BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan Negara.
Pendidikan juga merupakan salah satu hal penting yang mendasar bagi kehidupan
umat manusia, karena menjadi kebutuhan setiap orang untuk memajukan peradaban
dalam mengembangkan generasi yang mampu berbuat banyak bagi kepentingan mereka.
Sebagai mana tujuan pendidikan nasional Bab II pasal 3 tentang mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan tersebut mengembangkan potensi siswa
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Lembaga pendidikan formal di Indonesia adalah jalur pendidikan yang terstruktur
dan berjenjang, terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
tinggi. Untuk mencapai tujuan pendidikan, lembaga pendidikan harus mampu
melaksanakan proses belajar mengajar yang baik, salah satu caranya adalah dengan
menerapkan metode-metode pembelajaran yang komprehensif. Dalam hal ini, metode
yang digunakan harus sesuai dengan kebutuhan dan kondisi dalam proses pembelajaran.
Pendidikan akhlak merupakan suatu pondasi yang penting dalam membentuk manusia
yang berakhlak mulia.
Untuk mencapai salah satu tujuan pendidikan akhlak tersebut, peneliti
menawarkan metode sosiodrama untuk meningkatkan antusiasme siswa, sehingga mudah
dalam memahami materi pembelajaran. Sosiodrama dimaksudkan adalah suatu cara
mengajar dengan jalan mendramatisasikan bentuk tingkah laku dalam hubungan sosial.
2
Pada metode bermain peran, titik tekanannya terletak pada keterlibatan emosional dan
pengamatan indera ke dalam suatu situasi masalah yang secara nyata dihadapi.
Metode ini sering digunakan dalam pembelajaran yang berkaitan dengan sosial
karena lebih diarahkan untuk mencari problem solving dari sebuah peristiwa sosial,
terutama sejarah. Dalam permainan ini anak di ajak untuk mengeksplorasikan dirinya
dalam mengembangkan kreatifitas berfikir, berkomunikasi, bersosialisasi dengan orang
lain melalui sebuah peran yang dimainkan. Dalam pendidikan agama metode sosiodrama
dan bermain peran ini efektif dalam menyajikan pelajaran akhlak, sejarah islam dan
topik-topik lainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peningkatan aktivitas siswa saat diterapkan metode sosiodrama dalam
mata pelajaran Aqidah Akhlak di Mts Miftahul Huda Tunah-Semanding?
2. Bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa setelah penerapan metode sosiodrama
dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak di Mts Miftahul Huda Tunah-Semanding?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui peningkatan aktivitas siswa saat diterapkan metode sosiodrama dalam
mata pelajaran Aqidah Akhlak di Mts Miftahul Huda Tunah-Semanding.
2. Mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah penerapan metode sosiodrama
dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak di Mts Miftahul Huda Tunah-Semanding.
D. Hipotesis Tindakan
1. Aktivitas belajar siswa cenderung meningkat dengan penerapan model pembelajaran
sosiodrama pada mata pelajaran Aqidah Akhlak.-
2. Penerapan model pembelajaran sosiodrama dapat meningkatkan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran Aqidah Akhlak.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan bermanfaat :
1. Bagi siswa
Sebagai salah satu alternatif metode pembelajaran dalam mengembangkan sikap
berfikir yang lebih kreatif dan bertanggung jawab sehingga mendukung siswa aktif
3
F. Penjelasan Istilah
1. Metode Sosiodrama
Pembelajaran dalam metode sosiodrama atau bermain peran adalah pembelajaran
dengan cara seolah-olah berada dalam suatu situasi untuk memperoleh suatu
pemahaman tentang suatu konsep. Dalam metode ini siswa berkesempatan terlibat
secara aktif, proses interaksi antar siswa dan antara siswa dengan guru dalam kegiatan
pembelajaran, sehingga diharapkan dengan metode ini akan lebih memahami konsep
dan lebih lama mengingat.
2. Pengertian Aqidah Akhlak
Akhlak secara etimologi berasal dari bahasa Arab “Khalaqa”, “khuluq”yang
berarti perangai atau tabiatdan adat atau “khalqun” yang berarti kejadian, buatan,
ciptaan. “khaliq” yang berarti pencipta. Dari sini dapat disimpulkan akhak adalah
perangai atau tabiat manusia yang telah tertanam dalam hatinya akhlak terus spontan,
constant, tidak temporer dan tidak memerlukan pertimbangan, pemikiran serta dorongan
dari luar.Akhlak menuntut manusia untuk mencapai ketenangan hati dengan melakukan
kebajikan serta menjauhi dosa.Maka akhlak adalah moral bercirikan Islam.
4
BAB II
KAJIAB PUSTAKA
A. METODE SOSIODRAMA
a. Metode Sosiodrama
Menurut Drs. Tayat Yusuf metode secara etimologi, berasal dari bahasa
Yunani yaitu “methodos” yang terdiri dari dua suku kata yaitu “metha”yang
berarti melalui atau melewati dan “hados” yang berarti jalan atau cara.
Sedangkan menurut Dr. Dzakiah Drajat, secara harfiah berasal dari kata
“method” (cara). Dalam hal ini pengertian metode secara epistimologi adalah
suatu cara dan siasat penyampaian bahan pelajaran tertentu dari suatu mata
pelajaran agar siswa dapat mengetahui, memahami, mempergunakan dan
menguasai bahan pelajaran tersebut. Sedangkan sosiodrama berasal dari kata
“sosio” berarti sosial yaitu masyarakat, dan kata “drama” berarti
mempertunjukkan, mempertontonkan atau memperlihatkan peristiwa-peristiwa
yang dialami orang, sifat dan tingkah laku orang. Sosiodrama yang dimaksudkan
adalah suatu cara mengajar dengan jalan mendramatisasikan bentuk tingkah laku
dalam hubungan sosial.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa metode
sosiodrama berarti cara menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan
atau mempertontonkan atau mendemonstrasikan cara tingkah laku dalam
hubungan sosial.
Pembelajaran dalam metode sosiodrama atau bermain peran adalah
pembelajaran dengan cara seolah-olah berada dalam suatu situasi untuk
memperoleh suatu pemahaman tentang suatu konsep (Rohmah dalam Ahmad,
2009:80). Dalam metode ini siswa berkesempatan terlibat secara aktif, proses
interaksi antar siswa dan antara siswa dengan guru dalam kegiatan pembelajaran,
sehingga diharapkan dengan metode ini akan lebih memahami konsep dan lebih
lama mengingat.
Oleh karena itu, siswa tidak hanya menerima penjelasan materi secara teoritis
tetapi juga ikut mengamati dan menganalisa masalah yang sedang diperankan
5
c. Kelebihan-kelebihannya
Kelebihan metode pembelajaran sosiodrama antara lain:
1) Untuk melatih dan menanamkan pengertian dan perasaan seseorang.
2) Untuk menumbuhkan rasa kesetiakawanan sosial dan rasa tanggung jawab
dalam memikul amanah yang telah dipercaya.
3) Sebagai pengalaman bagi siswa ketika akan terjun ke masyarakat.
4) Dapat menumbuhkan rasa percaya diri yang ada dalam diri siswa, yang
tadinya mempunyai sifat pemalu dan takut berhadapan dengan sesamanya
dapat berangsur-angsur hilang, menjadi terbiasa dan terbuka untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
5) Untuk mengembangkan bakat dan potensi yang dimiliki oleh siswa.
6) Metode ini akan menarik perhatian siswa, sehingga dengan begitu suasana
dalam kelas akan menjadi lebih hidup dan menyenangkan.
d. Kelemahan-kelemahannya
Kelemahan metode pembelajaran sosiodrama adalah :
1) Memerlukan persiapan yang teliti dan matang.
2) Kadang-kadang siswa tidak mau mendramatisasi satu adegan karena takut dan
malu.
3) Kita tidak dapat mengambil kesimpulan jika pelaksanaan dramatisasi itu gagal.
4) Metode ini memakan waktu yang cukup banyak.
e. Langkah-langkahnya
6
Dari sini dapat disimpulkan akhak adalah perangai atau tabiat manusia yang
telah tertanam dalam hatinya akhlak terus spontan, constant, tidak temporer dan
tidak memerlukan pertimbangan, pemikiran serta dorongan dari luar.Akhlak
menuntut manusia untuk mencapai ketenangan hati dengan melakukan kebajikan
serta menjauhi dosa.Maka akhlak adalah moral bercirikan Islam.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sejarah pendidikan Islam adalah ilmu
yang membahas berbagai aspek atau komponen pendidikan yang pernah terjadi dan
pernah dilakukakan oleh umat Islam dengan berpedoman pada ajaran Islam sebagaimana
yang terdapat dalam Al Qur’an dan Hadits (Kholillah, 2012:10).
a) Ilmu pengetahuan agama Islam, yang di maksud ilmu pengetahuan agama islam
ialah cabang-cabang ilmu agama pada umumnya sekalipun dalam bentuk
elementer. Ilmu ini sangat di perlukan mengingat pendidikan islam adalah
merupakan ilmu yang bergerak dalam stiuasi pendidikan menuntun anak didik
untuk dapat memahami,meyakini dan mengamalkan ajaran agama secara baik dan
benar, atas tanggungjawabnya sendiri.
b) Ilmu jiwa, ialah jiwa watak, dan ilmu jiwa agama. Ilmu jiwa ini diperlukan
terutama dimaksudkan agar dapat mengetahui kelakuan pendidikan, sikap
manusia untuk menerima agama dan lain-lain.
8
BAB III
METODE PENELITIAN
sebagai penelitian kualitatif dengan setting yang wajar dan alami, memberikan
dapat menghadapi situasi yang berubah-ubah dan tidak menentu, seperti halnya yang
3. Subjek Penelitian
Subjek yang akan diteliti adalah siswa Mts Miftahul Huda Semanding tahun
pelajaran 2020-2021 yang siswanya berjumlah 26 terdiri dari 13 orang siswa laki-laki
dan 13 orang siswa perempuan. Sedangkan objek penelitian adalah metode atau
strategi Sosiodrama dan hasil belajar siswa. Standar kompetensi mengenal Akhlak
baik dan buruk , pada mata pelajaran pendidikan agama islam.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas yang di lakukan peneliti terhadap siswa-siswa kelas VII
Mts Miftahul Huda Kec. Semanding Kab.Tuban Pada Novemper 2020 – Desember 2020
dengan tahapan siklus sebagai berikut:
Siklus 1
a. Perencanaan
1. Menyusun RPP sesuai materi pelaksanaan pembelajaran yang akan
dilaksanakan dalam penelitian
2. Mempersiapkan kelengkapan untuk pembelajaran
10
d. Refleksi
Peneliti melakukan refleksi terhadap hasil siklus 1 dan mengamati
permasalahan yang muncul dalam pembelajaran, kemudian mendiskusikan
hasil tindakan yang telah dilakukan dapat meningkatkan minat belajar PAI
atau belum. Kekurangan pada siklus 1 dapat dijadikan pedoman untuk
memperbaiki pada siklus beerikutnya. Jika siklus 1 mencapai indikator
keberhasilan, maka siklus II dilakukan untuk penguatan hasil yang dicapai
pada siklus I.
Siklus II
a. Perencanaan
1. Menyusun skenario pembelajaran berdasarkan pada refleksi siklus I
2. Menyusun RPP dengan memperhatikan pada kelemahan yang ada pada
siklus I
3. Membuat lembar pengamatan
4. Peneliti menggali informasi tentang minat siswa berdasarkan intensitas
serta keaktifan siswa dalam setiap proses pembelajaran.
b. Tindakan
1. Melaksanakan pembelajaran mengacu pada RPP serta skenario yang
disusun
11
d. Refleksi
Peneliti melakukan analisis terhadap data yang telah diperoleh selama
tindakan untuk mendapat kesimpulan, apakah hipotesis tindakan telah tercapai
atau belum tercapai. Jika belum tercapai siklus dilanjutkan keembali dengan
perbaikan sampai keberhasilan indikator dapat dicapai yang ditujukan pada
tercapainya tujuan penelitian bahwa minat belajar siswa kelas VII Mts Miftahul
Huda mengalami peningkatan. Apabila telah tercapai sesuai indikator
keberhasilan yaitu kurang lebih 70 %, Mts Miftahul Huda kelas VII memiliki
daya keterkaitan yang masih rendah terhadap metode sosiodrama tersebut.
baik itu yang berperan sebagai penonton maupun pemain. Tujuan dari wawancara ini
adalah untuk mengetahui secra langsung pendapat siswa terhadap penerapan metode
sosiodrama dalam kegiatan pembelajaran tersebut.
3. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk
mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegasi, kemampuan atau bakat yang
dimiliki individu atau kelompok.
4. Dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian ini adalah seluruh bahan rekaman selama
penelitian berlangsung. Dokumentasi ini berupa hasil kartu kegiatan siswa, dan
foto. Dari hasil dokumentasi ini dapat dijadikan petunjuk dan bahan pertimbangan
pelaksanaan selanjutnya dan penarikan kesimpulan.
H. Indikator Keberhasilan
Pembelajaran dengan metode sosiodrama dapat di katakan berhasil apabila indikator
yang di harapkan dapat tercapai. Indikator yang dirumuskan peneliti adalah :
1. Adanya peningkatan aktivitas siswa saat diterapakan metode sosiodrama pada mata
pelajaran Aqidah Akhlak kelas VII di Mts Miftahul Huda mencapai 85%.
2. Adanya peningkatan prestasi belajar siswa setelah penerapan metode sosiodrama
pada mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas VII di Mts Miftahul Huda mencapai 85%.
I. Analisis Data
Data yang di analisa adalah yang di lakukan peneliti dalam analis data ini yaitu
membandingkan antara skor nilai persiklus dengan KKM yang di tentukan sekolah yakni
70. Oleh karena itu siswa yang mendapatkan nilai 70 atau lebih dari 70 maka siswa
tersebut di katakan tuntas belajarnya atau sudah mencapai KKM. Apabila sebaliknya
siswa yang belum tuntas atau belum mencapai KKM jika mendapatkan nilai kurang dari
70. Selanjutnya untuk menentukan akhir perbaikan melalui siklus-siklus digunakan tolak
ukur kriteria ketuntasan. Adapun kriteria yang di pilih sebesar 85%.
J.Validasi Temuan Penelitian
Untuk mendapatkan temuan yang valid dalam penelitian, maka peneliti harus
berusaha untuk mendapatkan hasil yang baik. Oleh sebab itu peneliti melakukan
berbagai macam tekhnik untuk mengetahui bagaimana siswa bisa merasa senang
13
dalam belajar, merasa nyaman dan bagaimana caranya agar siswa merasa senang
dengan guru yang mengajarnya. Untuk itu peneliti harus melaksanakan observasi
lapangan lebih dalam, menggunakan berbagai macam sumber untuk mendapatkan
informasi bagaimana cara mengembangkan anak didik dalam pembelajaran PAI
menggunakan metode sosiodrama, yang dalam pembahasannya mengenai hubungan
atau interaksi antar siswa dalam pembahasan materi Pendidikan Agama Islam sangat
baik untuk perkembangan wawasan anak dalam belajar sehingga bisa menumbuhkan
pola berfikir yang cermat melalui metode sosisodrama yang baik, dengan adanya
observasi yang seperti ini peneliti dan pihak lapangan akan merasakan
perkembangannya dengan baik.
J. Referensi
(Terlampir)
penelitian. Hal ini peneliti menggunakan metode dengan instrumen antara lain: (1)
1. Wawancara
bahasa lisan baik secara tatap muka ataupun melalui media tertentu. Untuk
narasumbernya adalah perwakilan siswa kelas VII yang telah melaksanakan metode
2. Observasi
REFERENSI