Anda di halaman 1dari 54

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI DAN KEMAMPUAN

BERNYANYI SISWA KELAS 1 MELALUI METODE BERNYANYI DI


DEPAN KELAS BERBSIS TEMA DI MI MAMBAUL ULUM
SUMURGUNG MONTONG TUBAN TAHUN PELAJARAN 2021/2022

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh:
DWI NANDAWATI
NIM: 182502019

INSTITUT AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA TUBAN


FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAYAH
2021
UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI DAN KEMAMPUAN
BERNYANYI SISWA KELAS 1 MELALUI METODE BERNYANYI DI
DEPAN KELAS BERBSIS TEMA DI MI MAMBAUL ULUM
SUMURGUNG MONTONG TUBAN TAHUN PELAJARAN 2021/2022

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh


Gelar Sarjana Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Pada Institut Agama Islam Nahdhatul Ulama
( IAINU )Tuban
Tahun Akademik 2021/2022

Oleh:
DWI NANDAWATI
NIM: 182502019

INSTITUT AGAMA ISLAM NAHDHATUL ULAMA TUBAN


FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI DAN KEMAMPUAN


BERNYANYI SISWA KELAS 1 MELALUI METODE BERNYANYI DI
DEPAN KELAS BERBSIS TEMA DI MI MAMBAUL ULUM
SUMURGUNG MONTONG TUBAN TAHUN PELAJARAN 2021/2022

DWI NANDAWTI

Proposal ini telah disetujui untuk diujikan dihadapan


Dewan Penguji Proposal pada tanggal 10 November 2021

Oleh:

Pembimbing

AKHMAD AJI PRADANA, M.Pd.


NIDN. 2122079002
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan taufik dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan
proposal penelitian ini dengan baik. Proposal penelitian dengan judul “
Pengembangan Kepercayaan Diri Dan Kemampuan Bernyanyi Siswa Kelas
1 Melalui Metode Bernyanyi Di Depan Kelas Dengan Gerakan Berbasis
Tema Di MI Mambaul Ulum Sumurgung Montong uban Tahun Pelajaran
2021/2022”, sebagai salah satu syarat untuk melanjutkan pembuatan skripsi
pada Institut Agama Islam Nahdhatul Ulama (IAINU) Tuban program studi
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI).

Keberhasilan penulisan proposal penelitian ini bukan semata hasil dari


penulis sendiri, akan tetapi atas dukungan dari berbagai pihak, dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat
bapak Akhmad Aji Pradana, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan pada penulisan
proposal penelitian ini.

Penulis semaksimal mungkin berusaha memperoleh hasil yang


terbaik. Akan tetapi atas keterbatasan kemampuan dan pengetahuan, penulis
yakin dan sadar proposal penelitian ini masih kurang dan jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis berharap kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk kedepannya nanti.

Penulis

Dwi Nandawati
DAFTAR ISI

COVER.....................................................................................................................i
HALAMAN JUDUL ..............................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
DAFTAR ISI ...........................................................................................................v
IDENTITAS PENELITIAN...................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian ..............................................................................5
1.4 Spesifikasi Produk yang Diharapkan ...............................................5
1.5. Manfaat Pengembangan ....................................................................6
1.6 Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan .......................................6
1.7 Penjelasan Istilah ................................................................................7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Teori – Teori yang Relevan dengan Variabel.....................................9
2.1.1 Media Pembelajaran...................................................................9
2.1.2 Permainan Monopoli Aksara Jawa..........................................14
2.1.3 Pembelajaran Bahasa Jawa......................................................16
2.1.4 Ketrampilan Membaca.............................................................18
2.2 Penelitian lain yang Relevan ............................................................19

BAB III METODE KUALITATIF


3.1 Dasar Penelitian ...............................................................................22
3.2 Fokus Penelitian ..............................................................................23
3.3 Sumber Data .....................................................................................28
3.4 Pemilihan Sampel .............................................................................30
3.5 Pengumpulan Data ...........................................................................33
REFERENSI..........................................................................................................39
IDENTITAS PENELITIAN

Upaya Meningkatkan Kepercayaan Diri Dan


Kemampauan Bernyanyi Siswa Kelas1 Melalui
1. Judul Penelitian Metode Bernyanyi Di Depan Kelas Dengan Gerakan
Berbasis Tema di MI Mambaul Ulum Sumurgung
Montong Tuban Tahun Pelajaran 2021/2022

2. Nama peneliti Dwi Nandawati

3. Bidang Peneliti Pendidikan

4. Jenis penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

5. Lokasi penelitian MI Mambaul Ulum Sumurgung Montong Tuban

6. Waktu penelitian Januari – Februari

Tuban, 17 Oktober 2021


Mengetahui :

Dosen pembimbing, Peneliti

AKHMAD AJI PRADANA, M.Pd DWI NANDAWATI


Nirm:
7

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan anak merupakan bagian penting dalam kehidupan anak di

masa emasnya. Dalam masa emas ini adalah saat yang tepat untuk memberikan

berbagai pengalaman pada anak. Ibarat mengukir di atas batu, berbagai

pengalaman yang diberikan akan tertanam kuat pada pikiran anak. Berbagai

aspek seperti agama dan moral, fisik motorik, kognitif, bahasa dan sosial

emosional perlu untuk dikembangkan secara seimbang. Sistem pengajaran yang

diterapkanpun akan mempengaruhi tingkah laku dan pola pikir anak. Rasa

keingintahuan anak akan timbul jika ia melihat sesuatu yang baru dan menarik

sehingga anak cenderung ingin mencoba hal baru tersebut. Pada saat itulah anak

perlu bimbingan yang tepat.

UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bab 1, pasal 1,

butir 14, menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya

pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia

6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk

membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak

memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Salah satu aspek yang perlu sekali untuk dikembangkan sejak dini yaitu

aspek sosial emosional. Perkembangan emosi anak perlu untuk diarahkan secara

benar, karena perkembangan emosi berkaitan dengan kepribadian dan

penyesuaian anak terhadap lingkungannya. Apalagi dalam kehidupan sosial


8

banyak sekali perbedaan- perbedaan yang terjadi dan anak harus siap dalam

menghadapi perbedaan yang ada. Pelaksanaan hubungan sosial dengan sesama

oleh santri sebenarnya dilandasi oleh aspek emosi. Oleh karena itu diperlukan

kemampuan mengenali emosi, kemampuan mengelola emosi, kemampuan

memotivasi diri sendiri, kemampuan mengenali emosi orang lain dan

kemampuan membina hubungan dengan orang lain, sehingga akan terjalin

hubungan yang positif. Kemampuan tersebut,menurut Goleman (2006)

merupakan aspek kecerdasan emosi (Sabiq dan Djalali, 2012: 55)

Perkembangan emosi yang baik akan menjadi bekal yang sangat berharga

bagi anak. Dalam penelitian mutakhir yang pernah ada, dapat disimpulkan

bahwa kecerdasan emosi atau kemampuan emosi yang baik dapat lebih

berperan dalam mencapai kesuksesan atau keberhasilan dibanding dengan hanya

kecerdasan intelektual saja. Hal ini dapat terjadi karena, jika seseorang hanya

mempunyai kecerdasan intelektual berarti hanya pintar saja, artinya dia tidak

menguasai kemampuan yang lain. Tetapi jika seseorang mempunyai kecerdasan

emosi, dia akan lebih banyak menguasai berbagai ranah atau lingkup, seperti

pandai berinteraksi dengan orang lain, pandai menyikapi berbagai masalah,

pandai menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya, dan sebagainya (Yusriana,

2012:104). Jadi dapat dikatakan seseorang yang mempunyai kecerdasan emosi

atau perkembangan emosi yang baik dapat lebih mudah untuk mencapai

keberhasilannya karena dapat lebih mudah mengembangkan potensi dirinya dan

dapat mengkondisikan dirinya di berbagai keadaan.

Kaitannya dengan anak usia dini, perkembangan sosial emosional salah


9

satunya adalah menunjukkan rasa percaya diri, hal ini terdapat pada

Permendikbud Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar Pendidikan Anak

Usia Dini. Rasa percaya diri yang dimaksud adalah dapat memperlihatkan

kemampuan diri untuk menyesuaikan dengan situasi. Jika anak dapat

mengembangkan rasa percaya dirinya dengan optimal, maka akan dengan mudah

mengembangkan kemampuannya yang lain.

Menurut Depdiknas dalam Kintani, Ali dan Endang (2013:2) percaya diri

adalah “sikap yang menunjukkan memahami kemampuan diri dan nilai harga

diri”. Rasa percaya diri pada dasarnya dimiliki oleh semua anak, hanya saja yang

membedakan besar dan kecil persentase kepercayaan diri pada masing-masing

anak. Maka dari itu perlu digunakan metode yang sesuai untuk dapat

mengembangkan rasa percaya diri itu.

Selanjutnya menurut Aunillah (2011:60) percaya diri merupakan “sebuah

kekuatan yang luar biasa. Percaya diri laksana reaktor yang membangkitkan

segala energi yang ada pada diri seseorang untuk mencapai sukses”. Sebagai

generasi penerus bangsa anak-anak pelu memiliki percaya diri yang besar dalam

melakukan hal-hal yang positif. Sehingga dapat mengembangkan diri dengan

maksimal dan dapat bermanfaat bagi bangsa dan negara.

Pentingnya percaya diri bagi kehidupan anak dijelaskan oleh Anita Lie

dalam Ningsih (2014:2) bahwa “anak yang percaya diri dapat menyelesaikan

tugas sesuai dengan tahapan perkembangan dengan baik atau memiliki

kemampuan untuk belajar cara menyelesaikan tugas tersebut, memiliki

keberanian serta kemampuan untuk meningkatkan prestasinya sendiri, akan


10

dipercaya oleh orang lain, dan akan tumbuh dalam pengalaman dan kemampuan

sehingga menjadi pribadi yang sehat dan mandiri”. Kemudian Hasan (2011:164)

juga mengatakan bahwa “rasa percaya diri pada anak perlu ditanamkan sejak

anak berusia dini. Hal ini sangat penting sebagai dasar anak untuk menerobos

suatu peluang dan berani mengambil resiko di masa yang akan datang”.

Oleh karena itu guru di tingkat pendidikan anak usia dini harus memiliki

kompetensi yang memadai demi terwujudnya tujuan pendidikan anak usia dini.

Berkaitan dengan hal tersebut dalam jurnal yang ditulis oleh Nunik (2013),

menyatakan bahwa:

Guru harus belajar untuk dapat menguasai dan menerapkan


berbagai metode pembelajaran, yang dapat meningkatkan
kemampuan sosial anak. Guru di TK akan selalu memperoleh
tantangan, menghadapi perkembangan interaksi sosial anak yang
sering berubah. Guru membangun karakter anak yang mampu
hubungan dengan orang lain secara harmonis.

Sebagaimana pendapat di atas, seorang guru akan selalu mendapatkan

tantangan saat membelajarkan sesuatu pada anak, sehingga seorang guru harus

selalu siap dengan berbagai tingkah laku anak. Seperti dalam pembelajaran

interaksi sosial, dalam menyampaikan pembelajaran percaya diripun guru harus

mempunyai metode-metode yang jitu dalam menyampaikannya pada anak.

Metode-metode yang sesuai dan tepat akan dapat memberikan hasil dalam

mengembangkan rasa percaya diri anak.

Pembelajaran untuk mengembangkan rasa percaya diri pada anak hanya

akan berhasil bila dilakukan secara berulang-ulang, sehingga anak akan terbiasa

untuk percaya pada dirinya sendiri. Karena pada dasarnya pembelajaran yang
11

dilakukan pada anak salah satunya adalah dengan cara pembiasaan. Jika anak

sudah terbiasa melakukannya dalam arti anak telah dibiasakan untuk

mengembangkan rasa percaya dirinya, maka selanjutnya hal ini dapat menjadi

karakter pembentuk kepribadian anak.

Kegiatan pembelajaran untuk pendidikan anak usia dini tidak hanya

difokuskan pada kemampuan akademik anak, tetapi lebih pada pengembangan

diri dan pribadi anak sehingga anak akan siap untuk mengenyam pendidikan

pada tingkat selanjutnya. Peningkatan rasa percaya diri ini akan sangat efektif

bila dilakukan dengan menggunakan metode bernyanyi dengan gerakan berbasis

tema.

Sesuai dengan hakikat pembelajaran anak usia dini bahwa pembelajaran

anak usia dini mengggunakan prinsip belajar, bermain dan bernyanyi.

Pembelajaran ini disusun dengan model seperti ini agar menyenangkan bagi

anak, memberikan rasa gembira dan demokratis sehingga menarik anak untuk

terlibat dalam setiap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan (Suyanto

2003:145). Terkait dengan kegiatan bernyanyi, dapat dibedakan menjadi

bernyanyi dengan gerakan dan bernyanyi tanpa gerakan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bernyanyi adalah “mengeluarkan

suara bernada atau berlagu (dengan lirik atau tidak).” Selanjutnya dalam

Wikipedia bernyanyi adalah “melafalkan syair sesuai nada, ritme, dan melodi

tertentu hingga membentuk harmoni”. Jadi dapat dikatakan bahwa bernyanyi

adalah kegiatan mengeluarkan suara yang disertai dengan nada, ritme dan

melodi baik dengan melafalkan syair atau tidak. Kemudian yang dimaksud
12

dengan gerak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “peralihan tempat

atau kedudukan, baik hanya sekali maupun berkali-kali”. Sedangkan gerakan

adalah “perbuatan atau keadaan bergerak”. Selanjutnya menurut Mahmud

(1995:61) gerak merupakan “alat yang penting bagi anak untuk mengungkapkan

dirinya melalui musik”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa gerak dalam

bermusik adalah perpindahan tempat atau kedudukan untuk untuk

mengungkapkan diri melalui musik.

Menurut teori-teori di atas jadi dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

bernyanyi dengan gerakan adalah kegiatan mengeluarkan suara dengan nada,

ritme dan melodi sehingga membentuk suatu harmoni dan disertai dengan

perpindahan tempat untuk mengungkapkan gambaran atau isi dari lagu yang

sedang dibawakan. Sedangkan bernyanyi tanpa gerakan adalah sebaliknya, yaitu

kegiatan mengeluarkan suara dengan nada, ritme dan melodi sehingga

membentuk suatu harmoni dengan cara hanya duduk saja atau berdiri tanpa ada

gerakan penggambaran isi lagu.

Kegiatan bernyanyi dengan gerakan merupakan salah satu yang

memegang peranan penting untuk anak. Bernyanyi memberikan efek

menyenangkan dan dapat menyeimbangkan otak kiri dan otak kanan anak.

Bernyanyi merupakan kegiatan yang disukai anak- anak, mereka dapat

mengekspresikan perasaan dan dapat memberikan kepuasan. Sehingga dengan

metode bernyanyi dengan gerakan anak- anak dapat dengan mudah mempelajari

sesuatu. Terkait pentingnya bernyanyi, yang memberikan pengalaman musik

bagi anak-anak (Seefeldt dan Wasik 2008:317) mengatakan bahwa “musik


13

bernilai di dalamnya dan musik itu sendiri penting untuk perkembangan

keterampilan simbolis dan pemecahan kreatif terhadap masalah, keterampilan

kesiapan membaca, keterampilan sosial, dan perkembangan motorik dan

keterampilan lain, sikap dan pengetahuan”.

Dengan menggunakan metode bernyanyi dengan gerakan, anak akan

berlatih untuk dilihat oleh banyak orang saat sedang melakukan kegiatan,

anak akan dapat berlatih mengeluarkan pendapatnya dalam memberikan

masukan gerakan apa yang cocok untuk digunakan. Oleh karena itu metode ini

dapat memberikan latihan bagi anak tentang bagaimana mengembangkan rasa

percaya diri agar dapat mengembangkan kemampuan dirinya.

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di MI Manbaul Ulum sebagai

salah satu lembaga pendidikan anak dasar, pembelajaran dilaksanakan dengan

sistem sentra yang sudah dilengkapi media pembelajaran yang bervariasi. Pada

saat peneliti mengikuti kegiatan pembelajaran, peneliti melihat keadaan anak-

anak di lembaga tersebut rasa percaya dirinya kurang berkembang dengan baik.

Hal tersebut terlihat ketika anak-anak masih malu untuk tampil di depan umum

dan belum bisa secara aktif dalam mengemukakan pendapatnya. Selain itu

dalam mengerjakan tugasnya anak-anak masih kurang percaya diri untuk

mengerjakan sendiri, mereka masih sering meminta bantuan guru kelas atau guru

pendampingnya. Sebenarnya berbagai upaya telah dilakukan guru untuk

mengembangkan kepercayaan diri pada anak di MI Mambaul Ulum, namun

hasilnya belum optimal karena hanya sedikit anak yang mau maju.

Selain mengamati keadaan anak, peneliti juga mengamati bagaimana


14

keadaan guru ketika mengajar. Cara mengajar guru di sekolah ini sebenarnya

juga sama dengan di sekolah lain. Walaupun sekolah ini menggunakan sistem

sentra, tetapi dalam proses belajar mengajar masih seperti sistem klasikal. Anak

lebih banyak duduk diam dan mendengarkan arahan dari guru. Anak belum

mengikuti kegiatan pembelajaran secara aktif. Guru mengajar di depan kelas

dengan berdiri atau duduk di kursi kecil sedangkan anak-anak duduk di bawah

dengan alas karpet. Pada saat ada kegiatan menyanyi pun juga seperti itu, anak-

anak lebih banyak menyanyi dengan duduk secara bersama-sama dengan

gerakan yang sedikit sekali.

Menurut pengamatan peneliti, sebenarnya di sekolah ini sudah diterapkan

metode menyanyi dengan gerakan, tetapi masih sangat terbatas. Kegiatan

bernyanyi dengan gerakan hanya sering dilakukan pada saat kegiatan baris-

berbaris dan terkadang juga pada saat kegiatan pembukaan sebelum

pembelajaran dimulai. Padahal pada saat kegiatan inti guru juga sering

menggunakan lagu untuk menyampaikan tema, tetapi guru dan anak hanya

bernyanyi dengan duduk saja dengan gerakan yang terbatas.

Untuk lebih mengembangkan rasa percaya diri pada anak di MI Mambaul

Ulum, peneliti menggunakan bernyanyi dengan gerakan berbasis tema. Hal ini

bertujuan agar selain belajar bernyanyi dengan gerakan, anak juga dapat

mempelajari muatan materi dari tema yang sedang disampaikan oleh guru.

Melalui metode ini diharapkan anak akan merasa senang dan mau mengikutinya.

Sehingga anak dapat mengembangkan rasa percaya dirinya dalam lingkup hal-

hal yang positif. Dengan demikian anak akan berani tampil di depan umum dan
15

dapat secara aktif mau mengemukakan pendapatnya.


1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut :
1. Bagaimana Kepercayaan Diri Siswa ?

2. Bagaimana Kemampuan Bernyanyi ?

3. Bagaimana Peningkatan Kepercayaan Diri Dan Kemampuan Bernyanyi

Siswa Kelas 1 Melalui Metode Bernyanyi Di Depan Kelas Dengan

Gerakan Berbasis Tema Di MI Manbaul Ulum Sumurgung Montong

Tuban?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan
penelitian ini sebagai berikut :
1. Mendreskripsikan Kepercayaan Diri Siswa

2. Mendeskripsikan Kemampuan Bernyanyi

3. Mendreskripsikan Peningkatan Kepercayaan Diri Dan Kemampuan

Bernyanyi Siswa Kelas 1 Melalui Metode Bernyanyi Di Depan Kelas

Dengan Gerakan Berbasis Tema Di MI Manbaul Ulum Sumurgung

Montong Tuban

1.4 Hipotesis Tindakan


Terdapat peningkatan kepercayaan diri siswa dan kemampuan bernyanyi
siswa kelas 1 melalui metode bernyanyi di depan kelas dengan gerakan
berbasis tema di MI Mambaul Ulum Sumurgung Montong Tuban.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini terdiri dari manfaat teoritis dan praktis
asebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
17

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap


kajian menambah khasanah keilmuan terhadap peningkatan rasa percaya
diri anak.
2. Manfaat Praktis
1) Bagi Siswa
Melalui bernyanyi siswa dapat melatih kemampuan komunikasi dan
interaksi dengan teman yang lainnya, dan mampu meningkatkan rasa
percaya diri siswa.
2) Bagi Guru
Melalui bernyanyi di depan kelas siswa dapat melatih kemampuan
komunikasi dan interaksi dengan teman yang lainnya, dan mampu
meningkatkan rasa percaya diri siswa.
3) Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selajutnya, penelitian ini dapat digunakan sebagai
rujukan bagi yang ingin mengkaji lebih dalam tentang topik ini serta
mengembangkannya untuk memperkaya temuan- temuan lain.
4) Bagi Lembaga
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan sebagai
upaya pembekalan serta pembinaan bagi para calon guru/pendidik
tentang pentingnya metode bernyanyi dalam mendorong munculnya
rasa percaya diri anak.
1.6 Penjelasan Istilah
1. Percaya diri adalah suatu sikap, tindakan atau keyakinan atas
kemampuan diri sendiri sehingga dalam melakukan tindkan tidak terlalu
sering merasa cemas, merasa bebas unutk melakukan hal-hal yang sesuai
keinginan, dan memiliki tanggungjawab atas keputusan dan Tindakan
yang dilakukan.
2. Kemampuan adalah kesanggupan atau kecakapan melakukan sesuatu
sedangkan bernyanyi adalah seni mengungkapkan fikiran dan perasaan
melalui nada dan kata – kata. Kemampuan bernyanyi merupakan
18

kesanggupan seseorang dalam mengungkapkan fikiran dan perasaan


melalui nada dan melodi yang diungkapkan dalam kata – kata.
3. Metode bernyanyi dengan gerakan adalah kegiatan mengeluarkan suara
dengan nada, ritme dan melodi sehingga membentuk suatu harmoni dan
disertai dengan perpindahan tempat untuk mengungkapkan gambaran
atau isi dari lagu yang sedang dibawakan.
19

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Teori-teori yang Relevan dengan Variabel

2.1.1 Percaya Diri

1. Pengertian Rasa Percaya Diri

Menurut Hakim percaya diri secara sederhana dapat dikatakan

sebegai suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan

yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membantunya merasa mampu

untuk bisa mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya. Sedangkan

Santrock mendefinisikan kepercayaan diri sebagai suatu dimensi

evaluatif yang menyeluruh dari diri. Rasa percaya diri juga disebut

sebagai harga diri atau gambaran diri.

Pendapat lain dikemukakan oleh Rahayu yang menyatakan bahwa

percaya diri merupakan suatu keadaan dimana seorang harus mampu

menyalurkan segala kemampuan yang dimilikinya untuk melakukan

sesuatu secara maksimal dengan memiliki keseimbangan antara

tingakah laku, emosi, dan spiritual. Kepercayaan diri juga merupakan

sikap positif seseorang dalam menghadapi lingkungannya.

Menurut Fatimah kepercayaan diri adalah sikap positif seorang

individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian

positif, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap lingkungan atau

situasi yang dihadapinya. Rasa percaya diri yang tinggi sebenarnya

hanya merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan individu


20

tersebut bahwa ia merasa memiliki kopetensi, yakni mampu dan

percaya bahwa dia bisakarena di dukung oleh pengalaman, potensi

aktual, prestasi serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri.

Lauster mengemukakan bahwa kepercayaan diri merupakan sifat

yang saling mempengaruhi satu sama lain, kepercaayaan pada diri

sendiri mempengaruhi sikap hati-hati, ketidak tergantungan, ketidak

serakahan, toleransi dan cita-cita. Menurut Angelis percaya diri berawal

dari tekad pada diri sendiri, untuk melakukan segalanya yang kita

inginkan dan butuhkan dalam hidup. Percaya diri terbina dari keyakinan

diri sendiri, sehingga kita mampu menghadapi tantangan hidup apapun

dengan berbuat sesuatu. Adapun menurut Lie Percaya diri berarti yakin

akan kemampuannya untuk menyelesaikan suatupekerjaan dan masalah.

Dengan percaya diri, seseorang merasa dirinya berharga dan

mempunyai kemampuan menjalani kehidupan, mempertimbangkan

berbagai pilihan dan membuat keputusan sendiri. Lumpkin menyatakan

bahwa rasa percaya diri yang sejati berarti seorang individu memiliki

beberapa hal yang meliputi integrasi diri, wawasan pengetahuan,

keberanian, sudut pandang yang luas, dan harga diri yang posotif.

Kepercayaan diri bukan merupakan bakat (bawaan), melainkan

kualitas mental, artinya kepercayaan diri merupakan pencapaian yang

dihasilkan dari proses pendidikan atau pemberdayaan.kepercayaan diri

dapat dilatih atau dibiasakan. Faktor lingkungan, terutama orang tua

dan guru berperan sangat besar.


21

Rasa percaya diri merupakan sikap yakin dan percaya terhadap

kemampuan yang dimiliki seseorang individu. Individu yang percaya

diri akan merasa mampu untuk menyelesaikan suatu pekerjan, masalah

dan berani mengambil keputusan. Rasa percaya diri berkaiatan erat

dengan integritas diri, wawasan pengetahuan, keberanian, sudut

pandang yang luas dan harga diri yang positif.

Menurut Gael Lindenfield tahapan percaya diri anak usia 5-6

Tahun yakni mencoba menguasai lingkungan dan mempertahakan diri

menguji ingatan baru dan keterampilan pemahaman, berekperimen

dengan peran jender, bereksperimen, berlaku aktif dan mulai mencari

teman. Rasa percaya diri anak sangat dipengaruhi bagaimana orang tua

ataupun pendidik dalam menumbuhkan rasa tersebut. Ketika anak dari

kecil sudah dibiasakan untuk tampil, tidak banyak larangan, motivasi,

dan banyak kesempatan, maka anak akan tumbuh dengan rasa percaya

diri yang tinggi, tetapi sebaliknya ketika anak tidak diberikan

kesempatan, selalu banyak larangan, dan kurang motivasi, maka anak

akan tumbuh dengan rasa percaya diri yang kurang sosialisasi dengan

orang lain pun sedikit sulit.

2. Aspek Kepercayaan Diri

Lautser yang dikutip Ghufron dan Risnawati berpendapat bahwa

kepercayaan diri yang sangat berlebihan, bukanlah sifat yang positif.

Pada umumnya akan menjadikan orang tersebut kadang kurang berhati-


22

hati dan akkan berbuat seenaknya sendiri. Hal ini menjadi sebuah

tingkah laku yang menyebabkan konflik dengan orang lain.

Selanjutnya Lautser yang dikutip Ghufron dan Risnawati

menyatakan bahwa orang yang mempunyai rasa percaya diri yang

tinggi pada umumnya mudah bergaul secara fleksibel, mempunyai

toleransi yang cukup baik, bersikap positif, dan tidak mudah

terpengaruh orang lain dalam bertindak serta mampu menentukan

langkah-langkah dalam menyelesikan suatu masalah. Tipe-tipe orang

yang mempunyai rasa percaya diri tinggi akan terlihat lebih tenang,

tidak merasa takut, dan mampu memperlihatkan kepercayaan dirinya

setiap saat. Selain itu, orang yang mempunyai rasa percaya diri yang

besar, dia yakin dengan kemampuan yang dia miliki, sehingga dia

percaya bahwa dia bisa melakukan suatu hal dengan segala kemampuan

yang dia miliki.

Lautser juga menyebutkan orang yang memiliki kepercayaan diri

yang positif adalah:

4. Keyakinan kemampuan diri

Keyakinan kemampuan diri adalah sikap positif seseorang

tentang dirinya. Ia mampu secara sungguh-sungguh akan apa

yang dilakukannya.

5. Optimis
23

Optimis adalah sikap positif yang dimiliki seseorang yang

selalu berpandangan baik dalam menghadapi segala hal

tentang diri yang kemampuannya.

3. Objektif

Orang yang memendang permasalahan atau sesuatu seuai

dengan kebenaran yang semestinya, bukan menurut kebenaran

pribadi atau menurut dirinya sendiri.

4. Bertanggung Jawab

Bertanggung jawab adalah kesediaan orang untuk menanggung

segala sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya.

5. Rasional dan Realistis

Rasional dan Realistis adalah analisis terhadap suatu masalah,

sesuatu hal dan suatu kejadian dengan menggunakan

pemikiran yang dapat diterima oleh akal dan sesuai dengan

kenyataan.

Aspek-aspek percaya diri adalah sifat yang dimiliki seseorang yang

memiliki aspek-aspek keyakinan diri, optimis, objektif, bertanggung

jawab, rasional dan realistis.

Dargatz mengemukakan salah satu tanda dari kepercayaan diri

seseorang adalah kemampuan untuk menentukan pilihan dan membuat

keputusan. Salah satu faktor membangun harga diri adalah kemampuan

mengambil keputusan yang tidak disesali dikemudian hari. Lauster


24

yang dikutip Ghufron dan Risnawati mejabarkan ciri- ciri orang yang

percaya diri adalah :

1) Memiliki rasa empati

2) Optimis

3) Tidak mementingkan diri sendiri

4) Ambisius

5) Toleransi kepada sesama

6) Saling memahami

7) Memiliki rasa kehati-hatian

8) Tidak pemalu dan mampu menghadapi persoalan hidup

Menurut Hakim mengemukakan beberapa ciri-ciri

atau karakteristik individu yang mempunyai rasa percaya diri yang

profesional adalah sebagai berikut:

1) Selalu bersikap tenang dalam mengerjakan sesuatu

2) Mempunyai potensi dan kemampuan yang memadani

3) Mampu menetralisasi ketegangan yang muncul dalam

berbagai situasi

4) Mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi di berbagai

situasi

5) Memiliki kondisi mental dan fisik yang menunjang

6) Memiliki kecerdasan yang cukup

7) Tingkat pendidikan formal yang cukup


25

8) Memiliki keahlian atau keterampilan yang dapat menunjang

kehidupannya

9) Dapat bersosialisasi dengan baik

10) Memiliki latar belakang pendidikan keluarga yang baik

11) Memiliki pengalaman hidup dalam mengadapi berbagai

cobaan hidup

12) Selalu bereaksi positif dalam menghadapi berbagai

masalah.

Jadi karakteristik anak yang mempunyai rasa percaya diri yaitu ia

yang tidak bergantung terhadap orang lain karena ia mampu

melakukannya sendiri, berani bertanggung jawab atas apa yang ia lakukan

serta mampu menyesuaikan dirinya sendiri terhadap lingkungannya.

Ciri lain percaya diri disebutkan oleh Lie meliputi:

1) Yakin kepada diri sendiri

2) Tidak bergantung pada orang lain

3) Tidak ragu-ragu

4) Berasa diri berharga

5) Tidak menyombongkan diri dan memiliki keberanian untuk

bertindak.

Menurut Maslow yang dikutip Rahayu menyebutkan ciri-ciri

individu yang percaya diri memiliki kemerdekaan pisikologis, yang berarti

kebebasan mengarahkan pikiran dan mencurahkan tenaga berdasarkan

pada kemampuan dirinya, untuk melakukan hal-hal yang bersifat


26

ptoduktif, menyukai pengalaman baru, senang menghadapi tantangan baru,

pekerjaan yang efektif dan memiliki rasa tanggung jawab dengan tugas

yang diberikan.

Anak yang percaya diri mampu melakukan hal-hal apa yang ia

mampu lakukan, dan ia mampu menerima tantangan baru dalam hidupnya

karena ia memiliki kebebasan yang mengarahkan pikirannya.

Fatimah mengemukakan beberapa ciri-ciri atau karakteristik individu

yang mempunayi rasa percaya diri yang professional adalah sebagai

berikut:

1. Percaya akan kemampuan atau kompetensi diri, hingga tidak

membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan ataupun

hormat dari orang lain.

2. Tidak terdorong untuk menunjukan sikap konpormis demi

diterima oleh orang lain atau kelompok.

3. Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain,

berani menjadi diri sendiri.

4. Punya pengendalian diri yang baik (tidak moody dan emosi

stabil)

5. Memiliki internal locus of control (memandang keberhasilan

atau kegagalan, bergantung pada usaha sendiri dan tidak

mudah menyerah pada nasib atau keadaan serta tidak

bergantung atau mengharapkan bantuan orang lain)


27

6. Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri,

orang lain dan situasi diluar dirinya

7. Memiliki harapan yang realistic terhadap diri sendiri,

sehingga ketika harapan itu terwujud, ia tetap mampu melihat

sisi positif dirinya dan situasi yang terjadi.

Rasa percaya diri adalah individu yang senantiasa percaya akan

kemampuan diri, tidak bergantung pada orang lain, dapat bersosialisasi

dengan berbagai kondisi, memiliki pengendalian diri baik, saling

menghargai antara sesama manusia dan mampu mengahadapi berbagai

permasalahan.

3. Faktor Yang Memperngaruhi Rasa Percaya Diri

Rahayu menyatakan bahwa dukungan dari orang tua, lingkungan

maupun guru di sekolah menjadi faktor dalam membangun percaya diri

anak. Pendidikan keluarga merupakan pendidikan awal dan utama yang

menentukan baik buruknya kepribadian anak. Pendidikan di sekolah

juga merupakan lingkungan yang sangat berperan penting dalam

menumbuhkan kepercayaan diri anak, karena sekolah berperan dalam

kegiatan sosisalisasi. Guru juga berperan dalam membentuk percaya

diri, yakni dengan memberikan sifat yang ramah dan hangat, karena

guru juga berperan sebagai model bagi anak.

Menurut Angelis faktor timbulnya rasa percaya diri adalah sebagai

berikut:
28

1. Kemampuan pribadi, rasa percaya diri hanya timbul pada saat

seseorang mengerjakan sesuatu yang memang mampu dilakukan.

2. Keberhasilan seseorang, keberhasilan seseorang ketika

mendapatkan apa yang selama ini diharapkan dan cita-citakan

akan memperkuat timbulnya rasa percaya diri

3. Keinginan, ketika seseorang menghendaki sesuatu maka orang

tersebut akan belajar dari kesalahan yang telah diperbuat untuk

mendapatkannya.

4. Tekad yang kuat, rasa percaya diri yang datang ketika seseorang

miliki tekad yang kuat untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Menurut Lidenfield percaya diri dapat ditumbuhkan beberapa

faktor, yakni cinta, rasa aman, modal peran atau teladan, hubungan,

kesehatan, sumber daya atau fasilitas, dukungan dan upah atau hadiah.

Santrock menyebutkan ada dua sumber penting dukungan sosial

yang berpengaruh terhadap rasa percaya diri individu, yaitu hubungan

dengan orang tua dan hubungan dengan teman sebaya.

Thursan Hakim menjelaskan factor - faktor membangun

kepercayaan diri dalam diri seseorang, yaitu :

1. Pendidikan keluarga merupakan pendidikan pertama dan

utama yang sangat menentukan baik buruknya kepribadian

seseorang, pola-pola pendidikan keluarga akan menjadi

latar belakang timbulnya rasa percaya diri


29

2. Pendidikan sekolah dapat dikatakan sebagai lingkungan

yang paling berperan untuk mengembangkan kepercayaan

diir setelah pendidikan keluarga, karena sekolah memegang

peran sosialisasi melalui berbagai macam kegiatan.

3. Pendidikan nonformal memiliki peran mengembangkan

bakat atau kemampuan yang dimiliki seseorang. Rasa

percaya diri akan lebih mantap jika individu memiliki suatu

keterampilan tertentu yang bisa didapatkan melalui kegiatan

pendidikan nonformal.

Lauster yang dikutip Ghufron dan Risnawati menyebutkan bahwa

kepercayaan diri dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

1) Pengalaman

Pengalamam dapat menjadi faktor munculnya rasa

percaya diri. Sebaliknya, pengalaman juga dapat menjadi

faktor menurunnya rasa percaya diri seseorang. Anthony

mengemukakan bahwa pengalaman masa lalu adalah hal

terpenting untuk mengembangkan kepribadian.

2) Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap

tingkat kepercayaan diri seseorang. Tingkat pendidikan

yang rendah akan menjadikan orang tersebut tergantung

dan berada dibawah kekuasaan orang lain yang lebih

pandai darinya. Sebaliknya orang yang mempunyai


30

pendidikan tinggi akan memiliki tingkat kepercayaan diri

yang lebih dibandingkan yang berpendidikan rendah.

Faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri seseorang diawali

dari keluarga atau pendidikan keluarga atau pendidikan keluarga.

Keluarga memiliki peran untuk membentuk baik buruk pribadi.

Lingkungan merupakan faktor selanjutnya, baik lingkungan sekolah

maupun masyarakat karena lingkungan memegang peran sosialisasi

dengan individu lain. Memiliki keterampilan dalam bidang tertentu

menjadi faktor yang menunjang tumbuhnya kepercayaan diri seseorang

individu, yang dapat diperoleh melalui pendidikan nonformal.

4. Cara Menumbuhkan Rasa Percaya Diri

Menurut Santrock ada empat cara untuk meningkatkan rasa

percaya diri, yaitu melalui:

1. Mengidentifakasi penyebab dari rendahnya rasa percaya diri dan

domain-domain kompetensi diri yang penting

2. Dukungan emosional dan penerimaan social

3. Prestasi

4. Mengatasi masalah

Sedangkan Lauster yang dikutip Gufron dan Rinawati memberikan

beberapa petunjuk untuk meningkatkan rasa percaya diri, yaitu :

1) Sebagai langkah pertama carilah sebab-sebab mengapa

individu merasa percaya diri


31

2) Mengatasi kelemahan, dengan adanya kemauan yang kuat

individu akan memandang suatu perbaikan yang kecil sebagai

keberhasilan yang sebenarnya

3) Mengembangkan bakat dan kemauanya secara optimal

4) Merasa bangga dengan keberhasilan yang telah dicapai dalam

bidang tertentu

5) Jangan terpengaruh dengan pendapat orang lain, dengan kita

berbuat sesuai dengan keyakinan diri individu akan merasa

merdeka dalam berbuat segala sesuatu

6) Mengembangkan bakat melalui hobi

7) Bersikaplah optimis jika kita diharuskan melakukan suatu

pekerjaan yang baru kita kenal dan ketahui

8) Memiliki cita-cita yang realistis dalam hidup agar

kemungkinan untuk terpenuhi cukup besar

9) Jangan terlalu membandingkan diri dengan orang lain yang

menurut kita lebih baik.

Menurut Hakim cara-cara dapat meningkatkan rasa percaya diri

adalah membangkitkan kemauan yang keras, biasakan untuk

memberanikan diri, berpikir positif dan menyingkirkan pikiran negatif,

biasakan untuk selalu berinisiatif, selalu bersikap mandiri. Mau belajar

dari kegagalan, tidak menyerah, bersikap kritis dan objektif, pandai

membaca situasi, dan pandai menempatkan diri.


32

Menurut Timothy Wibowo ada tujuh cara meningkatkan kepercayaan

diri pada anak, yaitu:

1) Mengevaluasi pola asuh

Pola asuh demokrasi adalah pola asuh yang

mempriorintaskan kepentingan anak. Hasil dari pola asuh

yang demokratis akan menghasilkan karakteristik anak yang

mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik

dengan teman, mampu menghadapi stress, mempunyai minat

terhadap hal-hal baru dan kooperatif terhadap orang lain.

2) Memberikan pujian yang tepat

Memberikan pujian baik untuk anak, namun jangan

berlebihan. Anak-anak merasa lebih senang dan mampu

menghadapi tantangan ketika mereka mendapat pujian atas

usahanya.

3) Membuat agenda sosialisasi

Belajar atau melatihnya untuk peduli dan berbagi terhadap

sesama merupakan cara yang terbaik untuk melatih

kepercayaan diri anak. Dengan demikian mereka akan

mempunyai kepekaan dan empati yang baik terhadap

lingkungan sosial.

4) Kenalkan anak pada beragam karakter melalui cerita

Melalui kegiatan bercerita, kepercayaan diri anak dapat

ditingkatkan. Setelah diberi contoh dan dibiasakan, anak akan


33

lebih percaya diri ketika bercerita didepan kelas dan mampu

mengungkapkan pendapatnya dengan baik.

5) Memahami kepribadian anak

Dengan memahami kepribadian anak berarti orang tua telah

berusaha mengerti dan memahami anak, orang tua bisa jauh

lebih muda untuk memahami seorang anak dengan

memperhatikan kepribadiannya.

6) Biarkan kesalahan terjadi dan berikan resiko teringan

Memberikan dukungan pada anak untuk mencoba hal baru,

selama tersebut tidak membahayakan dirinya dan

mengurangi campur tangan untuk menjadi problem solving

dalam tantangan baru yang dihadapi anak.

Cara untuk meningkatkan rasa percaya diri adalah dengan memiliki

kemauan yang kuat dan mampu menempatkan diri dalam segala situasi,

dapat berpikir positif dan mempunyai keyakinan yang kuat untuk

berhasil, menghilangkan perasaan cemas, memilikin sikap optimis, dan

dapat menyelesaikan tugas secara mandiri.

Dalam pengembangan percaya diri pada anak, orang tua ataupun

pendidik harus memperhatikan beberapa hal yang harus dilakukan

untuk menumbuhkan rasa percaya diri pada anak. Dalam Irawati

dijelaskan bahwa ada 2 hal yang utama yang bisa di upayakan untuk

menumbuhkan percaya diri pada anak, yakni :

1. Hasil Karya
34

Anak Pasti akan mempunyai kelebihan yang mana kelebihan

setiap anak tersebut berbeda-beda. Sebagai orang tua dan

pendidik carilah dalam bidang apa anak memiliki kelebihan,

kompetensi dan kembangkanlah, dari situlah percaya diri pada

anak akan tumbuh.

2. Pengakuan dari Lingkungan

Setiap anak pastilah mempunyai kelebihan, baik berupa

akademik ataupun non akademik. Ketika anak sudah terlihat ada

kelebihan dalam dirinya, berilah penghargaan, pujian dan terus

beri motivasi kepada anak, agar mereka merasa bahwa mereka

mempunyai suatu keterampilan, kelebihan yang bisa

dibanggakan pada diri mereka.

Tumbuhnya percaya diri, diawali adanya sebuah fase

perkembangan pada anak. Misalkan kompetensi sebagai anak yang

pintar bermain bola, kaerena anak memiliki kompetensi ini, anak akan

memperoleh pengakuan dari lingkungan. Disinilah proses aktualisasi

dirinya tersalurkan pengakuan itu juga bisa jadi berupa nilai-nilai bagus

untuk pelajaran olahraga. Bisa juga dalam bentuk memperoleh pujian

dari guru dan menjadi tempat bertanya bagi teman-teman yang masih

kurang kemampuannya dalam hal tersebut.

Setelah memperoleh pengakuan inilah, rasa percaya diri anakpun

akan tumbuh. Semakin tinggi rasa percaya diri, akan merangsang anak

untuk mempertinggi kualitas kompetensinya juga. Jadi sebaiknya setiap


35

anak menghasilkan sesuatu ataupun mempunyai bakat, beri dia

pengakuan, pujian serta beri dia kesempatan untuk mengembangkan

bakat yang sudah anak miliki, sehingga anak merasa percaya diri

dengan apa yang mereka lakukan.

5. Unjuk Diri Untuk Meningkatkan Percaya Diri

Menurut Pradita unjuk diri dapat dilakukan dengan berani

mengungkapkan pendapatnya di depan publik. Adanya suatu sikap

untuk mampu mengutarakan sesuatu dalam diri yang ingin di

ungkapkan kepada orang lain tanpa adanya paksaan atau rasa yang

dapat menghambat pengungkapan tersebut.

Pendapatan lain disebutkan oleh Pongky yang menyatakan bahwa

melatih anak untuk unjuk diri dapat dilakukan sejak bayi dengan

memberikan kebebasan pada anak untuk bereksplorasi. Anak yang

dibiarkan bereksplorasi untuk memuaskan rasa ingin tahunya anak akan

berkembang menjadi anak yang kreatif dan pintar. Anak kreatif

biasanya juga akan lebih percaya diri dalam berinteraksi dengan dunia

luar.

Menurut Iskarima unjuk diri pada anak dilakukan dengan

memberikan kebebasan pada anak untuk mengekpresikan

individualitasnya dan memfokuskan energy pada hobi yang menarik

minat mereka, maka kepercayaan dirinya akan meningkat, dan juga

memotivasinya untuk melakukan hal yang baik di bidang lain.


36

Agoes Dariyo menyebutkan bahwa mengembangkan rasa percaya

diri anak dengan unjuk diri dapat dilakukan orang tua secara terencana

atau alamiah perilaku tanpa perencanaan (unplanned behavior).

Kesempatan terencana (planned chance) yaitu kegiatan yang dilakukan

dengan tujuan mengembangkan kemampuan tertentu pada anak. Orang

tua dapat menyediakan mainan boneka dan mobil dan orang tua perlu

memberikan pujian sebagai penghargaan terhadap keberhasilan

melakukan kegiatan bermain tersebut.

Menurut Jamaris menyebutkan salah satu upaya mengembangkan

kepercayaan diri anak dari segi perkembangan sosial emosial anak

adalah memberikan kesempatan anak untuk menentukan pilihannya dan

memberikan kesempatan untuk menyatakan pendapatnya.

Meningkatkan percaya diri dapat dibentuk dengan melakukan

unjuk diri. Kegiatan injuk diri pada dilakukan dengan berbagai macam

cara mulai dari berlatih berbicara di depan umum, mengembangkan

minat atau hobi dengan mengukuti kursus, dan memberikan kesempatan

pada anak untuk berpartisipasi langsung dalam menyelesaikan tugas

rumah.

2.1.2 Metode Bernyanyi dengan gerakan

1. Pengertian Metode Bernyanyi dengan gerakan

Penggunaan metode bernyanyi dengan gerakan sudah umum

dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran anak. namun, para pendidik

belum mengerti benar maksud dan tujuan digunakannya metode ini.


37

Metode bernyanyi dengan gerakan adalah kegiatan mengeluarkan suara

dengan nada, ritme dan melodi sehingga membentuk suatu harmoni dan

disertai dengan perpindahan tempat untuk mengungkapkan gambaran

atau isi dari lagu yang sedang dibawakan.

Selanjutnya menurut Jamalus (1988:81) mengungkapkan bahwa

bernyanyi dengan gerakan merupakan sebuah metode untuk

memberikan kegiatan pada anak dengan diajarkan mengungkapkan

musik atau lagu melalui gerak, agar pemahaman anak terhadap unsur

musik atau lagu dapat berkembang lebih baik.

Penerapan metode ini dalam pembelajaran haruslah tepat dan

sesuai dengan tema yang sedang diajarkan. Hal ini agar dapat

menunjang proses penyampaian materi yang sesuai dengan tujuan dan

anak dapat mengerti materi yang menyangkut dengan tema yang sedang

diajarkan.

2. Cara Penggunaan Metode bernyanyi dengan Gerakan

Penggunaan metode bernyanyi dengan gerakan dalam kegiatan

pembelajaran, dapat dengan mudah dipraktekkan oleh guru dan anak.

Cara menggunakan metode ini adalah cukup dengan guru dan anak

menyanyikan sebuah lagu, kemudian anggota tubuh digerakkan sesuai

dengan lirik atau isi lagu yang dinyanyikan. Misalnya ketika ada kata

“langit, bintang, bulan” = tangan digerakkan ke arah atas, kata “suara

gitar” = tangan bergerak seperti sedang memegang gitar, kata “lompat”


38

= gerakan melompat, kata “berjalan” = gerakan berjalan di tempat, dan

lain-lain.

Selanjutnya penggunaan metode bernyanyi dengan gerakan akan

dijelaskan secara lebih rinci oleh Jamalus. Menurut Jamalus (1988:83)

langkah-langkah untuk mengajarkan gerak mengikuti musik atau

dalam hal ini untuk mengikuti nyanyian pada anak antara lain:

a. Ajaklah anak untuk mendengarkan suatu lagu dengan penuh

perhatian. Dalam kegiatan ini anak tidak hanya diajak untuk

mendengarkan lagu, tetapi anak juga menyanyikan lagu

tersebut.

b. Ajaklah anak bergerak mengikuti musik secara bebas.

Mugkin saja anak melakukan gerak dasar atau menciptakan

gerak baru. Untuk mempraktekkan metode ini, anak diajak

bergerak mengikuti lagu yang dinyanyikannya secara bebas.

c. Bicarakan dan tanyakan kepada anak mengapadia merasa

geraaknya itu sesuai dengan musik yang diperdengarkan atau

lagu yang dinyanyikannya.

d. Mintalah anak bergerak mengikuti musik itu kembali, untuk

mengikuti gerak baru yang kia sarankan untuk memantapkan

gerakan sebelumnya yang sudah baik. Dalam kegiatan ini

guru memberikan masukan kepada anak untuk membenarkan

gerakannya agar sesuai dengan lagu yang dinyanyikan.


39

e. Bimbinglah anak untuk memusatkan perhatiannya kepada

unsur musik atau unsure lagu yang dinyanyikannya, misalnya

tempo yang cepat atau lambat, perubahan dinamik yang

tinggi atau rendah.

f. Sediakanlah ruangan yang cukup untuk dapat bergerak

dengan bebas. Kalau perlu dibagi dalam kelompok-kelompok

agar anak tidak berdesakan.

g. Akhirnya untuk melakukan kegiatan bergerak mengikuti

musik atau lagu ini kita tentu tidak bisa mengelak dari

kenyataan bahwa masih banyak sekolah yang kekurangan

ruangan.

Menurut teori di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat tujuh

langkah untuk mengajari anak bernyanyi dengan gerakan. langkah-

langkah tersebut bisa dilakukan dengan urut ataupun tidak. Dalam

prakteknya yang terpenting anak-anak dapat bernyanyi dengan benar

dan dapat melakuan gerakan yang sesuai dengan isi lagu yang

dinyanyikan.

3. Kelebihan Metode bernyanyi dengan Gerakan

Metode bernyanyi dengan gerakan memanglah bukan metode

yang baru dalam pembelajaran untuk anak usia dini. Tetapi, jarang

sekali guru yang memperhatikan kelebihan dari metode ini

dibandingkan hanya dengan menyanyi seperti biasa.


40

Adapun kelebihan dari metode ini menurut Mahmud (1995:52)

adalah sebagai berikut:

1. Anak dapat meningkatkan keterampilan bernyanyi dengan

baik dan benar. Artinya dengan cara bernyanyi menggunakan

gerakan anak akan lebih mendalami atau merasakan lagu

yang dinyanyikannya, sehingga anak akan dapat bernyanyi

dengan baik dan benar.

2. Anak dapat mengungkapkan musik atau nyanyian dengan

gerak jasmaniah yang padan. Artinya dengan bernyayi

menggunakan gerakan, anak dapat lebih mengerti isi dari

lagu yang sedang dinyanyikannya sehingga anak dapat

mengungkapkan isi lagu dengan gerakan yang sesuai.

3. Anak dapat meningkatkan kemampuan memilih dan

memainkan alat musik perkusi untuk iringan. Artinya dengan

bernyanyi menggunakan gerakan, anak akan lebih dapat

memilih alat musik apa yang cocok digunakan untuk

mengiringi lagu yang sedang dinyanyikannya.

Menurut teori di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga

kelebihan menggunakan metode bernyanyi dengan gerakan yaitu

dengan menggunakan metode ini anak dapat bernyanyi dengan baik,

setelah anak bernyanyi dengan baik lalu anak dapat menggunaan

gerakan yang benar, selanjutnya anak dapat memilih iringan musik

untuk nyanyiannya tersebut.


41

Terkait dengan kelebihan benyanyi dengan gerakan, Palmer

dalam Foley (2006:176) mengatakan bahwa:

I would suggest listening to as many children's song as possible. If a

particular title could be useful, introduce the song to the children and

discuss with them what they learned while singing and moving. Palmer

suggest that children substitute different words to a familiar song such as

using their names and the animals they have at home.

Palmer mengatakan bahwa dirinya menyarankan anak-anak

untuk mendengarkan lagu anak sebanyak-banyaknya. Jika judul

tertentu bisa bermanfaat untuk mengenalkan suatu lagu pada anak dan

mendiskusikan bersama apa yang mereka pelajari melalui bernyanyi

dan bergerak. Palmer menunjukkan bahwa anak-anak mengganti kata

yang berbeda pada lagu yang biasa didengarkan dengan nama dan

binatang yang mereka punya di rumah.

Berdasarkan pendapat di atas, sebaiknya anak-anak

mendengarkan lagu anak sebanyak-banyaknya. Agar mereka dapat

akrab dengan lagu anak sehingga dapat mempelajarinya melalui

bernyanyi dengan bergerak. Melalui metode bernyanyi dengan

gerakan, anak-anak dapat lebih mudah mempelajari isi dari lagu-lagu

yang meeka bawakan.

Kemudian menurut Jamalus (1988:82) kegiatan bernyanyi

dengan gerakan mempunyai banyak kelebihan, diantaranya:


42

1. Anak dapat bergerak mengikuti gerakan binatang sesuai

dengan isi lagu, sehingga anak dapat mengerti bagaimana

gerakan binatang- binatang.

2. Anak dapat meniru gerakan aktifitas manusia, sehingga anak

dapat membedakan dan mengerti gerakan-gerakan yang biasa

dilihatnya.

3. Anak dapat menirukan gerakan tari tradisional.

4. Anak dapat berkreasi menciptakan gerakan sendiri yang

sesuai isi lagu.

5. Anak dapat menanamkan, memupuk, meningkatkan serta

memantapkan pemahaman dan penghayatan rasa unsur-unsur

musik. Misalnya tempo, dinamika, dan lain-lain.

Berdasarkan teori-teori yang ada, penggunaan metode bernyanyi

dengan gerakan juga mempunyai beberapa kelebihan lain, yaitu:

1. Pembelajaran dengan metode ini mudah untuk dilakukan

oleh guru.

Kegiatan menggunakan metode “SWIM” mudah

dilakukan oleh guru, karena metode ini sudah biasa

dilakukan oleh para pendidik.

2. Metode ini tidak membutuhkan banyak biaya.

Penggunaan metode ini tidak membutuhkan biaya yang

banyak, hanya bermodal kreatifitas yang memang harus

dimiliki pendidik.
43

3. Pembelajaran dengan metode ini sangat fleksibel, yaitu

dapat dilakukan di dalam ruangan dan di luar ruangan.

Kegiatan menggunakan metode ini dapat dilakukan di

dalam maupun di luar ruangan, tergantung bagaimana

guru mengembangkannya.

4. Memberikan efek menyenangkan pada anak karena anak

dapat bernyanyi dan bergerak.

Metode ini dapat memberikan rasa senang pada anak,

karena anak dapat mengekpresikan dirinyan melalui

nyanyian dan gerakan.

5. Anak mudah memahami tentang isi lagu yang

dinyanyikannya.

Dengan metode ini anak akan lebih mudah untuk belajar

mengenai materi yang disampaikan oleh guru.

6. Anak dapat lebih memahami unsur-unsur musik, yaitu

tempo yang cepat atau lambat, dinamika yang tinggi atau

rendah, dan lain-lain.

Setelah melihat beberapa teori dari para ahli, banyak sekali

manfaat dari kegiatan bernyanyi dengan gerakan. oleh karena itu

metode ini sangat sesuai untuk diterapkan pada saat kegiatan

pembelajaran anak usia dini untu mendukung pembelajaran dan

meningkatkan rasa percaya diri anak.


44

2.1.3 Pembelajaran Tema

1. Pengertian Pembelajaran Berbasis Tema

Membelajarkan suatu hal pada anak usia dini bukanlah hal yang

mudah. Terkadang orang tua sudah memberikan fasilitas yang lengkap

dan berharap anak belajar, baik belajar membaca, menulis atau

berhitung. Tetapi pada kenyatannya anak tidak belajar dan lebih tertarik

untuk bermain. Anak sangat tertarik pada mainannya dan ingin banyak

tahu tentang mainan itu. Orang tua yang belum mengerti karakteristik

anak usia dini dan hakikat pembelajaran anak usia dini akan

menganggap apa yang dilakukan oleh anak itu salah. Karena dianggap

anak cenderung banyak bermain dari pada belajar.

Menurut Suyanto (2003:8) “pembelajaran anak usia dini

menggunakan esensi bermain. Esensi bermain meliputi perasaan

senang, demokratis, aktif, tidak terpaksa dan merdeka.” Pembelajaran

untuk anak usia dini hendaknya menarik dan menyenangkan bagi anak,

sehingga anak akan dengan senang hati mengikuti kegiatan

pembelajaran tersebut. Misalnya dalam kegiatan bermain, guru dapat

memasukkan unsur-unsur edukatif sehingga secara tidak sadar anak

telah belajar banyak hal dalam kegiatan bermain tersebut selain itu.

Selain itu muatan materi juga harus sesuai dengan contoh nyata yang

ada di sekitar anak agar anak mudah untuk memahaminya.

Sesuai dengan Permendiknas No. 58 Tahun 2009, kegiatan

pembelajaran anak usia dini adalah pembelajaran berbasis tema. Hal ini
45

karena dengan pembelajaran yang berdasarkan tema anak dapat belajar

secara menyeluruh tentang apa yang ada di sekitarnya. Pembelajaran

dengan tema akan memberikan pengalaman langsung bagi anak, karena

dengan pembelajaran yang bertema anak akan mengenal berbagi

konsep.

Menurut Latif et al (2014:49) tema merupakan “bingkai dari

rencana pembelajaran yang lebih terarah. Artinya, tema ini akan

menjaga agar seluruh materi yang telah disusun tidak ada yang tercecer

pada waktu pelaksanaan atau jangan sampai materi yang tidak

direncanakan ikut masuk dalam pelaksanaan”. Artinya, tema berfungsi

sebagai patokan atau kontrol terhadap muatan materi yang akan

disampaikan pada anak agar materi yang disampaikan sesuai dengan

tujuan pembelajaran.

Selanjutnya Sujiono dan Sujiono (2010:126) mengatakan bahwa

pembelajaran tematik merupakan strategi pembelajaran yang akan

memberikan pengalaman langsung dan bermakna pada anak.

Pembelajaran dengan tema akan melibatkan aspek proses atau waktu,

aspek kurikulum dan aspek pembelajaran sehingga dapat memberikan

pembelajaran secara utuh.


46

Kemudian dalam Pedoman Pengembangan Tema, Kemdikbud

(2015:2) tema adalah topik yang menjadi payung untuk

mengintegrasikan seluruh konsep dan muatan pembelajaran melalui

kegiatan main dalam mencapai kompetensi dan tingkat perkembangan

yang diharapkan. Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu

yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa muatan

pembelajaran dalam mencapai kompetensi dasar (KD) dan tingkat

perkembagan yang diharapkan. Pelaksanaan tema dan sub tema dapat

dilakukan dalam kegiatan pengembangan melalui bermain dan

pembiasaan. Tema bukan merupakan tujuan pembelajaran melainkan

sarana untuk mengintegrasikan keseluruhan sikap dalam pengetahuan

dan keterampilan yang ingin dibangun.


47

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu suatu bentuk

kajian yang bersifat reflektif yang dilakukan oleh peneliti untuk

meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakannya dalam

melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan yang

dilakukan, serta memperbaiki kondisi di mana praktik-praktik pembelajaran

tersebut dilakukan.

Sementara itu jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan

Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas dilakukan untuk meningkatkan

kualitas pelaksanaan PTK pembelajaran serta pemecahan persoalan

pembelajaran.

3.2 Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas 1 MI Mambaul Ulum

Sumurgung Montong Tuban. Sedangkan waktu penelitian berlangsung pada

semester II (Genap) yaitu pada bulan Januari s/d April 2021.

3.3 Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas 1 MI Mambaul Ulum

Sumurgung Montong Tuban yang berjumlah 43 anak.

3.4 Instrumen Penelitian

PTK adalah penelitian yang bertujuan memberikan sumbangan nyata

peningkatan profesionalisme guru, menyiapkan pengetahuan, pemahaman dan


48

wawasan tentang prilaku guru pengajar dan murid belajar. Model penelitian

yang digunakan dalam penelitian ini adal model Kurt Lewin.

Menurut Kurt Lewin, prosedur kerja dalam penelitian tindakan kelas

terdiri atas empat komponen, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan

(acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Hubungan keempat

komponen tersebut dipandang sebagai satu siklus. Adapun alur penelitian

tindakan kelas ini yaitu diadopsi dari Kurt Lewin yang digambarkan sebagai

berikut:

Planning

Acting

Reflecting

Obserting

Penelitian ini terdiri atas 2 siklus dan setiap siklus terdiri atas 2 pertemuan.

Adapun alur penelitian tindakan kelas ini yaitu diadopsi dari Kurt Lewin yang

digambarkan sebagai berikut:

Siklus 1

Langkah-langkah yang dilakukan terbagi ke dalam bentuk siklus kegiatan

mengacu kepada model Kurt Lewin, dimana setiap siklus terdiri dari empat

kegiatan. Siklus pertama dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini terdiri

dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Empat kegiatan ini

berlangsung secara simultan dan urutannya dapat dimodifikasi.


49

1. Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:

1. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

2. Peneliti menyiapkan peralatan perlengkapan kegiatan bernyanyi

seperti kaset

3. Peneliti menyiapkan instrumen pengamatan

4. Peneliti menyiapkan peralatan untuk mendokumentasikan kegiatan

Ketika berlangsung

2. Tindakan

Pada tahap tindakan ini guru melaksanakan pembelajaran yang

telah direncanakan, sedangkan observer bertindak sebagai pengamat

aktivitas dari perilaku siswa pada saat proses pembelajaran

berlangsung, kegiatan yang dilakukan pada tahapan tindakan adalah

melaksanakan pembelajaran di kelas sesuai dengan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

3. Pengamatan

Selama kegiatan pembelajaran berlangsung dilakukan observasi

untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa. Observasi dilakukan dengan

menggunakan lembar pedoman observasi.

4. Refleksi

Refleksi ini dilakukan dengan cara mendiskusikan hasil

pengamatan, berdasarkan dari catatan dan pengamatan yang telah

dilakukan oleh guru dan peneliti.


50

Peneliti bersama dengan guru kemudian membahas dampak yang

dihasilkan dan membandingkan dengan keadaan sebelum diberi

tindakan. Hasil refleksi tersebut dijadikan bahan pertimbangan untuk

perencanaan pembelajaran siklus berikutnya.

Planning Planing

Acting Acting

Refelecting Reflecting

Obsevating Observating

Siklus II

Sama seperti pada siklus I, pada siklus II dalam penelitian tindaka kelas

(PTK)ini terdiri dari perencanaa, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi dengan

rincian sebagai berikut:

1. Perencanaan

Peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

berdasarkan refleksi pada siklus I.

2. Pelaksanaan

Guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode

bernyanyi guna meningkatkan rasa percaya diri anak berdasarkan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) hasil refleksi pada Siklus I

3. Pengamatan

Peneliti melakukan pengamatan terhadap aktivitas pembelajaran

dengan menggunakan metode bernyanyi.


51

4. Refleksi

Peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus II, hasil

refleksi tersebut dijadikan bahan pertimbangan untuk perencanaan

pembelajaran siklus berikutnya.

3.5 Prosedur Pengumpulan Data

Agar penelitian berjalan dengan lancar dan sistematis serta dapat

memperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka peneliti men

1. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah suatu teknik yang dilakukan dengan

cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis.

Observasi ini dilakukan dengan cara mengamati jalannya proses pembelajaran

dengan menggunakan kegiatan menyanyi di kelas 1 MI Mambaul Ulum

Sumurgung Montong Tuban. Penelitian dilakukan oleh peneliti yang bertugas

sebagai observer. Metode ini digunakan peneliti untuk mengetahui

peningkatan rasa percaya diri siswa.

2. Tes

Dalam hal ini pada setiap akhir pembelajaran siswa diberikan tes evaluasi

hasil belajar yang berupa tes bernyanyi secara individu pada setiap akhir

siklus.

Pengukuran tes kepercayaan diri ini dilakukan dengan tujuan untuk

mengetahui peningkatan rasa percaya diri anak. Tes tersebut juga sebagai

salah satu rangkaian yang dilakukan dalam kegiatan penerapan dengan

menggunakan metode bernyanyi dalam meningkatkan rasa percaya diri siswa.


52

3. Dokumentasi Pembelajaran

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, berupa catatan,

gambar, karya-karya dan lain sebagainya. Peneliti menggunakan pendekatan

ini untuk mengetahui dan memperoleh gambaran kegiatan siswa dalam proses

pembelajaran dan mengetahui data-data terkait dengan sejarah berdirinya

lokasi penelitian, stuktur organisasi, jumlah guru, absensi kelas, dan

pelaksanaan pembelajaran serta data-data yang terkait lainnya.

3.6 Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan metode bernyanyi bagi anak dalam proses

meningkatkan rasa percaya diri siswa, aspek-aspek yang diamati adalah

tentang rasa percaya diri, tidak bergantung pada orang lain, bersikap tenang,

memiliki keberanian untuk bertindak dan mampu menetralisasi ketegangan.

Jadi metode menyanyi dalam proses menumbuhkan rasa percaya diri siswa

standar keberhasilannya adalah berdasarkan pelaksanaan tindakan siklus I, dan

siklus II. Beberapa tahapan siklus tersebut terjadi perbaikan kondisi atau

perbaikan dengan metode menyanyi dari siklus sebelumnya.

1. Keberhasilan Individual

Adanya peningkatan rasa percaya diri siswa pada siklus I dan

siklus 2 dengan target mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

sebesar 65, dengan prosentasi 80%

2. Keberhasilan Klasikal
53

Adanya peningkatan persentase siswa yang melakukan aspek-aspek yang

dimaksud dalam lembar observasi dengan target meningkatnya rasa percaya

diri siswa sebesar 80 %.

3.7 Teknik Analisis Data

Setelah mendapatkan data, peneliti kemudian mengolah data tersebut

dengan cara menganalisis setiap siklus seperti berikut:

1. Kategorisasi (reduksi) Data

Data yang dianalisis dan direfleksikan, terlebih dahulu

dikategorisasikan berdasarkan fokus penelitian. Data dalam penelitian ini

menggambarkan tentang aktivitas dan peningkatan rasa percaya diri siswa

setelah mengikuti pembelajaran dengan kegiatan bernyanyi.

2. Analisis Data Kuantitatif

Data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan teknik analisis

deskriptif dengan menentukan presentasi ketuntasan belajar dan mean

(rata-rata) kelas. Adapun penyajian data kuantitatif dipaparkan dalam

bentuk presentasi dan angka dengan menggunakan rumus:

𝑃 = 𝑛 X100%

Keterangan:

P = Nilai Ketuntasan

F = Frekuensi Siswa Tuntas N = Jumlah Total Siswa


54

Anda mungkin juga menyukai