Anda di halaman 1dari 19

Metode Sosiodrama pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak

Bab “Meneladani Kisah Abdurrahman bin Auf” Kelas XI


Semester Genap untuk Menciptakan Pembelajaran yang
Menyenangkan ‘PAIKEM GEMBROT’ (Pembelajaran
Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan Gembira dan
Berbobot)
MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Metode Pembelajaran PAI
Dosen pengampu : Najih Anwar, S.Ag, M.Pd.

DISUSUN OLEH:
Intan Giri Indah P. (152071000012)

PROGRAM SARJANA
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO
TAHUN AJARAN 2017-2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia belajar pada dasarnya adalah untuk melakukan proses


berhubungan dengan segala situasi disekeliling individu. Belajar bisa dilihat
sebagai bentuk proses mencapai tujuan melalui berbagai proses pengalaman,
dimana manusia melakukan proses melihat, mengamati, dan memahami segala
hal.

Pembelajaran dilaksanakan oleh dua orang, yaitu pendidik dan peserta


didik. Pendidik adalah sebagai yang mengajar dan peserta didik sebagai yang
belajar. Kedua perilaku tersebut merupakan bahan pembelajaran. Sedangkan
bahan pembelajaran sendiri dapat berupa pengetahuan, nilai-nilai kesusilaan,
seni, agama, sikap dan keterampilan.

Pendidik, peserta didik dan bahan ajar memiliki hubungan yang bersifat
dinamis dan kompleks. Pembelajaran adalah sistem, yang dimana terdiri atas
berbagai macam susunan komponen yang saling berhubungan satu dengan
lainnya. Beberapa komponen tersebut adalah tujuan, materi, metode, serta
evaluasi.

Metode memegang peranan yang sangat penting, dimana pendidik harus


menentukan sebuah metode yang sangat tepat agar materi dan tujuan
pembelajaran dapat terlaksana sesuai keinginan. Sehingga, pendidik harus
mengetahui berbagai macam metode yang ada yang dapat digunakan sebagai
penunjang saat menyampaikan materi kepada peserta didik. Oleh sebab itu,
penulis menyusun makalah ini agar dapat dijadikan pengetahuan mengenai
berbagai metode sosiodrama. Pemaparan meliputi: pengertian, dan contoh
pengaplikasiannya dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembebelajaran (RPP)

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Metode Sosiodrama?
2. Apa saja tujuan yang harus dicapai dalam metode sosiodrama?
3. Apa saja jenis Metode Sosiodrama?
4. Apa saja kelebihan dan kekurangan Metode Sosiodrama?
5. Bagaimana pengaplikasian Metode Sosiodrama dalam pembelajaran?
C. Tujuan
1. Memahami pengertian Metode Sosiodrama.
2. Mengetahui tujuan yang harus dicapai dalam metode sosiodrama.
3. Mengetahui jenis-jenis metode sosiodrama.
4. Mengetahui kelebihan dan kekurangan Metode Sosiodrama.
5. Mengetahui cara pengaplikasian Metode Sosiodrama dalam pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Metode Sosiodrama
Pemahaman sosiodrama dan bermain peram (role playing) ada;ah sebuah
istilah sama bahkan didalam pelaksanaannya bisa dilakukan bersamaan.
Sosiodrama sendiri merupakan metode pembelajaran yang menekankan pada
keterlibatan pengamatan indra dan emosional terhadap situasi yang nyata.
Bermain peran guna memecahkan problem sosial, yang berhubungan dengan
manusia antar manusia. Konflik bersama sosial yang kemudia didramatisasikan
merupakan hal yang tidak menyangkut permasalahan pribadi. Contohnya adalah
kisah tentang kenakalan remaja, narkoba dan kisah inspirasi atau hikmah orang
terdahulu. Sehingga, diharapkan peserta didik dapat menunjukkan pemahaman
dan penghayatan serta pengembangan diri dalam hal kemampuan pemecahan
masalah apabila ia berada dilingkungan masyarakat.
Bila diintegralkan dengan Pendidikan Agama Islam dapat diapliakdikan secara
efektif dalam pelajaran akhlak, sejarah islam dan topik-topik lainnya. Pelajaran
sejarah islam contohnya pendidik ingin menggabarkan kisah Abu Bakar saat
beliau masuk Islam. Kisah ini jauh lebih menarik jika disajikan dengan aplikasi
metode sosiodrama dan bermain peran, karena disamping mengetahui proses
perjalanan khalifah Abu Bakar masuk Islam, peserta didik juga dapat menghayati
pelajaran dan hikmah yang terkandung didalamnya.
Begitu pula dalam pelajaran akhlakul karimah, umpama mengajarkan tema
birrulwalidain atau berbuat baik kepada orang tua, seorang pendidik Agama Islam
dapat menggunakan metode sosiodrama sebagai cara penyampaian materi yang
dimaksud.1
Menurut Engkoswara, metode sosiodrama merupakan suatu drama tanpa
naskah yang dimainkan oleh sekelompok orang. Estimasi wakunya singkat,
sekitar 4 hingga 5 menit, kemudian peserta didik akan menerangkannya.
Permasalahan dasar yang didramatisasikan disadur dari kejadian sosial, oleh sebab
itu disebut sosio-drama.
B. Tujuan yang Harus Dicapai dalam Metode Sosiodrama dan Hal-Hal yang Harus
Diperhatikan
1
Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah, Metodedan Teknik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,
(Bandung: PT Refika Aditama, 2009), hal, 83.
Secara fundamental sosiodrama adalah bentuk pendramatisasian tingkah laku
dalam hubungan dengan masalah sosial. Metode ini umumnya digunakan untuk
mencapai beberapa tujuan sebagai berikut:
1. Peserta didik dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain.
2. Peserta didik dapat belajar konsep berbagi tanggung jawab.
3. Peserta didik dapat belajar konsep mengambil keputusan secara sopan dalam
setting kelompok.
4. Metode ini dapat merangsang kelas untuk berpikir dan problem solving
(pemecahan masalah)
5. Peserta didik dapat mengenali nilai dan sikap.
6. Peserta didik dapat menanggulangi atau memperbaiki sikap-sikap yang salah.
Pendidik hendaknya memperhatikan hal berikut apabila mengunakan metode
sosiodrama:
1. Pertama pendidik harus menetapkan masalah sosial yang menarik perhatian
peserta didik untuk membahasnya. Masalah yang dijadikan tema utamanya
merupakan masalah yang dialami oleh sebagian besar peserta didik.
2. Menceritakan kepada peserta didik mengenai masalah dalam konteks alur
cerita.
3. Menentukan peserta didik yang bersedia memainkan peran yang dimaksud di
depan kelas. Penentuan pemeran ini hendaknya memilih anak yang suka rela
atau inisiatif dari pendidik.
4. Memberikan penjelasan peran kepada peserta didik pada saat sosiodrama
sedang berlangsung.
5. Memberikan kesempatan pada para pemeran untuk berdiskusi beberapa menit
sebelum memainkan peran.
6. Pendidik hendaknya tidak terlalu banyak mensutradarai, agar peserta didik
dapat mengembangkan kreativitas dan spontanitas mereka.
7. Mengakhiri sosiodrama dengan diskusi kelas dengan bersama-sama
memecahkan permasalahan yang muncul dalam sosiodrama. Diskusi
diarahkan kepada tujuan, bukan kepada baik atau tidaknya seorang peserta
didik berperan.
8. Hasil sosiodrama dapat dinilai sebagai bahan pertimbangan lebih lanjut.
Kesimpulan diskusi kemudian diresumekan oleh peserta didik.
9. Sosiodrama bukanlah sebuah sandiwara atau drama biasa, metode ini
merupakan peranan situasi sosial yang ekspresif dan hanya memainkan satu
babak saja.2
Contoh aplikasi Metode Sosiodrama

Pendidik Peserta Didik


1. Menenentukan tema yang akan 1. Mengikuti instruksi pendidik untuk
dimainkan melalui sosiodrama. membagi kelompok.
2. Masing-masing kelompok
(mengenai tema : Hikmah Sikap
membuat skenario cerita yang
Dermawan Abdurrahman bin Auf).
Membentuk kelas menjadi beberapa dimainkan.
3. Berdiskudi dan mempelajari
kelompok.
2. Membagi peran sesuai kebutuhan skenario
4. Menentukan para pemain sesuai
tema. (Misal: pemeran
dengan skenario yang telah dibuat.
Abdurrahman bin Auf, Aisyah.
Masyarakat dan peran pembantu).

C. Jenis Metode Sosiodrama


Metode Sosiodrama bukalah hanya memiliki satu macam jenis cara
pelaksanaannya, berikut adalah jenis Metode Sosiodrama:
1. Permainan Penuh
Jenis ini bisa digunakan dalam proyek besar dan tidak dibatasi estimasi waktu
dan sumber. Jenis ini merupakan alat yang baik dalam menangani problem
yang kompleks dan kelompok. Permainan disesuaikan dengan kondisi situasi
asli, untuk memenuhi permintaan organisasi perjuangan, sosial, keagamaan,
professional, industri, distributor komersial dan pendidikan.
2. Pementasan situasi atau inovasi (kreasi baru)
Merupakan jenis yang hanya memainkan sebagian problem atau situasi.
Bentuk permainan drama ini membutuhkan orienrasi awal dan diskusi
tambahan/pengembangan lanjutan kesimpulan dengan bantuan metode lain.
Metode ini dapat digunaka sebagai pemeranan kembali pada masa persidangan
pengadilan, pertemuan dan persidangan badan legistatif.
3. Playlet

2
Ramayulis, MetodologiPendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2010), hal, 346
Tekhnik ini merupakan jenis kegiatan berskala kecil dalam penanganan
problem kecil atau sebagian kecil dari sebuah masalah besar. Jenis yang
dimaksud ini, dapat digunakan secara tunggal atau untuk membentuk
pementasan masalah dengan penggunaan metode lain, singkatnya serangkaian
playlet bisa digunakan bersama untuk penggambaran perkembangan problem
sosial secara bertahap.
4. Blackout
Pada jenis metode sosiodrama yang terakhir ini biasanya hanya meliputi
beberapa orang (dua atau tiga orang) dengan pecakapan (dialog) singkat. Hal
itu dilakukan untuk mengembangkan latar belakang secukupnya dalam
pementasan yang cepat berakhir.
D. Kelebihan dan Kelemahan Metode Sosiodrama
1. Keuntungan Metode Sosiodrama
a. Meningkatkan keberanian dan kemampuan mendramatisasi peserta didik.
b. Menarik perhatian peserta didik, sehingga menghidupkan suasana kelas.
c. Peserta didik dapat mudah mengambil kesimpulan berdasarkan
penghayatan sendiri.
d. Penyaluran emosional dan keinginan yang tersembunyi karena mendapat
kesempatan untuk belajar mengekspresikan diri terhadap sesuatu masalah
didepan orang banyak (teman sekelas).
e. Mengajari peserta didik agar dapat menempatkan dirinya diantara orang
lain.
2. Kelemahan Metode Sosiodrama
a. Situasi social yang diciptakan dalam suatu lakon tertentu, tetap hanya
merupakan situasi yang memiliki kekurangan kualitas emosional dengan
situasi social sebenarnya.
b. Sulit dalam memilih peserta didik yang benar-benar berwatak cemerlang
dalam memecahkan sebuah masalah.
c. Adanya perbedaan kebiasaan, adat istiadat, dan kehidupan dalam
masyarakat akan sedikit mempersulit pelaksanaan metode ini.
d. Kendala peserta didik yang kadang tidak mau memerankan sesuatu dengan
adegan sebab malu.
e. Memerlukan waktu yang lama.
f. Peserta didik yang tidak mendapat peran akan cenderung menjadi pasif.
E. Langkah-Langkah Sosiodrama
1. Tugas pendidik dalam menggunakan metode sosiodrama
a. Menentukan tema yang menarik.
b. Menceritakan masalah dengan konteks alur cerita yang akan dimainkan.
c. Menetapkan peserta didik yang akan memerankan didepan kelas.
d. Menjelaskan ulang kepada peserta didik terdahap peran mereka ketika
sosiodrama berlangsung.
e. Memberikan waktu beberapa menit untuk melakukan diskusi (peserta
didik), sebelum permainan dimulai.
f. Memimpin diskusi bersama dalam pemecahan masalah yang muncul.
g. Menilai hasil sosiodrama (tujuan bukan baik buruknya peran yang
dimainakan peserta didik).
2. Langkah-langkah Sosio Drama
1. Persiapan
Pendidik sebagai fasilitator mempersiapkan masalah situasi hubungan
sosial yang akan diperagakan atau pemilihan tema cerita. Pada saat ini
pula fasilitator menjelaskan mengenai peran-peran yang akan dimainkan
oleh peserta didik, pelaksanaan sosiodrama/ bermain peran dan memberi
tugas bagi peserta didik yang tidak terlibat pada pertunjukan tersebut
(penonton).
2. Membuat sekenario drama.
3. Penentuan pelaku atau pemeran.
Setelah menemukan tema cerita yang akan dimainkan serta guru memberi
dorongan kepada peserta didik untuk bermain peran, maka guru
menentukan pelaku dalam bermain peran dan guru juga menjelaskan
bagaimana memainkan alur peranan tersebut. Guru memberikan petunjuk/
arahan dan contoh sederhana kepada pemainperan agar mereka siap
menjadi pelaku sosial yang sesuai dengan tema yang telah ditentukan
4. Permainan sosiodrama
Para pelaku peranannya memainkan sesuai dengan alur tema yang sudah
disepakati sesuai dengan improveisasi/ imajinasi atau daya tanggap
mereka masing-masing, pemeran juga diharapkan memainkan konflik-
konflik yang terjadi, mengekspersikan perasaan-perasaan & sikap-sikap
sesuai imajinasinya. Dalam pemeranan ini diharapkan terjadi identifikasi
yang sebesar-besarnya antara pemain dan penonton.
5. Evaluasi dan Diskusi
Setelah selesai permainan, para pemeran dipersilahkan kembali ketempat
duduk kemudian guru melanjutkan memimpin diskusi dan diikuti seluruh
warga kelas. Diskusi ini membahas hasil pengamatan pada permainan
sosiodrama tersebut guna mengamati tingkah laku, cara memecahkan
masalah dan karakteristik masing-masing dalam peperanan . Sehingga
diskusi mengarah pada suatu pembahasan materi, berupa tanggapan,
argumen/pendapat dan siswa dapat menyimpulkan hasil pengamatan dari
bermain peran yang berhubungan dengan tema tersebut.3
F. Pembelajaran Aqidah Akhlak
1. Pengertian Pembelajaran Aqidah Akhlak
Menurut Menteri dan Agama dalam peraturan pemerintah nomor 22 tahun
2008, pembelajaran aqidah akhlak merupakan pembelajaran satu pelajaran
yang adalah bagian dari Pendidikan Agama Islam dan ruang lingkupnya ada
aqidah dari tujuan.4
Secara gamblang, Aqidah Akhlak merupakan salah satu dari pembelajaran
Pendidikan Agama Islam, dimana peserta didik diajarkan mengenai aqidah
dan akhlak dalam suatu pembelajaran. Dalam pembelajaran ini disajikan
berbagai macam materi mengenai rukun iman, pemahaman tentang asma’ul
husna dan berbagai macam materi lainnya yang berhubungan dengan aqidah
akhlak.
Tidak hanya itu saja, selain pengajaran secara konsep dan teori,
pembelajaran aqidah akhlak melainkan juga praktek. Peserta didik diharap
dapat melaksanakan aqidah akhlak yang baik yang mereka terapkan dalan
kehidupan sehari-hari dalam masyarakat sosial. Sehingga, dapat terlampaui
tujuan pendidikan yang sebenarnya. Yaitu, menjadikan manusia menjadi lebih
baik daripada yang sebelumnya.
2. Tujuan dari Pembelajaran Aqidah Akhlak
a. Menumbuhkan kepedulian terhadap akhlak dengan memberikan,
memupuk, dan mengembangkan pengetahuan, merangsang dalam
penghayatan, memberi pengalaman, dan membisasakan peserta didik
mengenai aqidah akhlak Islam agar menjadi manusia muslim yang selalu
berkembang keimanan dan ketaqwaannya.
b. Agar Mewujudkan manusia Nasional Indonesia yang memiliki akhlak
mulia dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sosial dan individu
sebagai aplikasi dari ajaran Islam nilai akidah Islam.
3. Ruang Lingkup

3
Usman Basyiruddin, Metodologi pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hal, 52
4
Permenag Nomor 22 Tahun 2008.
a. Aspek Aqidah, berisi tentang dasar dan tujuan Aqidah Islam, sifat Allah,
Asma’ul Husnah, keimanan kepada Allah, Kitab Allah, Rasul Allah, hari
akhir dan takdir Allah (rukun iman).
b. Aspek Akhlak, berisi tentang ke-esaan Allah, ikhlas, khauf, ta’at,
tawakkal, taubat, shabar, ikhtiar, qanaa’ah, syukur, tawaadu’,
berprasangka baik, tasamuh, ta’aawun, kreatif, berilmu, produktif, dan
pergaulan remaja.
c. Aspek akhlak tercela, terdiri atas syirik, kufur, nifaaq, riya’, anaaniah,
ghadlab, putus asa, hasad, takabbur, dendam, fitnah, gibah, namimah dan
jubn.5
G. Pengaplikasian Metode Sosio Drama dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak
Kelas XI Materi Meneladani Kisah Abdurrahman bin Auf

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP) KURIKULUM 2013
BAB 10
Meneladani Sifat Terpuji Abdurrahman bin Auf

Nama Sekolah/Madrasah : Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo


Mata Pelajaran : Aqidah Akhlak
Kelas/Smt : Sebelas (XI) / Genap
Materi Pokok : Kisah Abdurrahman bin Auf
Alokasi Waktu : 1x10 Menit
A. Kompetensi Inti (KI)
K1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
K2 :Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(toleran, gotong royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan
pergaulan dan keberadaannya.
K3 : Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak
mata.
5
Permenag Nomor 22 Tahun 2008.
K4 : Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret
(menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan
membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung,
menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di
sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
B. KOMPETENSI DASAR
1.6. : Menghayati keutamaan sifat terpuji sahabat Abdurrahmanbin Auf
2.6. : Memahami keutamaan sifat terpuji sahabat Abdurrahman bin Auf
3.6. : Menganalisis kisah keteladanan sahabat Abdurrahman bin Auf
4.6. : Merencanakan kegiatan bakti sosial dilingkungan sekitar sekolah
C. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
1.6.1. Menyatakan pemahaman keutamaan sifat sahabat Abdurrahmanbin
Auf
1.6.2. Menunjukkan perilaku menghayati keutamaan sifat sahabat
Abdurrahman bin Auf
2.6.1. Menunjukkan kebiasaan meneladani keutamaan sifat sahabat
Abdurrahman bin Auf
2.6.2. Merumuskan kebiasaan meneladani keutamaan sifat sahabat
Abdurrahman bin Auf
3.6.1. Menceritakan keutamaan sifat sahabat Abdurrahman bin Auf
3.6.2. Memperagakan keutamaan sifat sahabat Abdurrahman bin Auf
3.6.3. Menelaah keutamaan sifat sahabat Abdurrahman bin Auf
4.6.1. Menyimpukan keutamaan sifat sahabat Abdurrahman bin Auf
4.6.2. Merencanakan kegiatan bakti sosial dilingkungan sekitar sekolah
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
1.6.1. Melalui video, peserta didik mampu menyatakan pemahaman
keutamaan sifat sahabat Abdurrahmanbin Auf
1.6.2. Melalui video, peserta didik menunjukkan perilaku menghayati
keutamaan sifat sahabat Abdurrahman bin Auf
2.6.1. Melalui tanya jawab, peserta didik menunjukkan kebiasaan
meneladani keutamaan sifat sahabat Abdurrahman bin Auf
2.6.2. Melalui tanya jawab, peserta didik merumuskan kebiasaan
meneladani keutamaan sifat sahabat Abdurrahman bin Auf
3.6.1. Melalui argumen, peserta didik menceritakan keutamaan sifat
sahabat Abdurrahman bin Auf
3.6.2. Melalui role playing, peserta didik memperagakan keutamaan sifat
sahabat Abdurrahman bin Auf
3.6.3. Melalui Analisis, peserta didik menelaah keutamaan sifat sahabat
Abdurrahman bin Auf
4.6.1. Melalui Analisis, peserta didik menyimpukan keutamaan sifat
sahabat Abdurrahman bin Auf
4.6.2. Melalui praktek, peserta didik merencanakan kegiatan bakti sosial
dilingkungan sekitar sekolah

E. Materi Pembelajaran (rincian dari Materi Pokok)


1. Materi Faktual
Menyajikan Video yang dibagikan melalui sosmed peserta didik
2. Materi Konseptual
Meneladani Kisah para sahabat Abdurrahman
a. Abdurrahman bin Auf
1) Riwayat Hidup singkat
Salah seorang sahabat besar Nabi Saw. dan termasuk dalam sepuluh
sahabat yang dijanjikan nabi Saw. akan masuk surga (Al-Asyrah Al-
Mubasyarah = sepuluh yang digembirakan. Pada masa Jahiliyah, ia
dikenal dengan nama Abd Amr. Setelah masuk Islam, Rasulullah
memanggilnya Abdurrahman bin Auf. Ia memeluk Islam sebelum
Rasulullah menjadikan rumah Al-Arqam sebagai pusat dakwah. Ia
mendapatkan hidayah dari Allah dua hari setelah Abu Bakar Ash-
Shiddiq memeluk Islam.
2) Teladan yang bisa diambil
Abdurrahman bin Auf memiliki watak yang dinamis, dan ini dampak
menonjol ketika kaum muslimin hijrah ke Madinah. Kehidupan Abdur
Rahman bin Auf di Madinah, baik semasa Rasulullah Saw maupun
sesudah wafatnya, terus meningkat. Barang apa saja yang ia pegang dan
ia jadikan modal perdagangan pasti menguntungkannya. Seluruh
usahanya itu ditujukan untuk mencapai rida Allah Swt semata sebagai
bekal di akherat kelak. Ia juga dikenal sangat pemurah.
Selain pemurah dan dermawan, ia dikenal pula sebagai sahabat Nabi
Saw yang banyak meriwayatkan hadis. Aburrahman bin Auf juga
termasuk yang zuhud terhadap jabatan dan pangkat.
F. PENDEKATAN, MODEL DAN METODE
Pendekatan : Cooperative Learning
Model : Role Playing
Metode : Ceramah, Tanya Jawab, Diskusi, metode sosiodrama
G. KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Pendahuluan (2 menit)
a. Guru membuka pembelajaran dengan salam dan membaca
basmalah bersama-sama.
b. Guru memperlihatkan kesiapan diri dengan mengisi lembar
kehadiran dan memeriksa kerapihan pakaian, posisi dan tempat
duduk disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran.
c. Guru menjelaskan video (relevan dengan materi pembelajaran)
yang telah di share sebelumnya.
d. Guru membentuk kelompok, yang anggotanya 3 – 4 orang.
2. Kegiatan inti (6 menit)
a. Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan.
(Terlampir)
b. Menunjukan beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari
sebelum KBM.
c. Guru memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin
dicapai.
d. Memanggil para peserta didik yang sudah ditunjuk untuk
melakonkan skenario yang sedang diperagakan.
e. Setelah dipentaskan, masing-masing peserta didik diberikan kertas
sebagai lembar kerja untuk membahas.
f. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya.
g. Guru memberikan kesimpulan secara umum.
3. Penutup (2 menit)
a. Guru menjelaskan tugas minggu depan, yaitu merencanakan
kegiatan amal disekitar lingkungan sekolah.
b. Guru menjelaskan tujuan kegiatan amal tersebut dan hal yang harus
dicapai peserta didik.
c. Bersama-sama menutup pelajaran dengan berdoa.

H. PENILAIAN PEMBELAJARAN, REMEDIAL DAN PENGAYAAN


1. Penilaian Pembelajaran
a. Aspek Sikap Spiritual
Nama Peserta Didik : ………………….
Kelas : ………………….
Tanggal Pengamatan : …………………..
Materi Pokok : Keteladanan Sahabat

No Aspek Pengamatan
1 2 3 4
1 Sikap perilaku Keteladanan akhlak para sahabat dalam bergaul
sekolah
2 Mengucapkan rasa syukur atas karunia Tuhan
3 Memberi salam sebelum dan sesudah presentasi
4 Menyatakan kekaguman atas kebesaran Tuhan
5 Merasakan kebesaran Tuhan saat belajar
Jumlah Skor

b. Aspek Sikap Sosial


Penilaian Teman Sejawat
Nama Peserta Didik yang dinilai : ………………….
Kelas : ………………….
Tanggal Pengamatan : …………………..
Materi Pokok : …………………..

Skor
No Aspek Pengamatan
1 2 3 4
1 Masuk kelas tepat waktu
2 Mengumpulkan tugas tepat waktu
3 Memakai seragam sesuai tata tertib
4 Mengerjakan tugas yang diberikan
5 Tertib dalam mengikuti pembelajaran
6 Membawa buku teks sesuai mata pelajaran
Jumlah Skor

c. Aspek Pengetahuan

No Soal
1. Jelaskan riwayat keteladanan sahabat Abdurrahman bin Auf!
2. Teladan apa yang bisa diambil dari seorang tokoh Abdurrahman bin Auf, terutama
bagi sebagai seorang anak muda?
3. Sebutkan sahabat nabi yang paling dekat ( kulafaurrosidin)?

d. Aspek Keterampilan
Kelas : ............................
Nama : ............................
Topik : Keteladanan Sahabat
Aspek Penilaian Catatan
No Materi Yang Harus Dikuasai Keterpad Keterl Ketera Leade
uan ibatan mpilan rship
1 Mengetahui riwayat keteladanan sahabat
abdurrahman bin Auf
2 Meneladani keimanan sahabat.
3 Dapat mengaplikasikan teladan pelayanan
kepada dhuafa’
4 Sikap jujur dan keuletan peserta didik
5 Kontribusi peserta didik dalam
pelaksanaan perencanaan kegiatan amal
Jumlah Nilai
I. MEDIA, ALAT, BAHAN, DAN SUMBER BELAJAR

1. Media : Laptop, LCD, Speaker Active,


2. Alat : Papan Tulis, Spidol, Penghapus
3. Bahan : Uang palsu, properti imitasi
4. Sumber Belajar : Buku Ajar siswa Akidah Akhlak Kelas X,
Departemen Agama, Al-Qur’an dan terjemahannya, Modul hasil karya
Musyawarah Guru Akidah Akhlak.

Sidoarjo, 16 April 2018


Kepala Madrasah Guru Bidang Studi

Intan Giri Indah Pratama Intan Giri Indah Pratama


NIP. NIP.
Lampiran
Naskah Metode Sosiodrama
Kisah Abdurrahman bin Auf
Abdurrahman bin Auf pernah mendengar Rasulullah bersabda, “Wahai Ibu ‘Auf,
Anda termasuk golongan orang kaya dan akan masuk surge secara perlahan-
lahan! Pinjamkanlah kekayaan itu kepada Allah, pasti Allah mempermudah
langkah Anda!” sejak saat itu ia mendengar nasihat Rasulullah SAW. inilah, ia
tidak ragu-ragu dan tidak tanggung-tanggung lagi dalam menyedekahkan harta
kekayaan.
Sebuah do’a yang dipanjatkan Rasulullah kepada Allah untuk Abudrrahman bin
Auf “Semoga Allah memberkahi harta yang kau berkan. Semoga Allah
memberkahi harta yang kau simpan.”
Begitulah d’a Nabi SAW dikabulkan sehingga Abdurrahman bin Auf senantiasa
mendapatkan keberkahan pada hartanya. Bisnis Abdurrahma bin Auf terus
berkembang dan bertambah. Kelompok pekerja yang ia miliki terus menerus
pulang pergi ke Madinah sambil membawa gandum, minyak, tepung, minyak
wangi, bejana, pakaian dan semua kebutuhan masyarakat Madinah.
Suatu ketika datang kafilah Abdurrahman bin Auf ke Madiah dengan membawa
700 unta serta makanan dan barang-barang yang dibutuhkan oleh penduduk
Madinah yang diletakkan ke setiap unta.
Sesampainya kafilah ini di Madinah, Bumi terasa bergetar dan terdengar sorak-
sorak manusa. Lantas Aisyah ra bertanya,
Aisyah : “Ada apa ramai-ramai begini?”
Warga mayarakat : “Ini adalah kafilah Abdurrahman bin Auf… dngan 700
unta yang membawa tepung, gandum, dan makanan.”
Aisyah : “Semoga Allah memberkahi harta yang telah ia berikan di
dunia demi balasan akhirat yang lebih besar.”
Kabar tersebut sampai kepada Abdurrahman bin Auf sebelum unta-untanya
berhenti. Begitu ia mendengar apa yang dikatakan Aisyah Ummul Mu’minin,
beliau langsung datang menemui Sang istri Rasulullah.
Abdurrahman : “Saksikanlah Ummul Mu’minin Sesungguhnya ini semua,
unta beserta apa yang di bawahnya aku berikan di jalan Allah.”
Do’a Rasulullah SAW terhadap Abdurrahman bin Auf agar ia selalu di berkahi
oleh Allah SWT, terijabah dengan kekayaan harta dan kedermawanannya,
sehingga ia menjadi sahabat Rasulullah SAW yang paling kaya.
Akan tetapi semua harta yang Abdurrahman bin Auf miiki, tidak menjadikan ia
takabur dan kufur nikmat. Bahkan hartanya di pergunakan hanya untuk mencari
keridhaan Allah dan Rasul-Nya.
Ia orang yang selalu berinfaq, entah dengan tangan kanannya maupun dengan
tangan kirinya. Entah dengan terang-terangan maupun dengan cara-cara
sembunyi-sembunyi-sembunyi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Metode sosiodrama merupakan cara dimana menyampaikan materi melalui
pemeranan secara langsung berdasarkan kisah nyata yang telah terjadi
dimasyarakat. Peserta didik dituntut dapat mengekspresikan dirinya didepan
kelas, melalui peran yang dilakonkan.
Diakhir kelas seluruh peserta didik menyimpulkan dengan diskusi bersama
permasalahan yang didramatisasi bersama. Pendidik memberikan kesimpulan
secara garis besar mengenai tujuan pemecahan masalah bukan untuk menilai
baik buruknya pemeranan peserta didik dalam melakonkan seorang tokoh.
Metode ini sangat cocok bila diaplikasikan dengan materi Pendidikan
Agama Islam seperti, mengenai akhlak, sejarah dan berbagai macam materi
PAI yang relevan.
Meski begitu terdapat kekurangan dan kelebihan apabila menggunakan
metode ini, namun banyak kelebihan yang menguntungkan pendidik dalam
menyampaikan materi kepada peserta didik dengan cara berbeda yang
menyenangkan.
DAFTAR PUSTAKA

Munjin, Ahmad Nasih dan Lilik Nur Kholidah. 2009. Metode dan Teknik
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT Refika Aditama.

Permenag Nomor 22 Tahun 2008

Ramayulis. 2010. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.


Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.

Usman Basyiruddin. 2002. Metodologi pembelajaran Agama Islam. Jakarta:


Ciputat Press.

Anda mungkin juga menyukai