani tetapi

telah menjalani proses fortifikasi dengan vitamin A. Minyak hati ikan cod (cod oil

liver) merupakan sumber yang sangat kaya akan vitamin A.

39
Vitamin A dan karoten tidak akan rusak oleh sebagian besar cara

memasak. Sebagian diantaranya hanya hilang kalau dimasak dengan suhu yang

tinggi, seperti dengan cara menggoreng. Levertran yang tersimpan dalam botol

bening tidak boleh terkena cahaya bila tidak ingin terjadi kerusakan pada

kandungan vitamin A-nya (Beck, 2011)

2. 9. 4 Defisiensi Vitamin A

Kadar vitamin A didalam darah yang dianggap normal di Indonesia adalah

20 ug/dl atau lebih. Kadar 10-20 ug/dl dianggap masih akseptabel meskipun sudah

meningkatkan timbulnya gejala-gejala (hypovitaminosis). Kadar kurang dari 10

ug/dl sudah dianggap menderita defisiensi vitamin A, dan besar kemungkinan

sudah terlihat gejala-gejala xeropthalmia. Kadar vitamin A didalam plasma pada

kondisi defisiensi sering rendah sekali, sampai mencapai 0 ug/dl. (Sediaoetama,

2010)

Defisiensi vitamin A adalah perhatian nutirisi utama bagi masyarakat

miskin khususnya di negara yang berpendapatan rendah. Telah dilaporkan oleh

WHO bahwa sekitar 33,3% anak prasekolah dan 15% wanita hamil adalah

beresiko terkena Defisiensi Vitamin A (DVA) di dunia. DVA dapat menyebabkan

anemia, penurunn sistem imun, xerophtalmia dan berakhir kebutaan, dan mati

( Li et al, 2012)

Defisiensi vitamin A dapat menyebabkan berbagai gangguan diantaranya :

1. Buta senja

Tanda pertama defisiensi vitamin A adalah gangguan kemampuan mata untuk

adaptasi penglihatan dalam cahaya yang remang-remang. Keadaan ini dikenal

sebagai buta senja, yaitu adaptasi gelap yang burk.

40
2. Kelainan membran mukosa

Defisiensi vitamin A yang lebiih serius mengakibatkan kelainan pada

membran mukosa yang menjadi kering dan mengeras, atau mengalami

keratinisasi. Penumpukan sel-sel mati akan menyebabkan infeksi setempat,

misalnya pada saluran pernapasan. Pada sebagian kasus, kulit menjadi kering

sementara saluran kelenjarnya tersumbat oleh sel-sel mati sehingga kulit menjadi

kasar

3. Xerophtalmia

Pada defisiensi vitamin A yang berat, terutama diantara anak-anak, dapat

terjadi kelainan pada mata. Konyugtiva mata mula mula mengalami keratinisasi,

sehingga menimbulkan xeropthalmia atau mata kering, dan pelunakan kornea-

keratomalasia dapat timbul serta mengakibatkan infeksi, ulserasi dan kebutaan

yang permanen. (Beck, 2011)

4. Gigi Gingsul

Pada kondisi kekurangan vitamin A yang terjadi pada phase pembentukan gigi

premordial, yang pertama terganggu adalah fungsi sel-sel ameloblast. Sel-sel ini

terhambat dalam menginduksi sel-sel odontoblast untuk membentuk deretan yang

teratur sehingga lapisan dentin yang kemudian dibentuk oleh odontoblast terdiri

atas silinder-silinder substansi yang tidak pararel sempurna. Gangguan terhadap

odontoblast dapat begitu parah pada defisiensi vitamin A yang lanjut, sehingga

suatu eklompok odontoblast dapat memisahkan diri dari dereannya dan

membentuk gigi soliter pada tempat yang bukan semestinya didalam rongga

mulut.duplikasi memberikan gigi ginsul diperkirakan sebagai akibat defisiensi

41
vitamin A ini pada periode atau phase pembentukan gigi tersebut. (Soediaoetama,

2010).

Penyuluhan gizi, penambahan vitamin A ke dalam margarin atau bumbu

masak, pemberian tablet vitamin A dosis tinggi kepada balita dan anak anak

prasekolah di pos-pos penimbangan dan posyandu, pemberian susu diantara anak-

anak secara rutin, semua itu dapat dilakukan untuk mengurangi insidensi

defisiensi vitamin A. Walaupun begitu dinegara berkembang seperti India, Afrika,

Srilangka, dan bahkan Indonesia sendiri masih terdapat defisiensi vitamin A yang

merupakan penyebab kebuataan pada anak-anak. (Beck, 2011)

2. 10 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Pemberian Vitamin A

Semakin baik pengetahuan ibu maka akan semakin mematuhi pemberian

vitamin A. Ibu yang memiliki pengetahuan akan kegunaan dan akibat jika

diberikan atau tidak diberikan akan cenderung berhati-hati dalam pemberian

vitamin. ( Putri, 2014).

Dari hasil penelitian Agustyani (2012), diketahui bahwa tingkat pengetahuan

tentang vitamin A dipengaruhi oleh sosial budaya, dan pengalaman. Berdasarkan

penglamana responden, balita di lingkungan mereka yang tidak menunjukkan

tanda dan gejala kekurangan vitamin A seperti rabun senja. Sehingga responden

kurang peduli dengan pemberian vitamin A pada balita. Dengan cukup baiknya

tingkat pengetahuan ibu tentang vitamin A, diharapkan responden lebih

meningkatkan pemahaman tentang vitamin A pada balita sehingga responden

lebih peduli dengan pemberian vitamin A khususnya pada balita. ( Agustyani,

2012)

42
BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3. 1 Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti

Dari sekian banyaknya jenis vitamin dan pemberian asupan nutrisi, yang

paling banyak memberikan kecacatan yang menggangu masa depan anak adalah

vitamin A, Padahal di Indonesia sendiri, pemerintah telah membuat suatu program

pemberian vitamin A, yaitu suatu program dimana setuap bulan Februari dan

Agustus, balita akan diberikan kapsul vitamin A.

Dengan program dari pemerintah tersebut seharusnya terdapat perbaikan asupan

vitamin A dan mencegah terjadinya kekurangan vitamin A. Maka dari tu, penting

untuk dilakukan sebuah penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

pemberian vitamin A pada balita, dan salah satu metode klasik yang sering

dilakukan adalah dengan membagikan kuisioner yang dianggap mewakili populasi

sampel.

43
3. 2 Kerangka Teori

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian Vitamin A pada Balita

Faktor Internal Faktor Eksternal

Pengetahuan Status Ekonomi

Baik Rendah

Sedang Sedang

Kurang Tinggi

Pendidikan Jumlah Anak

TK >2

SD <2

SMP
Pekerjaan

SMA

UNIVERSITAS Sumber Informasi

Perilaku Kesehatan (Pemberian Vitamin A pada


Balita)

44
3. 3 Kerangka konsep

Tingkat Pendidikan
Faktor Pendukung
Tingkat Pengetahuan
1. Dukungan
keluarga
2. Dukungan tokoh
Status Ekonomi masyarakat
Pemberian Vitamin
3. Pendistribusian
A pada Balita
vitamin A
Jumlah Anak 4. Jarak pusat
pelayanan
keseahatan
Jenis Pekerjaan dekat

Jenis Sumber Informasi

Variabel Variabel Antara Variabel Dependen


Independen

Keterangan :

= Yang diteliti

= Yang tidak Diteliti

45
3. 4 Definisi Operasional

Pengetahuan tentang Vitamin A

Definisi : Suatu wawasan tentang seluk beluk vitamin A, mulai dari sumber

sumber vitamin A sampai pada cara pencegahan terjadinya angka

kejadian kekurangan vitamin A

Alat ukur : Kuisioner dengan analisis menggunakan SPSS

Cara Ukur : dengan menganaliasis tingkat pengetahaun tentang vitamin A

dengan menjawab kuisioner dan dianalisis menggunakan SPSS

Hasil : distribusi Baik/Cukup/Kurang pengetahuan ibu tentang vitamin A

Tingkat Pendidikan

Definisi : Suatu jenjang pendidikan formal terakhir yang diikuti dan

ditamati oleh responden

Alat ukur : Kuisioner dengan analisis menggunakan SPSS

Cara Ukur : dengan menganaliasis tingkat pendidikan dengan menjawab

kuisioner dan dianalisis menggunakan SPSS

Hasil : TK/SD/SMP/SMA/Universitas

Jenis Pekerjaan

Definisi : Suatu aktivitas yang menjadi sumber penghasilan utama dari

sebuah keluarga untuk memenuhi kebutuhan dasar yang dilakukan

oleh responden

Alat ukur : Kuisioner dengan analisis menggunakan SPSS

Cara Ukur : dengan menganaliasis pekerjaan responden dengan menjawab

kuisioner dan dianalisis menggunakan SPSS

Hasil : Jenis Pekerjaan

46
Jumlah Anak

Definisi : Jumlah anak yang dimiliki oleh responden

Alat ukur : Kuisioner dengan analisis menggunakan SPSS

Cara Ukur : dengan menganaliasis Status keluarga dengan menjawab

kuisioner dan dianalisis menggunakan SPSS

Hasil : < 2/ > 2

Status Ekonomi Keluarga

Definisi : Suatu penentuan golongan ekonomi dalam satu keluarga

dimasyarakat berdasarkan tingkat penghasilan keluaga dalam satu

bulan

Alat ukur : Kuisioner dengan analisis menggunakan SPSS

Cara Ukur : dengan menganaliasis status ekonomi keluarga dengan menjawab

kuisioner dan dianalisis menggunakan SPSS

Hasil : Rendah/Sedang/Tinggi

Jenis Sumber Informasi

Definisi : Suatu media yang digunakan oleh responden untuk mengetahui

informasi tentang pemberan vitamin A

Alat ukur : Kuisioner dengan analisis menggunakan SPSS

Cara Ukur : dengan menganaliasis sumber informasi yang digunakan

responden dengan menjawab kuisioner dan dianalisis menggunakan

SPSS

Hasil : Jenis sumber informasi

47
3. 5 Kriteria Objektif

Tingkat Pengetahuan

Baik : 67-100%

Cukup : 34-66%

Kurang : 0-33%

Status ekonomi

Rendah : <Rp 1.500.000

Sedang : Rp 1.500.000- Rp 2.500.000

Tinggi : Rp 2.500.000 - Rp 3.500.000

Sangat tinggi : > Rp 3.500.000

Pekerjaan

Jenis pekerjaan yang diisi oleh responden dalam kuesioner

Jumlah Anak

 <2

 >2

Sumber Informasi

Jenis Media informasi yang diisi oleh responden dalam kuesioner

Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan yang dipilih oleh responden dalam mengisi kuesioner

yaitu , TK, SD, SMP, SMA, Universitas.

3.6 Hipotesis Nol

- Tingkat pengetahuan tidak memiliki hubungan dengan pemberian

vitamin A pada Balita.

48
- Status Ekonomi tidak memiliki hubungan dengan pemberian vitamin A

pada Balita

- Tingkat Pendidikan tidak memiliki hubungan dengan pemberian vitamin

A pada Balita

- Jenis Pekerjaan tidak memiliki hubungan dengan pemberian vitamin A

pada Balita

- Jumlah anak tidak memiliki hubungan dengan pemberian vitamin A

pada Balita

- Sumber informasi responden tidak memiliki hubungan dengan

pemberian vitamin A pada Balita

3.7 Hipotesis Alternatf (Ha)

- Tingkat pengetahuan memiliki hubungan dengan pemberian vitamin A

pada Balita.

- Status Ekonomi memiliki hubungan dengan pemberian vitamin A pada

Balita

- Tingkat Pendidikan memiliki hubungan dengan pemberian vitamin A

pada Balita

- Jenis Pekerjaan memiliki hubungan dengan pemberian vitamin A pada

Balita

- Jumlah anak memiliki hubungan dengan pemberian vitamin A pada

Balita

- Sumber informasi responden memiliki hubungan dengan pemberian

vitamin A pada Balita

49
BAB IV

METODE PENELITIAN

4. 1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain observasional analitik. Pada penelitian

ini, peneliti akan melihat faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian vitamin A

pada balita dengan menggunakan kuisioner dan dianalisis dengan SPSS.

4. 2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan

dan analisis hasil kuisioner dilakukan di Universitas Hasanuddin. Penelitian ini

dilakukan dalam waktu 3 bulan pengambilan data dari Juli-Agustus dan

pengolahan data bulan September 2017

4. 3 Variabel

4. 3. 1 Variabel Dependen

Variabel dependen pada penelitian ini adalah Pemberian Vitamin A pada

Balita.

4. 3. 2 Variabel independen

Variabel independen pada penelitian ini adalah faktor yang

mempengerahui yaitu, tingkat pengetahuan, status ekonomi, pendidikan,

pekerjaan, status keluarga, sumber informasi.

4. 4 Populasi dan Sampel

4. 4. 1 Populasi

Populasi dari penelitian ini adalahorang tua yang memiliki balita di

Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.

4. 4. 2 Sampel

50
Sampel dari penelitian ini adalah di daerah sekitaran pusat pelayanan

kesehatan di Desa Bontomarannu, Kecamatan Bontotiro, Kabupaten Bulukumba

yang dipilih secara acak yang dianggap mewakili populasinya sebanyak jumlah

ibu-ibu di Desa Bontomarannu, Kecamatan Bontotiro, Kabupaten Bulukumba.

Untuk penentuan jumlah partisipan pada kuesioner penelitian karena

ukuran populasi yang ada tidak dapat diketahui secara pasti, sehingga peneliti

menggunakan metode Bernoulli (Sedarmayanti, 2002:149)

Z 2 p ×q
n= 2
e

Keterangan

n = Jumlah sampel

Z = skor Z pada kepercayaan 95% dan ketelitin 5% adalah 1,96

p = probabilitas populasi yang tidak diambil sebagai sampel

q = probabilitas populasi yang diambil sebagai sampel ( 1 – p )

e = tingkat kesalahan

Probabilitas populasi yang tidak diambil sebagai sampel adalah 0,3588

sehingga probabilitas populasi yang terambil adala 0,6412 dan tingkat kesalahan

yang dikehendaki oleh peneliti adalah 10%. Sehingga berdasarkan dari rumus

diatas didapatkan jumlah sampel yaitu :

(1,96)2 0,6412 ×0,3588


n=
(0,1)2

n=88,38

51
Berdasarkan hasil perhitungan diatas didapatkan sampel sebanyak 88,38

atau dibulatkan menjadi 89 partisipan sehingga peneliti setidaknya mengambil

sekurang kurangnya 89 partisipan.

4. 4. 3 Teknik Sampling

Cara pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik simple

random sampling (sampel acak sederhana).

4. 5 Kriteria Sampel

4. 5. 1 Kriteria Inklusi

a. Responden yang bersedia mengikuti penelitian dan mengisi kuisioner

penelitian

4. 5. 2 Kriteria Ekslusi

a. Responden yang mengundurkan diri dari penelitian

4. 6 Instrumen Penelitian

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain :

1. Instrumen yang digunakan untuk membuat dan mengisi kuesioner :

a. Kertas A4

b. Printer

c. Klip

d. Pulpen

2. Instrumen yang digunakan dalam proses pengolahan sampel

a. Lapotop

b. Aplikasi SPSS

3. Instrumen penunjang lainnya, yaitu alat dokumentasi

4. 7 Prosedur Penelitian

52
Pada tahp persiapan penelitian, dilakukan kegiatan sebagai berikut :

1. Peneliti menyusun proposal penelitian

2. Peneliti mengajukan proposal kepada pembimbing

3. Peneliti mengusulkan perizinan berupa izin etik penelitian dan perizinan

penelitian di lokasi penelitian

4. Peneliti mempersiapkan instrumen penelitian yang digunakan.

5. Peneliti melakukan uji validitas kuesioner yang akan di bagikan ke partisipan

Pada tahap pelaksanaan, dilakukan sebagai berikut:

1. Peneliti mendatangi lokasi penelitian yang telah ditetapkan secara acak

sebagai lokasi penelitian

2. Peneliti memberikan penjelasan singkat tentang penelitian yang dilakukan

3. Peneliti meminta kesediaan partisipan untuk mengisi kuesioner yang

diberikan

4. Peneliti mengumpulkan kembali hasil kuesioner dan membawa hasil

kuesioner untuk dianalisis

5. Peneliti melakukan analisis dengan bantuan SPSS

Tahap pelaporan, pada tahp ini peneliti melakukan kegiatan sebagi berikut :

1. Peneliti mengumpulkan hasil data penelitian

2. Peneliti melkaukan pengolahan dan penyajian data hasil dari penelitian

3. Penelitian melakukan evaluasi dan pembahasan hasil data penelitian bersama

pembimbing

4. Peneliti melakukan penarikan kesimpulan dan saran penelitian

5. Peneliti menyusun laporan penelitian

6. Peneliti mencetak hasil penelitian

53
7. Peneliti membuat publikasi penelitian

4. 8 Cara pengumpulan Data

Berdasarkan cara memperoleh data, jenis data yang digunakan pada

penelitian ini adalah data primer, yaitu berupa faktor-faktor yang mempengaruhi

pemberian vitamin A pada balita di Kabupaten Bulukumba dengan alat ukur

berupa pengisian kuesioner.

4.9 Skema Alur Penelitian

Orang tua Di Desa


Bontomarannu

Kriteria Inklusi dan


Ekslusi

Informed Consent

Isi Kuesioner

Hasil

4. 10 Pengolahan dan Penyajian Data

4. 10. 1 Pengolahan Data

Pengolahan data pada penelitian ini dilakuakn dengan menggunakan

bantuan komputer memakai program sofware IBM SPSS Statisttik 21.

4. 10. 2 Teknik Analisis Data

Analisis Univariat

54
Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian.

Pada umumnya dalam analisis hanya menghasilkan distribusi dari tiap variabel

(Notoadmodjo,2010)

Selanjutnya data dimasukkan dalam tabel data frekuensi, analisis ini

memnggunakan rumus sebagai berikut :

P=f /n x 100%

Keterangan :

P=Persentase

f = frekuensi yang diamati

n= Jumlah responden yang menjadi sampel (Notoadmodjo,2010)

Analisis Bivariat

Analisis bivariat merupakan analisa hasil dari variabel-variabel bebas yang

diduga mempunyai hubungan denganvariabel terkait. Analisa data yang digunakan

adalah tabel silang. Untuk menguji hipotesa dilakukan analisa statistik dengan

menggunakan Chi-square pada tingkat kemaknaan 95% (p < 0,05) sehingga dapat

diketahuiada tidaknya hubungan yang bermakna secara statistik menggunakan

program SPSS. Melalui perhitungan Chi-Square test selanjutnya ditarik

kesimpulan bila P lebih kecil dari alpha (P<0,05) maka H0 diterima dan Ha

ditolak yang menunjukkan tidak adanya pengaruh bermakna antara variabel

dependen dan independen

Aturan yang berlaku untuk uji Chi-Square untuk program komputerisasi

sperti SPSS adalah sebagai berikut :

1. Bila pada tabel contingency 2x2 dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5,

maka hasil yang digunakan adalah Fisher Exact Test

55
2. Bila pada tabel contingency 2x2 tidak dijumpai nilai e (harapan) kurang

dari 5, maka hasil yang digunakan adalah Continuity Correction

3. Bila tabel Contingency yang lebih dari 2x2 misalnya 3x2, 3x3, dan lain-

lain, maka hasil yang digunakan adalah Pearson Chi-Square

4. Bila tabel Contingency 3x2 ada sel dengan nilai frekuensi harapan e kurang

dari 5, maka akan dilakukan meger sehingga menjadi tabel Contingency

2x2 (Notoadmodjo, 2010)

4. 10. 3 Penyajian Data

Data yang telah diolah disajikan dalam bentuk tabel distribusi disertai penjelasan

yang disusun dalam bentuk narasi

4. 11 Etika Penelitian

1. Sebelum melakukan penelitian maka peneliti akan meminta izin pada

beberapa instansi terkait

2. Setiap subjek akan dijamin kerahasiaanya atas data yang diperoleh dari hasil

tes dengan tidak menuliskan nama partisipan, tetapi hanya berupa inisial

kalau diprlukan.

56
BAB V

HASIL PENELITIAN

5. 1 Hasil
Penelitian ini dilakukan di Desa Bontomarannu, Kecamatan Bontotiro,

Kabupaten Bulukumba. Desain penelitian yang digunakan adalah observasional

analitik untuk mengetahui faktor-fator yang mempengaruhi pemberian vitamin A

pada balita di Desa Bontomarannu. Pengumpulan data dilakukan dengan

pengambilan data primer melalui pengisisan kuesioner yang memuat 8 pertanyaan

tentang karakteristik responden, 11 pertanyaan tentang pengetahuan dan 1

pertanyaan tentang perilaku kesehatan. Besar sampel pada penelitian ini adalah 89

responden. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling

dengan waktu pengambilan data dari bulan Juli-Agustus 2017.

Data yang diperoleh kemudian diolah dan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi

dan crosstab sesuai dengan tujuan penelitian dan disertai narasi sebagai penjelasan

tabel.

5. 2 Analisa Univariat

Analisa univariat melihat distribusi frekuensi dari variabel independen dan

variabel dependen.

5. 2. 1 Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan

Hasil analisa distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat

pada tabel 5.1.

57
Tabel 5.1: Distribusi Frekuensi Reponden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pedidikan N %
Di Desa
SD 3 3,37
SMP 18 20,22
SMA 43 48,32
PERGURUAN
25 28,09
TINGGI
JUMLAH 89 100
Bontomarannu, Kecamatan Bontotiro, Kabupaten Bulukumba Pada Tahun

2017.

Dari tabel 5.1 diketahui bahwa responden dengan tingkat pendidikan SMA

(48,31%) lebih banyak daripada kelompok tingkat pendidikan Perguruan Tinggi

(28,10%), SMP (20,22%) dan SD (3,37%).

5. 2. 2 Distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan

Hasil analisa distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan dapat dilihat

pada tabel 5.2

Tabel 5.2: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat

Pengetahuan Di Desa Bontomarannu, Kecamatan Bontotiro, Kabupaten

Bulukumba Pada Tahun 2017.

Tingkat
N %
Pengetahuan
Baik 49 55,06
Cukup 37 41,57
Kurang 3 3,37
JUMLAH 89 100

58
Dari tabel 5.2 diketahui bahwa responden dengan tingkat pengetahuan baik

(55,06%) lebih banyak daripada kelompok tingkat pengetahuan cukup (41,57%),

dan kurang (3,37%).

5. 2. 3 Distribusi responden berdasarkan jumlah anak

Hasil analisa distribusi responden berdasarkan jumlah anak dapat dilihat pada

tabel 5.3

Tabel 5.3: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jumlah Anak Di

Desa Bontomarannu, Kecamatan Bontotiro, Kabupaten Bulukumba Pada

Tahun 2017.

Jumlah anak N %
<2 54 60,67
>2 35 39,33
JUMLAH 89 100

Dari tabel 5.3 diketahui bahwa responden dengan jumlah anak <2 (60,67%)

lebih banyak daripada kelompok jumlah anak >2 (39,33%).

5. 2. 4 Distribusi responden berdasarkan sumber informasi

Hasil analisa distribusi responden berdasarkan sumber informasi dapat dilihat

pada tabel 5.4

Tabel 5.4: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sumber Informasi

Di Desa Bontomarannu, Kecamatan Bontotiro, Kabupaten Bulukumba Pada

Tahun 2017.

Sumber Informasi N %
Penyampaian
40 44,94
Langsung 59
Media Cetak 11 12,36
Digital 38 42,70
JUMLAH 89 100
Dari tabel 5.4 diketahui bahwa responden dengan sumber informasi dengan

penyampaian langsung (44,94%) lebih banyak daripada kelompok sumber

informasi dengan media elektronik (42,70%) media cetak (12,36%).

5. 2. 5 Distribusi responden berdasarkan pekerjaan

Hasil analisa distribusi responden berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada tabel

5.5

Tabel 5.5: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Di Desa

Bontomarannu, Kecamatan Bontotiro, Kabupaten Bulukumba Pada Tahun

2017.

Pekerjaan N %
Guru 3 3,37
Honorer 6 6,74
IRT 69 77,53
Kader 2 2,25
PNS 9 10,11
JUMLAH 89 100

Dari tabel 5.5 diketahui bahwa responden dengan pekerjaan IRT (77,53%)

lebih banyak daripada kelompok PNS (10,11%), Honorer (6,74%), Guru (3,37%)

dan Kader (2,25%).

5. 2. 6 Distribusi responden berdasarkan status ekonomi keluarga

Hasil analisa distribusi responden berdasarkan status ekonomi keluarga dapat

dilihat pada tabel 5.6

60
Tabel 5.6: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Ekonomi

Keluarga Di Desa Bontomarannu, Kecamatan Bontotiro, Kabupaten

Bulukumba Pada Tahun 2017.

Status Ekonomi
N %
Keluarga
Tinggi 14 15,74
Menengah 7 7,86
Rendah 68 76,40
JUMLAH 89 100

Dari tabel 5.6 diketahui bahwa responden dengan status ekonomi rendah

(76,40%) lebih banyak daripada kelompok sumber status ekonomi tinggi

(15,73%) dan status ekonomi menengah (7,87%).

5. 3 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mencari hubungan variabel independen dengan

variabel dependen. Pengujian ini menggunakan uji Chi-Square. Dikatakan ada

hubungan yang bermakna secara statistik jika di peroleh nilai p < 0,05

5. 3. 1 Hubungan Tingkat pendidikan dan pernah memberikan kapsul

vitamin A pada balita

Hasil analisa hubungan tingkat pendidikan dan pernah memberikan kapsul

vitamin A pada balita dapat dilihat pada tabel 5.7

61
Tabel 5.7: Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan Dan Pernah

Mendapatkan Vitamin A Pada Balita Di Desa Bontomarannu, Kecamatan

Bontotiro, Kabupaten Bulukumba Pada Tahun 2017

Tingkat Pernah Mendapatkan Vitamin A Total p Value


Pendidika Ya Tidak
n N % N % N %
SD 3 3,37 0 0 3 100
SMP 18 20,22 0 0 18 100
SMA 40 44,95 3 3,37 43 93.02
0,454
Perguruan 22 24,72 3 3,37 25 88
Tinggi
Jumlah 83 93,26 6 6,74 89 381.2
Dari tabel 5.7 diketahui bahwa distribusi responden berdasarkan tingkat

pendidikan karakteristik responden tidak terdistribusi merata sehingga

berdasarkan tabel diatas, responden dengan tingkat pendidikan SD dan SMP

mendapatakan total 100% pernah mendapatkan vitamin A pada balita, sementara

SMA 93.2% dan Perguruan Tinggi 88% dan hasil uji Chi-Square menunjukkan

nilai 0,454, berarti tidak ada hubungan yang bermakna (p>0,05) antara responde

yang Pernah mendapatkan vitamin A dengan tingkat pendidikan.

5. 3. 2 Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Pernah memberikan kapsul

vitamin A pada balita

Hasil analisa hubungan tingkat pengetahuan dan pernah memberikan

kapsul vitamin A pada balita dapat dilihat pada tabel 5.8

62
Tabel 5.8: Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Dan Pernah

mendapatkan vitamin A Pada Balita Di Desa Bontomarannu, Kecamatan

Bontotiro, Kabupaten Bulukumba Pada Tahun 2017

Tingkat Pernah mendapatkan vitamin A


Total p Value
Pengetahua Ya Tidak
n N % N % N %
Baik 45 50,57 4 4,50 49 91,84
Cukup 36 40,45 1 1,12 37 97,3
Kurang 2 2,24 1 1,12 3 66,67 0,106
Jumlah 83 93,26 6 6,74 89 255,8
1
Dari tabel 5.8 diketahui bahwa distribusi responden berdasarkan tingkat

Pengetahuan baik yang pernah mendapatkan kapsul vitamin A pada balita

(91,84%), tingkat pengetahuan cukup (97,3%), dan kurang (66,67%) dan hasil uji

Chi-Square menunjukkan nilai 0,106, berarti tidak ada hubungan yang bermakna

(p > 0,05) antara responden yang Pernah mendapatkan vitamin A dengan tingkat

pengetahuan.

5. 3. 3 Hubungan Jumlah anak dan pernah memberikan kapsul vitamin A

pada balita

Hasil analisa hubungan jumlah anak dan pernah memberikan kapsul

vitamin A pada balita dapat dilihat pada tabel 5.9

Tabel 5.9: Distribusi Responden Menurut Jumlah Anak Dan Pernah

mendapatkan vitamin A Pada Balita Di Desa Bontomarannu, Kecamatan

Bontotiro, Kabupaten Bulukumba Pada Tahun 2017

Jumlah Pernah mendapatkan vitamin A Total p Value


Anak Ya Tidak
N % N % N %
<2 48 53,93 6 6,74 54 89
>2 35 39,33 0 0 35 100 0,041
Jumlah 83 93,26 6 6,74 89 189

63
Dari tabel 5.9 diketahui bahwa distribusi responden yang mempunyai jumlah

anak <2 dan pernah memberikan kapsul vitamin A pada balita (89%) dan jumlah

anak >2 (100%) dan hasil uji Chi-Square menunjukkan nilai 0,041, berarti ada

hubungan yang bermakna (p < 0,05) antara responden yang Pernah mendapatkan

vitamin A dengan jumlah anak. Responden dengan jumlah anak > 2 lebih banyak

Pernah mendapatkan vitamin A pada balita.

5. 3. 4 Hubungan Media Informasi dan pernah memberikan kapsul

vitamin A pada balita

Hasil analisa hubungan media informasi dan pernah memberikan kapsul

vitamin A pada balita dapat dilihat pada tabel 5.10

Tabel 5.10: Distribusi Responden Menurut Jenis Sumber Informasi Dan

Pernah mendapatkan vitamin A Pada Balita Di Desa Bontomarannu,

Kecamatan Bontotiro, Kabupaten Bulukumba Pada Tahun 2017.

Media Pernah mendapatkan vitamin A Total p Value


Informasi Ya Tidak
N % N % N %
Digital 35 39,33 3 3,37 38 92,1
Cetak 11 12,36 0 0 11 100
Penyampaia 37 41,57 3 3,37 40 92,5 0,634
n langsung
Jumlah 83 93,26 6 6,74 89 284,6
Dari tabel 5.10 diketahui bahwa distribusi responden berdasarkan media

informasi penyampaian langsung dan yang pernah memberikan kapsul vitamin A

pada balita (92,1%), kelompok media digital (100%), dan media cetak (92,5%)

dan hasil uji Chi-Square menunjukkan nilai 0,634, berarti tidak ada hubungan

yang bermakna (p > 0,05) antara responden yang Pernah mendapatkan vitamin A

dengan jenis media informasi.

64
5. 3. 5 Hubungan Pekerjaan dan pernah memberikan kapsul vitamin A pada balita

Hasil analisa hubungan pekerjaan dan pernah memberikan kapsul vitamin A

pada balita dapat dilihat pada tabel 5.11

Tabel 5.11: Distribusi Responden Menurut Pekerjaan Dan Pernah

mendapatkan vitamin A Pada Balita Di Desa Bontomarannu, Kecamatan

Bontotiro, Kabupaten Bulukumba Pada Tahun 2017.

Pekerjaan Pernah mendapatkan vitamin A Total p Value


Ya Tidak
N % N % N %
Guru 2 2,25 1 1,12 3 66,67
Honorer 4 4,49 2 2,25 6 66,67
IRT 66 74,16 3 3,37 69 95,65
Kader 2 2,25 0 0 2 100 0,021
PNS 9 10,11 0 0 9 100
Jumlah 83 93,26 6 6,74 89 428,9
9
Dari tabel 5.11 diketahui bahwa distribusi responden yang mempunyai

pekerjaan sebagai IRT dan pernah memberikan kapsul vitamin A pada balita

(95,65%), PNS (100%), Honorer (66,67%), Kader (100%) dan Guru ( 66,67%)

dan hasil uji Chi-Square menunjukkan nilai 0,021, berarti ada hubungan yang

bermakna (p < 0,05) antara responden yang Pernah mendapatkan vitamin A

dengan pekerjaan.

5. 3. 6 Hubungna status ekonomi keluarga dan Pernah mendapatkan vitamin A

pada balita

Hasil analisa hubungan status ekonomi keluarga dan pernah memberikan

kapsul vitamin A pada balita dapat dilihat pada tabel 5.12

65
Tabel 5.12: Distribusi Responden Menurut Status Ekonomi Keluarga Dan

Pernah mendapatkan vitamin A Pada Balita Di Desa Bontomarannu,

Kecamatan Bontotiro, Kabupaten Bulukumba Pada Tahun 2017.

Status Pernah mendapatkan vitamin A Total p Value


Ekonomi Ya Tidak
Keluarga N % N % N %
Tinggi 13 14,60 1 1,13 14 92,86
Menengah 6 6,75 1 1,13 7 85,71
Rendah 64 71,91 4 4,49 68 94,12 0,699
Jumlah 83 93,26 6 6,74 89 272,6
9

Dari tabel 5.12 diketahui bahwa distribusi responden berdasarkan status

ekonomi rendah dan yang pernah memberikan kapsul vitamin A pada balita

(94,12%) lebih banyak daripada kelompok status ekonomi tinggi (92,86%), dan

status ekonomi menengah (85,71%) dan hasil uji Chi-Square menunjukkan nilai

0,699, berarti tidak ada hubungan yang bermakna (p > 0,05) antara responden

yang Pernah mendapatkan vitamin A dengan Status ekonomi keluarga.

5. 4 Resume nilai-nilai variabel bebas yang diteliti terhadap Pernah

mendapatkan vitamin A pada balita

Resume nilai-nilai variabel bebas yang diteliti terhadap Pernah mendapatkan

vitamin A pada balita dapat dilihat pada tabel 5.13

Tabel 5.13: Resume Nilai Nilai Variabel Bebas Yang Diteliti Terhadap Pernah

mendapatkan vitamin A Pada Balita

Variabel p value
Tingkat pengetahuan 0,454
Tingkat pendidikan 0,106
Jumlah anak 0,041
Sumber informasi 0,634
Pekerjaan 0,021
Status ekonomi keluarga 0,699

66
Dari tabel 5.13 diketahui bahwa dari keenam variabel bebas yang diteliti

terdapat 2 variabel yang memiliki p < 0,05 dan 4 variabel lainnya memiliki p >

0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel jumlah anak dan pekerjaan

memiliki hubungan bermakna atau berpengaruh terhadap perilaku pemberian

vitamin A pada balita sementara variabel tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan,

sumber informasi dan status ekonomi keluarag tidak memiliki hubungan yang

bermakna dengan perilaku pemberian vitamin A pada balita.

67
BAB VI

PEMBAHASAN

Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian vitamin A

pada balita di desa Bontomarannu, Kecamatan bontotiro, Kabupaten Bulukumba

telah dilakukan dari bulan Juli-Agustus 2017. Peneltian ini menggunakan metode

observasional analitik yang mengambil langsung ke masyarakat menggunakan

kuesioner. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pernah

melakukan pemberian vitamin A pada balita dengan berdasarkan tingkat

pengetahuan, tingkat pendidikan, jumlah anak, sumber informasi, pekerjaan dan

status ekonomi keluarga. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa jumlah

responden dalam penelitian ini adala 89 berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.

Hasil penelitian didapatkan sebagai berikut :

6. 1 Tingkat Pendidikan

Presentasi responden yang Pernah mendapatkan vitamin A pada balita

berdasarkan hubungan dengan tingkat pengetahuan dapat dilihat pada tabel 5.7

menunjukkan bahwa tingkat perilaku pemberian vitamin A pada balita di desa

Bontomarannu, kecamatan bontotiro, kabupaten Bulukumba pada tahun 2017,

paling banyak mendapatkan vitamian A pada balita adalah kelompok responden

dengan tingkat pendidikan SD dan SMP (100%) akan tetapi jumlah responden

dari tingkat pendidikan SD dan SMP terlalu sedikit dibandingkan dengan

kelompok lain sementara kelompok paling banyak di penelitian ini adalah

kelompok tingkat pendidikan SMA yaitu 93.02%. Hal ini disebabkan karena

kelompok responden tidak terdistribusi merata. Secara statistik tidak ada pengaruh

tingkat pendidikan dengan perilaku pemberian vitamin A pada balita karena nilai p

68
= 0,454 > 0,05. Hal ini disebabkan karena kemungkinan kelompok responden

tidak menyebar secara rata untuk mewakili setiap kelompok.

Dari hasil penelitian, kelompok responden terbanyak adalah yang tingkat

pendidikan SMA paling banyak dalam responden, akan tetapi tingkat pendidikan

rendah seperti SD dan SMP, semuanya Pernah mendapatkan vitamin A pada

anaknya, hal ini dikarenakan orang tua mengupayakan yang terbaik untuk

anakanya dan berdasarkan dari lokasi sampel penelitian, didaerah tersebut setiap

6 bulan sekali terdapat suatu program pemerintah yaitu pemberian vitamin A

untuk balita. Jadi meskipun responden tersebut mempunyai tingkat pendidikan

yang rendah akan tetapi beberapa faktor lain yang mendukung untuk responden

tersebut datang ke posyandu untuk imunisasi dan bertepatan dengan bulan

pemberian vitamin A, maka secara tidak langsung responden tersebut sudah

memberikan vitamin A secara tidak langsung keanaknya.

6. 2 Tingkat Pengetahuan

Presentasi responden yang Pernah mendapatkan vitamin A pada balita

berdasarkan hubungan dengan tingkat pengetahuan dapat dilihat pada tabel 5.8

menunjukkan bahwa tingkat perilaku pemberian vitamin A pada balita di Desa

pBontomarannu, Kecamatan Bontotiro, Kabupaten Bulukumba pada tahun 2017,

paling banyak memberikan vitamian A pada balita adalah kelompok responden

dengan tingkat pengetahuan cukup (97,3) dan paling sedikit pada kelompok

responden dengan tingkat pengetahuan kurang (66,67%) akan tetapi jumlah

responden pada kelompok ini terlalu sedikit. Secara statistik tidak ada pengaruh

tingkat pengetahuan dengan perilaku pemberian vitamin A pada balita karena nilai

p = 0,106 > 0,05. Penelitian ini bertentangan dengan penelitian Putri (2014) yang

69
menyatakan, ibu dengan pengetahuan tinggi akan memengaruhi upaya ibu untuk

patuh memberikan vitamin A pada balita.

Dari hasil penelitian, kelompok responden berpengetahuan baik dan cukup

sebagian besar Pernah mendapatkan vitamin A ke balita begitu juga dengan

tingkat pengetahuan rendah. Hal ini dikarenakan kemungkinan penyebaran

kelompok responden yang tidak merata dan mungkin saja pada zaman sekarang,

tingkat pegetahuan tidak berpengaruh lagi terhadap riwayat pemberian vitamin A

pada balita. Hal ini dikarenakan adanya program pemerintah yaitu pemberian

vitamin A pada balita setiap 6 bulan sekali. Jadi apabila orang tua yang bermaksud

untuk membawa anaknya untuk diimunisasi, tetapi saat anak tersebut dibawa

orang tuanya ke posyandu, maka anak tersebut bisa mendapatkan vitamin A

meskipun orang tuanya kurang tahu mengenai vitamin A dan pentingnya vitamin

A, sehingga pengetahuan mungkin saja sudah bukan faktor utama lagi.

Notoadmodjo,2010 juga mengemukakan bahwa Adanya faktor-faktor lain

yang mempengaruhi perilaku seseorang selain faktor pengetahuan, misalnya

faktor penguatan. Dalam hal ini kemungkinan faktor penguatan orang tua

membawa anaknya ke posyandu karena adanya dukungan dari keluarga,jarak

rumah dari tempat posyandu dan faktor lingkungan sekitar.

6. 3 Jumlah Anak

Presentasi responden yang Pernah mendapatkan vitamin A pada balita

berdasarkan hubungan dengan jumlah anak dapat dilihat pada tabel 5.9

menunjukkan bahwa tingkat perilaku pemberian vitamin A pada balita di desa

Bontomarannu, kecamatan bontotiro, kabupaten Bulukumba pada tahun 2017,

paling banyak memberikan vitamian A pada balita adalah kelompok responden

70
dengan jumlah anak >2 (100%) dan paling sedikit pada kelompok responden

dengan >2 (89%) berdasarkan persentase per kelompok responden. Secara

statistik ada pengaruh jumlah anak dengan perilaku pemberian vitamin A pada

balita karena nilai p = 0,041 < 0,05.

Berdasarkan hasil penelitian, responden yang memliki jumlah anak > 2,

semua responden Pernah mendapatkan vitamin A pada balita, sedangkan

responden yang memiliki jumlah anak < 2, terdapat beberapa yang tidak

memberikan vitamin A pada balita. Hal ini disebabkan karena kemungkinan

terdapat faktor pengalaman, yang dimana responden yang memliki jumlah anak

yang lebih banyak, lebih tinggi peluang untuk membawa anaknya ke posyandu

atau kelayanan kesehatan untuk mendapatkan vitamin A karena responden

tersebut sudah lebih banyak tahu tentang informasi dan pengalaman.

6. 4 Jenis Sumber Informasi

Presentasi responden yang Pernah mendapatkan vitamin A pada balita

berdasarkan hubungan dengan sumber informasi dapat dilihat pada tabel 5.10

menunjukkan bahwa tingkat perilaku pemberian vitamin A pada balita di desa

Bontomarannu, kecamatan bontotiro, kabupaten Bulukumba pada tahun 2017,

paling banyak memberikan vitamian A pada balita adalah kelompok responden

dengan sumber informasi melalui media cetak (100%) akan tetapi jumlah

responden pada kelompok ini terlalu sedikit dan paling sedikit pada kelompok

melalui media digital (92,1%)jika dilihat berdasarkan persentase perkelompok

responden padahal kelompok ini ada responden terbanyak kedua. Hal ini

disebabkan karena data tidak terdistribusi merata. Secara statistik tidak ada

71
pengaruh sumber informasi dengan perilaku pemberian vitamin A pada balita

karena nilai p = 0,634 > 0,05.

Berdasarkan hasil penelitian, apapun jenis media yang digunakan untuk

menyebarkan informasi, dapat menambah wawasan ibu akan program pemerintah

yaitu pemberian vitamin A pada balita setiap 6 bulan sekali. Sehingga tidak ada

pengaruh yang signifikan antara jenis sumber informasi dan riwayat pemberian

vitamin A pada baita. Hal ini karena kemungkinan adanya faktor lain yang lebih

mendukung seperti pengalaman responden

6. 5 Pekerjaan

Presentasi responden yang Pernah mendapatkan vitamin A pada balita

berdasarkan hubungan dengan sumber informasi dapat dilihat pada tabel 5.11

menunjukkan bahwa tingkat perilaku pemberian vitamin A pada balita di Desa

Bontomarannu, Kecamatan Bontotiro, Kabupaten Bulukumba pada tahun 2017,

paling banyak memberikan vitamian A pada balita adalah kelompok responden

dengan pekerjaan sebagai Kader dan PNS (100%) tetapi jumlah dari kelompok

responden ini terlalu sedikit dibandingkan dengan kelompok IRT dan paling

sedikit pada kelompok pekerjaan sebagai guru dan honorer (66,67%) tetapi

kelompok ini juga memiliki jumlah responden sedikit dibandingkan dengan

kelompok IRT. Hal ini disebabkan karena kelompok responden tidak tersebar

secara merata. Secara statistik ada pengaruh pekerjaan dengan perilaku pemberian

vitamin A pada balita karena nilai p = 0,021 < 0,05.

Berdasarkan hasil penelitian, kelompok responden yang paling banyak

mempunyai riwayat pemberian vitamin A ke balita adalah kelompok dengan

pekerjaan IRT dan kebanyakan responden adalah ibu rumah tangga. Berdasarkan

72
penelitian terdapat hubungan antara pekerjan dan riwayat pemberian vitamin A

pada balita, hal ini kemungkinan karena seorang ibu rumah tangga mempunyai

waktu yang cukup untuk membawa anaknya ke pusat layanan kesehatan untuk

mendapatkan vitamin A

Berdasarkan sukmamur (1996), lama seorang bekerja sehari-hari umumnya

6-8 jam, sisanya dipergunakan dalam kehidupan keluarga masyarakat, istirahat,

tidur, dan lain-lain. Dalam seminggu, seseorang biasanya bekerja dengan baik

selama 40-50 jam.

6. 6 Status Ekonomi Keluarga

Presentasi responden yang Pernah mendapatkan vitamin A pada balita

berdasarkan hubungan dengan status ekonomi keluarga dapat dilihat pada tabel

5.12 menunjukkan bahwa tingkat perilaku pemberian vitamin A pada balita di

desa Bontomarannu, kecamatan bontotiro, kabupaten Bulukumba pada tahun

2017, paling banyak memberikan vitamian A pada balita adalah kelompok

responden dengan status ekonomi rendah (94,12%) dan paling sedikit pada

kelompok status ekonomi menengah (85,71%) akan tetapi kelompok responden

tidak tersebar secara merata. Secara statistik tidak ada status ekonomi keluarga

dengan perilaku pemberian vitamin A pada balita karena nilai p = 0,699 > 0,05.

Berdasarkan hasil penenlitian, kelompok responden yang paling banyak

adalah keompok status ekonomi rendah, dan kelompok yang memiliki riwayat

pemberian vitamin A pada balita terbanyak juga kelompok responden status

ekonomi rendah. Berdasarkan statistik tidak terdapat hubungan antara status

ekonomi dan riwayat pemberian vitamin A. Hal ini kemungkinan karena pada

zaman sekarang, pemerintah sudah menggratiskan pemberian vitamin A pada

73
balita. Meskipun jika ada yang harus dibayar, kebanyakan masyarakat, apalagi

masyarakat status ekonomi rendah mempunyaikartu jaminan kesehatan sehingga

meskipun responden memiliki status ekonomi rendah tapi dengan adanya Kartu

JKN atau BPJS maka responden tidak perlu taku masalah biaya sehingga

kemungkinan di zaman sekarang statusekonomi keluarga sudah bukan faktor

riwayat pemberian vitamin A pada balita.

74
BAB VII

PENUTUP

7. 1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian

vitamin A pada balita di Desa Bontomarannu, Kecamatan Bontotiro, Kabupaten

Bulukumba, tahun 2017, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan chi-square dengan

tingkat kepercayaan 95% variabel yang berhubungan secara signifikan

berdasarkan penelitian ini adalah Jumlah Anak (p = 0,041 ) dan pekerjaan

(p = 0,021)

2. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan chi-square dengan

tingkat kepercayaan 95% variabel yang berhubungan secara signifikan

berdasarkan penelitian ini adalah Tingkat pengetahuan (p = 0,106 )

Tingkat Pendidikan (p = 0,454), Jenis Sumber Informasi (p = 0,634) dan

status ekonomi Keluarga (p = 0,699)

7. 2 Saran

1. Bagi responden

Agar dapat memberikan pengetahuan bagi orang tua mengenai pentingnya

pemberian vitamin A pada balita dan informasi mengenai program pemerintah

mengenai pemberian vitamin A

2. Bagi tempat penelitian

Agar dapat mengingatkan dan menghimbau agar selalu ingat kunjungi

posyandu setiap bulan agar bisa dapat dikontrol baik mengenai pemberian vitamin

A pada balita maupun imunisasi yang lainnya

75
3. Bagi peneliti selanjutnya

Sekiranya peneliti selanjutnya dapat menyusun kuesioner yang dapat

mengukur secara tepat, dan menggunakan metode pengambilan sampel secara

tepat dan tidak berkelompok dan diharapkan kepada peneliti lain dapat

melanjutkan penelitian ini dengan meneliti variabel lain seperti waktu luang an

lebih mengkaji lagi variabel pada penelitian ini serta menggunakan metode yang

lain.

76
DAFTAR PUSTAKA

Agustyani, T Fajria. 2012. Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Vitamin A

Pada Balita di Polindes Singosari Mojongsongo Boyolali Tahun 2012. Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta.

Almatsier S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama,

Jakarta.

Almatsier, S.2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia

Pustaka Utama.

Ambrawati, E.R, Wulandari, D. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Edisi 5 :

Yogjakarta. Nuha Medika.

Arisman. (2004). Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC.

Badan Pusat Statistik (BPS), BKKBN, Depkes RI, Macro Internasional,

2013. Indonesia Demographic and Health Survey 2012, Calverton, Maryland,

USA : BPS dan Macro Internasional.

Badan Pusat Statistik. 2002.Klasifikasi Baku Jenis Pekerjaan Indonesia.

Jakarta: BPS

Beck, M.E. 2011. Ilmu Gizi dan Diet, Hubungannya dengan Penyakit-

Penyakit untuk Perawat & Dokter. Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica (YEM)

Budiman, A.R. 2013. Pengetahuan dan Sikap dalam Penelitian

Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika

Bulatao & Lee. 1983, Determinant of Fertility in Developing Countries.

London Academic Pres.

Depkes. 2005. Pedoman Umum Gizi Seimbang. Direktorat Bina Gizi

Masyarakat. Jakarta.

77
Dewi, KS et al. 2011. Gambaran Makna Keluarga ditinjau dari Status

dalam Keluarga, Usia, Tingkat Pendidikan, dan Jenis Pekerjaan (Studi

Pendahuluan). Jurnal Psikologi Undip Vol. 10 No, 2, oktober 2011.

Kartono. 2006. Perilaku Manusia. Jakarta: ISBN

Keraf. A.S. & Dua. M. 2001.Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan

Filosofo.Yogyakarta : Komisius

Khomsan. 2003. Pentingnya Gizi untuk Pertumbuhan Anak. Diperoleh dari

Karya Tulis Ilmiah www.ProfProjects.com, pada tanggal 5 Juni 2017.

Li, Lei et al. 2012. Spirulina Can Increase Total-body Vitamin A Stores of

Chinese School-age Children as Determined by A Paired Isotope dilution

Technique. Journal of Nutritional Science, Vol. 1, e19, Page 1 of 7, 2012

Muchtar, R & Purnomo, E., 2009, Proximate Determinant Fertilitas di

Indonesia, Puslitbang KB dan Kesehatan Reproduksi Badan Koordinasi Keluarga

Berencana Nasional, Jakarta

Mufida. 2013. Sindrom Turner. Diperoleh dari Karya Tulis Ilmiah

www.ProfProjects.com, pada tanggal 5 Juni 2017.

Muherdiyantiningsih, et al. 2003. Kekurangan Vitamin A pada Kelompok

Bayi dan faktor yang Berhubungan di Kabupaten Bogo. PGM

Najir, M. 1988.Metode Penelitian. Jakarta : Ghslis Indonesia

Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta :

Rineka Cipta.

Nurjannah, S.L. 2014. Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi dengan

Motivasi Orang Tua Menyekolahkan Anak di PAUD Smart Kid dan PAUD

78
Sahabat Ananda Kecamatan DAU. Skripsi Fakultas Psikologi Universitas

Maulana Malik Inrahim Malang 2014.

Poerdarminta, WJS 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai

Pustaka.

Pratiwi, Y.S. 2013.Kekurangan Vitamin A (KVA) dan Infeksi. The

Indonesian Journal of Health Science, Vol 3, No. 2, June 2013.

Putri, Ellistya. 2014. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Upaya

Kepatuhan Pemberian Vitamin A pada Balita di Puskesmas Wirobrajan

Yogyakarta Tahun 2014. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta.

Sediaoetama, A.D. 2010. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid II.

Jakarta : Dian Rakyat.

Sepduwiana, Heny. Meri. 2010. Pengetahuan dan Sikap Ibu yang

Memiliki Balita Tentang Pemberian Vitamin A di Posyandu Sayang Balita

Kelurahan Ujung Batu Wilayah Kerja Puskesmas Ujung Batu April-Mei 2010.

Setyawan. 2011. Penyakit Kretinisme. Diperoleh dari Karya Tulis Ilmiah

www.ProfProjects.com, pada tanggal 5 Juni 2017.

Sheth, A.M et al. 2016. A Study on Awareness and Practice Regrading

Vitamin A Intake and its Deficiency Disorders Among Mothers of Pre-school

Children in Khirasara Village, Rajkot, Gujarat. National Journal of Community

Medicine volume 7 Issue 6 June 2013.

Sukmamur. 1996. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT

Toko Agung.

Syahrir, et al. 2015. Profil Kesehatan Sulawesi Selatan 2014. Makassar:

Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan.

79
Tumbol, Jul dkk. 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan

Frekuensi Kunjungan Ibu yang Memiliki Anak Balita ke Posyandu Kelurahan

Lewet Kecamatan Amurang Timur Kabupaten Minahasa Selatan. JIDAN Volume

I Nomor 1. Juli-Desember 2013. ISSN : 2339-1731.

Widyastuti. 2009. Hubungan Riwayat Pemberian ASI Eksklusif Dengan

Status Gizi Bayi 6-12 Bulan Di Nusatenggara Barat (NTB) Tahun 2007. Tesis

Program Studi Epidiomologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Indonesia Depok 2009.

World Health Organization.2011. Guideline: Vitamin A supplementation in

infants 1–5 months of age. Geneva,WHO.

Yusuf, S.F. 2015. Metodolog PenelitianKesehatan. Padangsidimpuan :

Darmais Press.

80
PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya yang bernama Hamka Wijaya Sakti (C11114056) adalah mahasiswa


program studi pendidikan dokter Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Saat ini sedang melakukan penelitian tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pemberian Vitamin A pada Balita di Bulukumba. Penelitian ini merupakan salah
satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Studi Pendidikan
Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

Untuk keperluan tersebut saya mohon ibu-ibu untuk menjadi repsonden


dalam penelitian ini. Selanjutnya saya mohon untuk mengisi kuesioner dengan
jujur dan apa adanya. Jika bersedia, silahkan menandatangani lembar persetujuan
ini sebagai kesukarelaan ibu.

Partisipasi ibu-ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga bebas


mengundurkan diri setiap saat tanpa sanksi apapun. Identitas pribadi ibu dan
semua informasi yang ibu berikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk
keperluan penelitian ini.

Terima kasih atas partisipasi ibu-ibu dalam penelitian ini.

Makassar, 2017

Peneliti Responden

(Hamka Wijaya Sakti) (______________________)

81
KUESIONER PENELITIAN

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN VITAMIN A


PADA BALITA DI DESA BONTOMARANU KECAMATAN BONTOTIRO
KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2017

No Responden:

Tanggal Pengambilan Data :

Petunjuk : Pilih salah satu Jawaban yang benar atau salah berikut ini dengan
menggunakan tanda silang (X) dan isilah titik titik dibawah ini

I. KARAKTERISTIK RESPONDEN

1. Umur :.......................... Tahun

2. Pendidikan

a. SD

b. SMP

c. SMA

d. Perguruan Tinggi

3. Jumlah anak

a. 1 anak

b. 2 anak

c. 3 anak

d. > 3 anak

4. Pekerjaan

............................................................(Diisi sesuai pekerjaan)

5. Pendapatan dalam sebulan

a. Lebih dari Rp 3.500.000

b. Rp 2.500.000-Rp 3.500.000/bulan

c. Rp 1.500.000 - Rp 2.500.000/ bulan

82
d. Kurang dari Rp 1.500.000/bulan

6. Apakah Anda Pernah mendengar tentang program pemberian vitamin A


pada bayi dan balita ?

a. Ya

b. Tidak (lanjut soal pengetahuan)

7. Apakah tersedia cukup informasi tentang pemberian vitamin A pada bayi


dan Balita ?

a. Ya

b. Tidak

8. Dimanakah anda biasanya mendengar atau mengetahui tentang informasi


pemberian vitamin A ?

a. TV

b. Pamflet atau pengumuman yang ditempel

c. Pengumuman langsung di mesjid atau di puskesmas

d. Dan lain lain........................................................................(diisi dimana


anda biasanya mengetahui informasi tersebut)

II. Soal Penngetahuan

1. Menurut Ibu vitamin A dibutuhkan untuk siapa saja ?

a. Semua umur dari bayi sampai orang tua

b. Hanya untuk bayi sampai balita

c. Hanya untuk orang yang terkena penyakit rabun senja

2. Menurut ibu apa penyebab terjadinya kekukarangan vitamin A ?

a. Karena adanya penyakit keturunan

b. Karena tidak diberi ASI

c. Karena faktor makan yang dikonsumsi

3. Menurut ibu sayuran yang banyak mengandung vitamin A ?

a. Kol dan tering

b. Sawi dan kentang

83
c. Wortel dan tomat

4. Selain dari buah-buahan vitamin A juga bisa diperoleh dari ?

a. Hati, kuning telur, susu dan mentega

b. Kerang, putih telur, daging dan ikan

c. Nasi, jagung, tempe dan ikan

5. Penyakit yang disebabkan oleh kekurangan vitamin A adalah ?

a. Cacingan

b. Diare

c. Rabun senja

6. Dimana ibu mendapatkan kapsul vitamin A ?

a. Posyandu dan puskemas

b. Dirumah

c. Di pasar Tradisional

7. Kemana ibu membawa balitanya apabila terdapat gejala kekurangan


vitamin A ?

a. Dukun

b. Dokter

c. Kepala desa

8. Menurut ibu dampak dari kekurangan vitamin A tidak diobati adalah ?

a. Kebutaan

b. Sakit kepala yang hebat

c. Nyeri ulu hati

9. Menurut ibu, dibawah ini manakah yang merupakan tanda-tanda bayi


terlalu banyak mengkonsumsi vitamin A

a. Anak tumbuh dengan gemuk

b. Anak cepat dalam pertumbuhan

c. Anak cengeng, bengkak disekitar tulang

84
III. Soal Praktik

1. Pernahkah anda membawa anak (saat bayi dan balita) anda ke pusat
layanan kesehatan untuk mendapatkan asupan vitamin A ?

a. Ya

b. Tidak

2. Pada bulan program nasional pemberian vitamin A pada bayi dan balita ?

a. Januari dan Juli

b. Februari dan Agustus

c. Maret dan September

d. Tidak Tahu

3. Menurut umur balita mendapatkan kapsul vitamin A warna merah adalah ?

a. 1-4 tahun

b. 4-5 tahun

c. 5-6 tahun

d. Tidak Tahu

85
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Jumlah Anak * Pernah 89 100,0% 0 ,0% 89 100,0%


Melakukan Imunisasi
Vitamin A
Tingkat Pendidikan * 89 100,0% 0 ,0% 89 100,0%
Pernah Melakukan
Imunisasi Vitamin A
Pekerjaan * Pernah 89 100,0% 0 ,0% 89 100,0%
Melakukan Imunisasi
Vitamin A
Status Perekonomian 89 100,0% 0 ,0% 89 100,0%
Keluarga * Pernah
Melakukan Imunisasi
Vitamin A
Tingkat Pengetahuan * 89 100,0% 0 ,0% 89 100,0%
Pernah Melakukan
Imunisasi Vitamin A
Media Informasi * Pernah 89 100,0% 0 ,0% 89 100,0%
Melakukan Imunisasi
Vitamin A

Jumlah Anak * Pernah Melakukan Imunisasi Vitamin A

86
Crosstab
Count

Pernah Melakukan Imunisasi


Vitamin A

TIDAK YA Total

Jumlah Anak <2 6 48 54

>2 0 35 35
Total 6 83 89

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 4,170a 1 ,041


Continuity Correctionb 2,590 1 ,108
Likelihood Ratio 6,275 1 ,012
Fisher's Exact Test ,077 ,044
N of Valid Cases 89

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,36.
b. Computed only for a 2x2 table

Tingkat Pendidikan * Pernah Melakukan Imunisasi Vitamin A

87
Crosstab
Count

Pernah Melakukan Imunisasi


Vitamin A

TIDAK YA Total

Tingkat Pendidikan PERGURUA 3 22 25

SD 0 3 3

SMA 3 40 43

SMP 0 18 18
Total 6 83 89

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square 2,621a 3 ,454


Likelihood Ratio 3,841 3 ,279
N of Valid Cases 89

a. 5 cells (62,5%) have expected count less than 5. The


minimum expected count is ,20.

Pekerjaan * Pernah Melakukan Imunisasi Vitamin A

88
Crosstab
Count

Pernah Melakukan Imunisasi


Vitamin A

TIDAK YA Total

Pekerjaan GURU 1 2 3

HONORER 2 4 6

IRT 3 66 69

KADER 0 2 2

PNS 0 9 9
Total 6 83 89

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square 11,547a 4 ,021


Likelihood Ratio 7,811 4 ,099
N of Valid Cases 89

a. 7 cells (70,0%) have expected count less than 5. The


minimum expected count is ,13.

Status Perekonomian Keluarga * Pernah Melakukan Imunisasi Vitamin A

89
Crosstab
Count

Pernah Melakukan Imunisasi


Vitamin A

TIDAK YA Total

Status Perekonomian MENENGAH 1 6 7


Keluarga
RENDAH 4 64 68

TINGGI 1 13 14
Total 6 83 89

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square ,717a 2 ,699


Likelihood Ratio ,576 2 ,750
N of Valid Cases 89

a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The


minimum expected count is ,47.

Tingkat Pengetahuan * Pernah Melakukan Imunisasi Vitamin A

90
Crosstab
Count

Pernah Melakukan Imunisasi


Vitamin A

TIDAK YA Total

Tingkat Pengetahuan baik 4 45 49

cukup 1 36 37

kurang 1 2 3
Total 6 83 89

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square 4,492a 2 ,106


Likelihood Ratio 3,227 2 ,199
N of Valid Cases 89

a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The


minimum expected count is ,20.

Media Informasi * Pernah Melakukan Imunisasi Vitamin A

91
Crosstab
Count

Pernah Melakukan Imunisasi


Vitamin A

TIDAK YA Total

Media Informasi DIGITAL 3 35 38

MEDIA CE 0 11 11

PENYAMPA 3 37 40
Total 6 83 89

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square ,912a 2 ,634


Likelihood Ratio 1,647 2 ,439
N of Valid Cases 89

a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The


minimum expected count is ,74.

PE SKO
RN R
AH J
TI
J ME u
NG
U SU LA m
NO TIN KA
M MB KU l
. PE STATUS H GKA T
N U L ER KA a
RE PENDI KE EKONO B S A T ST SUMBER
N SP A M A IN N h
DIKA RJ MI E A S PEN AT INFORM
O ON M U H FO IM
N AA KELUA N L I GET US ASI
A R A R UN
DE N RGA A A L AH EK A
N MA ISA
N R H UAN ON n
A SI SI
O a
K VIT
MI k
AM
IN
A

92
8
1
PO PENYAM
<Rp , RE
1 S 3 IR SY < PAIAN
1 SMA 1 1.500.0 YA 9 2 8 baik ND
C 2 T AN 2 LANGSU
00 1 AH
DU NG
8
2
4
5
PO PENYAM
<Rp , RE
2 N 3 IR SY cuk < PAIAN
2 SD 2 1.500.0 YA 5 6 4 ND
P 0 T AN up 2 LANGSU
00 5 AH
DU NG
4
5
9
PERG 0
URUA <Rp , RE
3 N 3 IR 1 <
3 N 1 1.500.0 TV YA 1 9 baik ND DIGITAL
W 0 T 0 2
TING 00 0 AH
GI 9
1
7
2
<Rp , RE
4 N 2 IR <
4 SMA 1 1.500.0 TV YA 8 3 7 baik ND DIGITAL
A 7 T 2
00 2 AH
7
3
4
5
<Rp , RE
5 E 2 IR cuk <
5 SMP 2 1.500.0 TV YA 5 6 4 ND DIGITAL
S 7 T up 2
00 5 AH
4
5
8
1
PO PENYAM
<Rp , RE
6 J 4 IR SY < PAIAN
6 SMA 2 1.500.0 YA 9 3 8 baik ND
H 1 T AN 2 LANGSU
00 1 AH
DU NG
8
2
8
H
PERG PU 1
O PENYAM
URUA <Rp SK , RE
7 S 3 N < PAIAN
7 N 2 1.500.0 ES YA 9 3 8 baik ND
R 5 O 2 LANGSU
TING 00 MA 1 AH
RE NG
GI S 8
R
2
PERG Rp. PU
G ME PENYAM
URUA 2.500.0 SK 1
8 J 5 U TID 1 NE < PAIAN
8 N 0 00- ES 0 0 baik
D 5 R AK 1 NG 2 LANGSU
TING 3.500.0 MA 0
U AH NG
GI 00 S
7
PERG PU 2
PENYAM
URUA <Rp SK , RE
9 S 3 IR < PAIAN
9 N 2 1.500.0 ES YA 8 3 7 baik ND
Y 1 T 2 LANGSU
TING 00 MA 2 AH
NG
GI S 7
3
7
PERG PU 2
G PENYAM
URUA <Rp SK , RE
1 A 4 U < PAIAN
10 N 2 1.500.0 ES YA 8 3 7 baik ND
0 M 2 R 2 LANGSU
TING 00 MA 2 AH
U NG
GI S 7
3
6
PERG PU 3
PENYAM
URUA <Rp SK , RE
1 N 3 PN cuk < PAIAN
11 N 1 1.500.0 ES YA 7 4 6 ND
1 B 0 S up 2 LANGSU
TING 00 MA 3 AH
NG
GI S 6
4
1 12 N 4 SMA > KA <Rp PO YA 8 2 7 baik RE > PENYAM
2 I 9 3 DE 1.500.0 SY 2 ND 2 PAIAN
R 00 AN , AH LANGSU
DU 7 NG
2
7

93
3
8
PERG 1
PO PENYAM
URUA KA <Rp , RE
1 I 3 SY < PAIAN
13 N 2 DE 1.500.0 YA 9 2 8 baik ND
3 M 3 AN 2 LANGSU
TING R 00 1 AH
DU NG
GI 8
2
7
H
PERG 2
O
URUA <Rp , RE
1 N 1 N <
14 N 1 1.500.0 TV YA 8 3 7 baik ND DIGITAL
4 S 4 O 2
TING 00 2 AH
RE
GI 7
R
3
4
5
<Rp , RE
1 S 4 > IR cuk >
15 SMP 1.500.0 TV YA 5 6 4 ND DIGITAL
5 H 4 3 T up 2
00 5 AH
4
5
5
PU 4
PENYAM
<Rp SK , RE
1 W 3 > IR cuk > PAIAN
16 SMP 1.500.0 ES YA 6 5 5 ND
6 R 6 3 T up 2 LANGSU
00 MA 4 AH
NG
S 5
5
4
5
PO PENYAM
<Rp , RE
1 J 3 IR SY cuk < PAIAN
17 SMP 2 1.500.0 YA 5 6 4 ND
7 R 2 T AN up 2 LANGSU
00 5 AH
DU NG
4
5
9
PERG 0
PO PENYAM
URUA <Rp , RE
1 I 3 IR SY 1 < PAIAN
18 N 2 1.500.0 YA 1 9 baik ND
8 W 3 T AN 0 2 LANGSU
TING 00 0 AH
DU NG
GI 9
1
PO PENYAM
<Rp 1 RE
1 4 > IR SY 1 > PAIAN
19 N SMA 1.500.0 YA 0 0 baik ND
9 1 3 T AN 1 2 LANGSU
00 0 AH
DU NG
9
0
PO PENYAM
<Rp , RE
2 2 IR SY TID 1 < PAIAN
20 H SMA 0 1.500.0 1 9 baik ND
0 0 T AN AK 0 2 LANGSU
00 0 AH
DU NG
9
1
8
1
PO PENYAM
<Rp , RE
2 E 3 IR SY < PAIAN
21 SMA 2 1.500.0 YA 9 2 8 baik ND
1 N 8 T AN 2 LANGSU
00 1 AH
DU NG
8
2
6
3
PO PENYAM
<Rp , RE
2 N 4 IR SY cuk < PAIAN
22 SMA 1 1.500.0 YA 7 4 6 ND
2 H 9 T AN up 2 LANGSU
00 3 AH
DU NG
6
4
6
PU 3
PENYAM
<Rp SK , RE
2 R 3 IR cuk < PAIAN
23 SMA 2 1.500.0 ES YA 7 4 6 ND
3 M 7 T up 2 LANGSU
00 MA 3 AH
NG
S 6
4
2 24 N 2 SMP 2 IR <Rp PU YA 9 2 8 baik RE < PENYAM
4 U 7 T 1.500.0 SK 1 ND 2 PAIAN
00 ES , AH LANGSU
MA 8 NG
S 1

94
8
2
4
5
>Rp , TI
2 R 3 PN cuk >
25 SMA 3 3.500.0 TV YA 5 6 4 NG DIGITAL
5 A 4 S up 2
00 5 GI
4
5
4
PERG 5
URUA <Rp , RE
2 H 6 IR cuk <
26 N 1 1.500.0 TV YA 5 6 4 ND DIGITAL
6 W 0 T up 2
TING 00 5 AH
GI 4
5
4
5
>Rp , TI
2 N 2 PN cuk >
27 SMA 3 3.500.0 TV YA 5 6 4 NG DIGITAL
7 K 7 S up 2
00 5 GI
4
5
4
5
>Rp , TI
2 S 3 PN cuk >
28 SMA 3 3.500.0 TV YA 5 6 4 NG DIGITAL
8 M 7 S up 2
00 5 GI
4
5
8
1
<Rp , RE
2 N 3 IR <
29 SMA 1 1.500.0 TV YA 9 2 8 baik ND DIGITAL
9 F 7 T 2
00 1 AH
8
2
7
2
>Rp , TI
3 S 3 IR <
30 SMP 1 3.500.0 TV YA 8 2 7 baik NG DIGITAL
0 K 7 T 2
00 2 GI
7
3
5
PU 4
PENYAM
<Rp SK , RE
3 S 5 > IR cuk > PAIAN
31 SD 1.500.0 ES YA 6 5 5 ND
1 L 3 3 T up 2 LANGSU
00 MA 4 AH
NG
S 5
5
5
4
<Rp , RE
3 3 IR cuk >
32 F SMA 3 1.500.0 TV YA 6 5 5 ND DIGITAL
2 7 T up 2
00 4 AH
5
5
6
3
<Rp , RE
3 B 2 IR cuk <
33 SMA 2 1.500.0 TV YA 7 4 6 ND DIGITAL
3 Y 8 T up 2
00 3 AH
6
4
6
3
<Rp , RE
3 S 3 IR cuk >
34 SMA 3 1.500.0 TV YA 7 4 6 ND DIGITAL
4 W 8 T up 2
00 3 AH
6
4
4
5
<Rp , RE
3 4 IR cuk >
35 D SMP 3 1.500.0 TV YA 5 6 4 ND DIGITAL
5 5 T up 2
00 5 AH
4
5
3 36 S 3 SMA 2 IR <Rp PO YA 6 5 5 cuk RE < PENYAM
6 5 T 1.500.0 SY 4 up ND 2 PAIAN

95
,
5
AN LANGSU
00 4 AH
DU NG
5
5
37 SMP 3 YA 8 3 7 baik
PU 2
PENYAM
<Rp SK , RE
3 N 4 IR > PAIAN
1.500.0 ES 7 ND
7 L 3 T 2 LANGSU
00 MA 2 AH
NG
S 7
3
38 R SMP 1 YA 9 2 8 baik
1
PO PENYAM
<Rp , RE
3 3 IR SY < PAIAN
1.500.0 8 ND
8 8 T AN 2 LANGSU
00 1 AH
DU NG
8
2
39 M 1 YA 9 2 8 baik
PERG PU 1
PENYAM
URUA <Rp SK , RE
3 2 IR < PAIAN
N 1.500.0 ES 8 ND
9 7 T 2 LANGSU
TING 00 MA 1 AH
NG
GI S 8
2
40 2 YA 9 2 8 baik
PERG Rp. PU 1
ME PENYAM
URUA 2.500.0 SK ,
4 R 3 PN NE < PAIAN
N 00- ES 8
0 B 8 S NG 2 LANGSU
TING 3.500.0 MA 1
AH NG
GI 00 S 8
2
41 J SMP 2 YA 4 7 3
PU 6
PENYAM
<Rp SK , RE
4 4 IR cuk < PAIAN
1.500.0 ES 3 ND
1 2 T up 2 LANGSU
00 MA 6 AH
NG
S 3
6
42 2 YA 7 4 6
H
PERG PU 3
O PENYAM
URUA <Rp SK , RE
4 T 3 N cuk < PAIAN
N 1.500.0 ES 6 ND
2 N 8 O up 2 LANGSU
TING 00 MA 3 AH
RE NG
GI S 6
R
4
43 SMA 3 TV YA 9 2 8 baik DIGITAL
1
<Rp , RE
4 S 3 IR >
1.500.0 8 ND
3 Y 6 T 2
00 1 AH
8
2
44 SMA 3 TV YA 7 4 6 DIGITAL
3
>Rp , TI
4 F 3 PN cuk >
3.500.0 6 NG
4 T 5 S up 2
00 3 GI
6
4
45 SMA TV YA 9 3 8 baik DIGITAL
Rp 1
ME
1.500.0 ,
4 S 4 > IR NE >
00- 8
5 N 0 3 T NG 2
2.500.0 1
AH
00 8
2
46 SMA 3 TV YA 7 4 6 DIGITAL
Rp 3
ME
1.500.0 ,
4 R 3 IR cuk NE >
00- 6
6 N 2 T up NG 2
2.500.0 3
AH
00 6
4
4 47 R 3 SMA 3 IR <Rp TV YA 9 2 8 baik RE > DIGITAL
7 K 8 T 1.500.0 1 ND 2
00 , AH
8
1
8

96
2
8
1
<Rp , RE
4 S 3 IR >
48 SMA 3 1.500.0 TV YA 9 2 8 baik ND DIGITAL
8 A 8 T 2
00 1 AH
8
2
>Rp 8 TI
PERG 3.500.0 1 NG
URUA 00 , GI
4 R 3 PN <
49 N 2 TV YA 9 3 8 baik DIGITAL
9 I 2 S 2
TING 1
GI 8
2
>Rp 7 TI
PERG 3.500.0 2 NG
URUA 00 , GI
5 J 3 > PN >
50 N TV YA 8 2 7 baik DIGITAL
0 R 5 3 S 2
TING 2
GI 7
3
<Rp 8 RE
H
PERG 1.500.0 1 ND
O
URUA 00 , AH
5 S 4 N <
51 N 1 TV YA 9 2 8 baik DIGITAL
1 T 5 O 2
TING 1
RE
GI 8
R
2
<Rp 7 RE
H
PERG 1.500.0 2 ND
O
URUA 00 , AH
5 D 2 N TID <
52 N 0 TV 8 3 7 baik DIGITAL
2 T 7 O AK 2
TING 2
RE
GI 7
R
3
>Rp 6 TI
3.500.0 PU 3 NG
PENYAM
00 SK , GI
5 S 2 IR cuk < PAIAN
53 SMA 2 ES YA 7 4 6
3 U 6 T up 2 LANGSU
MA 3
NG
S 6
4
<Rp 9 RE
1.500.0 0 ND
00 , AH
5 N 2 IR TID 1 <
54 SMA 1 TV 1 9 baik DIGITAL
4 M 6 T AK 0 2
0
9
1
N <Rp 5 RE
S 1.500.0 PU 4 ND
PENYAM
I 00 SK , AH
5 3 > IR cuk > PAIAN
55 SMP ES YA 6 5 5
5 5 3 T up 2 LANGSU
MA 4
NG
S 5
5
<Rp 9 RE
PERG 1.500.0 0 ND
G PA
URUA 00 , AH
5 I 2 U MF 1 < MEDIA
56 N 1 YA 1 9 baik
6 N 2 R LE 0 2 CETAK
TING 0
U T
GI 9
1
<Rp 8 RE
1.500.0 1 ND
00 , AH
5 H 2 IR <
57 SMP 2 TV YA 9 2 8 baik DIGITAL
7 N 7 T 2
1
8
2
6
H
PERG 3
O
URUA >Rp , TI
5 F 2 N TID cuk <
58 N 0 3.500.0 TV 7 5 6 NG DIGITAL
8 E 4 O AK up 2
TING 00 3 GI
RE
GI 6
R
4

97
5
4
S <Rp , RE
5 3 IR cuk >
59 U SMA 3 1.500.0 TV YA 6 5 5 ND DIGITAL
9 4 T up 2
M 00 4 AH
5
5
7
2
<Rp , RE
6 R 3 IR >
60 SMA 3 1.500.0 TV YA 8 3 7 baik ND DIGITAL
0 P 2 T 2
00 2 AH
7
3
>Rp 1 TI
6 E 4 IR 1 >
61 SMA 3 3.500.0 TV YA 0 0 baik NG DIGITAL
1 A 0 T 1 2
00 0 GI
5
Rp 4
ME
1.500.0 ,
6 B 4 IR cuk NE <
62 SMA 1 00- TV YA 6 5 5 DIGITAL
2 R 5 T up NG 2
2.500.0 4
AH
00 5
5
7
2
PA
<Rp , RE
6 3 IR MF < MEDIA
63 A SMP 2 1.500.0 YA 8 3 7 baik ND
3 0 T LE 2 CETAK
00 2 AH
T
7
3
3
PERG PU 6
PENYAM
URUA <Rp SK , RE
6 C 2 > IR cuk > PAIAN
64 N 1.500.0 ES YA 4 5 3 ND
4 P 5 3 T up 2 LANGSU
TING 00 MA 6 AH
NG
GI S 3
6
7
PERG PU 2
PENYAM
URUA >Rp SK , TI
6 A 3 IR > PAIAN
65 N 3 3.500.0 ES ya 8 3 7 baik NG
5 Y 5 T 2 LANGSU
TING 00 MA 2 GI
NG
GI S 7
3
3
PERG 6
URUA <Rp , RE
6 3 IR cuk <
66 N N 1 1.500.0 TV YA 4 7 3 ND DIGITAL
6 2 T up 2
TING 00 6 AH
GI 3
6
1
8
<Rp , RE
6 A 3 IR kur <
67 SMP 2 1.500.0 TV YA 2 9 1 ND DIGITAL
7 T 9 T ang 2
00 8 AH
1
8
2
PU 7
PENYAM
<Rp SK , RE
6 2 IR TID kur < PAIAN
68 D SMA 2 1.500.0 ES 3 8 2 ND
8 5 T AK ang 2 LANGSU
00 MA 7 AH
NG
S 2
7
4
Rp PU 5
ME PENYAM
1.500.0 SK ,
6 N 3 IR cuk NE < PAIAN
69 SMA 1 00- ES YA 5 6 4
9 D 5 T up NG 2 LANGSU
2.500.0 MA 5
AH NG
00 S 4
5
3
PU 6
PENYAM
<Rp SK , RE
7 F 2 IR cuk > PAIAN
70 SD 3 1.500.0 ES YA 4 7 3 ND
0 W 8 T up 2 LANGSU
00 MA 6 AH
NG
S 3
6

98
5
PU 4
PENYAM
<Rp SK , RE
7 J 3 IR cuk > PAIAN
71 SMP 3 1.500.0 ES Ya 6 5 5 ND
1 H 6 T up 2 LANGSU
00 MA 4 AH
NG
S 5
5
2
PU 7
PENYAM
<Rp SK , RE
7 H 3 IR kur < PAIAN
72 SMP 1 1.500.0 ES YA 3 8 2 ND
2 W 8 T ang 2 LANGSU
00 MA 7 AH
NG
S 2
7
3
PU 6
PENYAM
<Rp SK , RE
7 N 3 IR cuk < PAIAN
73 SMA 1 1.500.0 ES YA 4 7 3 ND
3 F 1 T up 2 LANGSU
00 MA 6 AH
NG
S 3
6
4
PERG 5
PO PENYAM
URUA >Rp , TI
7 H 4 PN SY cuk < PAIAN
74 N 2 3.500.0 YA 5 6 4 NG
4 S 5 S AN up 2 LANGSU
TING 00 5 GI
DU NG
GI 4
5
5
4
PA
<Rp , RE
7 3 IR MF cuk < MEDIA
75 M SMP 1 1.500.0 YA 6 5 5 ND
5 0 T LE up 2 CETAK
00 4 AH
T
5
5
4
PERG 5
PA
URUA <Rp , RE
7 N 3 IR MF cuk < MEDIA
76 N 1 1.500.0 YA 5 6 4 ND
6 R 0 T LE up 2 CETAK
TING 00 5 AH
T
GI 4
5
6
PERG 3
PA
URUA <Rp , RE
7 F 3 IR MF cuk > MEDIA
77 N 3 1.500.0 YA 7 4 6 ND
7 R 0 T LE up 2 CETAK
TING 00 3 AH
T
GI 6
4
8
1
<Rp , RE
7 T 3 IR >
78 SMA 3 1.500.0 TV YA 9 2 8 baik ND DIGITAL
8 T 9 T 2
00 1 AH
8
2
7
Rp. 2
ME
2.500.0 ,
7 D 3 IR NE >
79 SMP 3 00- TV YA 8 3 7 baik DIGITAL
9 W 5 T NG 2
3.500.0 2
AH
00 7
3
8
1
PO PENYAM
>Rp , TI
8 2 IR SY > PAIAN
80 W SMA 3 3.500.0 YA 9 2 8 baik NG
0 9 T AN 2 LANGSU
00 1 GI
DU NG
8
2
8
1
>Rp , TI
8 A 3 IR >
81 SMA 3 3.500.0 TV YA 9 2 8 baik NG DIGITAL
1 T 2 T 2
00 1 GI
8
2
8 82 I 3 SMA 3 IR <Rp TV YA 1 1 9 baik RE > DIGITAL
2 6 T 1.500.0 0 0 ND 2
00 , AH
9

99
0
9
1
8
1
PA
<Rp , RE
8 L 3 IR MF < MEDIA
83 SMA 2 1.500.0 YA 9 2 8 baik ND
3 W 0 T LE 2 CETAK
00 1 AH
T
8
2
8
1
PA
<Rp , RE
8 K 3 IR MF > MEDIA
84 SMA 3 1.500.0 YA 9 2 8 baik ND
4 N 2 T LE 2 CETAK
00 1 AH
T
8
2
9
0
PA
<Rp , RE
8 Y 3 IR MF 1 < MEDIA
85 SMA 2 1.500.0 YA 1 9 baik ND
5 L 2 T LE 0 2 CETAK
00 0 AH
T
9
1
8
1
PA
<Rp , RE
8 N 2 IR MF < MEDIA
86 SMA 2 1.500.0 YA 9 2 8 baik ND
6 V 9 T LE 2 CETAK
00 1 AH
T
8
2
8
1
PA
<Rp , RE
8 P 2 IR MF < MEDIA
87 SMA 1 1.500.0 YA 9 2 8 baik ND
7 T 7 T LE 2 CETAK
00 1 AH
T
8
2
7
2
PA
<Rp , RE
8 Y 3 IR MF > MEDIA
88 SMA 3 1.500.0 YA 8 3 7 baik ND
8 S 2 T LE 2 CETAK
00 2 AH
T
7
3
8
PU 1
PENYAM
<Rp SK , RE
8 R 2 IR < PAIAN
89 SMA 2 1.500.0 ES YA 9 2 8 baik ND
9 D 8 T 2 LANGSU
00 MA 1 AH
NG
S 8
2

100
RIWAYAT HIDUP PENULIS

I.

Data Pribadi

Nama: Hamka Wijaya Sakti

Stambuk / NIM : C11114056

Tempat, Tanggal Lahir : Tae, 26 Mei 1996

Alamat : Rusunawa Unhas C410, Tamalanrea, Makassar

Telepon : 085256669613

Email: hamkawijayaskt@gmail.com

Agama : Islam

Orangtua

 Ayah : H. Suardi Baba

 Ibu : Hj. Arisah Suardi

II. Riwayat Pendidikan

 SD Negeri 332 Mattirotappareng

 SMP Negeri 2 Sengkang

 SMA Negeri 2 Sengkang

 Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran,


Universitas Hasanuddin

22
23
24
25
26
27
28

Anda mungkin juga menyukai