Anda di halaman 1dari 5

INTERVENSI REGULASI BELAJAR KLIEN DEWASA

A. Tujuan Intervensi

Tujuan dari intervensi yang akan dilakukan adalah untuk memberi pemahaman
dan informasi kepada klien mengenai klien saat ini hingga memberi pemahaman terkait
tata cara yang dapat dilakukan untuk menangani permasalahan akademik klien.

B. Target Intervensi

Adapun target intervensi yang ingin dicapai dari pemberian intervensi pada klien
adalah sebagai berikut:
1. Klien dapat memahami permasalahan yang dihadapi saat ini dan mengerti
bagaimana penanganan yang tepat atas masalahnya.
2. Klien dapat mengetahui potensi diri yang dimiliki
3. Klien dapat mengoptimalkan waktu dan kemampuannya dengan lebih baik
4. Membantu klien memetakan dan menyusun tahapan untuk mencapai target
yang ingin dicapai.

C. Sasaran Intervensi

Prosedur penetapan baseline dilakukan dengan menggunakan skala self


regulated learning scale (SRL) dari Boekarts (2003). Skala SRL ini sebelumnya sudah
diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia dan diuji coba oleh Saraswati (2018). Skala
tersebut menggunakan yang berisi 39 aitem yang memiliki koefisien korelasi aitem
bergerak dari 0.320 hingga 0.634. Sedangkan koefisien reliabilitas alpha ialah sebesar
0.959. Semakin tinggi skor yang diperoleh, maka semakin tinggi regulasi diri klien
dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh maka semakin rendah
regulasi diri klien dalam belajar. Hal tersebut menunjukkan bahwa skala dapat
mengukur secara konsisten terkait apa yang ingin diukur Skala SRL merupakan skala
likert terdiri dari 39 aitem berbentuk favourable sehingga skor untuk masing-masing
jawaban benar pada pilihan jawaban STS (Sangat Tidak Sesuai) adalah 1, TS (Tidak
Sesuai) adalah 2, S (Sesuai) adalah 3, SS (Sangat Sesuai) adalah 4. Langkah
selanjutnya yaitu membuat ketagorisasi tingkat perilaku regulasi diri dalam belajar klien.
Kategorisasi tersebut menggunakan kategorisasi berdasarkan model distribusi normal,
yaitu kategorisasi jenjang (ordinal). Kriteria skala yang dibuat berdasarkan pada norma
rumus sebagai berikut: Nilai total tertinggi dari skala self regulated ini adalah 156,
sedangkan nilai terrendah adalah 39. Untuk kategori kemampuan self regulasi learning,
dapat dibagi menjadi 3 kategori yakni Baik dengan rentang nilai 119-156, Kurang
dengan rentang nilai 79-118, Buruk dengan rentang nilai 39-78.
D. Rancangan Intervensi

Menurut HIMPSI (2010), intervensi adalah suatu kegiatan yang dilakukan


secara sistematis dan terencana berdasarkan hasil asesmen untuk mengubah
keadaan seseorang, kelompok orang atau masyarakat yang menuju kepada
perbaikan atau mencegah memburuknya suatu keadaan atau sebagai usaha
preventif maupun kuratif. Adapun teknik yang digunakan adalah teknik konseling.
Konseling merupakan suatu teknik pendampingan secara individu dan
dikomunikasikan secara langsung. Konseling bersifat hubungan face to face
relationship (hubungan empat mata) yang dilakukan dengan cara wawancara antara
konselor dan klien. Beberapa ahli mengungkapkan definisi mengenai konseling,
seperti misalnya Tohirin (2007) menjelaskan bahwa konseling adalah hubungan
timbal balik antara dua orang (konselor dan klien) untuk menangani suatu masalah
klien, yang didukung oleh keahlian dalam suasana yang laras dan terintegrasi,
berdasarkan norma-norma yang berlaku untuk tujuan yang berguna bagi klien.
Intervensi yang akan dilakukan oleh praktikkan sesuai dengan masalah yang ada
pada diri klien adalah pendekatakan behaviour therapy (BT) yakni pendekatan
psikoteraupetik yang digunakan untuk membantu individu berkembang yang lebih
positif, yang mempelajari tingkah laku (individu manusia) yang bertujuan merubah
perilaku maladaptive menjadi adaptif (Elvina, 2019). Intervensi yang akan dilakukan
kepada klien yaitu self management untuk meningkatkan regulasi diri dalam belajar.
Self regulated learning adalah proses individu mengenai pengaturan diri dalam
belajar yang dilakukan secara mandiri dalam menampilkan serangkaian tindakan
yang ditujukan untuk pencapaian target atau tujuan belajar dengan mengolah strategi
dalam penggunaan kognisi, perilaku, dan motivasi. Menurut Corey (2008), alasan
utama dari ketidakberhasilan individu mencapai sasaran adalah tidak dimilikinya
keterampilan self management, yaitu suatu prosedur dimana individu dapat mengatur
perilakunya sendiri (Komalasari, 2011). Adapun Gunarsa (1989, dalam Sukri, 2020)
menyatakan bahwa self management meliputi pemantauan diri (self monitoring),
reinforcement yang positif (self reward), kontrak atau perjanjian dengan diri sendiri
(self contracting) dan penguasaan terhadap rangsangan (stimulus control). Mulyani
(2013) juga memperoleh hasil penelitian yang mengatakan bahwa ada hubungan
positif yang signifikan antara manajemen waktu dengan self regulated learning pada
mahasiswa Dengan manajemen waktu yang buruk, subjek tidak mampu
mengarahkan dan mengatur tingkat prioritas dari kegiatan yang dilakukan.
Sebaliknya, bagi individu yang mempunyai kemampuan manajemen waktu yang
baik, akan mampu mengatur dan merencanakan waktu untuk aktivitas sehari-hari
secara efektif dan efisien, antara lain dengan menentukan tujuan, menyusun
prioritas, membuat jadwal, meminimalisasi gangguan, dan mendelegasikan tugas.
Berdasarkan hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa seseorang
memiliki manajement waktu yang baik maka dapat meningkatkan regulasi diri dalam
belajar (Koro, 2017:Muttaqin, 2018;Simaremare, 2020).

1. Nama Intervensi

Intervensi “manajemen waktu dalam keseharianku”

2. Tujuan Intervensi

Meningkatkan dan mengoptimalkan waktu aktivitas belajar klien dengan


menyusun beberapa tujuan dan kemudian memonitor kemajuan dalam kerangka tujuan
tersebut.

3. Estimasi Waktu Intervensi

4. Kegiatan, Waktu dan Target Sesi

Waktu Ses Kegiatan Tujuan Alat


i
40 Menit I 1. Kontrak Kegiatan 1. agar klien 1. HPP
2. Penjelasan manfaat serta tujuan mengetahui dari 2. Alat tulis
konseling konseling yang 3. informed
3. Penyampaian Hasil Pemeriksaan akan dilakukan consend
Psikologis (HPP). 2. Agar klien 4. skala
4. Pretest mengetahui regulasi
manfaat dari belajar
kegiatan konseling
yang akan
dilakukan.
3. Agar klien
mengetahui
permasalahan
yang sedang
dialaminya
90 Menit II Tujuan dan Prioritas 1. Klien memahami 1. Alat tulis
pengertian dan 2. Handout
pentingnya tujuan 3. lembar
(jangka panjang tugas 1
dan jangka (Tujuan
pendek) dan x Kayak
prioritas tangga)
2. Klien memahami 4. Lembar
faktor-faktor yang tugas 2
mempengaruhi Tujuan
penentuan tujuan berdasar
dan prioritas kan
3. Klien memahami SMART
cara menetapkan 5. lembar
goal secara tugas 3
SMART dan skala
membuat skala prioritas
prioritas
60 Menit III Instruksional dan Umum 1. klien memahami 1. Alat tulis
pengertian dan 2. Handout
peranan daftar 3. Lembar
perencanaan(jadw tugas
al) 4. 4 jadwal
2. klien dapat perencana
menuliskan daftar an
perencanaan
(jadwal) kegiatan
dan
mempertimbangka
n tujuan dan
priorotas yang
dibuat
sebelumnya
90 Menit IV Penerapan Keteraturan 1. Peserta 1. alat tulis
memahami 2. lembar
pengertian dan tugas 5
pentingnya (action plan)
penerapan
keteraturan
2. Peserta
memahami faktor-
faktor yang
mempengaruhi
penerapan
keteraturan
3. Peserta
memahami cara
membuat action
plan
90 Menit V Evaluasi dan penutupan Memperoleh data 1. Lembar
dan feedback dari kerja evaluasi
peserta mengenai selama
pelatihan yang sudah kegiatan
berlangsung konseling
2. post tes
dari skala
regulasi
belajar

6. Pelaksanaan dan Hasil Intervensi

7. Evaluasi

Anda mungkin juga menyukai