Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok adalah suatu percakapan yang dilakukan oleh tiga orang atau lebih
melalui proses bertukar pikiran dan argumentasi ke arah pemecahan masalah secara
bersama-sama. Proses diskusi kelompok ini dapat dilakukan melalui forum diskusi
diikuti oleh semua peserta didik di dalam kelas, dapat pula dibentuk kelompok-
kelompok lebih kecil. Hal yang perlu diperhatikan adalah para peserta didik dapat
melibatkan dirinya untuk ikut berpartisipasi secara aktif di dalam forum diskusi
kelompok.
a. Tujuan
Muro dan Dinkmeyer (1971) dalam Hariyadi (2019) menyebutkan tiga macam
tujuan diskusi kelompok, yaitu (1) untuk mengembangkan pengertian terhadap
diri sendiri; (2) mengembangkan kesadaran tentang diri (self) dan orang lain;
(3) mengembangkan pandangan baru mengenai hubungan antara manusia
(Romlah (2006) dalam Hariyadi, 2019)
b. Tipe Diskusi Kelompok
Diskusi Kelompok dapat dilakukan dengan beberapa bentuk. Penggunaan
model atau bentuk dari diskusi kelompok disesuaikan dengan kebutuhan dari
tema dan bentuk kelompok yang ada. Beberapa bentuk atau tipe diskusi
kelompok dapat dijelaskan menjadi tiga tipe.
- The social problem meeting
Para peserta didik berbincang-bincang memecahkan masalah sosial di
kelasnya atau di sekolahnya dengan harapan setiap peserta didik akan
merasa terpanggil untuk mempelajari dan bertingkah laku sesuai dengan
kaidah-kaidah yang berlaku. Sebagai contoh, diskusi persoalan komunikasi
efektif antar peserta didik dan guru
- The open-ended meeting
Para peserta didik berbincang-bincang mengenai masalah apa saja yang
hubungannya dengan kehidupan mereka sehari-hari dengan kehidupan
mereka di sekolah dengan sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitar
mereka. Sebagai contoh, tema diskusi persoalan korupsi dan solusinya
- The educational-diagnosis meeting
Para peserta didik berbincang-bincang mengenai pelajaran di kelas
dengan maksud untuk saling mengoreksi pemahaman mereka atas
pelajaran yang telah diterima agar masing-masing anggota memperoleh
pemahaman yang baik/benar. Sebagai contoh, diskusi soal penerapan ilmu
matematika dalam berkehidupan di masyarakat (Hariyadi, 2019).
2. Sosiodrama
Sosiodrama sebagai sebuah permainan peranan digunakan untuk memecahkan
masalah sosial yang timbul dalam hubungan antar manusia. Konflik-konflik atau
permasalahan sosial yang dilakukan dalam konsep drama adalah konflik-konflik yang
tidak mendalam dan tidak menyangkut gangguan kepribadian. Melalui sosiodrama
atau permainan peran ini konseli atau setiap anggota kelompok akan diajak untuk
melakukan serangkaian peran yang mencerminkan kehidupan nyata atau perilaku-
perilaku sosial yang menjadi kepedulian bersama setiap anggota. Dari peran yang
dimainkan dilakukan diskusi dan pembahasan secara mendalam untuk mendapatkan
insight sehingga menjadi bahan kajian sekaligus refleksi bagi setiap anggota.
a. Tujuan Sosiodrama
Tujuan metode sosiodrama adalah agar peserta didik dapat menghayati dan
menghargai perasaan orang lain, dapat belajar bagaimana membagi tanggung
jawab, dapat belajar bagaimana mengambil keputusan dalam situasi kelompok
secara spontan, merangsang kelas untuk berpikir, dan memecahkan masalah
(Kusumaningrum (2014) dalam Hariyadi, 2019).
b. Prosedur
1) Persiapan, yaitu mengemukakan masalah dan tema yang akan ditampilkan
dalam sosiodrama. Kemudian diadakan tanya jawab untuk memperjelas
masalah dan peranan-peranan yang akan dimainkan.
2) Membuat skenario sosiodrama. Terkait dengan tahap ini, sebelum
bermain peran, Guru BK telah menyiapkan skenario sosiodrama terlebih
dahulu dan dalam memainkan peran peserta didik tidak perlu menghafal
naskah, mempersiapkan diri, dan sebagainya. Peserta didik hanya melihat
judul dan garis besar dari isi skenarionya berkaitan etika bergaul dengan
lawan jenis.
- Menentukan kelompok dan peran yang akan memainkan sosiodrama.
Dalam tahap ini, guru BK mengemukakan garis besar dari skenario,
memilih kelompok peserta didik yang akan memerankan peran, serta
mengatur situasi tempat bersama-sama dengan peserta didik yang
terlibat peran tersebut.
- Menentukan kelompok penonton dan menjelaskan tugasnya.
Kelompok penonton adalah anggota kelompok lain yang tidak ikut
menjadi pemain (apabila ada). Tugas kelompok penonton adalah untuk
mengobservasi pelaksanaan permainan. Hasil observasi kelompok
penonton merupakan bahan diskusi. Selain diperoleh dari kelompok
yang kebetulan tidak bermain, penelitian kelompok penonton atau
kelompok pengamat juga dapat ditunjuk Guru BK dari luar anggota
kelompok. Ditegaskan bahwa peserta didik yang tidak ikut
memerankan peran atau kelompok pengamat diminta mendengarkan
dan mengikuti dengan teliti semua pembicaraan, tindakan-tindakan
serta keputusan-keputusan yang dilakukan para pemeran. Setelah
pementasan selesai, Guru BK mengatur diskusi untuk mengaplikasikan
apa yang dilakukan oleh peserta didik yang bermain peran sesuai
dengan isi skenario.
3) Pelaksanaan sosiodrama. Guru BK memberikan kebebasan kepada
anggota kelompok yang mendapat peran untuk melaksanakan peran yang
dimainkan. Dalam permainan ini diharapkan terjadi identifikasi antara
pemain maupun penonton dengan peran-peran yang dimainkannya.
Peserta didik diberi kesempatan untuk mengekspresikan penghayatan
mereka pada saat memainkan peran.
3. Homeroom
Menurut Pietrofesa et al. (1980) dalam Hariyadi (2019) teknik penciptaan suasana
kekeluargaan (homeroom) adalah teknik untuk mengadakan pertemuan dengan
sekelompok peserta didik di luar jam-jam pelajaran dalam suasana kekeluargaan, dan
dipimpin oleh guru BK. Dalam hal ini yang ditekankan adalah terciptanya suasana
yang penuh kekeluargaan seperti suasana di rumah yang menyenangkan dan akrab,
sehingga peserta didik merasa aman dan diharapkan peserta didik bersedia
mengungkapkan masalahnya yang tidak dapat diungkapkan di kelas pada waktu jam
pelajaran bidang studi.
Tujuan
a. Membantu mengatasi masalah peserta didik.
b. Mengakrabkan peserta didik dengan situasi baru.
c. Memahami diri dan menghargai pendapat orang lain.
d. Melatih sosialisasi dan komunikasi dalam kelompok.
e. Mengembangkan minat peserta didik.
Prosedur
Pada kegiatan homeroom dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok besar
(antara 25-30 orang) dan kelompok kecil (antara 5-10 orang). Homeroom
dilaksanakan berdasarkan suatu jadwal tertentu dalam ruang-ruang yang telah
ditentukan. Kegiatan homeroom dilakukan dalam suatu situasi dan suasana yang
bebas serta menyenangkan. Program homeroom dilakukan secara periodik dapat
pula secara insidental sesuai dengan kebutuhan.
Menurut Romlah (2006) dalam Hariyadi (2019) pelaksanaan homeroom dapat pula
dilakukan oleh guru, akan tetapi guru tersebut perlu mendapat latihan khusus agar
dapat melaksanakannya dengan baik. Guru perlu dilatih keterampilan bimbingan
tentang cara menciptakan lingkungan yang menyenangkan dan suasana yang
bersahabat agar peserta didik dapat lebih terbuka dalam mengungkapkan
perasaannya.
Guru juga harus mempunyai minat dan motivasi untuk membantu peserta didik,
peka terhadap reaksi peserta didik, menjadi pengamat dan pendengar yang terlatih
dan memberikan respons yang membantu peserta didik. Latihan keterampilan
untuk guru yang akan membantu pelaksanaan homeroom dapat dilakukan oleh
Guru BK (Hariyadi, 2019).
Prosedur pelaksanaan homeroom terdiri dari
a. menentukan jenis kelompok (kelompok besar dan kelompok kecil),
b. membuat jadwal dan menentukan tempatnya, dan
c. pelaksanaan kegiatan homeroom (Hariyadi, 2019).