Anda di halaman 1dari 16

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN LAMA PENDIDIKAN, UMUR DAN


PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DENGAN KADAR
HEMOGLOBIN (HB) DARAH PADA IBU HAMIL
(STUDI DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS
LOK BATU KABUPATEN BALANGAN KALIMANTAN
SELATAN)

Disusun oleh:

MASPAH DIFARIYANTI
G2B221057

PROGRAM STUDI S1 ILMU GIZI


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2023

i
HUBUNGAN LAMA PENDIDIKAN, UMUR DAN PENGETAHUAN
TENTANG ANEMIA DENGAN KADAR HEMOGLOBIN (HB)
DARAH PADA IBU HAMIL
(STUDI DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS LOK BATU
KABUPATEN BALANGAN KALIMANTAN SELATAN)
Maspah Difariyanti1, Yuliana Noor Setiawati Ulvie1, Sri Hapsari Suhartono Putri 2, Agus Sartono3
Program Studi S1 Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan
Universitas Muhammdiyah Semarang

ABSTRAK

Tahun 2021 data ibu hamil di Puskesmas Lok Batu yang mengalami anemia 37,1% hal ini masih
diatas rata rata provinsi Kalimantan selatan 19,6%. Anemia berhubungan dengan berbagai faktor,
diantaranya lama pendidikan, umur dan pengetahuan ibu hamil. Penelitian bertujuan mengetahui
hubungan lama pendidikan, umur dan pengetahuan tentang anemia dengan kadar hemoglobin (Hb)
darah pada ibu hamil. Jenis penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Jumlah sampel
sebanyak 49 ibu hamil, dengan teknik total sampling. Kadar Hb diukur dengan Hb meter, lama
pendidikan, umur dan pengetahuan diperoleh melalui wawancara. Analisis bivariat menggunakan
uji rank spearman. Ibu hamil Anemia mencapai 63,3%, rata - rata lama pendidikan yang di
tempuh ibu hamil selama 10 tahun, rata - rata umur ibu hamil 31 tahun dan rata – rata ibu hamil
memiliki pengetahuan cukup (71,94%). Tidak ada hubungan lama pendidikan (p=0.93), umur
(p=0.73) dan pengetahuan ibu hamil (p=0.847) dengan kadar Hb darah.

Kata kunci: kadar Hb, pendidikan, pengetahuan, umur ibu hamil

ii
THE RELATIONSHIP BETWEEN EDUCATION, AGE AND LEVEL OF KNOWLEDGE
ABOUT ANEMIA WITH BLOOD HEMOGLOBIN (HB) LEVELS IN PREGNANT
WOMEN (STUDY IN THE WORK AREA OF UPTD PUSKESMAS LOK BATU,
BALANAGAN DISTRICT, SELATAN KALIMANTAN)

Maspah Difariyanti1, Yuliana Noor Setiawati Ulvie1, Sri Hapsari Suhartono Putri 2, Agus Sartono3
Program Studi S1 Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan
Universitas Muhammdiyah Semarang

ABSTRACT

Anemia is a condition where red blood cells (Hb) are less than normal <11 mg/dL in the first
trimester, Hb <10.5 mg/dL in the second trimester and Hb <11 mg/dL in the third trimester. The
aim of the study was to determine the relationship between the level of knowledge about anemia,
education and age with blood hemoglobin (Hb) levels in pregnant women (a study in the working
area of the UPTD Puskesmas Lok Batu, Balangan district, South Kalimantan). This type of
quantitative research with a cross sectional approach. The population is all pregnant women in
the working area of the UPTD Lok Batu Health Center, Balangan, South Kalimantan, in January
2023, as many as 49 pregnant women, using a total sampling technique. Instruments in the form of
questionnaires and interviews as well as Hb levels with the Cyanmethemoglobin method.
Univariate and bivariate data analysis used the chi-square test. The results of the study were 26
(53.1%) mothers who were not anemic with an average Hb of 10.8 g/dL, 24 (49%) sufficient
knowledge with an average mother's knowledge of 7.37, 26 basic education ( 53.1) with an
average maternal education of 10.12 years, and 33 (67.3%) were not at risk with an average
maternal age of 22.18 years. Knowledge p=0.985, education p=0.209, age of pregnant women
p=0.546 (<0.05) means there is no relationship. The conclusion is that there is no relationship
between knowledge, education and age of pregnant women with blood Hb levels of pregnant
women.

Keywords: knowledge, education, mother's age at first pregnancy, Hb levels of pregnant women

iii
PENDAHULUAN

Menurut World Health Organizatio (WHO) dikatakan anemia jika kadar


hemoglobin <11 gr/dl. Anemia adalah masalah kesehatan masyarakat dunia yang
dapat meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas). Pada ibu hamil anemia
menyebabkan resiko keguguran, lahir mati, prematuritas dan bayi lahir rendah
(WHO, 2014).
Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional mencerminkan nilai
kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, dan pengaruhnya sangat besar terhadap
kualitas sumber daya manusia. Anemia hamil disebut “potensial danger to mother
and child” anemia (potensial membahayakan ibu dan anak) yang berdampak
negatif bagi ibu hamil yaitu kelelahan, kapasitas kerja buruk, gangguan fungsi
kekebalan, peningkatan resiko penyakit jantung dan kematian (Kemenkes RI,
2019).
Menurut World Health Organization melaporkan bahwa prevalensi anemia
pada ibu hamil di dunia sebesar 41,8%. Prevalensi anemia di dunia tersebut
berada di Afrika sebesar 57,1%, Asia 48,2%, Eropa 25,1% dan Amerika 24,1%
(WHO, 2018). Data WHO kematian ibu dinegara berkembang erat kaitannya
dengan anemia dalam kehamilan, yaitu rata-rata kehamilan yang disebabkan
anemia berada di Asia diperkirakan sebanyak 72,6%.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 prevalensi
anemia pada ibu hamil meningkat, yaitu dari tahun 2013 sebesar 37,1%,
sedangkan tahun 2018 prevalensi anemia pada ibu hamil sebesar 48,9%. Hasil ini
menunjukkan bahwa 84,6% ibu hamil yang berumur kurang dari 25 tahun
mengalami anemia dan 57,6% ibu hamil yang berumur lebih dari atau sama
dengan 35 tahun mengalami anemia (Kemenkes RI, 2018).
Data Provinsi Kesehatan Kalimantan Selatan pada tahun 2019 anemia ibu
hamil sebesar 21,17%, tahun 2020 sebesar 20,13%, dan pada 2021 anemia pada
ibu hamil sebesar 19,60%. Data Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan
Keluarga Berencana Kabupaten Balangan tahun 2019 jumlah anemia ibu hamil
sebanyak 499 orang, dimana 1 orang ibu meninggal dunia akibat pendarahan

1
(Dinkes, Pengendaliaan Penduduk dan Keluarga Berencana Kab. Balangan,
2019).
Berdasarkan data Riskesdas (2018) 26,8% ibu hamil di Indonesia tidak
mendapat Tablet Penambah Darah (TTD) dan 73,2% ibu hamil telah mendapat
TTD, tetapi dari 73,2% tersebut 76% mendapat TTD <90 butir dan hanya 24%
dari 73,2% ibu yang mendapat TTD >90 butir. Upaya pemerintah dalam
menangani anemia pada ibu hamil, yaitu pemerintah mengeluarkan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 88 Tahun 2014 tentang standar
tablet tambah darah bagi wanita subur dan ibu hamil. Program pemerintah dalam
mencegah dan menanggulangi anemia pada ibu hamil yaitu memberikan tablet Fe
pada ibu hamil secara rutin sebanyak 90 tablet untuk meningkatkan kadar
haemoglobin, meskipun demikian angka kejadian anemia pada ibu hamil masih
tinggi. Kelainan ini ditandai oleh Serum Iron (SI) menurun, Total Iron Binding
Capacity (TIBC) meningkat, saturasi transferin menurun, feritin serum menurun,
pengecatan besi sumsum tulang negatif dan adanya respon terhadap pengobatan
dengan preparat besi (Bakta, 2007).
Puskesmas Lok Batu membawahi 6 Desa yaitu Desa Munjung, Desa Karuh,
Desa Bakung, Desa Lok Batu, Desa Tariwin dan Desa Gunung Manau.
Berdasarkan data yang diperoleh Puskesmas Lok Batu tahun 2019 jumlah ibu
hamil sebanyak 45,6% anemia, tahun 2020 sebanyak 42,9% anemia, tahun 2021
sebanyak 37,1% anemia dan tahun 2022 sebanyak 53,7% memiliki resiko dan
anemia (Puskesmas Lok Batu, 2022).
Lama pendidikan ibu hamil yang berisiko di Puskesmas Lok Batu pada
tahun 2019 sebanyak 30 orang lulusan tingkat dasar, menengah sebanyak 12
orang dan tinggi sebanyak 4 orang. Tahun 2020 sebanyak 14 orang lulusan tingkat
dasar, menengah sebanyak 8 orang dan tinggi sebanyak 2 orang. Tahun 2021
sebanyak 18 orang lulusan tingkat dasar, menengah sebanyak 5 orang. Sedangkan
pada tahun 2022 sebanyak 27 orang lulusan tingkat dasar, menengah sebanyak 10
orang dan tinggi sebanyak 3 orang (Puskesmas Lok Batu, 2022).
Jumlah ibu hamil di Puskesmas Lok Batu yang berusia < 20 tahun sebanyak
24 orang serta > 35 tahun sebanyak 22 orang pada tahun 2019. Tahun 2020

2
sebanyak 11 berusia < 20 tahun serta > 35 tahun sebanyak 12 orang. Tahun 2021
sebanyak 7 orang berusia < 20 tahun serta > 35 tahun sebanyak 14 orang, dan
pada tahun 2022 sebanyak 8 orang berusia < 20 tahun serta > 35 tahun sebanyak
58 orang (Puskesmas Lok Batu, 2022).
Dari hasil uraian diatas maka penulis berkeinginan untuk melakukan
penelitian tentang yang berjudul hubungan tingkat pengetahuan tentang anemia,
pendidikan dan umur dengan kadar Hemoglobin (Hb) darah ibu hamil (studi di
wilayah kerja UPTD Puskesmas Lok Batu Kabupaten Balangan Kalimantan
Selatan).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif dengan pendekatan cross


sectional yang bertujuan untuk menganalisis hubungan lama pendidikan,umur dan
pengetahuan tentang anemia dengan kadar hemoglobin (Hb) darah pada ibu hamil
(studi di wilayah kerja UPTD Puskesmas Lok Batu Kabupaten Balangan
Kalimantan Selatan). Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2023 di enam
Desa wilayah kerja UPTD Puskesmas Lok Batu Kabupaten Balangan Provinsi
Kalimantan Selatan. Populasi semua ibu hamil yang ada di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Lok Batu Kabupaten Balangan Kalimatan Selatan sebanyak 49 ibu
hamil. Tehnik pengambilan sampel dengan total sampling. Teknik pengambilan
data melalui wawancara menggunakan kuisioner. Kadar Hb responden diperoleh
melalui pengukuran Hb menggunakan metode Hb meter dengan klasifikasi kadar
Hb dalam g/dL, lama pendidikan ibu hamil yang dihitung dalam tahun, umur ibu
hamil dalam hitungan tahun dan hasil pengetahuan dalam satuan persen.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kadar Hb
Tabel 1 Distribusi frekuensi berdasarkan kadar Hb ibu hamil di
Puskesmas Lok Batu Kabupaten Balangan Kalimantan Selatan
Kadar Hb (g/dl) n %
Anemia (Hb < 11 g/dL) 23 46,9
Tidak Anemia (Hb ≥11 g/dL) 26 53,1

3
Total 49 100

Berdasarkan tabel 1 didapatkan kadar Hb ibu hamil < 11 g/dl sebesar


46,9%. Rata – Rata Kadar Hb ibu Hamil di wilayah Puskesmas Lok Batu 10,8
gr/dL dengan Standar Deviasi ± 1.34. Masih banyaknya kadar Hb ibu hamil
yang masuk dalam kategori anemia di Puskesmas Lok Batu di sebabkan oleh
konsumsi tablet tambah darah yang rendah. Capaian pemberian tablet Fe 3 di
Puskesmas Lok Batu mencapai 81,32%. Tingginya capian pemberian Fe3 ini
tidak di iringi dengan monitoring ibu hamil dalam meminum tablet tambah
darah tersebut. Hal ini terlihat dari alasan ibu hamil saat di wawancarai yang
mengatakan saat mengkonsumsi tablet tambah darah ibu merasakan mual
hingga muntah. Hal lain penyebab tingginya kadar Hb yang rendah adalah
kurangnya mengkonsumsi asupan makanan yang bergizi.
Pemeriksaan hemoglobin dilakukan minimal dua kali selama kehamilan
yaitu pada trimester I dan trimester II, dengan pertimbangan bahwa setiap ibu
hamil mengalami anemia maka dilakukan pemberian tablet fe sebanyak 90
tablet, hal ini disebabkan anemia pada kehamilan dapat berakibat persalinan
prematuritas, abortus, infeksi, hiperemesis gravidarum dan KPD (Sangadah,
2011). Penurunan hemoglobin dapat terjadi pada anemia (terutama anemia
defisiensi zat besi), perdarahan, peningkatan asupan cairan, dan kehamilan.
Eritropoetin ginjal akan meningkatkan jumlah sel darah merah sebanyak 20-
30% tetapi tidak sebanding dengan peningkatan volume plasma sehingga
akan mengakibatkan penurunan konsentrasi hemoglobin dari 15,0 g/dL
menjadi 12,5 g/dL, dan pada 6% perempuan bisa mencapai di bawah 11,0
g/dL.
Konsumsi tablet tambah darah (TTD) secara teratur selama menstruasi
berguna untuk mengganti zat besi yang hilang dan memenuhi kebutuhan zat
besi yang belum tercukupi dari makanan. Pentingnya pemberian zat besi ini
kepada seseorang yang sedang mengalami anemia defisiensi besi dan tidak
ada gangguan absorpsi dapat meningkatkan kadar hemoglobin dalam 7-10
hari sebesar 1,4 mg/KgBB/hari (Febriana, 2021).

4
Sejalan dengan penelitian Aprilia (2016) yang menunjukkan bahwa
jumlah ibu hamil di Puskesmas Bahu yang memiliki kadar Hb normal adalah
27 orang (67,5%) dari total sampel. Sedangkan ibu hamil di Puskesmas bahu
yang memiliki kadar Hb rendah adalah 13 orang (32,5%) dari total sampel.

2. Lama Pendidikan
Tabel 2 Distribusi frekuensi berdasarkan lama pendidikan yang ditempuh ibu
hamil di Puskesmas Lok Batu Kabupaten Balangan Kalimantan Selatan
Pendidikan (tahun) n %
6 11 22,4
9 15 30,6
12 18 36,7
15 1 2,1
16 4 8,2
Total 49 100
Berdasarkan tabel 2 diperoleh rata-rata lama pendidikan ibu hamil
selama 10 tahun dengan Standar Deviasi ± 2.9. Ibu hamil yang hanya
menempuh lama pendidikan selama 6 tahun sebesar 22,4%. Rendahnya
pendidikan yang di tempuh ibu hamil di Puskesmas Lok Batu, jenjang
pendidikan yang terbatas. Lama pendidikan yang ada di wilayah Kecamatan
Lok Batu hanya berada pada tingkatan Sekolah Menengah Pertama. Dari
wawancara yang di dapatkan deengan ibu hamil, mereka mengatakan
rendahnya keinginan sekolah ke tingkatan yang lebih tinggi karena harus
menempuh jarak yang jauh serta memerlukan biaya yang besar. Alasan
lainnya para ibu lebih memilih bekerja ataupun menikah daripada harus
melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.
Pendidikan dapat mempengaruhi perilaku seseorang, terutama dalam
memotivasi sikap berperan serta dalam perkembangan kesehatan. Semakin
tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin mudah menerima atau
menyesuaikan dengan hal yang baru. Pendidikan mempengaruhi proses
belajar sehingga dengan memiliki pengetahuan yang lebih tinggi akan
cenderung memperoleh lebih banyak informasi baik dari orang lain maupun
dari media masa. Semakin banyak informasi yang didapatkan maka semakin
banyak pula pengetahuan yang didapatkan tentang kesehatan. Pendidikan

5
bukan hanya bisa didapat dari pendidikan formal tetapi juga non formal
(Notoatmodjo, 2010).
Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pengetahuan yang dimiliki
ibu. Pendidikan dapat mengubah pola pikir manusia dalam memilih bahan
makanan yang dikonsumsi. Ibu dengan tingkat pendidikan yang memadai
dapat memilih makanan sumber zat besi untuk mencegah terjadinya anemia
(Budiono, 2009).
Penelitian Tri (2015) menunjukkan bahwa sebagian besar memiliki
pendidikan sampai tingkat SMA (menengah) yaitu 47,5%, dari penddikan
menengah akan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan karena
pendidkan. Pendidikan dapat mempengaruhi kadar Hb, secara langsung
bahwa pendidikan akan meningkatkan pengetahuan ibu hamil, tingkat
pengetahuan yang tinggi maka ibu hamil dapat dapat berperilaku positif untuk
mencegah penurunan kadar Hb. Pada saat kehamilan zat besi yang
dibutuhkan tubuh lebih banyak dibandingkan dengan pada saat tidak hamil.
Ibu hamil semakin banyak tingkat konsumsi tablet besi akan diikuti dengan
makin meningkatnya kadar hb ibu hamil. Zat besi diperlukan tubuh untuk
pembentukan hemoglobin (Maryani, 2015).
3. Umur ibu hamil
Tabel 3 Distribusi frekuensi berdasarkan umur ibu hamil di Puskesmas Lok
Batu Kabupaten Balangan Kalimantan Selatan
Umur Ibu Hamil (tahun) n %
Berisiko (< 20 tahun, >35 tahun) 8 16,3
Tidak Berisiko (20-35 tahun) 41 83,7
Total 49 100
Berdasarkan tabel 3 rata – rata umur ibu hamil di Desa Lok Batu yaitu
29 tahun dengan Standar Deviasi ± 6.1. Umur ibu hamil yang baik adalah usia
20 – 35 tahun, dimana umur tersebut merupakan periode baik untuk hamil,
melahirkan dan menyusui. Usia 20 – 35 tahun kemungkinan tidak memiliki
risiko tinggi pada saat kehamilan dan persalinan, sebab pada usia tersebut
rahim sudah siap untuk menerima kehamilan, mental telah matang dan siap
untuk merawat bayi dan dirinya (Isnaini et, al. 2021).

6
Hemoglobin merupakan parameter yang digunakan secara luas untuk
menetapkan prevalensi anemia (Supariasa, et.al, 2016). Anemia ialah suatu
kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin kurang dari
normal. Pada ibu hamil dikatakan anemia jika kadar hemoglobin (Hb)
<11g/d, (Prawirohardjo, 2014). Hemoglobin merupakan protein yang kaya
akan zat besi yang memiliki afinitas atau daya gabung terhadap O 2 (oksigen),
oksigen itu sendiri akan membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah
merah. Karena fungsi ini maka O2 (oksigen) akan di bawa dari paru-paru ke
jaringan tubuh.
Penelitian Mirnawati (2022) menunjukkan bahwa umur ibu hamil adalah
(26-35 tahun) sebanyak 58 responden (58%) sedangkan umur non reproduksi
(35-45 tahun) sebanyak 31 responden (24,6%). Usia kehamilan < 20 dan > 35
tahun dapat menyebabkan anemia hal ini disebabkan pada usia kehamilan non
repoduksi atau usia < 20 tahun secara biologis belum optimal, emosional
cenderul labih dan mental belum matang, sehingga mudah mengalami
keguncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatan terhadap pemunduran
zat-zat gizi selama kehamilan (Komang, 2021). Serta usia > 35 tahun akan
cenderung mengalami anemia, hal ini disebabkan karena pengaruh turunnya
cadangan zat besi dalam tubuh. Dimana pada kehamilan wanita berusi diatas
35 tahun akan mempunyai risiko penyulit persalinan dan mulai terjadinya
penurunan fungsi-fungsi organ reproduksi (Besty, 2019).
4. Pengetahuan
Tabel 4 Distribusi frekuensi berdasarkan pengetahuan ibu hamil di
Puskesmas Lok Batu Kabupaten Balangan Kalimantan Selatan
Pengetahuan n %
Kurang (0-59) 4 8,2
Cukup (60-79) 24 49,0
Baik (80-100) 21 42,8
Total 49 100

Berdasarkan tabel 4 rata – rata pengetahuan ibu hamil sebesar 71,8%


dengan standar deviasai ± 15,5. Dari 49 responden sebanyak 24 responden
berada pada pengetahuan yang cukup (49%). Masih adanya pengetahuan

7
yang kurang (8.2%) pada ibu hamil, hal ini menunjukkan bahwa perlunya
pengoptimalan kelas ibu hamil di tingkat Puskesmas Lok Batu mengenai
masalah annemia. Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang
menstimulus terhadap terwujudnya sebuah perilaku kesehatan. Apabila ibu
hamil mengetahui dan memahami akibat anemia dan cara mencegah anemia
maka akan mempunyai perilaku kesehatan yang baik dengan harapan akan
terhindar dari risiko anemia dalam kehamilan. Sebagai besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui pendidikan, pengelaman orang lain, media massa,
dan lingkungan (Notoatmodjo, 2010).
Penelitian Maryani (2015) menunjukkan bahwa pengetahuan responden
mengenai pengertian, penyebab, tanda dan gejala, dampak anemia, dan cara
minum tablet besi termasuk dalam kategori cukup yaitu sebanyak 43
responden (53,75%). Salah satu indikator yang digunakan adalah cara hidup
sehat dan hidup sehat, meliputi jenis makanan bergizi, manfaat makanan
bergizi, pentingnya olahraga, penyakit, pengobatan, dll. Salah satu kebutuhan
tubuh adalah zat besi. Besi mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan
tubuh, mengangkut elektron dalam sel, dan merupakan bagian integral dari
berbagai reaksi enzimatik dalam tubuh. Kekurangan zat besi dikaitkan dengan
anemia defisiensi besi dan mempengaruhi banyak kelompok rentan, termasuk
anak-anak, remaja, dan wanita hamil dan menyusui. Dianggap tidak
memadai, ibu hamil diberikan tablet besi untuk memenuhi kebutuhan zat
besinya. Wanita hamil yang paham anemia dapat mengelola anemia mereka
dengan mengonsumsi tablet zat besi secara teratur dan sesuai petunjuk
(Arisman, 2014).
5. Hubungan lama pendidikan dengan kadar Hemoglobin (Hb) darah ibu
hamil
Dari hasil uji rank spearman didapat nilai signifikan (p) yaitu sebesar
0,93 maka p value > 0,05, sehingga lama pendidikan tidak memiliki
hubungan dengan kadar Hemoglobin (Hb) darah ibu hamil Puskesmas Lok
Batu Kabupaten Balangan Kalimantan Selatan.

8
Dari hasil penelitian tersebut lama pendidikan yang ditempuh ibu hamil
di Puskesmas Batumandi dapat mempengaruhi seseorang untuk bertindak dan
mencari penyebab dan sosulasi dalam kehamilannya. Seseorang yang
memiliki pendidikan tinggi biasanya akan bertindak lebih rasional dan akan
lebih mudah menerima gagasan baru ataupun masukan dari pihak lain.
Sehingga bagi ibu hamil yang memiliki pendidikan yang tinggi akan
memeriksakan kehamilannya secara teratur demi menjaga keadaan kesehatan
dirinya dan anak dalam kandungannya.
Penelitian ini sejalan dengan Yulia (2018) yang menunjukkan tidak
terdapat hubungan lama pendidikan terhadap kadar hemoglobin pada ibu
hamil. Hal ini disebabkan semakin tinggi lama pendidikan seseorang maka
akan semakin baik pengetahuan seseorang yang dimiliki yang dipengaruhi
oleh masukan ataupun informasi yang diberikan.
Penelitian Ngurah Rai (2016) didapat tidak ada hubungan bermakna
antara kadar hemoglobin dengan pendidikan responden. Hal ini disebabkan
pendidikan seseorang tidak selalu dapat membuka jalan pikirnya agar dapat
berfikir logis dan berprilaku positif. Ibu hamil dengan pendidikan tidak,
belum tentu memiliki kadar Hb yang normal. Asupan gizi merupakan faktor
yang mempengaruhi anemia atau kadar Hb pada ibu hamil. Oleh karena itu
asupan gizi menjadi sangat penting.
Hal ini berbeda dengan pendapat Walyani (2015) bahwa Ibu hamil yang
berpendidikan akan lebih mudah menerima gagasan baru. Ibu hamil yang
berpendidikan tinggi akan memeriksakan kehamilannya secara teratur demi
menjaga keadaan kesehatan dirinya dan anak dalam kandungnya.
6. Hubungan umur ibu hamil dengan kadar Hemoglobin (Hb) darah ibu
hamil
Dari hasil uji rank spearman didapat nilai signifikan (p) yaitu sebesar
0,73 maka p value > 0,05, sehingga umur ibu hamil tidak memiliki hubungan
dengan kadar Hemoglobin (Hb) darah ibu hamil Puskesmas Lok Batu
Kabupaten Balangan Kalimantan Selatan.

9
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa umur ibu hamil bukan merupakan
salah satu faktor penyebab terjadinya anemia, hal ini disebabkan tingkat usia
kehamilan pada ibu hamil di Puskesmas Batumandi berada pada usia 20 – 35
tahun. Selain itu kecukupan asupan makanan bernultisi berupa asupan zat
besi, vitamin A, dan status gizi yang dikonsumsi oleh ibu selama kehamilan
serta mengkonsumsi tablet tambah darah dapat meminimalisir terjadinya
amenia.
Penelitian ini didukung oleh Herawati (2018) bahwa tidak ada
hubungan umur dengan kejadian anemia dengan p value 0,626 dan 1,000.
Usia reproduksi masih mengalami ovulasi, ovulasi yang tidak dibuahi akan
menjadi menstruasi. Pada proses menstruasi, setiap perempuan akan
mengeluarkan darah yang keluar rata-rata 33,2, ± 16 cc dalam satu siklus
sehingga kalau tidak didukung nutrisi yang baik dapat menyebabkan anemia.
Sedangkan penelitian Riyani (2020) menunjukkan bahwa adanya hubungan
antara usia terhadap kejadian anemia pada ibu hamil.
Faktor umur merupakan salah satu faktor risiko kejadian anemia pada
ibu hamil. Tetapi umur tidak berhubungan dengan kejadian anemia atau tidak
mempengahi kadar hb disebabkan faktor lain. Beberapa ibu hamil yang
berusia muda memiliki emosi dan kejiwaannya cukup matang, sehingga pada
saat kehamilan ibu tersebut belum dapat menanggapi kehamilannya secara
sempurna yang berdampak pada tidak terjadinya komplikasi (Astriana, 2017).
7. Hubungan pengetahuan dengan kadar Hemoglobin (Hb) darah ibu
hamil
Dari hasil uji rank spearman didapat nilai signifikan (p) yaitu sebesar
0,847 maka p value > 0,05, sehingga pengetahuan tidak memiliki hubungan
dengan kadar Hemoglobin (Hb) darah ibu hamil Puskesmas Lok Batu
Kabupaten Balangan Kalimantan Selatan.
Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa pengetahuan ibu
hamil tentang anemia cukup baik, hal ini berdasarkan pengetahuan ibu
tentang jenis makanan yang akan dikonsumsi harus memenuhi kebutuhan gizi
bagi calon bayinya. Pengetahuan juga dapat dipengaruhi dari faktor

10
pengalaman baik bagi ibu hamil itu sendiri maupun pengalaman yang
diperoleh dari orang lain, serta kecanggihan teknologi berupa intenet yang
dapat diakses oleh semua orang, sehingga dapat memudahkan seorang ibu
hamil dapat mencari informasi lebih ditail mengenai anemia dan cara
pencegahannya.
Penelitian ini didukung dengan penelitian Fazha (2017) menunjukkan
tidak terdapat hubungan antara pengetahuan ibu hamil tentang anemia
terhadap status anemia ibu hamil dengan nilai p = 0.482. Kurangnya
informasi dan pendidikan yang rendah merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang. Tidak ada hubungan pengetahuan
dengan kadar Hb disebabkan pengetahuan ibu yang baik tidak diimbangi
dengan perilaku yang baik seperti tidak mengkonsumsi gizi seimbang, baik
makronutrien maupun mikronutiren maka ibu hamil berisiko mengalami
kurang energi kronis (KEK) yang dapat mengakibatkan anemia (Aminin at.al,
2014).

KESIMPULAN
53,1 % Responden memiliki kadar Hb > 11 gr/dL. Rata - rata kadar Hb ibu
hamil di wilayah Puskesmas Lok Batu 10,8 gr/dL; 36,7% responden memiliki
lama pendidikan 12 tahun. Rata – rata lama pendidikan ibu hamil di Desa Lok
Batu yaitu 10 tahun; Rata – rata umur ibu hamil yaitu 31 tahun; 42,9% ibu hamil
memiliki pengetahuan yanag baik. Rata – rata pengetahuan ibu hamil tentang
anemia dalam kategori cukup (71,8 %); Lama pendidikan tidak memiliki
hubungan dengan kadar Hemoglobin (Hb) darah ibu hamil p.value = 0,93; Umur
ibu hamil anak pertama tidak memiliki hubungan dengan kadar Hemoglobin (Hb)
darah ibu hamil p.value = 0,73; Pengetahuan tidak memiliki hubungan dengan
kadar Hemoglobin (Hb) darah ibu hamil p.value = 0,847.
.
DAFTAR PUSTAKA

11
Aprilia, F. Lantu. 2016. Kadar Hemoglobin (Hb) Ibu Hamil Di Puskesmas Bahu
Manado. Jurnal e-Clinic (eCI). Volume 4 (1) : 516-519.
Arisman, M. B. 2010. Buku Ajar Ilmu Gizi Dalam Daur Kehidupan. Edisi-2.
Jakarta: EGC.
Bakta, I.M. 2007. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: EGC
Besty, B. 2019. Hubungan Usia, Paritas dan Jarak Kehamilan dengan Kadar
Hemoglobin Ibu Hamil Trimester Ketiga di RSIA Siti Hawa Padang.
Universitas Andalas
Budiono. 2009. Statistika Untuk Penelitian (Edisi Ke-2). Surakarta: UNS Press.
Dinas Kesehatan Kabupaten Balangan. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten
Balangan Tahun 2019.
Febriana, E. 2021. Pengaruh Konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) dengan Air
Jeruk Lemon Plus Madu Terhadap Peningkatan Kadar Hemoglobin Remaja
Putri Anemia di Pondok Pesantren Harsallakum dan Darussalam Kota
Bengkulu Tahun 2021. Skripsi. Politeknik Kesehatan Kemenkes Bengkulu
Jurusan Keperawatan Bengkulu
I.G.B, Ngurah, Rai. 2016. Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kadar
hemoglobin pada ibu hamil. Jurnal e-Biomedik.Volume 4 (2) 2016.
Isnaini, Y. S., Yuliaprida, R., & Pihahey, P. J. 2021. Hubungan Usia, Paritas Dan
Peker Hubungan Usia, Paritas Dan Pekerjaan Terhadap Kejadian Anemia
Pada Ibu Hamil. Nursing Arts, 15(2), 65–74.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS). Jakarta: Balitbang Kemenkes RI.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2019. Anemia Dalam Kehamilan.
Jakarta: Balitbang Kemenkes RI.
Komang, A.W., A. 2021. Hubungan Usia Ibu dan Paritas dengan Anemia pada
Ibu Hamil di Puskesmas Seririt I Tahun 2020. Politeknik Kesehatan
Kemenkes Denpasar.

Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.


Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan. Cetakan Keempat.
Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Profil Puskesmas Lok Batu tahun 2022.
Ririn, Riyani. 2020. Hubungan Antara Usia dan Paritas Terhadap Kejadian
Anemia Pada Ibu Hamil di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kramat Jati
Jakarta Timur. Journal Of Birawan University. Volume 2 (1) 2020.
Supariasa. 2016. “Penilaian Status Gizi”. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Tri, Maryani. 2015. Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia Dengan Kadar
Hemoglobin (Hb) Ibu Hamil. Jurnal Ilmu Kebidanan. Volume 3 (3)
Desember 2015.
WHO. 2018. Adolescent Development Research and Its Impact on Global Policy.
Oxford University Press. New York: 3-5.
Yulia Herawati, Desi Rusmiati. 2018. Hubungan Frekuensi Umur, Tingkat
Pendidikan Dan Usia Kehamilan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu
Hamil. https%3A%2F%2Fsmrh.e-journal.id%2FJkk%2Farticle

12
%2Fdownload%2F19%2 F5&psig = AOvVaw1TM-r_bkBfeEA1bb_
9nSYd&ust=1681484080067852

13

Anda mungkin juga menyukai