Anda di halaman 1dari 17

K.H.

Abd Rahman Ambo Dalle (1900-1996) dan Pemikiranya Tentang


Tauhid dan Fiqih
"Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Fikih Lokal"

Dosen Pengampu : Nurdhin Baroroh, S.H.I, M.S.I


Disusun Oleh Kelompok 4 :

1. Karimah (20103060049)
2. Abdul Mujib (20103060050)
3. Aldo Saputra (20103060052)

4. Fatimatus Zahro (20103060056)

5. M.Fery Setiawan (20103060048)

6. M. Ali Maghfur (20103060044)

7. Zidni Wahyu N F (20103060053)

8. Dhita Ayu Aprilia (20103060043)

9. Sabiq Fawaiz Ali (20103060049)

10. Andi Nur Fadini Putri (20103060045)

11. Dimas Edo Pamungkas (20103060059)

12. Said Muhammad Firdaus (20103060044)

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB


FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...............................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................2
A. Latar Belakang..................................................................................................2
B. Rumusan Masalah............................................................................................2
C. Tujuan................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................4
A. Riwayat Singkat K.H Abd. Rahman Ambo Dalle..........................................4
B. Pemikiran Anregurutta Ambo Dalle dalam Bidang Tauhid........................7
C. Pemikiran Anregrutta Ambo Dalle dalam bidang fikih.............................10
D. Sisi Lokalitas KH Abdurrahman Ambo Dalle.............................................13
BAB III PENUTUP..................................................................................................................14
A. KESIMPULAN...............................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................15

2
1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fikih adalah pengetahuan tentang hukum Islam. Seluruh gerak gerik dan
tingkah laku seorang mukallaf terpantau dan disorot oleh fikih. Dengan demikian,
fikih merupakan panduan praktis tentang tata cara dan perilaku sehari-hari seorang
muslim dalam berhubungan dengan Tuhan yang dikenal dengan ibadah, atau
berhubungan dengan sesama muslim, alam dan lingkungan yang disebut dengan
muamalah dalam arti luas.

Secara istilah fikih adalah pengetahuan tentang hukum-hukum syar’i yang


bersifat praktis yang diperoleh melalui proses istinbat (menggali dan menelaah) dari
dalil-dalil syar’i. Pada hakekatnya fikih itu jawaban para ulama terhadap situasi yang
melingkupinya terhadap waktu, tempat, adat istiadat yang mengiringinya, ia dapat
berbeda dan beragam sesuai dengan keberagaman tadi.

Di Indonesia pun seperti itu, dengan banyaknya suku dan budaya serta
berbagai macam keberagaman. Hal tersebut disebabkan fleksibilitas dan elastisitas
yang dimiliki hukum islam. Artinya, hukum Islam tergolong hukum yang berdiri
sendiri karena adanya otoritas Tuhan didalamnya, akan tetapi dalam tataran
implementasinya ia sangat aplicable dan acceptable dengan berbagai jenis budaya
lokal.
B. Rumusan Masalah

1. Siapa itu K.H. Abd Rahman Ambo Dalle?

2. Bagaimana pemikiran fikih ala K.H. Abd Rahman Ambo Dalle?

3. Bagaimana pemikiran tauhid ala Anreguruttaa Ambo dalle?

4. Bagaimana aspek lokalitas dalam pemikiran Anreguruttaa Ambo dalle?

C. Tujuan

1. Mengetahui pemikiran K.H. Abd Rahman Ambo Dalle di bidang fiqih

2
1
2. Mengetahui biografi K.H. Abd Rahman Ambo Dalle

3. Mengetahui pemikiran Anreguruttaa Ambo Dalle di bidang tauhid

4. Mengetahui aspek lokalitas dalam pemikiran Anreguruttaa Ambo dalle

2
1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Riwayat Singkat K.H Abd. Rahman Ambo Dalle


KH. Abd. Rahman Ambo Dalle (Yang disebut Anregrutta Ambo Dalle) adalah
ulama tersohor di bumi bugis pada khususnya dan bumi Sulawesi pada umumnya, dan
beliau juga merupakan ulama yang bertarap Internasional. Beliau lahir dari keluarga
bangsawan yang masih kental, sekitar tahun 1900 M, di Desa Ujung Kecamatan
Tanasitolo, Kabupaten Wajo, sekitar 7 km sebelah utara Sengkang.Ayahnya bernama
Andi Ngati Daeng Patobo dan ibunya bernama Andi Candra Dewi. Kedua orang tua
beliau memberi nama Ambo Dale. Ambo berati bapak dan Dalle berarti rezeki.
Diharapkan anak itu kelak hidup dengan limpahan rezeki yang cukup. Adapun nama
Abdul Rahman diberikan oleh seorang ulama bernama K.H. Muhammad Ishak, pada
saat usia beliau 7 (tujuh) tahun dan sudah dapat menghapal Al- Qur’an. Sebagai anak
tunggal dari pasangan bangsawan Wajo itu, Anregurutta Ambo Dalle tidak dibiarkan
menjadi anak yang manja. Sejak dini beliau telah ditempa dengan jiwa kemandirian
dan kedisiplinan, khususnya dalam masalah agama. Awalnya, beliau diserahkan
kepada bibinya yang bernama Imiddi untuk belajar mengaji selama 15 (lima belas)
hari dan setelah itu ibunya mengambil alih untuk meng gemblengnya setiap
hari.Setelah tammat, beliau dimasukkan mengaji tajwid (massara’ baca) pada
pengajian neneknya yang bernama La Caco Imam Ujung dan kemudian menjadi guru
mengaji membantu neneknya.
Di Sulawesi Selatan, Anregurutta Ambo Dalle tidak hanya dikenal sebagai seorang
ulama yang menghabiskan waktunya dengan kegiatan mengajar dan mendidik santri
santrinya di Madrasah Arabiyah Islamiyah (MAI) Mangkoso yang didirikan pada tahun
1939 (sejak tahun 1947 berdasarkan Musyawarah Alim Ulama se-Sulawesi Selatan
dikonversi menjadi Darud Da’wah Wal-Irsyad (DDI), mengajar mahasiswa-
mahasiswanya di Universitas Islam DDI, Al-Jami’ah al-Islamiyah Ad-Dariyah yang
didirikan pada tahun 1963, atau seorang da’i yang gemar melakukan dakwah keliling,
tetapi beliau juga dikenal sebagi seorang ulama yang gemar menulis. Hampir semua
cabang ilmu agama dibahas tuntas, seperti akidah, akhlak, syari’ah, balagah, mantik, dan
lain-lain yang tersebar dalam karangan-karanganya yang berjumlah 25 judul buku.” Dua

4
di antaranya yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah kitab Al-Qaulus Shadiq fi
Ma’rifatil Khaliq dan Risalah fi Bayani Abkami wa Hikami al-Shalah.

1. Latar Belakang pendidikan


Anregurutta Ambo Dalle memulai debut pendidikannya di Volk School
(Sekolah Rakyat) sedangkan sore hari dan malamnya beliau pergunakan untuk
belajar mengaji, sehingga waktunya tidak terlalu banyak untuk bermain di luar
rumah. Selanjutnya, beliau meneruskan pengajiannya dengan belajar tajwid,
nahwu sharaf dan menghapal Al Quran pada seorang ulama bernama KH.
Muhammad Ishak. Walaupun waktunya banyak untuk belajar, namun sisa-sisa
waktu yang ada beliau pergunakan untuk bermain bola yang menjadi
kegemaranya.
Anregurutta Ambo Dalle tidak hanya mempelajari ilmu ilmu Al-Qur’an
seperti tajwid, qiraat tujuh, nahwu sharaf, tafsir, dan fikhi, tetapi beliau pun
mengikuti kursus bahasa Belanda di HIS. Beliau juga pernah belajar di Sekolah
Guru yang diselenggarakan oleh Syarikat Islam (SI) di Makassar. Peluang
untuk menuntut ilmu semakin terbuka tatkala ulama-ulama asal Wajo yang
belajar di Mekkah telah kembali ke daerah asalnya (Wajo). Diantaranya Sayid
Ali Al Ahdal, Haji Syamsuddin, Haji Ambo Emme, yang bermaksud membuka
pengajian di negeri sendiri, seperti tafsir, fikhi, dan nahwu sharaf. Sementara
itu, pemerintah Kerajaan Wajo (Arung Matoa) bersama Arung Ennengnge
(Arung Lili), sangat senang menerima tamu ulama. Karena itu, lingkungan
kerajaan tempat beliau dibesarkan sering kedatangan ulama dari Mekkah.
Diantara ulama itu adalah Syekh Muhammad Al-Jawad, Sayid Abdullah Dahlan
dan Sayid Hasan Al-Yamani. Pada tahun 1928, ketika H. Muhammad As’ad bin
Abdul Rasyid Al Bugisy (lebih popular di kalangan umat Islam Selatan dengan
nama “Anregurutta Haji Sade”), seorang ulama Bugis Wajo yang lahir dan
menetap di Mekkah pulang kembali ke negeri leluhurnya, Anregurutta Ambo
Dalle tidak menyia-nyiakan kesempatan emas itu sehingga beliau berangkat ke
Sengkang untuk menimba ilmu dari ulama besar tersebut. Selanjutnya, pada
tahun 1935, Anregurutta Ambo Dalle berangkat ke Tanah Suci untuk
menunaikan ibadah haji dan menetap beberapa bulan di sana untuk memper
dalam ilmu agama pada Sayyid Alwi di Mekkah.
2. Karya – Karya Ambo Dalle.
5
Sebagai ulama, Anregurutta Ambo Dalle banyak mengurai masalah-
masalah kesufian di dalam karya-karya tulisnya. Tapi, tidak sebatas itu saja,
melainkan hampir semua cabang cabang ilmu agama beliau kupas dengan
tuntas, seperti akidah, syariah, akhlak, balaghah, mantik, dan lain-lain.
Kesemua itu tercermin lewat karangan-karangannya yang berjumlah 25 judul
buku. Antara lain: Al-Qaulus Shadiq fi Ma’rifatil Khali,q, Ar-Risalah Al-
Bahiyyah fil Aqail Islamiyah yang terdiri dari tiga jilid, Maziyyah Ablusunnah
wal Jama’ah. Kitab Tanwirut Thalib, Tanwirut Thullab, Irsyadut Thullab,
Ahsanul Uslubi wa-Siyaqah, Namuzajul Insya’i, Kitab Sullamul Lughab,
Irsyadul Salib, kitab Miftahul Muzakarah dan kitab Miftahul Fubum fil
Mi’yarif Ulum.
3. Detik – detik Terakhir Ambo Dalle.
Anregurutta Ambo Dalle kembali kepangkuan Ilahi dalam usia senja,
mendekati satu Abad. Namun, tahun – tahun menjelang beliau dipanggil Tuhan,
tetap dilalui dengan segala kesibukan dan perjalanan-perjalanan yang cukup
menyita waktunya. Misalnya, dalam usia sekitar 80 tahun beliau masih aktif
sebagai anggota MPR dan MUI pusat. Meskipun usianya sudah mulai uzur
beliau masih sempat berkunjung ke Mekkah untuk melakukan Umrah dan
memenuhi undangan Raja Serawak (Malaysia Timur).
Berkat jasa-jasa beliau semasa hidupnya, beliau dianugerahi penghargaan
baik dari pemerintah maupun lembaga pendidikan di antaranya:
1. Penghargaan dari Universitas Muslim Indonesia sebagai TOKOH
PENDIDIK BIDANG AGAMA SE INDONESIA TIMUR
(Rektor UMI) pada tahun 1986.
2. Tanda Penghargaan dari Pemerintah Daerah Tingkat II Wajo
sebagai Putra Daerah Berprestasi (Bupati dan DPR) pada tahun
1998.
3. Tanda kehormatan Bintang MAHAPUTRA NARAYA dari
Presiden B.J. Habibie pada tahun 1999.

Anregurutta Ambo Dalle kembali ke pangkuan Yang Maha Kuasa pada


tanggal 29 November 1996 setelah beberapa hari terbaring di rumah sakit. Para
dokter yang memeriksa dan merawat beliau mengatakan bahwa ulama besar ini
dalam keadaan yang "sehat-sehat saja". Dan tidak menemukan penyakit yang

6
serius. Penemuan para ahli medis ini sekaligus mengisyaratkan bahwa
Anregurutta Ambo Dalle mengidap "penyakit tua". Usianya memang telah uzur.
Tuhan memberinya keistimewaan untuk melalui masa akhir hayat dengan
tenang, seperti banyak pengalaman pengalaman gaib yang banyak ditemuinya
semasa hidup. Seperti pada penuturannya pada Majalah "Gatra" tanggal 24
Februari 1996, beliau banyak mengalami mimpi ajaib yang menginspirasinya
untuk membuat buku. Buku yang dikarang beliau dari ilham mimpi antara lain
kitab Ilmu Balagha, Ilmu Mantiq, Ilmu Arudhy, dan puluhan buku. karangannya
yang lain.

B. Pemikiran Anregurutta Ambo Dalle dalam Bidang Tauhid

Pemikiran Anregurutta Ambo Dalle mengenai tauhid/ tasawwuf terdapat dalam


kitab Al-Qaulus Shalig Fi Ma'rifatil Khaliq (Ada Tingengnge Rilale Majeppai Puang
Sewwww), ditulis dalam bahasa daerah dengan menggunakan aksara bugis Buku
tersebut selesai ditulis pada tanggal 8 Agustus 1955 M. Sistematika penulisan Kitab Al-
Qaulas Shadiq fi Ma'rifati al Khaliq adalah terdiri dari kata pengantar penulis, pasal
tentang kepastian dalam posisi sebagai makhluk, tata cara pengabdian, pengabdian
zahiriyah, dan bentuk-bentuk pengabdian lahiriyah, pengabdian batiniyah dan bentuk
bentuk pengabdian batiniyah, perbedaan antara ingatan dan fikiran, prinsip-prinsip yang
menunjang kesempurnaan ingatan, pengertian tentang ingatan, sumber daya ingatan,
posisi ingatan di sisi Allah, posisi ingatan terhadap hamba, ingatan hamba terhadap
Tuhan-Nya, tempat yang ditempati untuk megingat, proses yang ditempah dalam
mengingat, tata cara pelaksanaan ingatan kepada Allah, batas kemampuan ingatan,
penentuan sikap di saat teringat, hal-hal yang mewajibkan sikap istikamah, dan suatu
kelengakapan dalam hal kepastian akan tibanya saat kematian.
Keutamaan kicab ini adalah Pertama, Angurutra Ambo Dalle mengawali
tulisannaya dalam kata pengantarnya. Yaitu Dengan mengutip firman Allah dalam
surat al-Dzariyat ayat 56 yang artinya "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka menyembah-Ku". Menurut beliau, "setiap orang yang tidak
mewujudkan penyembahan terhadap Tuhan-Nya, termasuk dalam golongan orang-orang
yang menyia-nyiakan kesempatan hidupnya, bahkan lebih dari itu dapat dipandang
sebagai orang yang mengingkari nikmat Tuhan yang telah dianugerahkan kepadanya".
Selanjutnya, beliau mengutip badis qudsi :

7
‫يا عبادي لو ان اولكم وأخركم وانسكم وجنكم كانوا على أتقى قلب رجل واحد منكم مازاد في ملكي شيا‬

Artinya: Wahai bambaku, Sekiranya orang yang terdahulu dan yang terakhir dari kamu
selaku umat manusia dan bangsa jin, di dalam batinya terdapat rasa taqwa kepada-Ku,
sungguh tidak akan menambah kekuasaan-K barang sedikitpun.

‫يا عبادي لو ان اولكم وأخركم واتسكم وجنكم كانوا على أفجر قلب رجل واحد منكم ما نقص في ملكي شيا‬

Artinya: Wahai hambaku, Sekiranya orang yang terdahulu dan yang terakhir dari kamu
selaku umat manusia dan bangsa jin, di dalam hatinya terdapat benih-benib kejahatan
(tidak mau menyemabab kepada-Ku), niscaya sikap yang demikian tidak akan
mengurangi kekuasaan-Ku barang sedikitpun"

Beliau juga mendasarkan pendapatnya pada firman Allah:


‫يا أيها الناس اعبدوا ربكم الذي خلقكم والذين من قبلكم لعلكم تتقون‬

Artinya: Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakan kalian dan orang-
orang yang sebelum kalian, agar kalian bertakwa.
Berdasarkan firman Allah di atas, Anregurutta Ambo Dalle menjelaskan bahwa
menjadi kewajiban bagi setiap manusia menyembah Tuhan-Nya, atas dasar kepatuhan
terhadap perintah-Nya dan menjauhi laranga-Nya, agar mereka menjadi manusia yang
bertaqwa, karena menurut beliau, hanya orang yang memiliki rasa taqwa kepada Allah
swt yang akan mendapatkan petunjuk dari Allah swt. sesuai dengan firman-Nya: “yang
artinya jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia (Allah) akan memberikan
kepadamu furqaan (petunjuk)yang dapat membedakan antara yang baik dan yang batil.
Anregurutta Ambo Dalle juga menjelaskan bahwa orang yang telah memiliki
rasa taqwa yang mendalam segala bentuk pengabdiannya baik dalam bentuk zahir
maupun dalam bentuk batin semuanya dengan mudah dapat dilaksanakan. Pelaksanaan
kedua bentuk pengabdian tersebut merupakan hakikat sikap ta'abbad terhadap Allah swt
dan orang yang telah menemukan hakikat ta'abbad terhadap Allah adalah orang yang
telah menemukan hakikat dirinya. Hal ini sejalan dengan perkataan para: Sufi:

‫من عرف نفسه فقد عرف ربه‬


8
Artinya: Barang siapa yang mengetahui tentang dirinya, maka sungguh ia telah
mengetahui pula akan tuhan-Nya.
Adapun yang dimaksud dengan pengertian arofa nafsahu (mengetahui dirinya),
menurut Anregurutta Ambo Dalle adalah bahwa dirinya itu adalah hamba Allah. Jadi
bukan yang dimaksud mengetahui tentang dirinya dengan maksud bahwa sumber awal
kejadian manusia terdiri dari sarinya tanah, api, air dan angin atau semisalnya, yaitu
wadi, mazi, mani, dan manika." Demikian juga bukan kepercayaan yang dikaitkan
dengan tubuh kasarnya Adam atau tubuh halusnya Muhammad, jiwa/nyawanya nurun ,
nuran yang berasal dari Allah swt.
Kedua, Buku Al-Qaulus Shadiq metode pembahasannya menggunakan
pendekatan perpaduan antara dalil-dalil naqli, aqli dan batininiyah. Maksudnya, dalam
membahas, satu persoalan di samping didasarkan pada dalil-dalil naqli (firman Allah
dan hadis sahih Nabi Muhammad saw.) juga menggunakan penalaran yang logis dan
pertimbangan yang bersifat bathiniyah yang lazim digunakan oleh para Sufi. Pendekatan
ini misalnya terlihat dengan jelas ketika beliau membahas mengenai tata cara
pengabdian kepada Allah yang menurutnya diklasifikasikan menjadi dua yaitu
pengabdian zahir dan pengabdian bathin. Pengabdian dzahir, pelaksanaannya banyak
berkaitan dengan faktor jasmaniyah, misalnya shalat, dan puasa. Sedangkan pengabdian
bathin, wujud pelaksanaannya banyak berhubungan dengan kejiwaan, misalnya dzikir,
ketekunan dan ketaatan terhadap Allah. Menurut Anregurutta, dua bentuk pengabdian
ini realisasi nya tidak dapat dipisah-pisahkan. Dengan kata lain, tidak ada suatu
pengabdian zahiriyah dalam pelaksanaannya tanpa berbarengan dengan pengabdian
batin, misalnya, shalat termasuk jenis pengabdian zahir tetapi seseorang tidak mampu
melaksanakannya tanpa disertai dengan mengingat atau dzikir kepada Allah.
Ketiga , karangan Anregurutta Ambo Dalle ini dimaksudkan untuk memberikan
pencerahan kepada umat Islam agar tidak keliru dalam memahami ajaran-ajaran tarekat
yang berkembang pesat pada waktu itu. Dalam konteks inilah buku ini diberi judul Al-
Qanlus Shadiq fi Ma'rifatil Khaliq, yang memaparkan tentang perkataan yang benar
dalam mengenali Allah dan tata cara pengabdian terhadap Nya. Menurut beliau,
manusia hanya dapat mengenal hakikat pengabdian kepada Allah jika mereka mengenal
hakikat tentang dirinya. Untuk mengagungkan Allah, tidak hanya berbekal akal logika
saja, akan tetapi dengan melakukan zikir yang benar sebagai perantara guna mencapai
ma’rifat kepada Allah. Meskipun harus diakui bahwa logika harus dipergunakan untuk
memikirkan alam semesta sebagai ciptaan Allah swt. Dikemukakan juga bahwa cara
9
berzikir mesti benar, sesuai yang diajarkan Rasulullah berdasarkan dalil-dalil naqli. Hati
harus istiqamah dan tidak boleh goyah. Pendapat Anregurutta ini sesuai dengan
perkataan orang arif bahwa" Tiap-tiap syariat tanpa hakikat itu batil dan tiap-tiap
hakikat tanpa syariat itu kurang sempurna". Atau dengan perkataan yang lain "barang
Siapa yang berfikih tanpa bertasawwuf dia kehilangan jiwanya, dan barang siapa yang
bertasawwuf tidak berfikih ia itu zindik, barangsiapa yang berfikih dan bertasawwuf ia
berhakikat.

C. Pemikiran Anregrutta Ambo Dalle dalam bidang fikih


Pemikiran Angegutta Ambo Dalle dalam bidang fikih ditulis dalam bahasa bugis
yang selesai ditulis pada tanggal 26 Juni 1982 M. Kitab ini diberi judul Risalah fi
Bayani Ahkami wa hikami Al Shalah. Kitab ini terdiri dari 5 bab, pertama berisi
muqodimah yang memuat 7 pasal pembahasan mengenai pengertian shalat , kedudukan
shalat dalam agama Islam, keutamaan kedudukan shalat bagi hamba di mata Tuhan,
keagungan kedudukan shalat, keadaan orang Islam yang kadang-kadang shalat, kadang
tidak, sunah-sunah untuk menyempurnakan kekurangan shalat wajib. Kemudian 4 bab
yang tersisa berisi penjelasan mengenai mengenai wudhu, adzan dan iqamah dan yang
terakhir penjelasan mengenai hukum-hukum shalat.
Pada kesempatan penulisan makalah kali ini kami hanya memaparkan 5 pasal
dari muqodimah kitab Ambo Dalle tersebut. Pada pasal pertama, Ambo Dalle
menjelaskan tentang pengertian shalat dari segi bahasa dan istilah. Menurut beliau shalat
dari segi bahasa yaitu berarti dos (parillau dowang) pengertian ini sesuai dengan firman
Allah SWT yang artinya “ dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu
menjadi ketentraman jiwa bagi mereka. Adapun pengertian shalat secara syara yaitu
“Palkasiwi yang tampu baca baca /ada ada nenniya kedo-kedoang mattentu,
ripammulai nasaba takbiratul ihram ianaritu Allaahu akbar riapaccapuri nasaba bere
seleing ianaritu assalamualaikum”.( Ibadah yang mengandung beberapa ucapan dan
beberapa perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam).
Kedua, kedudukan shalat dalam agama Islam. Ambo Dalle berpendapat serupa
dengan ulama-ulama lain yang mendasarkan pendapatnya pada hadis Nabi SAW yang
diriwayatkan dari Ath-Thabarani .”Shalat itu adalah tiang agama dan kunci dari semua

10
kebaikan ( Naiyya sempajangnge allirinna agamae nenniya pagonncina tungke-tungke
decengnge).
Menurut ambo Dalle , hadis ini sesuai dengan perkataan ahli hikmah orang-
orang cerdik pandai tempo dulu bahwa sholat itu “Laptoppa” namanya. Artinya shalat
itu mencakup semua macam-macam kebaikan di dunia dan di akhirat. Menurut beliau
sesungguhnya ibadah shalat itu membersihkan tubuh kita, melenturkan urat-urat tubuh,
membangunkan kita dari tidur untuk membersihkan tubuh untuk kemudian
bmelaksanakan shalat subuh, sdelanjutnya beraktifitas menegerjakan urusan duniua agar
kita mendapatkan berkah dari Allah SWT. Sesuai dengan hadis Nabi SAW “ adapun
berkah itu berada pada pagi hari). Bahkan nabi sendiri mendoakan umatnya pada pagi
hari dengan doa “ Ya Allah barkahilah umatku di pagi hari).
Begitulah sekurang-kurangnya kebaikan shalat di dunia, sementara kebaikan di
akhirat, orang-orang yang melaksanakan shalat lima waktu akan dimasukan ke dalaqm
surga, akan mendapatkan cahaya, keterangan, kebebsan di hari kiamat. Sebaliknya,
barang siapa yang tidak menjaga shalatnya, maka tidak akan mendapat cahaya,
keterangan dan kebebasan pada hari kiamat, mereka akan dikumpulkan bersama dengan
Qarun, Firaun, Hamman dan Ubay bin khalaf. Di neraka.
Ketiga, keutamaan kedudukan shalat bagi hamba dibandingkan dengan
ubudiyyah lainnya, menurut Ambo Dalle sama dengan kedudukan kepala padatubuh
manusia. Seusia dengan hadis NAbi SAW riwayat Ath Thabarani yang berrbunyi “
sesungguhnya kedudukan shalat dalam agama Islam sama dengan kedudukan kepala
bagi tubuh manusia). Disebutkan demikian karena kepala merupakan tempat bagi organ-
organ penting bagi manusia, seperti otak, mata, muka dlll. Keutamaan fungsi shalat
dalam agama sama seperti keutamaan kepala atas tubuh manusia bahkan lebih besar
keutamaan shalat di dalam agama daripada kpala atas tubuh.
Hal tersebut dikarenakan pelaksanaan shalat sebagai rukun Islam lebih utama
dibandingkan dengan rukun-rukun yang lainnya. Sebagaiman diketahui kewajiban
shalata lima waktu dilakukan berulang kali selama manusia hidup setiap harinya.
Sementara itu kewajiban haji ke Mekkah habya sekali seumur hidup. Itu pun hanya
diwajibkan kepada orang-orang yang memeiliki kemampuan dalam materi dan fisik.
Perintah zakat hanya diwajibkan kepada orang-orang yang sudah menbcukuppi syarat-
syarat untuk melaksanakannya seperti nishab dan haul. Sama halnya denga perinytah
berpuasa ramadhan yang hanya di perintahkan nsekali selama dalam setahun. Bahkan

11
orangorang yang tidak mampu untuk melaksanakannya diberi keringanan untuk tidak
melaksanaknnya.
Keempat, kedudukan shalat bagi seoarang hakmba di mata Tuhan merupakan
anugrah dan nikmat yang besar karrena mengingat Allah ketika melaksanakan shalat
semata-,mata datangnya dari Allah sesuai dengam firmannya “ Dan mereka tidak akan
menhgingat daripadanya kecuali jika Allah mengkehendakinya”. Dan juga Hadis Nabi
SAW “ Sesungguhnya ingatan itu merupakan nikmat dari Allah maka hendaklah
disyukuri”. Jadi orang ayang shalat dalam berhadapan dengan Tuhan-Nya, tidak ada
perantara antara keduanya , sesuai dengan Firman Allah SWT “Dan Allah
berfirman :Sesungguhnya aku beseryta vkamu, sesungguhnya jika kamu mendirikan
shalat”.
Oleh karena itu, seorang hamba yang senantiasa ingat kepada Allah ketika shalat
sejatinya itulah bisi/hakikat shalat, sebaliknyta kelalaian seorang hamba sepanjang
shalatnya tentulah tidak dapat dipandang bahwa ia mendidikan shalat. Menurut Ambo
Dalle, meskipun ingatan seorang hamba dalam bacaan-bacaan dan gersakan gerakan
shalatnya selalu fokus, tetapi ingatan Allah kepada ahamba-Nya jauhg lebih besar sesuai
dengan firman-Nya : Dan sesungguhnya ingatan Allah kepada hambanya adalah lebih
besar).
Kelima, Ambo Dalle memaparkan bagaimana keagungan kedudukan shalat
diakitkan dengan penciptaan manusia. Menurut beliau, ,manusia diciptakan oleh Allah
dalam bentulk sebaik-baiknya yang diakitkan dengan kedudukan manusia sebagai
penmerima amanah. Amanah yang dimaksud antara lain adalah kewajiban shalat lima
waktu. Kewajiban ini disesuaikan dengan bentuki tubuh manusia. Kesesuaian tersewbut
menurut Ambo Dalle, misalnya dapat dipahami dari pertama, salat shubuh yang
berjumlah dua rekaat tidak boleh dikurangi karena sudah setara dengan tubuh dan juga
nyawa/jiwa manusia. Kedua shalat dzuhur yang berjumlah empat rekaat tidak boleh
dikurangi karena sudah setara dengan empat anggota tubuh manusia yitu dada,
punggung, dan kedua pinggang manusia. Ketiga, empat rekaat shalayt ashar tidak boleh
dikurangi karena sudah setara dengan empat bentuk anggota tubuh manusia. Fungsi
anggota tubuh yang dimaksud tidak akjan sempurna jika dikurangi yaitu dua tangan dan
dua kaki manusia. Keempat, tiga rekaat shalat maghrib tidak boleh dikurangi karena
sudah etara dengan tiga rongga dalam diri manusia, fungsinya tidsak sempurna kalau
dikurangi. Satu saya tersumbat niscaya menimbulkan kesulitan pada diri manusia.
Rongga mulut,/lubang hidung, lubang anus dan saluran kencing. Kelima, sahalat isya
12
empat rekaat tidak boleh dikurangi karena sudah setara dengan empat panca indra yang
memiliki fungsi sangat besar dan fungsinya menjadi tidak sempurna jika dikurangi,
yaitu penglihatan, dan pendengaran.
Demikian kesesuaian jumlah rekaat shalat lima waktu dengan fitrah kelahiran
seseorang manusia. Jadi, barangsiapa yang menjaga kesempurnaan shalat lima waktunya
maka sempurna diri manusia tersebut di kemudian hari. Lebih lanjut ambo Dalle
menegaskan bahwa dua rekaat shalat shubuh sama seperti surga dan neraka. Delapan
rekaat shalat dzuhur dan ashar, sama seperti delapan pintu surga. Jumlah tiga rekaat
shalat magrib dan empat rekaat shalat isya sama dengan tujuh buah pintu neraka. Jika
seseorang menjaga kesempurnaan shalat lima waktu maka terbukalah delapan pintu
surga untuknya dan berhak masuk ke dalam pintu yang ia inginkan. Selanjutnya,
tertutup pula baginya tujuh pintu neraka. Sebaliknya, bagi seseorang yang tidak dapat
menjaga kesempurnaan shalat lima waktu maka tertutup baginya delapan pintu surga
dan ia tidak diizinkan memasukinya, justru tujuh pintu neraka diperuntukkan bagi orang
tersebut.

D. Sisi Lokalitas KH Abdurrahman Ambo Dalle


1. Pendekatan Lokalitas KH Abdurrahman Ambo Dalle dalam Berdakwah
Sebelum KH Abdurrahman Ambo Dalle mendirikan pesantren di Kabalangan
pada tahun 1978. Masyarakat di lokasi tersebut banyak sekali penyimpangan dalam
berakidah. Mereka sering melakukan ritual ke kuburan “Bulu Nene” yang sangat
bertentangan dengan Islam. Mereka pergi ke kuburan tersebut, berziarah dengan
melakukan penyembelihan kambing atau ayam dengan maksud memohon dan
bernadzar ketika diberi kesehatan dan rezeki akan kembali ke kuburan untuk
menyembelih hewan yang sama. Setelah kedatangan Ambo Dalle secara perlahan
hal itu sudah tidak dilakukan lagi oleh masyarakat sekitar. Dengan pendekatan
pelarangan terhadap hal-hal yang bertentangan dengan Islam. KH Abdurrahman
Ambo Dalle telah berhasil dalam mengembangkan dakwah Islam di lokasi tersebut.
2. Sisi Lokalitas dalam Karya-karya KH Abdurrahman Ambo Dalle
Tradisi penulisan karya-karya Ulama di Indonesia telah bergerak cukup lama
dengan keberagaman corak bahasa yang dipakai. Pada akhir abad ke-16 banyak
sekali Ulama Indonesia yang membahas Islam secara lokal (vernakularisasi) di
berbagai wilayah Nusantara. Salah satunya adalah KH Abdurrahman Ambo Dalle.
Terdapat banyak sekali kitab-kitab karya KH Abdurrahman Ambo Dalle. Kitab-

13
kitab tersebut ada yang berbahasa Arab, Arab-Bugis, Bugis-Indonesia. Kitab-kitab
yang berbahasa bugis murni antara lain: Al-Hidayah Al-Jaliyah, Maziyyah Ahl
Sunnah wal Jamaah (bidang Akidah), bughyat al-muhtaj, Risalah fi Bayani Ahkam
wa hikam ash shalat (bidang Fiqh), al Qoul ash Shadiq fi ma’rifah al Khaliq (bidang
akhlak tasawwuf). Selain itu, masih banyak kitab-kitab KH Abdurrahman Ambo
Dalle yang ditulis dalam bahasa Bugis-Arab, Bugis-Indonesia, dan Arab.
3. Sisi Lokalitas dalam Pola pemikiran K.H. Abd. Rahman Ambo Dalle
Pola pemikiran K.H. Abd. Rahman Ambo Dalle dalam manajemen pendidikan
Islam didasarkan pada sebersih-bersih tauhid, setinggi-tinggi ilmu, dan sepintar-
pintar siyasah dengan tetap mengedepankan sikap kritis, korektif dan konstruktif.
Dasar pemikiran ini selanjutnya melahirkan program aksi, sebagai berikut:
A. Dibolehkannya bahasa Inggris diajarkan pada madrasahnya, pemakaian celana
panjang yang menggantikan sarung; pemakaian topi, pemakaian jas dan dasi
serta beberapa hal lainnya, sementara ulama lainnya masih mengharamkannya;
B. Penempatan santri di rumah-rumah penduduk sekitar madrasah sebagai upaya
untuk memasyarakatkan santri dan menyantrikan masyarakat
C. Pembukaan dan pendirian cabang atau madrasah DDI di daerah-daerah

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Anregurutta KH. Abd. Rahman Ambo Dalle meminjam istilah yang dikonstatir
oleh Dr. Nurhayati Rahman adalah ulama yang menembus empat zaman, mulai dari
zaman feodal, Belanda, Jepang dan kemerdekaan. Empat zaman yang dilalui beliau itu
mempengaruhi dinamika perjalanan dan perjuangan hidupnya yang mengukuh kannya
sebagai tokoh yang kokoh dalam menjawab setiap tantangan zaman yang dihadapinya.
Buku al-Qaulus Shadiq fi Ma'rifatil Khaliq berisi tentang tauhid dan tasawwuf.
pembahasannya menggunakan metode perpaduan dalil-dalil naqli, aqli dan bathiniyah
(atau serupa dengan irfani, yaitu pengungkapan pengetahuan yang diperoleh lewat
penyinaran hakikat oleh Tuhan kepada hamba-hamba-Nya (al-kasyf) setelah melalui
riyadah. Sedangkan isi dan kandungan buku tersebut memberikan penjelasan dan
pencerahan kepada umat Islam bahwa manusia hanya dapat mengenal hakikat
14
pengabdian kepada Allah jika mereka mengenal hakikat tentang dirinya. Untuk
mengagungkan Allah, tidak hanya berbekal akal logika saja, tapi dengan melakukan
zikir yang benar sebagai perantara guna mencapai ma'ripat kepada Allah. Meskipun
harus diakui bahwa logika harus dipergunakan untuk memikirkan alam semesta sebagai
ciptaan Allah swt. Dikemukakan juga bahwa cara berzikir mesti benar, sesuai yang
diajarkan Rasulullah berdasarkan dalil-dalil naqli. Hati harus istiqamah dan tidak boleh
goyah.
Sebagaimana buku Al-Qaulus Shadiq fi Ma'rifatil Khaliq yang metode
pembahasannya menggunakan pendekatan perpaduan dalil-dalil naqali, aqli, dan
bathiniyah, buku Risalah fi Bayani Ahkami wa Hikami al-Shalah y pun menggunakan
metode yang sama. Hal ini terlihat dengan jelas dalam pembahasan muqaddimah buku
tersebut, terutama ketika Anregurutta menguraikan tentang keagungan kedudukan shalat
dikaitkan dengan penciptaan manusia

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Purnawati, Ida. (2019). Peran Anregurutta H. Abdurrahman Ambo Dalle dalam


Mengembangkan Syiar Islam. IAIN Parepare. Hal 45
2. Mursalim. (2015). Pemikiran Tasawwuf Anregurutta H. Abdurrahman Ambo Dalle
(Telaah Kitab Al-Qawl Ash-Shadiq li Ma’rifah al Khaliq). IAIN Samarinda. Volume 7.
No. 2 Hal. 171
3. Purnawati, Ida. (2019). Peran Anregurutta H. Abdurrahman Ambo Dalle dalam
Mengembangkan Syiar Islam. IAIN Parepare. Hal 37-40
4. “Kitab fiqih local – menggali kearifan local dalam karya ulama’ Indonesia Abd.Halim
Dkk ,, KH Abdurrahman Ambu Dalle

16

Anda mungkin juga menyukai