Anda di halaman 1dari 16

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

ANALISA DAMPAK KETIDAKTERSEDIAAN LAYANAN

A. Pendahuluan
Dampak Ketidaktersedian Layanan merupakan bagian dari rencana
keberlangsungan proses layanan dari Ditjen Dukcapil yang bertujuan
untuk mengidentifikasi dan menetapkan prioritas sistem dengan
mempertimbangkan kepada sasaran mutu dan menggunakan informasi
ini untuk menentukan dampak pada proses penyediaan atau
pemeliharaan layanan jika sistem tidak tersedia.

B. Dasar hukum
1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan (Lembaran Negara Tahun 2006 Nomor 124 Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4674) sebagaimana telah diubah dengan
Undang- Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan (Lembaran Negara Tahun 2013 Nomor 232 Tambahan
Lembaran Negara Nomor 5475);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2019 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 102
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6354);
3. Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2018 tentang Sistem
Pemerintahan Berbasis Elektronik (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 182);
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2011 tentang
Standar Operasional Prosedur di Lingkungan Kementerian Dalam
Negeri (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 24);
5. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 35 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan
Standar Operasional Prosedur Administrasi Pemerintahan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 649);
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 7 Tahun 2019 tentang Pelayanan
Administrasi Kependudukan Secara Daring (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 152); dan
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 95 Tahun 2019 tentang
Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 1478);
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2021 tentang
Ditjen Dukcapil dan Tata Kerja Kementerian Dalam Negeri (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 398);
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2021 tentang
Sistem Manajemen Keamanan Informasi Administrasi Kependudukan
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 1272).

C. Standar
1. Ketentuan Umum
Penyediaan layanan Ditjen Dukcapil terbagi menjadi 3 lokasi layanan
sebagai berikut:
a. Lokasi pertama adalah lokasi Kantor Pusat Ditjen Dukcapil yang
merupakan lokasi kantor pusat dan tempat penyimpanan seluruh
aset informasi, personil dan beberapa aset fisik. Lokasi pertama ini
dikelola oleh Bagian Umum Ditjen Dukcapil dan seluruh
keamanan gedung diakomodasi oleh Bagian Umum.
b. Lokasi kedua adalah lokasi Pusat Data utama yang merupakan
lokasi sistem jaringan serta tempat penyimpanan aset fisik yang
berupa aset server, jaringan dan aset lain pendukung sistem
jaringan. Lokasi kedua ini dikelola oleh Subdit Pengelolaan DC dan
PUSAT DATA CADANGAN dan Subdit SIAK. Seluruh keamanan
gedung diakomodasi oleh Bagian Umum Ditjen Dukcapil, namun
aset-aset tetap menjadi tanggung jawab Subdit Pengelolaan DC
dan PUSAT DATA CADANGAN dan Subdit SIAK dan ketersediaan
data dijamin dengan adanya backup data yang ditempatkan di
lokasi ketiga.
c. Lokasi ketiga adalah lokasi Pusat Data kedua (backup) yang
merupakan lokasi penyimpanan backup data serta tempat
penyimpanan aset fisik yang berupa aset server, jaringan dan aset
lain pendukung sistem jaringan. Lokasi ketiga ini berada di BP
Batam dan dikelola oleh Subdit Pengelolaan DC dan PUSAT DATA
CADANGAN. Keamanan gedung dan aset-aset tetap menjadi
tanggung jawab BP Batam.
2. Deskripsi Kritikalitas Proses Layanan
Bisnis Proses Deskripsi
Proses identifikasi kebutuhan layanan terhadap
Lead Identified
user terkait.
Proses identifikasi dan eksplorasi terhadap
potensi dan peluang yang bisa didapatkan pada
Need Identified
saat pertemuan tahap pertama dengan user
terkait.
Technical
Memberikan validasi teknis terhadap kebutuhan
Validation
yang diinginkan oleh user terkait.
Solution
Memberikan khusus untuk layanan TI di sisi
Trial Setup Sistem Operasi untuk user melakukan trial
layanan.
Proses pengajuan pengiriman laporan trial
Trial Details Sent kepada user, termasuk interaksi dengan tim
to User Technical sebagai pihak yang memiliki wewenang
untuk memvalidasi seluruh pengajuan trial
Provisioning Proses penyediaan untuk layanan TI
Request (Infrastruktur dan Sistem)bagi user
Proses implementasi layanan TI (Infrastruktur
Implementation
dan Sistem)bagi user.
Quality Proses penjaminan kualitas pada implementasi
Assurance layanan TI bagi user
Production
Proses pengiriman informasi mengenai layanan
Details Sent to
(login) khusus untuk layanan sistem/aplikasi.
User
Monitoring and Proses pemberian layanan monitoring yang
Operational dilakukan oleh tim TI.
Proses pengakhiran layanan bagi user yang tidak
End of period
ingin melanjutkan layanan TI.
3. Identifikasi Dampak dan Estimasi Downtime
1) Dampak
a. Kategori dampak: SLA
Nilai dampaknya:
- Tinggi: Jika kegagalan layanan/proses menyebabkan
kegagalan pemenuhan SLA
- Sedang: Jika kegagalan layanan/proses tidak menyebabkan
kegagalan pemenuhan SLA, namun berdampak pada reputasi
Bidang TIK
- Rendah: Jika kegagalan layanan/proses tidak menyebabkan
kegagalan pemenuhan SLA
b. Kategori dampak: Terhadap Layanan
Nilai dampaknya:
- Tinggi: Jika kegagalan layanan/proses menyebabkan
terhentinya proses layanan TI > 1 hari
- Sedang: Jika kegagalan layanan/proses menyebabkan
terhentinya proses layanan 12 - 24 jam
- Rendah: Jika kegagalan layanan/proses menyebabkan
terhentinya proses layanan < 12 jam
c. Kategori Biaya
Nilai dampaknya:
- Tinggi: Jika kegagalan biaya yang dibutuhkan untuk
menjamin keberlangsungan layanan > Rp. 100.000.000
- Sedang: Jika kegagalan biaya yang dibutuhkan untuk
menjamin keberlangsungan layanan > Rp. 50.000.000 s.d.
Rp. 100.000.000
- Rendah: Jika kegagalan biaya yang dibutuhkan untuk
menjamin keberlangsungan layanan < Rp. 50.000.000
2) Berikut tabel ringkasan hasil penilaian kritikalitas proses
berdasar kategori yang dijabarkan di atas.

Kategori Dampak
Proses Bisnis Biaya/ Nilai
SLA
Pemasukan Dampak
Lead Identified Rendah Rendah Rendah
Need Identified Rendah Rendah Rendah
Technical Validation Solution Rendah Rendah Rendah
Trial Setup Rendah Rendah Rendah
Trial Details Sent to user Rendah Rendah Rendah
Provisioning Request Rendah Rendah Rendah
Implementation Tinggi Tinggi Tinggi
Quality Assurance Tinggi Tinggi Tinggi
Production Details Sent to user Sedang Rendah Tinggi
Monitoring and Operational Tinggi Tinggi Tinggi
End of period Rendah Rendah Rendah

4. Estimasi Downtime
1) Maximum Tolerable Downtime (MTD)
Waktu maksimum yang dapat ditoleransi yang disebabkan oleh
tidak berjalannya proses layanan yang digambarkan pada tabel
di atas.
2) Recovery Time Objective (RTO)
Waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan operasional
proses layanan.
3) Work Recovery Time (WRT)
Waktu yang dibutuhkan dalam masa pemulihan sebagai lanjutan
dari RTO.
4) Recovery Point Objective (RPO)
Waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan sistem ke kondisi
normal.
Berikut spesifikasi estimasi waktu downtime pada proses bisnis
Ditjen Dukcapil.

Proses Bisnis Dampak MTD RTO WRT RPO


72 48 24 24
Lead Identified Rendah
Jam Jam Jam Jam
72 48 24 24
Need Identified Rendah
Jam Jam Jam Jam
72 48 24 24
Technical Validation Solution Rendah
Jam Jam Jam Jam
72 48 24 24
Trial Setup Rendah
Jam Jam Jam Jam
72 48 24 24
Trial Details Sent to user Rendah
Jam Jam Jam Jam
72 48 24 24
Provisioning Request Rendah
Jam Jam Jam Jam
12 8 4 12
Implementation Tinggi
Jam Jam Jam Jam
12 8 4 12
Quality Assurance Tinggi
Jam Jam Jam Jam
Production Details Sent to 12 8 4 12
Tinggi
user Jam Jam Jam Jam
12 8 4 12
Monitoring and Operational Tinggi
Jam Jam Jam Jam
72 48 24 24
End of period Rendah
Jam Jam Jam Jam

Berdasarkan kritikalitas dampak terjadinya kegagalan proses


layanan, berikut daftar aset minimal yang dibutuhkan untuk
mengembalikan proses layanan kritikal
Proses Bisnis Dampak Aset Pendukung
● PC/Laptop (7 buah)
● Akses Internet (Modem)
● Akses Vpn by request
Lead Identified Rendah ● Telepon/Handphone (Sales)
● Ruang Kerja
● Meja Kerja
● Pegawai
● PC/Laptop (7 buah)
● Akses Internet (Modem)
Need Identified Rendah ● Akses Vpn by request
● Telepon/Handphone (Sales)
● Ruang Kerja
Proses Bisnis Dampak Aset Pendukung
● Meja Kerja
● Pegawai
● PC/Laptop (7 buah)
● Akses Internet (Modem)
Technical Validation ● Akses Vpn by request
Rendah ● Telepon/Handphone (Sales)
Solution
● Ruang Kerja
● Meja Kerja
● Pegawai
● PC/Laptop (5 buah)
● Akses Internet (Modem)
● Aplikasi Ticketing system
Trial Setup Rendah (Smarter Track)
● Telepon/Handphone (Technical)
● Ruang Kerja
● Meja Kerja
● Pegawai (5 Technical)
● PC/Laptop (5 buah)
● Akses Internet (Modem)
● Aplikasi Ticketing system
Trial Details Sent to (Smarter Track)
Rendah
user ● Telepon/Handphone (Technical)
● Ruang Kerja
● Meja Kerja
● Pegawai (5 Technical)
● PC/Laptop (1 buah)
● Akses Internet (Modem)
Provisioning Request Rendah ● Aplikasi Portal (Master Key)
● Telepon/Handphone (Finance)
● Meja Kerja
● Pegawai (1 Finance)
● PC/Laptop (5 buah)
● Akses Internet (Modem)
● Aplikasi Portal (Master Key)
● Aplikasi Ticketing system
Implementation Tinggi (Smarter Track)
● Telepon/Handphone (CSO)
● Meja Kerja
● Pegawai (1 Sys Admin, 1 TS, 1
DC dan 1 Network Admin)
● PC/Laptop (5 buah)
● Akses Internet (Modem)
● Aplikasi Portal (Master Key)
Quality Assurance Tinggi ● Aplikasi Ticketing system
(Smarter Track)
● Telepon/Handphone (CSO)
● Meja Kerja
Proses Bisnis Dampak Aset Pendukung
● Pegawai (1 Sys Admin, 1 TS, 1
DC dan 1 Network Admin)
● Server (1 buah)
Production Details ● Akses Internet (Modem)
Tinggi ● Aplikasi Portal (Master Key)
Sent to user
● Pusat Data
● Pegawai (1 Sys Admin)
● PC/Laptop (5 buah)
● Akses Internet (Modem)
● Aplikasi Portal (Master Key)
Monitoring and ● Aplikasi Ticketing system
Tinggi (Smarter Track)
Operational
● Telepon/Handphone (CSO)
● Meja Kerja
● Pegawai (1 Sys Admin, 1 TS, 1
DC dan 1 Network Admin)
End of period Rendah ● Pegawai (helpdesk)

5. Identify Resource Requirements


Tabel berikut mengidentifikasi sumber daya pendukung proses
bisnis, termasuk hardware, software dan sumber daya lain yang
memiliki data/informasi
Sumber Daya
(Hardware, OS, Platform,
Keterangan Lokasi
Software, dan Version
lain-lain)
Mikrotik Router Router Kantor
internal pusat dan
semua
Pusat Data
Switch Switch LAN Kantor
internal pusat dan
semua
Pusat Data
Aplikasi UPIK
untuk Kalibata
Ubuntu 16.04,
Server DNS membagi
VMWare 5
domain IP
address
Aplikasi UPIK
CentOS 7.4.1708, untuk Kalibata
Zimbra layanan surat
Server Webmail
8.8.5_GA_1894.N elektronik
ETWORK Ditjen
Dukcapil
Server Website OpenSUSE 15.4, Aplikasi UPIK
Sumber Daya
(Hardware, OS, Platform,
Keterangan Lokasi
Software, dan Version
lain-lain)
PHP 7, Laravel untuk profil Kalibata
Ditjen
Dukcapil
Aplikasi UPIK
Server Ubuntu 18.04,
monitoring Kalibata
Visualisasi Golang
Jarkomdat

6. Identify Recovery Priorities for System Resources


1) Recovery Time Objective (RTO) - waktu yang dibutuhkan untuk
mengembalikan operasional perangkat.

Sumber Daya Recovery Time


Platform/OS/Version
(Hardware, Software, dll) Objective
Server DSM Synolgy, Super 120 Menit
Micro Frameware,
Dell Frameware
Operating System Linux CentOS, 120 Menit
Windows, Ubuntu,
Vmware
Perangkat Jaringan Mikrotik OS, Cisco 60 Menit
OS, Dlink OS, TP
Link OS
Kabel Fiber optic, UTP-6 60 Menit
PC Staff Windows, MacOS, 60 Menit
Linux
Antivirus Windows Defender, 60 Menit
BitDefender,

2) Kontrol penggunaan perangkat TI


a. Penetapan Akses Kontrol
No Akses Kontrol Pengguna Pengendali
Sesuai dengan
1 Putty Dokumen Acsess VPN
Control Matrix
Sesuai dengan
2 Open VPN Dokumen Acsess VPN
Control Matrix
Sesuai dengan
Remote
3 Anydesk Dokumen Acsess
Desktop
Control Matrix
b. Kendali tingkat aplikasi
No Aplikasi Pengguna Pengendali
Dinas Dukcapil provinsi, IP privat,
1 SIAK Terpusat
kabupaten/kota VPN
Dinas Dukcapil provinsi,
BCARD dan kabupaten/kota, IP privat,
2
BENROLL kecamatan (khusus DKI VPN
Jakarta)
Pegawai Ditjen Dukcapil
IP publik,
3 Mail server dan Dinas Dukcapil
VPN
kabupaten/kota
4 Website Dukcapil Publik IP publik
Anjungan Dinas Dukcapil IP privat,
5
Dukcapil Mandiri kabupaten/kota VPN
Identitas Publik
Kependudukan
6 IP publik
Digital (Digital
ID)
Face Recognition Publik
7 IP publik
Mobile
Face Recognition Pegawai Ditjen Dukcapil IP privat,
8
Web VPN

c. Kendali tingkat network dan perangkat


No Perangkat Administrator Pengendali
1. Patching
Administrator 2. Password
1. Server DC MMU
Hardening
3. Port Access
1. Policy
2 Router DC MMU Administrator 2. User Access
3. Port Access
1. Policy
3 Switch DC MMU Administrator 2. User Access
3. Port Access
1. Policy
Firewall DC Administrator
4 2. User Access
MMU
3. Port Access

7. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa proses layanan yang ada di Ditjen
Dukcapil, terdapat 4 proses yang memiliki dampak yang tinggi
terhadap SLA yaitu proses implementatition, Quality Assurance,
Production Details Sent to userdan Monitoring&Operational.Dari
proses-proses tersebut, dapat disimpulkan bahwa proses yang
masuk kategori tersebut perlu dilakukan tindakan pemulihan
bencana (Disaster Recovery) pada saat terjadi bencana.

D. Definisi
1. Bencana (Disaster) adalah setiap kejadian besar/bencana yang tiba-
tiba atau tidak terduga yang diakibatkan dari dalam maupun luar
instansi atau dikarenakan oleh alam (seperti gempa bumi, angin
topan, banjir dan lain-lain) yang mengakibatkan korban kematian
atau luka-luka maupun kerugian material dalam jumlah besar, yang
mana sumber daya manusia dan sarana yang ada di tempat tersebut
tidak mampu/cukup untuk menanggulanginya.
2. Kondisi Darurat (Emergency/Disaster) adalah keadaan di mana
terjadi gangguan ataupun bencana yang menyebabkan
ketidaktersediaan layanan maupun sarana pendukungnya. Kondisi
darurat tersebut diakibatkan oleh ancaman atas hal-hal sebagai
berikut:
a. Ancaman alam (Natural Threat) seperti: gempa, angin topan,
banjir, kebakaran, letusan gunung berapi, tsunami, pandemi
penyakit dan hal-hal lain yang bukan merupakan buatan
manusia.
b. Ancaman buatan (Man-made Threat) seperti: terorisme, bom,
demo/mogok, virus komputer, listrik padam, sabotase dan hal-
hal yang merupakan buatan atau diakibatkan manusia secara
langsung.
c. Kesalahan/Gangguan Teknis seperti: kebakaran instalasi dan
non instalasi baik yang disebabkan karena operasi instansi
ataupun sebab-sebab lain yang berdampak merugikan instansi,
ledakan, alat pemantau tidak ada yang berfungsi, pencemaran
lingkungan, dan lain-lain.
3. Disaster Recovery Plan (DRP) adalah rencana Ditjen Dukcapil yang
berupa proses, kebijakan, dan prosedur untuk mempersiapkan
pemulihan atau kelanjutan infrastruktur teknologi yang kritikal bagi
Ditjen Dukcapil setelah terjadinya bencana alam, atau bencana
akibat manusia.
4. Business Continuity Plan (BCP) adalah roadmap panduan bagi Ditjen
Dukcapil untuk melanjutkan layanan yang kritikal pada saat terjadi
gangguan baik berupa gangguan alam maupun gangguan manusia.
5. Business Impact Analysis (BIA) adalah analisa tingkat manajemen
untuk mengidentifikasi tingkat ancaman hilangnya fungsi layanan
kritikal dan sumber daya pendukungnya akibat kecelakaan, bencana
alam, dan bencana akibat manusia.
6. Recovery Time Objective (RTO) adalah durasi waktu di mana sebuah
layanan harus dipulihkan setelah terjadinya sebuah gangguan atau
bencana untuk menghindari terjadinya dampak yang tidak dapat lagi
ditanggung oleh Ditjen Dukcapil.
7. Critical Service Functions adalah fungsi layanan yang harus
dipulihkan pada saat terjadi gangguan/bencana untuk melindungi
aset, memenuhi kebutuhan Ditjen Dukcapil, dan memenuhi
peraturan perundangan.
8. Maximum Tolerable Period of Disruption adalah durasi waktu hingga
kerugian aset Ditjen Dukcapil dianggap tidak dapat diterima saat
layanan/produk tidak tersedia.
9. PUSAT DATA CADANGAN (Pusat Data Cadangan) adalah lokasi
tempat sementara yang berfungsi sebagai cadangan jika lokasi
utama tidak dapat berfungsi akibat adanya keadaan darurat atau
bencana. PUSAT DATA CADANGAN ini dapat berupa sewa
tempat/lokasi untuk meletakkan perangkat layanan baik yang
diselenggarakan langsung ataupun pihak ketiga.
10. Single Point of Failure (Titik Tunggal Penyebab Kegagalan) adalah
sembarang komponen atau bagian dari sistem, dari sumber sampai
beban, yang mana jika mengalami kegagalan akan menyebabkan
gagalnya sistem. Keandalan sistem ditentukan oleh keandalan titik
tersebut.
11. Kesiagaan adalah sikap atau kondisi seseorang atau suatu sistem
yang memungkinkan untuk setiap saat dapat mengambil tindakan
dan atau dapat digerakkan sesuai keperluan secara cepat dan tepat
menghadapi keadaan darurat yang terjadi.. Kesiagaan meliputi
kesiagaan seluruh sistem yaitu sumber daya manusia, peralatan
dan prosedur atau tata cara baku yang berlaku.
12. Tempat Berkumpul (Assembly Point/Muster Point) adalah sebagai
tempat yang dianggap aman untuk berkumpul bilamana terjadi
keadaan darurat ditandai dengan tulisan yang mencantumkan
departemen atau tempat kerja.
13. Instansi terkait adalah: Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN),
Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan dan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Ditjen Binwasnaker & K3),
Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker), Dinas Pemadam
Kebakaran, Kepolisian serta instansi-instansi terkait lainnya.

E. Referensi
1. ISO/IEC 27001:2013 - Clause 10.1. Nonconformity and Corrective
Action.
2. ISO/IEC 27001:2013 - Annex A.16 Information Security Incident
Management.
3. ISO/IEC 27001:2013 - Annex A.17 Information Security Aspects of
Keberlangsungan layanan.
Nomor SOP 400.8.3/19823/Dukcapil
Tanggal Pembuatan 25 Juli 2022
Tanggal Revisi
Tanggal Pengesahan 14 Desember 2015
Direktur Jenderal
Kependudukan dan Pencatatan Sipil

DIREKTORAT Disahkan oleh


JENDERAL
KEPENDUDUKAN DAN
PENCATATAN SIPIL
KEMENTERIAN DALAM Analisa Ketidatersediaan
NEGERI Nama SOP
Layanan
TUJUAN
Proses ini bertujuan untuk menentukan karakteristik kebutuhan Ditjen
Dukcapil dalam menjalankan layanan ketika terjadi ketidaktersediaan
layanan. Dalam menentukan karakteristik dilakukan tahapan sebagai berikut:
1. Menentukan identifikasi layanan keseluruhan.
2. Penentuan kritikalitas layanan berdasar dampak yang ditimbulkan.
3. Penentuan estimasi downtime layanan.
4. Identifikasi aset pendukung dan sumber daya penyimpan informasi
lainnya.
5. Identifikasi kontrol pendukung keamanan informasi pada aplikasi kritikal.
6. Identifikasi estimasi waktu downtime aset.
7. Kesimpulan prioritas layanan yang perlu dilakukan DR.
RUANG LINGKUP
Proses Analisa Ketidaktersediaan layanan terdiri dari 3 langkah berikut:
1. Menentukan proses layanan utama dan pemulihan sistem kritikal
Pada proses layanan, dilakukan identifikasi terhadap proses layanan yang
memiliki prioritas paling tinggi apabila terjadi kegagalan pada proses
tersebut serta dilakukan penentuan waktu pemulihan sistem.
2. Mengidentifikasi kebutuhan sumber daya yang dibutuhkan proses layanan
utama
Setelah penentuan proses layanan kritikal, dilakukan identifikasi sumber
daya baik teknologi atau non-teknologi yang dibutuhkan untuk
mendukung proses layanan kritikal tersebut dapat terlaksana dengan baik.
3. Mengidentifikasi prioritas pemulihan proses layanan
Setelah identifikasi layanan proses kritikal dan sumber daya yang
dibutuhkan, langkah selanjutnya adalah penentuan prioritas sumber daya
dari proses kritikal sehingga urutan pemulihan dapat ditentukan.
PELAKSANA
1. Direktur Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil;
2. Sekretaris Diretorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Sebagai
Koordinator STKI;
3. Pimpinan Tinggi Pratama sebagai anggota STKI;
4. Pimpinan Unit TIK;
5. Unit TIK.
KETERKAITAN DENGAN SOP PERALATAN/PERLENGKAPAN
1. Pedoman Sistem Manajemen Mutu, 1. Nota Dinas
Layanan dan Keamanan Informasi. 2. Komputer/Laptop
2. Pedoman Kebijakan Keamanan Informasi.
3. SOP Manajemen Aset.
4. SOP Pengelolaan Gangguan &
Manajemen Insiden.
5. Disaster Recovery Plan & Business
continuity Plan (DRP & BCP).
6. SOP Pengadaan dan Evaluasi Kinerja
Penyedia Eksternal.
PERINGATAN PENCATATAN DAN
1. Jika prosedur ini tidak dijalankan secara PENDATAAN
konsisten, adanya jika terjadi bencana, 1. Seluruh dokumentasi
penggulangan untuk kembali ke kondisi pelaksanaan disimpan dalam
normal menjadi kurang optimal. bentuk softcopy atau
hardcopy untuk keperluan
selanjutnya.
DIREKTORAT JENDERAL
KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL
ANALISA KETIDAKTERSEDIAAN LAYANAN Nomor SOP 400.8.3/19823/Dukcapil
Tanggal Pembuatan 25 Juli 2022
Tanggal Pengesahan 14 Desember 2022

URAIAN PROSEDUR
Pelaksana Mutu Baku Keterangan
No. Dirjen Waktu
Uraian Pelaksanaan
STKI PTP PUTIK UTIK Kelengkapan (Hari/ Output
Dukcapil
Jam/Mnt)
1 PTP bersama PUTIK dan UTIK PC/Notebook, N/A Identifikasi
menentukan proses layanan utama Internet Analisa
dan pemulihan sistem krittikal Mulai Ketidaktersedi
aan Layanan
2 PTP bersama PUTIK dan UTIK Identifikasi Business N/A Identifikasi
mengidentifikasi kebutuhan sumber Impact Analysis Analisa
daya yang dibutuhkan untuk Ketidaktersedi
proses layanan utama aan Layanan
3 PTP bersama PUTIK dan UTIK Identifikasi Business N/A Identifikasi
mengidentifikasi prioritas Impact Analysis Analisa
pemulihan proses layanan pada Ketidaktersedi
saat terjadi bencana aan Layanan
4 PTP melaporkan hasil identifiasi Identifikasi Analisa N/A Identifikasi
kepada STKI melalui Koordinator Ketidaktersediaan Analisa
STKI Layanan Ketidaktersedi
aan Layanan
5 STKI merumuskan Analisa Rumusan
Identifikasi Analisa
Ketidaktersediaan Layanan Analisa
Ketidaktersediaan
berdasarkan laporan PTP Ketidaktersedi
Layanan
aan Layanan
6 STKI melalui Koordinator STKI Analisa
Rumusan Analisa
melaporkan Rumusan Analisa Selesai Ketidakkterrse
Ketidaktersediaan
Ketidaktersediaan Layanan kepada diaann
Layanan
Dirjen unntuk disetujui Layanann

Sesuai dengan perundang - undangan yang berlaku, dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang tersertifikasi oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE) sehingga tidak diperlukan tanda tangan
dan stempel basah

Anda mungkin juga menyukai