SD NEGERI KARANGANYAR
Jalan Sisingamaraja No. 29A, Brontokusuman, Mergangsan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa
Yogyakarta
Dosen pengampu: Veroyunita Umar, S.Pd., M.Pd.
Disusun oleh:
1. Fitria Dewi Muninggar (21202241124)
2. Farestin Fafa Nabila (21202241131)
3. Hanifah Dhita (21202241146)
4. Ainaya Fatiha Awwali (21202241156)
5. Krisna Wijaya (21202241160)
6. Defian Nur Fauzan (21202244098)
7. Zaki Hernowo Ilham (21202244101)
8. Yulia Sekar Permata (21202244103)
9. Alfil Muhammad Syawal Rusdiana (21202244106)
10. Kirana Hannya Sekarsari (21202244120)
Hormat kami,
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ....................................................................................................................... 1
1.2. Tujuan Laporan ..................................................................................................................... 1
1.3. Konteks Observasi ................................................................................................................. 2
BAB II DESKRIPSI SEKOLAH INKLUSI ......................................................................................... 3
2.1. Gambaran Umum Tentang Sekolah Inklusi .......................................................................... 3
2.2. Deskripsi Kelas Yang Diamati................................................................................................ 4
BAB III METODE OBSERVASI .......................................................................................................... 5
3.1. Pengamatan Langsung ........................................................................................................... 5
3.2. Catatan Lapangan .................................................................................................................. 5
3.3. Wawancara ............................................................................................................................. 6
BAB IV HASIL OBSERVASI................................................................................................................ 7
4.1. Pembelajaran Untuk Anak Berkebutuhan Khusus............................................................... 7
4.2. Program Sekolah .................................................................................................................... 8
4.3. Kurikulum ............................................................................................................................ 11
4.4. Bentuk Kerja Sama Sekolah Dengan Orangtua.................................................................. 15
4.5. Sarana dan Prasarana Sekolah yang Aksesibel Untuk Anak Berkebutuhan Khusus ........ 16
BAB V EVALUASI DUKUNGAN KEBUTUHAN KHUSUS ............................................................ 17
5.1. Evaluasi Terhadap Modifikasi Kurikulum .......................................................................... 17
5.2. Evaluasi Terhadap Metode Pengajaran............................................................................... 17
5.3. Evaluasi Terhadap Layanan Pendukung............................................................................. 17
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI .............................................................................. 19
6.1. Ringkasan Hasil Observasi .................................................................................................. 19
6.2. Kesimpulan Tentang Keefektifan Pendekatan Inklusi Yang Diterapkan .....Error! Bookmark
not defined.
6.3. Rekomendasi Untuk Perbaikan Dan Pengembangan Lebih Lanjut...... Error! Bookmark not
defined.
BAB VII PENUTUP ................................................................................. Error! Bookmark not defined.
7.1. Ringkasan Laporan Observasi ................................................. Error! Bookmark not defined.
7.2. Apresiasi Terhadap Kerjasama Dan Partisipasi Pihak Sekolah ............ Error! Bookmark not
defined.
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 22
ii
LAMPIRAN......................................................................................................................................... 23
iii
BAB I PENDAHULUAN
2
BAB II DESKRIPSI SEKOLAH INKLUSI
2.1. Gambaran Umum Tentang Sekolah Inklusi
SD Negeri Karanganyar merupakan salah satu sekolah dasar di Jalan Sisingamaraja No.
29A, Brontokusuman, Mergangsan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Sekolah
ini telah mengadopsi pendekatan inklusi dalam pendidikan, yang berarti mereka menerima
dan memberikan pendidikan kepada semua siswa, tanpa memandang perbedaan dan
kebutuhan mereka. Tujuan utama SD Negeri Karanganyar adalah memberikan kesempatan
pendidikan yang setara bagi semua anak, mempromosikan inklusi sosial, dan menciptakan
lingkungan pembelajaran yang ramah dan mendukung bagi semua siswa. Dalam upaya
menerapkan pendekatan inklusi, SD Negeri Karanganyar menyediakan lingkungan belajar
yang inklusif di mana siswa dengan kebutuhan khusus diajak berinteraksi dengan siswa
lainnya tanpa adanya segregasi khusus. Mereka memperhatikan keberagaman siswa dan
berupaya memenuhi kebutuhan pembelajaran mereka dengan memodifikasi kurikulum, bahan
ajar, dan metode pengajaran sesuai dengan kebutuhan individu.
Nama SD Negeri Karanganyar
Alamat Jalan Sisingamaraja No. 29A,
Brontokusuman, Mergangsan, Kota
Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta
Akreditasi A
Kepala Sekolah Yustina Pertiwi Darmawanti
Kurikulum Kurikulum 2013 (Kelas 2, 3, 5, 6)
Kurikulum Merdeka (Kelas 1 dan 4)
Tabel 2.1 Profil SD Negeri Karanganyar
Tingkat Jumlah
Kelas 1 7 siswa
Kelas 2 8 siswa
Kelas 3 12 siswa
Kelas 4 16 siswa
Kelas 5 13 siswa
Kelas 6 15 siswa
TOTAL 71 siswa
Tabel 2.2 Jumlah Kelas dan Siswa
Tingkat Sebaran ABK
Kelas 1 ADHD, Tunarungu
Kelas 2 Low Vision, Slow Learner
Kelas 3 Tunagrahita, Hyperactive, Slow Learner
Kelas 4 Tunagrahita, Slow Learner, Hyperactive
Kelas 5 Tunadaksa, Slow Learner, Hyperactive, Low Vision
Kelas 6 Tunagrahita, ADHD
Tabel 2.3 Sebaran ABK
3
Klasifikasi Status Jumlah
PNS 6 orang
GTT 1 orang
Guru
GTY 0
Honor 7 orang
PNS 7 orang
Tenaga Kependidikan
Honor 10 orang
TOTAL 31 orang
Tabel 2.4 Sebaran Guru dan Tenaga Kependidikan
2.2. Deskripsi Kelas Yang Diamati
Selama observasi, beberapa kelas di SD Negeri Karanganyar diamati untuk mendapatkan
gambaran tentang praktik inklusi yang diterapkan di sekolah ini. Kelas-kelas yang diamati
melibatkan siswa inklusi yang berinteraksi dengan siswa lainnya dalam kegiatan
pembelajaran sehari-hari.
Dalam kelas-kelas inklusi ini, guru menyusun rencana pembelajaran yang mengakomodasi
kebutuhan individual siswa. Mereka menggunakan berbagai metode dan strategi pengajaran
yang beragam untuk memastikan siswa inklusi dapat mengikuti pelajaran secara efektif.
Selain itu, guru juga memberikan perhatian khusus pada pengembangan keterampilan sosial
dan adaptasi sosial siswa inklusi, sehingga mereka dapat berinteraksi dengan teman sekelas
mereka secara positif.
Selama proses observasi, dicatat interaksi antara siswa inklusi dengan siswa lainnya, baik
dalam kegiatan kelompok maupun individu. Hal ini bertujuan untuk memahami sejauh mana
interaksi sosial antara siswa inklusi dan siswa lainnya terjadi secara alami dan positif.
Observasi juga mencatat partisipasi siswa inklusi dalam kegiatan pembelajaran dan sejauh
mana mereka mendapatkan dukungan dan bantuan dari guru dan rekan sekelas mereka.
Dengan mengamati kelas-kelas inklusi di SD Negeri Karanganyar, diharapkan dapat
diperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang pengorganisasian pembelajaran inklusif,
interaksi antara siswa inklusi dan siswa lainnya, serta dukungan yang diberikan kepada siswa
inklusi dalam konteks pendidikan inklusi di sekolah ini.
4
BAB III METODE OBSERVASI
Metode observasi adalah pendekatan atau teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data
dan informasi dengan mengamati dan mencatat secara sistematis perilaku, interaksi, peristiwa, atau
fenomena yang terjadi dalam suatu konteks tertentu. Dalam metode observasi, peneliti mengamati
secara langsung dan mendokumentasikan apa yang terjadi dengan seksama. Tujuan dari metode
observasi adalah untuk mengumpulkan data yang akurat dan obyektif tentang perilaku, interaksi,
dinamika kelompok, atau fenomena yang diamati. Berikut adalah metode observasi yang peneliti
gunakan.
5
D. Mencatat peran dan interaksi orang tua dalam mendukung pendidikan anak mereka
di sekolah inklusi.
3.3. Wawancara
Metode wawancara adalah suatu teknik atau pendekatan dalam penelitian yang
melibatkan interaksi langsung antara peneliti dan responden atau narasumber untuk
mengumpulkan data dan informasi. Dalam metode ini, peneliti mengajukan serangkaian
pertanyaan kepada responden dengan tujuan memperoleh pemahaman yang mendalam
tentang pandangan, pengalaman, sikap, pengetahuan, atau perspektif subjek penelitian.
Wawancara dilakukan secara tatap muka atas ketersediaan responden. Wawancara
bersifat terstruktur, dengan daftar pertanyaan yang telah disusun sebelumnya. Tujuannya
adalah untuk mendapatkan perspektif dan pemahaman mereka tentang praktik inklusi,
strategi pengajaran, tantangan yang dihadapi, dukungan yang diberikan, atau pengalaman
siswa inklusi dalam lingkungan inklusif.
A. Melakukan wawancara dengan kepala SD Negeri Karanganyar.
B. Menggali informasi tentang pendekatan inklusi yang diterapkan, strategi
pembelajaran yang digunakan, serta tantangan dan keberhasilan yang dihadapi
dalam praktik inklusi di sekolah.
C. Mendapatkan wawasan tentang dukungan yang diberikan kepada siswa inklusi,
modifikasi yang dilakukan pada kurikulum dan bahan ajar, serta peran orang tua
dalam mendukung pendidikan anak-anak mereka di sekolah inklusi.
6
BAB IV HASIL OBSERVASI
8
a. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional:
Undang-Undang ini memberikan landasan hukum bagi pendidikan inklusif di
Indonesia. Undang-undang ini menegaskan bahwa setiap warga negara berhak atas
pendidikan yang layak dan sesuai dengan kebutuhan dan potensi mereka.
b. Permendikbud Nomor 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif: Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini memberikan pedoman operasional bagi
implementasi pendidikan inklusif di sekolah-sekolah di Indonesia. Permendikbud
ini menekankan pentingnya mengakomodasi kebutuhan pendidikan anak-anak
dengan kebutuhan khusus dalam sistem pendidikan yang ada.
c. Permendikbud Nomor 51 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Inklusif:
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini menetapkan standar dan
indikator bagi pendidikan inklusif di Indonesia. Standar ini mencakup berbagai
aspek, termasuk kurikulum inklusif, strategi pembelajaran yang diferensiasi,
pendukung pendidikan khusus, dan integrasi sosial siswa inklusi.
d. Permendikbud Nomor 57 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pendidikan
Inklusif: Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini memberikan pedoman
lebih rinci tentang penyelenggaraan pendidikan inklusif di tingkat sekolah.
Permendikbud ini meliputi aspek-aspek seperti rekrutmen guru inklusi, fasilitas dan
lingkungan belajar yang inklusif, dukungan pendidikan khusus, dan kolaborasi
dengan lembaga terkait.
9
langsung antara orangtua dan siswa, program "Orangtua Hebat" bertujuan untuk
memperkuat hubungan positif antara orangtua dan anak, mendukung kehidupan
keluarga yang harmonis, dan menciptakan lingkungan belajar yang inklusif di sekolah.
Dalam program ini, orangtua berperan sebagai pendidik yang memberikan
pelajaran melalui cerita kehidupan, petuah, dan kegiatan menarik. Melalui kegiatan
tersebut, orangtua dapat mentransfer nilai-nilai positif, mengajarkan kehidupan sehari-
hari, serta merangsang minat dan motivasi belajar anak. Program ini juga memberikan
ruang bagi orangtua untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan mereka dengan anak-
anak serta memberikan dukungan emosional dan sosial yang penting dalam
perkembangan anak.
Program "Orangtua Hebat" di SD Negeri Karanganyar didukung oleh berbagai
penelitian dan bukti empiris yang menunjukkan bahwa keterlibatan aktif orangtua dalam
pendidikan memiliki efek positif pada prestasi akademik, kemandirian, motivasi belajar,
dan perkembangan sosial anak. Selain itu, program ini juga sejalan dengan kebijakan
pendidikan inklusif pemerintah Indonesia yang mendorong partisipasi orangtua dalam
mendukung pendidikan anak-anak dengan kebutuhan khusus.
A. Penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan orangtua dalam pendidikan memiliki
dampak positif pada prestasi akademik dan kesejahteraan siswa. Menurut penelitian
yang dilakukan oleh Henderson dan Mapp (2002), anak-anak yang mendapatkan
dukungan aktif dari orangtua cenderung memiliki motivasi yang lebih tinggi,
keterampilan sosial yang lebih baik, dan hasil belajar yang lebih baik.
B. Program "Orangtua Hebat" memfasilitasi interaksi antara orangtua, siswa, dan
pihak sekolah secara rutin. Penelitian oleh Desforges dan Abouchaar (2003)
menunjukkan bahwa komunikasi dan kerjasama yang erat antara orangtua dan
sekolah memiliki dampak positif pada perkembangan sosial, emosional, dan
akademik siswa.
C. Melalui cerita kehidupan, petuah, dan kegiatan menarik, program ini dapat
meningkatkan komunikasi dan ikatan emosional antara orangtua dan anak.
Penelitian oleh Epstein (2011) menunjukkan bahwa keterlibatan orangtua yang
melibatkan interaksi emosional yang positif dengan anak dapat membantu
meningkatkan motivasi belajar, kemandirian, dan pengembangan sosial anak.
D. Program ini juga memperkuat sinergi antara siswa, orangtua, dan pihak sekolah
dalam mendukung proses pendidikan. Dengan melibatkan orangtua secara aktif,
program ini dapat menciptakan lingkungan pendidikan yang holistik dan
terintegrasi, di mana siswa mendapatkan dukungan yang konsisten baik di sekolah
maupun di rumah.
E. Studi oleh Sui-Chu dan Willms (1996) menunjukkan bahwa keterlibatan orangtua
dalam kegiatan pendidikan non-akademik, seperti kegiatan keluarga, diskusi
tentang nilai-nilai, dan pembicaraan tentang pembelajaran, memiliki hubungan
positif dengan prestasi akademik siswa.
10
dengan pendekatan yang berbasis bukti dan diharapkan dapat memberikan manfaat yang
signifikan bagi perkembangan holistik siswa, sinergi antara sekolah dan keluarga, serta
pencapaian tujuan pendidikan inklusif.
4.3. Kurikulum
Kurikulum adalah rencana dan panduan yang digunakan dalam proses pendidikan untuk
merancang dan mengatur pembelajaran serta pencapaian tujuan pendidikan. Secara umum,
kurikulum mencakup serangkaian mata pelajaran, materi pembelajaran, metode pengajaran, dan
penilaian yang digunakan dalam pengalaman belajar siswa di sekolah atau lembaga pendidikan
lainnya. Kurikulum mencerminkan visi, misi, dan nilai-nilai yang diinginkan dari suatu sistem
pendidikan. Ini mencakup pemilihan dan penyusunan isi pembelajaran, strategi pengajaran,
penilaian prestasi, dan pendekatan pengembangan keterampilan siswa. Kurikulum juga dapat
mencakup pendekatan interdisipliner, integrasi teknologi, pengembangan keterampilan sosial, dan
pembelajaran berbasis proyek, tergantung pada pendekatan pendidikan yang diadopsi oleh
lembaga pendidikan tertentu.
4.3.1. Kurikulum yang Digunakan
Hasil observasi terkait kurikulum di SD Negeri Karanganyar adalah sebagai berikut:
A. Kelas 1 dan 4 menggunakan Kurikulum Merdeka:
- Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum yang dikembangkan secara
khusus untuk kelas 1 dan 4 di SD Negeri Karanganyar, dengan tujuan
meningkatkan kualitas pendidikan inklusi.
- Kurikulum Merdeka didasarkan pada pendekatan pembelajaran yang
inklusif, menekankan pemahaman konsep, pembelajaran aktif, dan
pengembangan keterampilan siswa.
- Kurikulum ini dirancang untuk memperkuat literasi, numerasi, dan literasi
digital pada siswa kelas 1 dan 4.
- Materi pembelajaran disusun secara sistematis berdasarkan tujuan dan
kompetensi dasar yang tercantum dalam Kurikulum Merdeka.
- Guru menggunakan berbagai strategi pembelajaran yang sesuai dengan
prinsip-prinsip Kurikulum Merdeka, seperti diskusi kelompok,
pembelajaran berbasis proyek, dan penggunaan teknologi pendidikan.
11
- Guru dalam kelas 2, 3, 5, dan 6 menerapkan pendekatan pembelajaran
yang beragam sesuai dengan prinsip-prinsip Kurikulum 2013, seperti
pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis proyek, dan penggunaan
teknologi informasi.
Penerapan Kurikulum Merdeka pada kelas 1 dan 4 serta Kurikulum 2013 pada kelas
2, 3, 5, dan 6 di SD Negeri Karanganyar menunjukkan komitmen sekolah dalam
menyediakan pendidikan inklusif yang berkualitas. Dengan menggunakan kurikulum
yang sesuai, sekolah mampu mengakomodasi kebutuhan belajar siswa dengan
memberikan pengalaman pembelajaran yang bervariasi dan relevan. Kurikulum
Merdeka memberikan penekanan pada literasi, numerasi, dan literasi digital, sementara
Kurikulum 2013 menekankan pengembangan kompetensi dasar dalam berbagai mata
pelajaran.
12
informasi secara komprehensif tentang profil belajar dan kebutuhan individu
anak. Asesmen ini mencakup evaluasi kognitif, perkembangan sosial dan
emosional, bahasa dan komunikasi, serta kemampuan adaptasi.
Melalui asesmen ini, akan teridentifikasi hambatan belajar yang dialami
oleh ABK, baik dalam hal kemampuan akademik maupun kebutuhan khusus
lainnya seperti gangguan sensorik, kebutuhan terapi fisik, atau kondisi medis
yang perlu mendapatkan perhatian khusus. Informasi yang diperoleh dari
asesmen tersebut menjadi dasar dalam merancang program pembelajaran yang
diferensiasi dan individualisasi sesuai dengan kebutuhan masing-masing anak.
Selain itu, asesmen juga memberikan stimulus bagi anak untuk beradaptasi
dengan lingkungan baru. Melalui pemahaman yang lebih mendalam tentang
karakteristik dan kebutuhan anak, guru dan staf sekolah dapat menyediakan
dukungan yang sesuai, mengimplementasikan strategi pembelajaran yang efektif,
serta menciptakan lingkungan yang inklusif, aman, dan mendukung
pertumbuhan dan perkembangan semua siswa.
Asesmen pada awal pendaftaran ini tidak hanya memberikan manfaat untuk
siswa ABK, tetapi juga bagi pihak sekolah dan orang tua. Dengan informasi yang
diperoleh dari asesmen, pihak sekolah dapat merencanakan sumber daya yang
dibutuhkan, mempersiapkan program pendidikan yang tepat, dan
mengoptimalkan proses pembelajaran. Sementara itu, orang tua akan
memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang kebutuhan anak mereka, serta
dapat berkolaborasi dengan sekolah dalam menyediakan dukungan yang
diperlukan.
Dalam keseluruhan, asesmen pada awal pendaftaran merupakan langkah
yang penting dalam pendidikan inklusif. Melalui asesmen ini, sekolah inklusi
dapat memastikan bahwa setiap anak ABK diberikan kesempatan yang adil dan
setara dalam mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan potensi dan
kebutuhan mereka, serta dapat mengembangkan diri secara optimal di
lingkungan pendidikan yang inklusif dan mendukung.
1. Asesmen perkembangan fisik
Menggunakan skala pengembangan motorik untuk mengevaluasi
kemampuan motorik kasar dan halus anak, seperti kemampuan berjalan,
menangkap, menggenggam, dan mengkoordinasikan gerakan tubuh.
2. Asesmen perkembangan kognitif
Melakukan tes kecerdasan yang sesuai dengan usia anak, seperti tes IQ,
untuk menilai kemampuan intelektual, pemahaman konsep, berpikir
logis, dan kemampuan penyelesaian masalah.
3. Asesmen kemampuan bahasa dan komunikasi
Menggunakan tes kemampuan bahasa untuk menilai kemampuan
berbicara, memahami, menggunakan bahasa, dan keterampilan
komunikasi verbal dan nonverbal.
4. Asesmen sosial dan emosional
13
Menggunakan observasi dan instrumen penilaian yang relevan untuk
mengevaluasi kemampuan anak dalam berinteraksi sosial, mengelola
emosi, memahami perasaan orang lain, dan beradaptasi dalam situasi
sosial.
5. Asesmen kebutuhan khusus
Melakukan penilaian khusus untuk mengidentifikasi kebutuhan khusus
yang mungkin dimiliki oleh anak, seperti gangguan spektrum autis,
disabilitas sensorik, gangguan penglihatan atau pendengaran, atau
kondisi medis yang mempengaruhi pembelajaran.
B. Pendampingan Khusus
Guru Ajar dan Guru Pendamping Khusus memainkan peran penting dalam
memberikan pendampingan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan
dalam pemahaman materi pembelajaran. Mereka bekerja secara kolaboratif
untuk menciptakan lingkungan belajar inklusif yang memperhatikan kebutuhan
individu setiap siswa. Guru ajar memiliki tanggung jawab utama dalam
memberikan pengajaran secara umum kepada seluruh kelas. Namun, mereka
juga menyadari bahwa setiap siswa memiliki tingkat pemahaman yang berbeda.
Oleh karena itu, ketika ada siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami
materi, guru ajar berperan dalam memberikan penjelasan yang dipermudah
dengan menggunakan bahasa yang lebih sederhana dan mendekati level
pemahaman siswa tersebut. Mereka menggunakan teknik pengajaran yang
beragam, seperti mengaitkan materi dengan pengalaman nyata siswa,
menggunakan contoh konkret, atau menggunakan visualisasi untuk membantu
siswa memahami konsep yang sulit.
Sementara itu, guru pendamping khusus merupakan pendukung tambahan
yang diberikan kepada siswa dengan kebutuhan khusus atau kesulitan belajar
tertentu. Mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus dalam
memberikan pendampingan yang lebih intensif dan individual kepada siswa.
Guru pendamping khusus bekerja secara kolaboratif dengan guru ajar untuk
mengidentifikasi kebutuhan spesifik siswa dan merancang strategi pembelajaran
yang sesuai. Dalam memberikan pendampingan, guru pendamping khusus
menggunakan pendekatan diferensiasi yang disesuaikan dengan kebutuhan
siswa. Mereka dapat memberikan penjelasan yang lebih mendetail dan secara
khusus mengadaptasi metode pengajaran, penggunaan materi pembelajaran, dan
penilaian. Selain itu, mereka juga berfokus pada pengembangan keterampilan
sosial dan emosional siswa, serta memberikan dukungan yang dibutuhkan dalam
mengatasi kesulitan belajar.
Melalui kerja sama antara guru ajar dan guru pendamping khusus, peserta
didik yang mengalami kesulitan belajar mendapatkan pendampingan yang tepat
dan disesuaikan dengan kebutuhan mereka. Pendekatan yang dipermudah dan
penggunaan bahasa yang sederhana membantu siswa memahami materi dengan
lebih baik. Dengan adanya dukungan ini, siswa memiliki kesempatan yang lebih
baik untuk mengatasi hambatan belajar, meningkatkan pemahaman konsep, dan
14
mencapai hasil belajar yang lebih baik secara keseluruhan. Pendampingan ini
juga memiliki manfaat yang luas, termasuk peningkatan rasa percaya diri dan
motivasi siswa, pengembangan keterampilan belajar yang efektif, dan
meningkatnya partisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Guru ajar dan guru
pendamping khusus berperan sebagai fasilitator dalam membantu setiap siswa
mencapai potensi penuh mereka dan mengembangkan keberhasilan akademik
dan sosial.
15
4.5. Sarana dan Prasarana Sekolah yang Aksesibel Untuk Anak Berkebutuhan Khusus
Hasil observasi menunjukkan bahwa sarana dan prasarana di SD Negeri Karanganyar,
terutama dalam konteks inklusi, masih sangat minim dan terbatas. Faktor utama yang menjadi
kendala adalah alokasi dana yang kurang memadai. Temuan ini menunjukkan bahwa terdapat
kebutuhan mendesak untuk meningkatkan fasilitas sekolah agar dapat mengakomodasi kebutuhan
belajar dan partisipasi aktif anak-anak berkebutuhan khusus (ABK).
Salah satu temuan yang menonjol adalah keterbatasan fasilitas fisik. Meskipun ditemukan
adanya toilet khusus yang dapat diakses oleh anak-anak ABK, tidak ada fasilitas lain yang
memadai untuk mendukung kegiatan pembelajaran mereka. Fasilitas yang minim ini dapat
menjadi hambatan dalam menciptakan lingkungan yang inklusif dan ramah bagi anak-anak dengan
berbagai kebutuhan khusus. Selain itu, keterbatasan sarana dan prasarana juga dapat
mempengaruhi kenyamanan dan keamanan siswa ABK. Misalnya, ketika tidak ada fasilitas yang
memadai untuk mengakomodasi kebutuhan mobilitas anak-anak dengan kebutuhan khusus, seperti
fasilitas ramah penyandang disabilitas, ruang kelas yang dapat diakses dengan mudah, atau
aksesibilitas yang memadai bagi anak-anak dengan gangguan mobilitas.
Hal ini menjadi perhatian penting dalam konteks pendidikan inklusif, di mana setiap anak
memiliki hak yang sama untuk mengakses fasilitas dan layanan pendidikan yang memadai. Dalam
rangka meningkatkan efektivitas dan keberhasilan pendidikan inklusi, perlu dilakukan perbaikan
dan peningkatan pada sarana dan prasarana sekolah yang memadai. Ini melibatkan pengalokasian
dana yang memadai untuk memperbaiki, memperluas, atau membangun fasilitas yang sesuai
dengan kebutuhan anak-anak ABK.
Dalam konteks penelitian ini, temuan observasi mengenai minimnya sarana dan prasarana
sekolah menjadi bukti konkret yang menunjukkan perlunya perhatian serius dari pihak terkait, baik
itu pemerintah, lembaga pendidikan, maupun masyarakat, untuk meningkatkan kualitas dan
aksesibilitas fasilitas inklusi di sekolah. Upaya kolaboratif antara semua pihak terkait perlu
dilakukan untuk memastikan bahwa anak-anak ABK memiliki lingkungan belajar yang memadai
dan mendukung dalam mencapai potensi dan kesuksesan akademik mereka.
16
BAB V EVALUASI DUKUNGAN KEBUTUHAN KHUSUS
17
B. Kolaborasi yang baik antara guru ajar dan guru pendamping khusus merupakan faktor
kunci dalam kesuksesan pembelajaran di SD Negeri Karanganyar. Kehadiran guru
pendamping khusus sebagai pendukung dan fasilitator bagi peserta didik dengan
kebutuhan khusus sangat penting untuk memastikan bahwa mereka mendapatkan
bantuan yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Dengan adanya kolaborasi ini, guru
ajar dapat bekerja sama dengan guru pendamping khusus dalam merancang dan
mengimplementasikan strategi pembelajaran yang efektif, sehingga memungkinkan
peserta didik mengembangkan pemahaman maksimal terhadap materi pembelajaran.
C. Selain itu, kerja sama yang kuat antara sekolah dan orangtua peserta didik juga
memiliki peran yang luar biasa dalam menciptakan lingkungan pembelajaran yang
inklusif dan suportif. Melalui program Orangtua Hebat, sekolah memberikan
kesempatan bagi orangtua untuk terlibat langsung dalam pembelajaran anak mereka.
Dengan melibatkan orangtua, sekolah dapat memperluas jaringan dukungan dan
membangun sinergi antara siswa, orangtua, dan pihak sekolah. Orangtua memiliki
peran penting dalam mendukung perkembangan anak di luar lingkungan sekolah, dan
melalui program ini, mereka dapat memberikan pengarahan, pengajaran, dan
membangun hubungan yang saling mendukung dengan pihak sekolah. Kegiatan yang
melibatkan ketiga pihak tersebut pada program Orangtua Hebat merupakan strategi
yang sangat cerdas dan berdampak positif dalam memperkuat kolaborasi antara siswa,
orangtua, dan sekolah. Program ini memberikan kesempatan bagi orangtua untuk
secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran anak mereka, sehingga menciptakan
lingkungan belajar yang holistik dan terintegrasi.
18
BAB VI PENUTUP
19
sekolah dengan sebaik mungkin agar implementasi sistem inklusi dapat berdampak secara
maksimal. Untuk ketersediaan variasi bahan pembelajaran dapat dikomunikasikan
dengan lembaga-lembaga yang dinilai memiliki potensi untuk bekerja sama dalam
penyediaan bahan pembelajaran. Untuk aspek fasilitas fisik akan menjadi hal yang sulit
untuk direalisasikan karena sekolah negeri memiliki anggaran terbatas yang tentu saja
akan sangat menghambat pengembangan fasilitas fisik. Namun, masih ada kemungkinan
untuk mendapat sumbangan dana dari pemerintah maupun pihak-pihak yang ingin
berkolaborasi.
6.2. Kritik dan Saran
1. Kurangnya pengumpulan data kuantitatif: Laporan observasi ini lebih fokus pada
deskripsi naratif dan pengamatan langsung, namun kurangnya data kuantitatif
mengenai tingkat keberhasilan implementasi program inklusi dan pencapaian peserta
didik dapat mengurangi kekuatan analisis dan validitas laporan.
- Saran: Disarankan untuk melengkapi laporan observasi dengan data kuantitatif
yang relevan, seperti angka partisipasi, tingkat kelulusan, atau perbandingan
pencapaian akademik peserta didik inklusi dengan peserta didik non-inklusi. Hal
ini akan memberikan pemahaman yang lebih holistik dan kuat terhadap
keberhasilan program inklusi di sekolah.
2. Kurangnya penjelasan tentang metode pengumpulan data: Laporan ini tidak
memberikan informasi yang cukup mengenai metode pengumpulan data yang
digunakan dalam observasi, seperti teknik pengamatan yang diterapkan, instrumen
yang digunakan, dan proses seleksi peserta observasi.
- Saran: Disarankan untuk memberikan penjelasan yang lebih rinci tentang metode
pengumpulan data yang digunakan, termasuk teknik pengamatan yang dipilih dan
alasan di balik pemilihan tersebut. Selain itu, disarankan juga untuk menjelaskan
proses seleksi peserta observasi, seperti kriteria inklusi dan eksklusi yang
diterapkan.
Kami selaku peneliti masih membutuhkan masukan untuk perbaikan laporan observasi
dan untuk penelitian kedepan yang memiliki prospek lebih baik dari penelitian kami baik
dari segi penulisan laporan maupun topik bahasan yang lebih relevan dan krusial.
6.3. Apresiasi Terhadap Kerjasama Dan Partisipasi Pihak-Pihak Terkait
Selama pelaksanaan observasi ini, kami ingin menyampaikan apresiasi yang tinggi
terhadap kerjasama dan partisipasi pihak-pihak terkait yang telah memberikan kontribusi
yang berarti dalam penelitian ini. Keberhasilan penelitian ini tidak terlepas dari dukungan
dan kolaborasi yang diberikan oleh berbagai pihak yang terlibat. Kami ingin mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Ibu Veroyunita Umar, S.Pd., M.Pd. yang telah memberikan bimbingan selama
mengajar mata kuliah Pendidikan Inklusi, pengarahan observasi dan penyusunan
laporan observasi. Tanpa bantuan Ibu Veroyunita Umar, kami tidak dapat melakukan
observasi dengan baik dan benar.
20
2. Manajemen Sekolah SD Negeri Karanganyar yang telah memberikan izin dan fasilitas
yang diperlukan untuk pelaksanaan observasi ini. Kerjasama yang baik dan dukungan
yang diberikan oleh manajemen sekolah sangat berharga dalam memastikan
kelancaran dan kesuksesan penelitian ini.
3. Guru Ajar dan Guru Pendamping Khusus yang telah bersedia berbagi pengalaman dan
memberikan wawasan yang berharga dalam pemahaman tentang pendidikan inklusi.
Kerjasama yang erat dan dedikasi yang ditunjukkan oleh guru-guru ini telah
memberikan kontribusi positif dalam pengumpulan data dan pemahaman yang
mendalam tentang proses belajar-mengajar dalam konteks inklusi.
4. Peserta Didik inklusi yang telah berpartisipasi dengan antusias dalam kegiatan
observasi ini. Kesediaan mereka untuk berbagi pengalaman dan berinteraksi dengan
peneliti telah memberikan wawasan berharga tentang pengalaman belajar mereka
dalam lingkungan inklusi.
Kerjasama dan partisipasi aktif dari semua pihak yang terlibat telah menjadikan penelitian
ini menjadi mungkin dan berhasil. Tanpa dukungan mereka, pencapaian hasil yang
signifikan dalam pemahaman tentang sekolah inklusi tidak akan terwujud. Kembali, kami
ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tulus atas kerjasama yang luar biasa dari semua
pihak terkait."
21
DAFTAR PUSTAKA
Dearing, E., Kreider, H., Simpkins, S., & Weiss, H. B. (2006). Family involvement in school and
low-income children's literacy: Longitudinal associations between and within families.
Journal of Educational Psychology, 98(4), 653-664.
Desforges, C., & Abouchaar, A. (2003). The impact of parental involvement, parental support
and family education on pupil achievements and adjustment: A literature review.
Department for Education and Skills.
Epstein, J. L. (2011). School, family, and community partnerships: Preparing educators and
improving schools. Westview Press.
Fan, X., & Chen, M. (2001). Parental involvement and students' academic achievement: A meta -
analysis. Educational Psychology Review, 13(1), 1-22.
Henderson, A. T., & Mapp, K. L. (2002). A new wave of evidence: The impact of school, family,
and community connections on student achievement. National Center for Family &
Community Connections with Schools.
Jeynes, W. H. (2005). A meta-analysis of the relation of parental involvement to urban
elementary school student academic achievement. Urban Education, 40(3), 237-269.
Patrikakou, E. N., Weissberg, R. P., Redding, S., & Walberg, H. J. (2005). School-family
partnerships: Enhancing the academic, social, and emotional learning of children.
Teachers College Press.
Sui-Chu, E. H., & Willms, J. D. (1996). Effects of parental involvement on eighth-grade
achievement. Sociology of Education, 69(2), 126-141.
22
LAMPIRAN
23
24