Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN HASIL OBSERVASI SEKOLAH INKLUSI

SD NEGERI KARANGANYAR
Jalan Sisingamaraja No. 29A, Brontokusuman, Mergangsan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa
Yogyakarta
Dosen pengampu: Veroyunita Umar, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh:
1. Fitria Dewi Muninggar (21202241124)
2. Farestin Fafa Nabila (21202241131)
3. Hanifah Dhita (21202241146)
4. Ainaya Fatiha Awwali (21202241156)
5. Krisna Wijaya (21202241160)
6. Defian Nur Fauzan (21202244098)
7. Zaki Hernowo Ilham (21202244101)
8. Yulia Sekar Permata (21202244103)
9. Alfil Muhammad Syawal Rusdiana (21202244106)
10. Kirana Hannya Sekarsari (21202244120)

PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


FAKULTAS BAHASA, SENI, DAN BUDAYA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2023
KATA PENGANTAR
Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir mata kuliah Pendidikan Inklusi, dengan penuh sukacita
kami menyampaikan laporan hasil observasi di Sekolah Dasar (SD) Negeri Karanganyar yang
beralamat di Jalan Sisingamaraja No. 29A, Brontokusuman, Mergangsan, Kota Yogyakarta,
Daerah Istimewa Yogyakarta. Observasi ini dilakukan sebagai upaya untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih mendalam mengenai praktik inklusi yang diterapkan di sekolah tersebut.
Laporan ini disusun sebagai hasil pengamatan langsung yang dilakukan selama 1 hari pada hari
Kamis, 25 Juni 2023, pukul 09.30-11.30 WIB di SD Negeri Karanganyar. Observasi ini bertujuan
untuk menggambarkan situasi dan praktik pembelajaran inklusif yang dilakukan di kelas-kelas
yang diamati dan program-program yang telah dirancang pihak sekolah dalam mencapai visi-misi
sekolah. Melalui laporan ini, diharapkan dapat memberikan gambaran tentang proses
pembelajaran di sekolah inklusi, program-program yang diusung, serta peranan sekolah inklusi
dalam mewadahi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang masih bisa beradaptasi dengan
lingkungan yang berbeda dengan keadaan mereka.
Kami ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang
telah membantu dan mendukung proses pengumpulan data dalam observasi ini. Terima kasih
kepada pihak sekolah, kepala sekolah, pendidik, siswa, dan orang tua yang telah memberikan izin
serta kerjasamanya selama proses observasi berlangsung.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih memiliki kekurangan dan keterbatasan tertentu, namun
kami berharap bahwa laporan ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan dan wawasan bagi
perkembangan pendidikan inklusi di sekolah ini dan memberikan dorongan bagi perbaikan dan
pengembangan yang lebih lanjut.
Akhir kata, kami berharap laporan ini dapat bermanfaat dan berguna sebagai bahan evaluasi serta
perbaikan dalam konteks pendidikan inklusi di SD Negeri Karanganyar. Segala saran dan masukan
yang bersifat konstruktif sangat kami harapkan untuk pengembangan pengetahuan dan
pemahaman lebih lanjut di masa depan.

Hormat kami,

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ....................................................................................................................... 1
1.2. Tujuan Laporan ..................................................................................................................... 1
1.3. Konteks Observasi ................................................................................................................. 2
BAB II DESKRIPSI SEKOLAH INKLUSI ......................................................................................... 3
2.1. Gambaran Umum Tentang Sekolah Inklusi .......................................................................... 3
2.2. Deskripsi Kelas Yang Diamati................................................................................................ 4
BAB III METODE OBSERVASI .......................................................................................................... 5
3.1. Pengamatan Langsung ........................................................................................................... 5
3.2. Catatan Lapangan .................................................................................................................. 5
3.3. Wawancara ............................................................................................................................. 6
BAB IV HASIL OBSERVASI................................................................................................................ 7
4.1. Pembelajaran Untuk Anak Berkebutuhan Khusus............................................................... 7
4.2. Program Sekolah .................................................................................................................... 8
4.3. Kurikulum ............................................................................................................................ 11
4.4. Bentuk Kerja Sama Sekolah Dengan Orangtua.................................................................. 15
4.5. Sarana dan Prasarana Sekolah yang Aksesibel Untuk Anak Berkebutuhan Khusus ........ 16
BAB V EVALUASI DUKUNGAN KEBUTUHAN KHUSUS ............................................................ 17
5.1. Evaluasi Terhadap Modifikasi Kurikulum .......................................................................... 17
5.2. Evaluasi Terhadap Metode Pengajaran............................................................................... 17
5.3. Evaluasi Terhadap Layanan Pendukung............................................................................. 17
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI .............................................................................. 19
6.1. Ringkasan Hasil Observasi .................................................................................................. 19
6.2. Kesimpulan Tentang Keefektifan Pendekatan Inklusi Yang Diterapkan .....Error! Bookmark
not defined.
6.3. Rekomendasi Untuk Perbaikan Dan Pengembangan Lebih Lanjut...... Error! Bookmark not
defined.
BAB VII PENUTUP ................................................................................. Error! Bookmark not defined.
7.1. Ringkasan Laporan Observasi ................................................. Error! Bookmark not defined.
7.2. Apresiasi Terhadap Kerjasama Dan Partisipasi Pihak Sekolah ............ Error! Bookmark not
defined.
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 22

ii
LAMPIRAN......................................................................................................................................... 23

iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pendidikan inklusi telah menjadi fokus utama dalam upaya menciptakan sistem pendidikan
yang inklusif dan merata bagi semua individu, termasuk mereka dengan kebutuhan khusus.
Di Indonesia, konsep pendidikan inklusi telah diperkenalkan dan diimplementasikan dalam
berbagai lembaga pendidikan, termasuk di Sekolah Dasar (SD) Negeri Karanganyar. Latar
belakang laporan ini didasarkan pada kebutuhan untuk memahami dan mengevaluasi praktik
inklusi yang diterapkan di SD Negeri Karanganyar. Observasi dilakukan dalam upaya
mendapatkan wawasan yang lebih mendalam tentang praktik pendidikan inklusif yang sedang
berlangsung di sekolah ini.
SD Negeri Karanganyar dipilih sebagai tempat observasi karena dikenal dengan
pendekatan inklusi yang diterapkan di dalamnya. Sekolah ini memandang bahwa setiap anak
memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan yang setara dan berkualitas, tanpa memandang
perbedaan dan kebutuhan mereka. Observasi dilakukan untuk memahami implementasi
praktik inklusi tersebut, serta untuk mengevaluasi keefektifan dan tantangan yang dihadapi
dalam menerapkan pendekatan ini. Dalam laporan ini, akan diberikan gambaran umum
tentang SD Negeri Karanganyar, termasuk struktur organisasi dan pendekatan inklusi yang
diterapkan di sekolah tersebut. Selain itu, laporan ini juga akan menganalisis hasil observasi
yang mencakup partisipasi siswa inklusi dalam kegiatan pembelajaran, interaksi antara siswa
inklusi dan siswa lainnya, serta evaluasi terhadap pendekatan pendidikan inklusif yang
diterapkan.
Dalam konteks pendidikan inklusi, penting untuk mengevaluasi dukungan pendidikan yang
diberikan kepada siswa dengan kebutuhan khusus. Oleh karena itu, laporan ini juga akan
mengevaluasi modifikasi kurikulum, bahan ajar, dan metode pengajaran yang diterapkan di
SD Negeri Karanganyar, serta layanan pendukung yang disediakan untuk mendukung
perkembangan siswa inklusi. Selain itu, laporan ini juga akan mengevaluasi keterlibatan siswa
inklusi dan orang tua dalam proses pembelajaran di SD Negeri Karanganyar. Hal ini penting
dalam mengukur tingkat partisipasi aktif siswa inklusi dalam pembelajaran, kolaborasi antara
siswa inklusi dan siswa lainnya, serta peran orang tua dalam mendukung pendidikan anak-
anak mereka. Melalui laporan ini, diharapkan dapat diperoleh pemahaman yang lebih
komprehensif tentang praktik inklusi yang diterapkan di SD Negeri Karanganyar, serta dapat
memberikan masukan yang berharga untuk perbaikan dan pengembangan lebih lanjut dalam
upaya meningkatkan kualitas pendidikan inklusif di sekolah ini.
1.2. Tujuan Laporan
A. Menganalisis dan memahami praktik inklusi yang diterapkan di SD Negeri Karanganyar
dalam konteks pendidikan inklusif.
B. Mengevaluasi keefektifan pendekatan pendidikan inklusif yang diterapkan di sekolah ini.
C. Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dalam menerapkan pendekatan inklusi di SD
Negeri Karanganyar.
1
D. Mengevaluasi dukungan pendidikan yang diberikan kepada siswa dengan kebutuhan
khusus di sekolah ini.
E. Mengevaluasi keterlibatan siswa inklusi dan orang tua dalam proses pembelajaran di SD
Negeri Karanganyar.
F. Memberikan rekomendasi untuk perbaikan dan pengembangan lebih lanjut dalam konteks
pendidikan inklusi di sekolah ini.
1.3. Konteks Observasi
Observasi dilakukan di SD Negeri Karanganyar, sebuah sekolah dasar yang menerapkan
pendekatan inklusi dalam pendidikan. Sekolah ini terletak di daerah Jalan Sisingamaraja No.
29A, Brontokusuman, Mergangsan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta dan
memiliki 71 siswa dengan 30 siswa laki-laki dan 41 siswa perempuan dari berbagai latar
belakang dan kebutuhan khusus.
Pada periode observasi, peneliti mengamati kelas 4 dan 5 karena merupakan kelas yang
siap diobservasi. Kelas 1 dan 2 dinilai belum siap untuk menerima orang baru masuk dalam
kegiatan pembelajaran, kelas 3 sedang mengadakan kegiatan olahraga, dan kelas 6 baru saja
menyelesaikan Ujian Nasional pada hari Senin-Rabu. Selama observasi, peneliti mencatat
berbagai aspek yang relevan dengan pendidikan inklusif, seperti partisipasi siswa inklusi
dalam kegiatan pembelajaran, interaksi antara siswa inklusi dan siswa lainnya, dukungan
pendidikan yang diberikan kepada siswa inklusi, dan keterangan yang diberikan pihak sekolah
yang diwakili kepala sekolah, tentang visi-misi dan program sekolah.
Observasi dilakukan dengan pendekatan yang objektif dan tidak mempengaruhi kegiatan
pembelajaran yang sedang berlangsung. Seluruh proses observasi dilakukan dengan
persetujuan dan kerjasama dari pihak sekolah, kepala sekolah, pendidik, siswa, dan orang tua
yang terkait. Melalui observasi ini, diharapkan dapat diperoleh wawasan yang mendalam
tentang praktik inklusi yang diterapkan di SD Negeri Karanganyar, serta informasi yang
berguna untuk evaluasi dan perbaikan dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan inklusif
di sekolah ini.

2
BAB II DESKRIPSI SEKOLAH INKLUSI
2.1. Gambaran Umum Tentang Sekolah Inklusi
SD Negeri Karanganyar merupakan salah satu sekolah dasar di Jalan Sisingamaraja No.
29A, Brontokusuman, Mergangsan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Sekolah
ini telah mengadopsi pendekatan inklusi dalam pendidikan, yang berarti mereka menerima
dan memberikan pendidikan kepada semua siswa, tanpa memandang perbedaan dan
kebutuhan mereka. Tujuan utama SD Negeri Karanganyar adalah memberikan kesempatan
pendidikan yang setara bagi semua anak, mempromosikan inklusi sosial, dan menciptakan
lingkungan pembelajaran yang ramah dan mendukung bagi semua siswa. Dalam upaya
menerapkan pendekatan inklusi, SD Negeri Karanganyar menyediakan lingkungan belajar
yang inklusif di mana siswa dengan kebutuhan khusus diajak berinteraksi dengan siswa
lainnya tanpa adanya segregasi khusus. Mereka memperhatikan keberagaman siswa dan
berupaya memenuhi kebutuhan pembelajaran mereka dengan memodifikasi kurikulum, bahan
ajar, dan metode pengajaran sesuai dengan kebutuhan individu.
Nama SD Negeri Karanganyar
Alamat Jalan Sisingamaraja No. 29A,
Brontokusuman, Mergangsan, Kota
Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta
Akreditasi A
Kepala Sekolah Yustina Pertiwi Darmawanti
Kurikulum Kurikulum 2013 (Kelas 2, 3, 5, 6)
Kurikulum Merdeka (Kelas 1 dan 4)
Tabel 2.1 Profil SD Negeri Karanganyar
Tingkat Jumlah
Kelas 1 7 siswa
Kelas 2 8 siswa
Kelas 3 12 siswa
Kelas 4 16 siswa
Kelas 5 13 siswa
Kelas 6 15 siswa
TOTAL 71 siswa
Tabel 2.2 Jumlah Kelas dan Siswa
Tingkat Sebaran ABK
Kelas 1 ADHD, Tunarungu
Kelas 2 Low Vision, Slow Learner
Kelas 3 Tunagrahita, Hyperactive, Slow Learner
Kelas 4 Tunagrahita, Slow Learner, Hyperactive
Kelas 5 Tunadaksa, Slow Learner, Hyperactive, Low Vision
Kelas 6 Tunagrahita, ADHD
Tabel 2.3 Sebaran ABK

3
Klasifikasi Status Jumlah
PNS 6 orang
GTT 1 orang
Guru
GTY 0
Honor 7 orang
PNS 7 orang
Tenaga Kependidikan
Honor 10 orang
TOTAL 31 orang
Tabel 2.4 Sebaran Guru dan Tenaga Kependidikan
2.2. Deskripsi Kelas Yang Diamati
Selama observasi, beberapa kelas di SD Negeri Karanganyar diamati untuk mendapatkan
gambaran tentang praktik inklusi yang diterapkan di sekolah ini. Kelas-kelas yang diamati
melibatkan siswa inklusi yang berinteraksi dengan siswa lainnya dalam kegiatan
pembelajaran sehari-hari.
Dalam kelas-kelas inklusi ini, guru menyusun rencana pembelajaran yang mengakomodasi
kebutuhan individual siswa. Mereka menggunakan berbagai metode dan strategi pengajaran
yang beragam untuk memastikan siswa inklusi dapat mengikuti pelajaran secara efektif.
Selain itu, guru juga memberikan perhatian khusus pada pengembangan keterampilan sosial
dan adaptasi sosial siswa inklusi, sehingga mereka dapat berinteraksi dengan teman sekelas
mereka secara positif.
Selama proses observasi, dicatat interaksi antara siswa inklusi dengan siswa lainnya, baik
dalam kegiatan kelompok maupun individu. Hal ini bertujuan untuk memahami sejauh mana
interaksi sosial antara siswa inklusi dan siswa lainnya terjadi secara alami dan positif.
Observasi juga mencatat partisipasi siswa inklusi dalam kegiatan pembelajaran dan sejauh
mana mereka mendapatkan dukungan dan bantuan dari guru dan rekan sekelas mereka.
Dengan mengamati kelas-kelas inklusi di SD Negeri Karanganyar, diharapkan dapat
diperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang pengorganisasian pembelajaran inklusif,
interaksi antara siswa inklusi dan siswa lainnya, serta dukungan yang diberikan kepada siswa
inklusi dalam konteks pendidikan inklusi di sekolah ini.

4
BAB III METODE OBSERVASI

Metode observasi adalah pendekatan atau teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data
dan informasi dengan mengamati dan mencatat secara sistematis perilaku, interaksi, peristiwa, atau
fenomena yang terjadi dalam suatu konteks tertentu. Dalam metode observasi, peneliti mengamati
secara langsung dan mendokumentasikan apa yang terjadi dengan seksama. Tujuan dari metode
observasi adalah untuk mengumpulkan data yang akurat dan obyektif tentang perilaku, interaksi,
dinamika kelompok, atau fenomena yang diamati. Berikut adalah metode observasi yang peneliti
gunakan.

3.1. Pengamatan Langsung


Metode pengamatan langsung adalah suatu pendekatan atau teknik dalam penelitian
atau pengumpulan data yang melibatkan pengamatan langsung terhadap subjek atau objek
yang sedang diamati dalam situasi nyata. Pengamatan langsung dilakukan dalam
lingkungan di mana fenomena atau subjek penelitian berlangsung, seperti dalam kelas,
kantor guru, atau situasi sosial lainnya. Peneliti mengamati interaksi antara siswa inklusi
dan siswa lainnya, respons siswa terhadap strategi pengajaran yang diterapkan, serta
partisipasi dan dukungan yang diberikan kepada siswa inklusi dalam lingkungan
pendidikan inklusif.
A. Pengamatan langsung dilakukan di kelas-kelas inklusi di SD Negeri Karanganyar.
B. Mengamati partisipasi siswa inklusi dalam kegiatan pembelajaran, interaksi antara
siswa inklusi dan siswa lainnya, serta respon dan interaksi dengan guru.
C. Mencatat tingkat keterlibatan siswa inklusi dalam proses pembelajaran, dukungan
yang diberikan oleh guru, dan strategi pengajaran yang diterapkan dalam
lingkungan inklusif.
D. Mengamati interaksi sosial antara siswa inklusi dan siswa lainnya, baik dalam
situasi kelompok maupun individu.

3.2. Catatan Lapangan


Metode catatan lapangan adalah suatu pendekatan dalam penelitian yang melibatkan
pencatatan dan dokumentasi secara tertulis atau audiovisual tentang observasi, peristiwa,
interaksi, atau fenomena yang diamati dalam situasi nyata. Metode ini memungkinkan
peneliti untuk merekam dan mencatat detail dan informasi yang relevan tentang apa yang
terjadi selama observasi dilakukan. Dalam metode catatan lapangan, peneliti mencatat
secara sistematis data yang diperoleh dari pengamatan langsung atau interaksi dengan
subjek penelitian. Catatan tersebut dapat berupa catatan tulisan tangan, catatan elektronik,
dokumentasi foto, rekaman audio, dan rekaman video.
A. Mencatat observasi secara rinci dan objektif selama pengamatan di kelas inklusi.
B. Mencatat kegiatan pembelajaran, respons siswa, interaksi antara siswa inklusi
dengan siswa lainnya, serta pendekatan pengajaran yang diterapkan oleh guru.
C. Mencatat modifikasi kurikulum, bahan ajar, dan metode pengajaran yang digunakan
dalam pendekatan inklusi.

5
D. Mencatat peran dan interaksi orang tua dalam mendukung pendidikan anak mereka
di sekolah inklusi.
3.3. Wawancara
Metode wawancara adalah suatu teknik atau pendekatan dalam penelitian yang
melibatkan interaksi langsung antara peneliti dan responden atau narasumber untuk
mengumpulkan data dan informasi. Dalam metode ini, peneliti mengajukan serangkaian
pertanyaan kepada responden dengan tujuan memperoleh pemahaman yang mendalam
tentang pandangan, pengalaman, sikap, pengetahuan, atau perspektif subjek penelitian.
Wawancara dilakukan secara tatap muka atas ketersediaan responden. Wawancara
bersifat terstruktur, dengan daftar pertanyaan yang telah disusun sebelumnya. Tujuannya
adalah untuk mendapatkan perspektif dan pemahaman mereka tentang praktik inklusi,
strategi pengajaran, tantangan yang dihadapi, dukungan yang diberikan, atau pengalaman
siswa inklusi dalam lingkungan inklusif.
A. Melakukan wawancara dengan kepala SD Negeri Karanganyar.
B. Menggali informasi tentang pendekatan inklusi yang diterapkan, strategi
pembelajaran yang digunakan, serta tantangan dan keberhasilan yang dihadapi
dalam praktik inklusi di sekolah.
C. Mendapatkan wawasan tentang dukungan yang diberikan kepada siswa inklusi,
modifikasi yang dilakukan pada kurikulum dan bahan ajar, serta peran orang tua
dalam mendukung pendidikan anak-anak mereka di sekolah inklusi.

6
BAB IV HASIL OBSERVASI

4.1. Pembelajaran Untuk Anak Berkebutuhan Khusus


4.1.1. Proses Belajar Mengajar
Proses belajar mengajar di sekolah inklusi melibatkan kolaborasi antara guru ajar
dan guru pendamping khusus. Guru ajar bertanggung jawab dalam menyampaikan
materi pembelajaran kepada seluruh peserta didik, sementara guru pendamping khusus
memberikan pendampingan individual kepada peserta didik yang membutuhkan
dukungan tambahan. Dalam kolaborasi ini, guru ajar dan guru pendamping khusus
saling berbagi informasi dan pengalaman untuk memahami kebutuhan belajar peserta
didik secara holistik. Mereka bekerja sama dalam merancang dan melaksanakan strategi
pembelajaran yang efektif dan inklusif. Guru pendamping khusus membantu peserta
didik dalam memahami materi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan yang
lebih terstruktur, visual, atau multisensori sesuai dengan kebutuhan mereka. Mereka
juga membantu peserta didik dalam mengatasi hambatan pembelajaran yang mungkin
muncul. Dalam observasi, guru ajar dan guru pendamping khusus di kelas 4 dan 5 telah
menerapkan prinsip-prinsip inklusi yang mengedepankan kebutuhan dan kenyamanan
peserta didik dalam proses belajar mengajar seperti yang terjabar pada poin-poin berikut.
A. Guru melakukan aktivitas rutin seperti salam, dan menanyakan kabar siswa.
B. Guru mengecek pemahaman siswa terhadap materi pertemuan sebelumnya.
C. Guru memberikan dukungan dan apresiasi kepada anak karena penilaian akhir
tahun (PAT) akan dilaksanakan minggu depan.
D. Melanjutkan materi baru dan guru memberikan penugasan berupa diskusi
kelompok, membuat catatan materi, dan kemudian kelompok secara bergantian
mempresentasikan di depan kelas. Ketika presentasi terdapat murid yang masih
kesulitan membaca, maka dibantu oleh teman kelompoknya. Antar kelompok juga
saling memberikan pertanyaan terkait materi yang mereka diskusikan.
E. Ketika siswa mengerjakan tugas, guru memberikan kebebasan untuk berkreasi
sesuai dengan kemampuan mereka.
F. Guru memberikan perhatian kepada siswa, terutama yang masih kesulitan.
G. Guru memberikan pertanyaan untuk mengecek pemahaman siswa terkait materi-
materi yang sudah diajarkan.
H. Guru memberikan feedback terkait materi yang telah didiskusikan dan
dipresentasikan oleh siswa dan memberikan masukan terhadap masing-masing
kelompok.
I. Guru memberikan kesimpulan terhadap materi-materi yang telah diajarkan
sehingga siswa lebih mudah untuk menerima materi tersebut.
4.1.2. Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi pembelajaran di sekolah inklusi adalah proses yang dilakukan untuk
mengevaluasi kemajuan dan pencapaian belajar siswa dengan kebutuhan khusus dalam
lingkungan inklusif. Tujuan utama evaluasi ini adalah untuk mengidentifikasi kekuatan,
kelemahan, dan kebutuhan siswa, serta untuk memastikan bahwa pendekatan
7
pembelajaran yang efektuf dan mendukung diberikan kepada mereka. Pada observasi
yang kami lakukan di SD Negeri Karanganyar, pihak sekolah memberikan pertanyaan
mengenai evaluasi pembelajaran yang telah diterapkan sebagai berikut.
A. Penilaian Akademik
Evaluasi pembelajaran mencakup penilaian terhadap prestasi akademik siswa
dengan kebutuhan khusus. Penilaian ini mencakup tes, ujian, tugas, proyek, dan
aktivitas lainnya yang relevan dengan kurikulum yang diterapkan di sekolah inklusi.
Penilaian ini membantu untuk mengetahui sejauh mana siswa telah mencapai suatu
tujuan atau aspek pembelajaran.
B. Penilaian Kemajuan Individual
Evaluasi juga melibatkan penilaian terhadap kemajuan individu siswa dengan
kebutuhan khusus. Ini mencakup penilaian terhadap perkembangan sosial,
emosional, dan keterampilan adaptasi lainnya yang mungkin menjadi fokus dalam
program inklusi. Evaluasi kemajuan individual membantu memahami perubahan
dan perkembangan siswa dari waktu ke waktu.
C. Evaluasi Lingkungan Inklusif
Evaluasi pembelajaran di sekolah inklusi juga melibatkan penilaian terhadap
lingkungan inklusif secara keseluruhan. Hal ini mencakup evaluasi apakah siswa
merasa diterima dan didukung di sekolah, apakah ada kolaborasi yang baik antara
siswa dengan kebutuhan khusus dan siswa lainnya, serta apakah ada upaya untuk
mengurangi hambatan dan diskriminasi.
D. Keterlibatan Siswa dan Orang Tua
Evaluasi juga mencakup penilaian terhadap keterlibatan siswa dan orang tua dalam
proses pembelajaran di sekolah inklusi. Ini melibatkan penilaian terhadap
partisipasi aktif siswa dalam keals, kolaborasi dengan teman sekeals, dan partisipasi
orang tua dalam mendukung pendidikan anak mereka.
E. Evaluasi Guru Ajar dan Guru Pendamping Khusus (GPK)
Evaluasi guru ajar dan guru pendamping khusus merupakan proses penting dalam
konteks pendidikan inklusi. Evaluasi ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja dan
kompetensi para guru dalam memberikan pendidikan yang inklusif kepada semua
siswa, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus. Evaluasi ini melibatkan
penilaian terhadap berbagai aspek yang meliputi kompetensi pedagogis,
pengetahuan tentang kebutuhan khusus, kemampuan mengelola kelas inklusif,
kerjasama dengan orangtua dan staf sekolah, serta kemampuan menyediakan
dukungan individual sesuai kebutuhan siswa.
4.2. Program Sekolah
4.1.3. Program Akademik
Program akademik sekolah inklusi didasarkan pada kebijakan pemerintah
Indonesia yang mendorong pendidikan inklusif. Pemerintah Indonesia telah
mengeluarkan sejumlah kebijakan dan regulasi untuk memastikan bahwa anak -anak
dengan kebutuhan khusus atau disabilitas mendapatkan akses yang adil dan kesempatan
yang sama dalam pendidikan. Beberapa kebijakan tersebut antara lain:

8
a. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional:
Undang-Undang ini memberikan landasan hukum bagi pendidikan inklusif di
Indonesia. Undang-undang ini menegaskan bahwa setiap warga negara berhak atas
pendidikan yang layak dan sesuai dengan kebutuhan dan potensi mereka.
b. Permendikbud Nomor 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif: Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini memberikan pedoman operasional bagi
implementasi pendidikan inklusif di sekolah-sekolah di Indonesia. Permendikbud
ini menekankan pentingnya mengakomodasi kebutuhan pendidikan anak-anak
dengan kebutuhan khusus dalam sistem pendidikan yang ada.
c. Permendikbud Nomor 51 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Inklusif:
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini menetapkan standar dan
indikator bagi pendidikan inklusif di Indonesia. Standar ini mencakup berbagai
aspek, termasuk kurikulum inklusif, strategi pembelajaran yang diferensiasi,
pendukung pendidikan khusus, dan integrasi sosial siswa inklusi.
d. Permendikbud Nomor 57 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pendidikan
Inklusif: Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini memberikan pedoman
lebih rinci tentang penyelenggaraan pendidikan inklusif di tingkat sekolah.
Permendikbud ini meliputi aspek-aspek seperti rekrutmen guru inklusi, fasilitas dan
lingkungan belajar yang inklusif, dukungan pendidikan khusus, dan kolaborasi
dengan lembaga terkait.

Berdasarkan kebijakan-kebijakan ini, program akademik SD Negeri Karanganyar


didesain untuk memenuhi kebutuhan dan potensi setiap siswa, termasuk siswa dengan
kebutuhan khusus. Program-program ini mencakup penyediaan kurikulum inklusif yang
menyesuaikan dengan kebutuhan siswa, strategi pembelajaran yang diferensiasi,
penilaian yang inklusif, dukungan pendidikan khusus, serta lingkungan belajar yang
ramah dan inklusif bagi semua siswa. SD Negeri Karanganyar mengadopsi program
pemerintah dalam bidang akademik melalui pendekatan kolaboratif dan partisipatif juga
diterapkan dalam program-program inklusi, yang melibatkan kolaborasi antara guru
inklusi, guru reguler, orang tua, dan tenaga pendukung pendidikan khusus untuk
menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, saling mendukung, dan mendorong
perkembangan optimal setiap siswa. Pemberian otonomi khusus untuk mengatur
inklusivitas system sekolah inilah yang menjadikan SD Negeri Karanganyar dapat
menjalankan visi dan misi sekolah dalam mewujudkan sekolah inklusi yang maju.
4.1.4. Program Non-Akademik
Program non-akademik "Orangtua Hebat" di SD Negeri Karanganyar adalah
sebuah inisiatif yang bertujuan untuk memperkuat peran dan keterlibatan orangtua
dalam pendidikan anak. Program ini dirancang untuk menciptakan sinergi antara siswa,
orangtua, dan pihak sekolah melalui kegiatan rutin mingguan yang melibatkan
penyampaian cerita kehidupan, petuah, dan kegiatan menarik. Program ini didasarkan
pada pemahaman bahwa keterlibatan orangtua dalam pendidikan memiliki dampak
signifikan pada perkembangan akademik, sosial, dan emosional anak. Melalui interaksi

9
langsung antara orangtua dan siswa, program "Orangtua Hebat" bertujuan untuk
memperkuat hubungan positif antara orangtua dan anak, mendukung kehidupan
keluarga yang harmonis, dan menciptakan lingkungan belajar yang inklusif di sekolah.
Dalam program ini, orangtua berperan sebagai pendidik yang memberikan
pelajaran melalui cerita kehidupan, petuah, dan kegiatan menarik. Melalui kegiatan
tersebut, orangtua dapat mentransfer nilai-nilai positif, mengajarkan kehidupan sehari-
hari, serta merangsang minat dan motivasi belajar anak. Program ini juga memberikan
ruang bagi orangtua untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan mereka dengan anak-
anak serta memberikan dukungan emosional dan sosial yang penting dalam
perkembangan anak.
Program "Orangtua Hebat" di SD Negeri Karanganyar didukung oleh berbagai
penelitian dan bukti empiris yang menunjukkan bahwa keterlibatan aktif orangtua dalam
pendidikan memiliki efek positif pada prestasi akademik, kemandirian, motivasi belajar,
dan perkembangan sosial anak. Selain itu, program ini juga sejalan dengan kebijakan
pendidikan inklusif pemerintah Indonesia yang mendorong partisipasi orangtua dalam
mendukung pendidikan anak-anak dengan kebutuhan khusus.
A. Penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan orangtua dalam pendidikan memiliki
dampak positif pada prestasi akademik dan kesejahteraan siswa. Menurut penelitian
yang dilakukan oleh Henderson dan Mapp (2002), anak-anak yang mendapatkan
dukungan aktif dari orangtua cenderung memiliki motivasi yang lebih tinggi,
keterampilan sosial yang lebih baik, dan hasil belajar yang lebih baik.
B. Program "Orangtua Hebat" memfasilitasi interaksi antara orangtua, siswa, dan
pihak sekolah secara rutin. Penelitian oleh Desforges dan Abouchaar (2003)
menunjukkan bahwa komunikasi dan kerjasama yang erat antara orangtua dan
sekolah memiliki dampak positif pada perkembangan sosial, emosional, dan
akademik siswa.
C. Melalui cerita kehidupan, petuah, dan kegiatan menarik, program ini dapat
meningkatkan komunikasi dan ikatan emosional antara orangtua dan anak.
Penelitian oleh Epstein (2011) menunjukkan bahwa keterlibatan orangtua yang
melibatkan interaksi emosional yang positif dengan anak dapat membantu
meningkatkan motivasi belajar, kemandirian, dan pengembangan sosial anak.
D. Program ini juga memperkuat sinergi antara siswa, orangtua, dan pihak sekolah
dalam mendukung proses pendidikan. Dengan melibatkan orangtua secara aktif,
program ini dapat menciptakan lingkungan pendidikan yang holistik dan
terintegrasi, di mana siswa mendapatkan dukungan yang konsisten baik di sekolah
maupun di rumah.
E. Studi oleh Sui-Chu dan Willms (1996) menunjukkan bahwa keterlibatan orangtua
dalam kegiatan pendidikan non-akademik, seperti kegiatan keluarga, diskusi
tentang nilai-nilai, dan pembicaraan tentang pembelajaran, memiliki hubungan
positif dengan prestasi akademik siswa.

Dengan demikian, program "Orangtua Hebat" di SD Negeri Karanganyar


merupakan upaya konkret untuk memperkuat peran orangtua dalam pendidikan anak

10
dengan pendekatan yang berbasis bukti dan diharapkan dapat memberikan manfaat yang
signifikan bagi perkembangan holistik siswa, sinergi antara sekolah dan keluarga, serta
pencapaian tujuan pendidikan inklusif.
4.3. Kurikulum
Kurikulum adalah rencana dan panduan yang digunakan dalam proses pendidikan untuk
merancang dan mengatur pembelajaran serta pencapaian tujuan pendidikan. Secara umum,
kurikulum mencakup serangkaian mata pelajaran, materi pembelajaran, metode pengajaran, dan
penilaian yang digunakan dalam pengalaman belajar siswa di sekolah atau lembaga pendidikan
lainnya. Kurikulum mencerminkan visi, misi, dan nilai-nilai yang diinginkan dari suatu sistem
pendidikan. Ini mencakup pemilihan dan penyusunan isi pembelajaran, strategi pengajaran,
penilaian prestasi, dan pendekatan pengembangan keterampilan siswa. Kurikulum juga dapat
mencakup pendekatan interdisipliner, integrasi teknologi, pengembangan keterampilan sosial, dan
pembelajaran berbasis proyek, tergantung pada pendekatan pendidikan yang diadopsi oleh
lembaga pendidikan tertentu.
4.3.1. Kurikulum yang Digunakan
Hasil observasi terkait kurikulum di SD Negeri Karanganyar adalah sebagai berikut:
A. Kelas 1 dan 4 menggunakan Kurikulum Merdeka:
- Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum yang dikembangkan secara
khusus untuk kelas 1 dan 4 di SD Negeri Karanganyar, dengan tujuan
meningkatkan kualitas pendidikan inklusi.
- Kurikulum Merdeka didasarkan pada pendekatan pembelajaran yang
inklusif, menekankan pemahaman konsep, pembelajaran aktif, dan
pengembangan keterampilan siswa.
- Kurikulum ini dirancang untuk memperkuat literasi, numerasi, dan literasi
digital pada siswa kelas 1 dan 4.
- Materi pembelajaran disusun secara sistematis berdasarkan tujuan dan
kompetensi dasar yang tercantum dalam Kurikulum Merdeka.
- Guru menggunakan berbagai strategi pembelajaran yang sesuai dengan
prinsip-prinsip Kurikulum Merdeka, seperti diskusi kelompok,
pembelajaran berbasis proyek, dan penggunaan teknologi pendidikan.

B. Kelas 2, 3, 5, dan 6 menggunakan Kurikulum 2013:


- Kelas 2, 3, 5, dan 6 di SD Negeri Karanganyar mengadopsi Kurikulum
2013, yang merupakan kurikulum nasional yang telah diterapkan di
berbagai tingkat pendidikan di Indonesia.
- Kurikulum 2013 berbasis kompetensi, dengan fokus pada pemahaman
konsep, keterampilan proses, dan sikap positif siswa.
- Kurikulum ini menekankan pengembangan kompetensi dasar dalam
berbagai mata pelajaran, termasuk bahasa Indonesia, matematika, IPA,
IPS, seni, dan olahraga.
- Materi pembelajaran dalam Kurikulum 2013 disusun berdasarkan struktur
yang mencakup muatan lokal, muatan nasional, dan muatan wajib.

11
- Guru dalam kelas 2, 3, 5, dan 6 menerapkan pendekatan pembelajaran
yang beragam sesuai dengan prinsip-prinsip Kurikulum 2013, seperti
pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis proyek, dan penggunaan
teknologi informasi.

Penerapan Kurikulum Merdeka pada kelas 1 dan 4 serta Kurikulum 2013 pada kelas
2, 3, 5, dan 6 di SD Negeri Karanganyar menunjukkan komitmen sekolah dalam
menyediakan pendidikan inklusif yang berkualitas. Dengan menggunakan kurikulum
yang sesuai, sekolah mampu mengakomodasi kebutuhan belajar siswa dengan
memberikan pengalaman pembelajaran yang bervariasi dan relevan. Kurikulum
Merdeka memberikan penekanan pada literasi, numerasi, dan literasi digital, sementara
Kurikulum 2013 menekankan pengembangan kompetensi dasar dalam berbagai mata
pelajaran.

4.3.2. Layanan Diferensiasi


Layanan diferensiasi pada sekolah inklusi merujuk pada pendekatan yang
diterapkan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan yang beragam dari setiap siswa di
dalam kelas inklusi. Layanan ini bertujuan untuk memastikan bahwa semua siswa,
termasuk mereka dengan kebutuhan khusus, mendapatkan pendidikan yang sesuai
dengan kemampuan dan kebutuhan mereka. Pengertian layanan diferensiasi mencakup
berbagai strategi dan praktik yang dirancang untuk mengakomodasi perbedaan individu
siswa, termasuk dalam hal kemampuan belajar, gaya belajar, minat, dan kebutuhan
khusus. Dalam layanan diferensiasi, pendekatan pembelajaran, materi pembelajaran,
dan metode penilaian disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan siswa.
Dalam penelitian yang dilakukan, SD Negeri Karanganyar mengimplementasikan
beberapa layanan diferensiasi bagi Anak Berkebutuhan Khusus dan siswa yang
mengalami kesulitan pada proses pembelajaran maupun interaksi sosial. Layanan
diferensiasi tersebut dilaksanakan pada dua periode, yaitu pada periode registrasi dan
pasca-registrasi. Siswa yang mendaftar ke SD Negeri Karanganyar akan menjalani
sejumlah tes dan skema untuk menentukan kesiapan belajar dan diagnosis hambatan
atas disebut dengan Wajib Asesmen. Pada periode pasca-registrasi, pihak sekolah akan
terus berusaha dalam mendampingi peserta didik dalam proses belajar dan berinteraksi
sosial dengan layanan pendampingan khusus.
A. Wajib Asesmen
Wajib dilakukan asesmen bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) pada awal
pendaftaran ke sekolah inklusi guna memastikan kesiapan belajar anak,
mengidentifikasi hambatan yang mungkin dialami, serta memberikan stimulus
yang sesuai untuk membantu mereka beradaptasi dengan lingkungan baru.
Asesmen ini merupakan langkah penting dalam memberikan pendidikan inklusif
yang efektif.
Proses asesmen dilakukan oleh pihak sekolah secara mandiri yang telah
menguasi aspek-aspek pendidikan inklusi dan psikologi. Mereka menggunakan
berbagai instrumen dan teknik asesmen yang telah teruji untuk mengumpulkan

12
informasi secara komprehensif tentang profil belajar dan kebutuhan individu
anak. Asesmen ini mencakup evaluasi kognitif, perkembangan sosial dan
emosional, bahasa dan komunikasi, serta kemampuan adaptasi.
Melalui asesmen ini, akan teridentifikasi hambatan belajar yang dialami
oleh ABK, baik dalam hal kemampuan akademik maupun kebutuhan khusus
lainnya seperti gangguan sensorik, kebutuhan terapi fisik, atau kondisi medis
yang perlu mendapatkan perhatian khusus. Informasi yang diperoleh dari
asesmen tersebut menjadi dasar dalam merancang program pembelajaran yang
diferensiasi dan individualisasi sesuai dengan kebutuhan masing-masing anak.
Selain itu, asesmen juga memberikan stimulus bagi anak untuk beradaptasi
dengan lingkungan baru. Melalui pemahaman yang lebih mendalam tentang
karakteristik dan kebutuhan anak, guru dan staf sekolah dapat menyediakan
dukungan yang sesuai, mengimplementasikan strategi pembelajaran yang efektif,
serta menciptakan lingkungan yang inklusif, aman, dan mendukung
pertumbuhan dan perkembangan semua siswa.
Asesmen pada awal pendaftaran ini tidak hanya memberikan manfaat untuk
siswa ABK, tetapi juga bagi pihak sekolah dan orang tua. Dengan informasi yang
diperoleh dari asesmen, pihak sekolah dapat merencanakan sumber daya yang
dibutuhkan, mempersiapkan program pendidikan yang tepat, dan
mengoptimalkan proses pembelajaran. Sementara itu, orang tua akan
memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang kebutuhan anak mereka, serta
dapat berkolaborasi dengan sekolah dalam menyediakan dukungan yang
diperlukan.
Dalam keseluruhan, asesmen pada awal pendaftaran merupakan langkah
yang penting dalam pendidikan inklusif. Melalui asesmen ini, sekolah inklusi
dapat memastikan bahwa setiap anak ABK diberikan kesempatan yang adil dan
setara dalam mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan potensi dan
kebutuhan mereka, serta dapat mengembangkan diri secara optimal di
lingkungan pendidikan yang inklusif dan mendukung.
1. Asesmen perkembangan fisik
Menggunakan skala pengembangan motorik untuk mengevaluasi
kemampuan motorik kasar dan halus anak, seperti kemampuan berjalan,
menangkap, menggenggam, dan mengkoordinasikan gerakan tubuh.
2. Asesmen perkembangan kognitif
Melakukan tes kecerdasan yang sesuai dengan usia anak, seperti tes IQ,
untuk menilai kemampuan intelektual, pemahaman konsep, berpikir
logis, dan kemampuan penyelesaian masalah.
3. Asesmen kemampuan bahasa dan komunikasi
Menggunakan tes kemampuan bahasa untuk menilai kemampuan
berbicara, memahami, menggunakan bahasa, dan keterampilan
komunikasi verbal dan nonverbal.
4. Asesmen sosial dan emosional

13
Menggunakan observasi dan instrumen penilaian yang relevan untuk
mengevaluasi kemampuan anak dalam berinteraksi sosial, mengelola
emosi, memahami perasaan orang lain, dan beradaptasi dalam situasi
sosial.
5. Asesmen kebutuhan khusus
Melakukan penilaian khusus untuk mengidentifikasi kebutuhan khusus
yang mungkin dimiliki oleh anak, seperti gangguan spektrum autis,
disabilitas sensorik, gangguan penglihatan atau pendengaran, atau
kondisi medis yang mempengaruhi pembelajaran.
B. Pendampingan Khusus
Guru Ajar dan Guru Pendamping Khusus memainkan peran penting dalam
memberikan pendampingan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan
dalam pemahaman materi pembelajaran. Mereka bekerja secara kolaboratif
untuk menciptakan lingkungan belajar inklusif yang memperhatikan kebutuhan
individu setiap siswa. Guru ajar memiliki tanggung jawab utama dalam
memberikan pengajaran secara umum kepada seluruh kelas. Namun, mereka
juga menyadari bahwa setiap siswa memiliki tingkat pemahaman yang berbeda.
Oleh karena itu, ketika ada siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami
materi, guru ajar berperan dalam memberikan penjelasan yang dipermudah
dengan menggunakan bahasa yang lebih sederhana dan mendekati level
pemahaman siswa tersebut. Mereka menggunakan teknik pengajaran yang
beragam, seperti mengaitkan materi dengan pengalaman nyata siswa,
menggunakan contoh konkret, atau menggunakan visualisasi untuk membantu
siswa memahami konsep yang sulit.
Sementara itu, guru pendamping khusus merupakan pendukung tambahan
yang diberikan kepada siswa dengan kebutuhan khusus atau kesulitan belajar
tertentu. Mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus dalam
memberikan pendampingan yang lebih intensif dan individual kepada siswa.
Guru pendamping khusus bekerja secara kolaboratif dengan guru ajar untuk
mengidentifikasi kebutuhan spesifik siswa dan merancang strategi pembelajaran
yang sesuai. Dalam memberikan pendampingan, guru pendamping khusus
menggunakan pendekatan diferensiasi yang disesuaikan dengan kebutuhan
siswa. Mereka dapat memberikan penjelasan yang lebih mendetail dan secara
khusus mengadaptasi metode pengajaran, penggunaan materi pembelajaran, dan
penilaian. Selain itu, mereka juga berfokus pada pengembangan keterampilan
sosial dan emosional siswa, serta memberikan dukungan yang dibutuhkan dalam
mengatasi kesulitan belajar.
Melalui kerja sama antara guru ajar dan guru pendamping khusus, peserta
didik yang mengalami kesulitan belajar mendapatkan pendampingan yang tepat
dan disesuaikan dengan kebutuhan mereka. Pendekatan yang dipermudah dan
penggunaan bahasa yang sederhana membantu siswa memahami materi dengan
lebih baik. Dengan adanya dukungan ini, siswa memiliki kesempatan yang lebih
baik untuk mengatasi hambatan belajar, meningkatkan pemahaman konsep, dan

14
mencapai hasil belajar yang lebih baik secara keseluruhan. Pendampingan ini
juga memiliki manfaat yang luas, termasuk peningkatan rasa percaya diri dan
motivasi siswa, pengembangan keterampilan belajar yang efektif, dan
meningkatnya partisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Guru ajar dan guru
pendamping khusus berperan sebagai fasilitator dalam membantu setiap siswa
mencapai potensi penuh mereka dan mengembangkan keberhasilan akademik
dan sosial.

4.4. Bentuk Kerja Sama Sekolah Dengan Orangtua


Kerja sama antara sekolah dan orangtua merupakan faktor kunci dalam meningkatkan kualitas
pendidikan anak, terutama dalam konteks sekolah inklusi. Salah satu cara yang dilakukan oleh
sekolah adalah dengan memaksimalkan program Parenting yang diadakan secara berkala,
sebanyak 4 kali dalam setahun. Program Parenting ini bertujuan untuk melibatkan orangtua secara
aktif dalam proses pendidikan anak, membantu membangun kemitraan yang kuat antara sekolah
dan rumah.
Dalam program Parenting, sekolah akan melakukan koordinasi dengan orangtua mengenai
kekurangan atau aspek tertentu yang harus dicapai oleh anak. Hal ini dapat dilakukan melalui
kontrak belajar individual yang dirancang khusus untuk setiap anak. Kontrak belajar individual ini
berfungsi sebagai alat untuk menggambarkan tujuan atau capaian yang diinginkan bagi anak, serta
langkah-langkah konkret yang dapat diambil oleh orangtua dan sekolah untuk mencapainya.
Melalui program Parenting dan kontrak belajar individual, orangtua diberi peran aktif dalam
membantu anak mencapai tujuan pembelajaran. Contohnya, orangtua dapat terlibat dalam
membantu anak dalam meningkatkan keterampilan membaca dengan memberikan waktu yang
cukup untuk membaca bersama anak setiap hari, mendiskusikan cerita yang dibaca, atau
memperkenalkan anak pada berbagai bahan bacaan yang menarik. Selain itu, orangtua juga dapat
memberikan dukungan dalam tugas rumah, mendorong kegiatan pembelajaran di luar sekolah,
atau memberikan bimbingan moral dan motivasi yang positif kepada anak.
Kerja sama antara sekolah dan orangtua dalam program Parenting bukan hanya sekadar
memberikan instruksi kepada orangtua, tetapi melibatkan mereka sebagai mitra dalam pendidikan
anak. Komunikasi yang terbuka dan berkesinambungan antara guru dan orangtua menjadi kunci
penting dalam menjalankan kontrak belajar individual dan memantau perkembangan anak.
Sekolah dapat menyelenggarakan pertemuan rutin antara guru dan orangtua, baik secara individu
maupun kelompok, untuk membahas perkembangan anak, tantangan yang dihadapi, dan strategi
yang efektif dalam mendukung pembelajaran anak.
Melalui kerja sama yang erat antara sekolah dan orangtua dalam program Parenting,
diharapkan anak dapat mendapatkan dukungan yang konsisten dan terintegrasi antara lingkungan
sekolah dan rumah. Hal ini berdampak positif pada motivasi belajar anak, peningkatan hasil
akademik, dan pengembangan potensi mereka secara menyeluruh. Dengan melibatkan orangtua
secara aktif dalam pendidikan anak, sekolah inklusi dapat menciptakan lingkungan yang
mendukung, inklusif, dan responsif terhadap kebutuhan belajar setiap individu anak.

15
4.5. Sarana dan Prasarana Sekolah yang Aksesibel Untuk Anak Berkebutuhan Khusus
Hasil observasi menunjukkan bahwa sarana dan prasarana di SD Negeri Karanganyar,
terutama dalam konteks inklusi, masih sangat minim dan terbatas. Faktor utama yang menjadi
kendala adalah alokasi dana yang kurang memadai. Temuan ini menunjukkan bahwa terdapat
kebutuhan mendesak untuk meningkatkan fasilitas sekolah agar dapat mengakomodasi kebutuhan
belajar dan partisipasi aktif anak-anak berkebutuhan khusus (ABK).
Salah satu temuan yang menonjol adalah keterbatasan fasilitas fisik. Meskipun ditemukan
adanya toilet khusus yang dapat diakses oleh anak-anak ABK, tidak ada fasilitas lain yang
memadai untuk mendukung kegiatan pembelajaran mereka. Fasilitas yang minim ini dapat
menjadi hambatan dalam menciptakan lingkungan yang inklusif dan ramah bagi anak-anak dengan
berbagai kebutuhan khusus. Selain itu, keterbatasan sarana dan prasarana juga dapat
mempengaruhi kenyamanan dan keamanan siswa ABK. Misalnya, ketika tidak ada fasilitas yang
memadai untuk mengakomodasi kebutuhan mobilitas anak-anak dengan kebutuhan khusus, seperti
fasilitas ramah penyandang disabilitas, ruang kelas yang dapat diakses dengan mudah, atau
aksesibilitas yang memadai bagi anak-anak dengan gangguan mobilitas.
Hal ini menjadi perhatian penting dalam konteks pendidikan inklusif, di mana setiap anak
memiliki hak yang sama untuk mengakses fasilitas dan layanan pendidikan yang memadai. Dalam
rangka meningkatkan efektivitas dan keberhasilan pendidikan inklusi, perlu dilakukan perbaikan
dan peningkatan pada sarana dan prasarana sekolah yang memadai. Ini melibatkan pengalokasian
dana yang memadai untuk memperbaiki, memperluas, atau membangun fasilitas yang sesuai
dengan kebutuhan anak-anak ABK.
Dalam konteks penelitian ini, temuan observasi mengenai minimnya sarana dan prasarana
sekolah menjadi bukti konkret yang menunjukkan perlunya perhatian serius dari pihak terkait, baik
itu pemerintah, lembaga pendidikan, maupun masyarakat, untuk meningkatkan kualitas dan
aksesibilitas fasilitas inklusi di sekolah. Upaya kolaboratif antara semua pihak terkait perlu
dilakukan untuk memastikan bahwa anak-anak ABK memiliki lingkungan belajar yang memadai
dan mendukung dalam mencapai potensi dan kesuksesan akademik mereka.

16
BAB V EVALUASI DUKUNGAN KEBUTUHAN KHUSUS

5.1. Evaluasi Terhadap Modifikasi Kurikulum


A. SD Negeri Karanganyar telah melakukan implementasi yang baik dengan melakukan
penyederhanaan materi pembelajaran tertulis. Implementasi penyederhanaan materi
oleh sekolah merupakan langkah yang sangat penting dalam menciptakan
pembelajaran yang inklusif. Dalam konteks pendidikan inklusi, setiap peserta didik
memiliki kebutuhan belajar yang beragam, baik dalam hal tingkat pemahaman, gaya
belajar, maupun kecepatan perkembangan. Oleh karena itu, penyederhanaan materi
menjadi salah satu strategi yang efektif dalam membantu peserta didik mengatasi
hambatan belajar dan mencapai kemajuan dalam pembelajaran.
B. Keberadaan materi tambahan seperti bahan bacaan alternatif, audiovisual, dan bahan
ajar khusus merupakan hal yang sangat penting dalam mendukung pembelajaran di
sekolah inklusi. Namun, observasi terhadap SD Negeri Karanganyar menunjukkan
bahwa kurangnya ketersediaan materi tambahan menjadi kendala yang perlu
diperhatikan. Materi tambahan memiliki peran strategis dalam memfasilitasi beragam
gaya belajar dan kebutuhan pembelajaran peserta didik. Bahan bacaan alternatif dapat
membantu peserta didik dengan kebutuhan khusus dalam memahami konsep-konsep
pembelajaran dengan cara yang lebih terjangkau dan sesuai dengan tingkat
pemahaman mereka. Sementara itu, media audiovisual dapat memberikan pengalaman
belajar yang lebih visual dan interaktif, membantu peserta didik dalam memahami
konten secara lebih nyata dan menarik. Selain itu, bahan ajar khusus yang disesuaikan
dengan kebutuhan peserta didik dapat memberikan dukungan yang lebih spesifik dan
tepat dalam mengatasi hambatan pembelajaran yang mereka hadapi.
5.2. Evaluasi Terhadap Metode Pengajaran
Dalam praktiknya, guru ajar dan guru pendamping khusus telah bersinergi dengan
baik dalam memberikan pemahaman bagi peserta didik. Mereka telah menerapkan dasar-
dasar pedagogis dan inklusi sehingga proses pembelajaran berlangsung secara kondusif.
Walaupun dalam praktiknya peserta didik sedikit kesulitan mengontrol diri, namun guru
ajar dan guru pendamping khusus sudah terbiasa dalam menanganinya. Dengan
kebebasan yang diberikan, guru ajar dan guru pendamping khusus telah memperhatikan
keberagaman gaya belajar dan kebutuhan siswa inklusi. Guru dapat menggunakan
berbagai strategi dan pendekatan pembelajaran, seperti pembelajaran berbasis proyek,
pembelajaran kooperatif, atau penggunaan teknologi pendidikan, untuk memfasilitasi
pemahaman dan partisipasi aktif siswa inklusi.
5.3. Evaluasi Terhadap Layanan Pendukung
A. Pendekatan penjelasan yang dipermudah dengan bahasa yang lebih sederhana adalah
strategi yang tepat untuk membantu siswa inklusi memahami materi pembelajaran. Hal
ini dapat membantu siswa mengatasi hambatan yang mungkin mereka alami dalam
pemahaman konsep-konsep yang kompleks.

17
B. Kolaborasi yang baik antara guru ajar dan guru pendamping khusus merupakan faktor
kunci dalam kesuksesan pembelajaran di SD Negeri Karanganyar. Kehadiran guru
pendamping khusus sebagai pendukung dan fasilitator bagi peserta didik dengan
kebutuhan khusus sangat penting untuk memastikan bahwa mereka mendapatkan
bantuan yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Dengan adanya kolaborasi ini, guru
ajar dapat bekerja sama dengan guru pendamping khusus dalam merancang dan
mengimplementasikan strategi pembelajaran yang efektif, sehingga memungkinkan
peserta didik mengembangkan pemahaman maksimal terhadap materi pembelajaran.
C. Selain itu, kerja sama yang kuat antara sekolah dan orangtua peserta didik juga
memiliki peran yang luar biasa dalam menciptakan lingkungan pembelajaran yang
inklusif dan suportif. Melalui program Orangtua Hebat, sekolah memberikan
kesempatan bagi orangtua untuk terlibat langsung dalam pembelajaran anak mereka.
Dengan melibatkan orangtua, sekolah dapat memperluas jaringan dukungan dan
membangun sinergi antara siswa, orangtua, dan pihak sekolah. Orangtua memiliki
peran penting dalam mendukung perkembangan anak di luar lingkungan sekolah, dan
melalui program ini, mereka dapat memberikan pengarahan, pengajaran, dan
membangun hubungan yang saling mendukung dengan pihak sekolah. Kegiatan yang
melibatkan ketiga pihak tersebut pada program Orangtua Hebat merupakan strategi
yang sangat cerdas dan berdampak positif dalam memperkuat kolaborasi antara siswa,
orangtua, dan sekolah. Program ini memberikan kesempatan bagi orangtua untuk
secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran anak mereka, sehingga menciptakan
lingkungan belajar yang holistik dan terintegrasi.

18
BAB VI PENUTUP

6.1. Ringkasan Hasil Observasi


Guna memenuhi tugas akhir mata kuliah Pendidikan Inklusi, peneliti melakukan
observasi di SD Negeri Karanganyar sesuai dengan pembagian sekolah yang telah
disepakati. Sekolah yang dipilih adalah sekolah yang siap berkooperasi dengan kampus
dan memiliki standar yang baik dalam praktik kependidikan. SD Negeri Karanganyar
beralamatkan di Jalan Sisingamaraja No. 29A, Brontokusuman, Mergangsan, Kota
Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Observasi ini bertujuan untuk menganalisi dan
memahami praktik inklusi yang diterapkan di SD Negeri Karangaanyar dalam konteks
pendidikan inklusif. Observasi melibatkan kepala sekolah sebagai narasumber
wawancara dan peserta didik kelas 4 dan 5 serta lingkungan sekitar sekolah. Metode
penelitian yang digunakan adalah pengamatan langsung, catatan lapangan, dan
wawancara yang telah dirancang secara sistematis sebelumnya. 4 peneliti melakukan
wawancara dengan kepala sekolah dengan pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan.
Di tempat terpisah, 2 kelompok peniliti yang masing-masing beranggotakan 3 orang,
mengobservasi kelas 4 dan kelas 5 bersama guru ajar dan guru pendamping khusus.
Berdasarkan data yang peneliti dapatkan selama observasi, peneliti mencatat hal-
hal penting yang berkaitan dengan praktik inklusi di institusi pendidikan. Guru ajar dan
guru pendamping khusus telah bersinergi dengan baik dalam memberikan pemahaman
kepada peserta didik, baik menerangkan materi, memberikan pendampingan khusus bagi
siswa yang kesulitan memahami materi, serta memberikan asesmen yang sesuai dengan
kemampuan siswa sehingga siswa tidak merasakan tekanan dalam proses belajar. Pada
aspek lain, pihak sekolah memberlakukan kurikulum campur, yakni kurikulum merdeka
untuk peserta didik kelas 1 dan 4, serta kurikulum 2013 untuk peserta didik kelas 2, 3, 5,
dan 6. Layanan diferensiasi juga diterapkan oleh sekolah berupa wajib asesmen dan
pendampingan khusus. Wajib asesmen adalah sebuah strategi untuk membantu pihak
sekolah dan orangtua mengetahui secara lebih spesifik hambatan apa yang dialami siswa
serta kesiapan siswa dalam menempuh pendidikan dengan beberapa tes motorik. Layanan
pendamping khusus diberikan kepada siswa yang mengalami hambatan dalam belajar
secara umum maupun khusus. Selain itu, orangtua juga dilibarkan dalam mendidik siswa
dengan program Orangtua Hebat, dimana dalam sehari orangtua akan menjadi guru bagi
para siswa. Narasumber, yaitu salah satu wali siswa, akan memberikan pelajaran melalui
ceramah dan diskusi interaktif yang melibatkan peserta didik, orangtua, dan pihak sekolah
secara bersamaan. Namun, dibalik itu semua, SD Negeri Karanganyar memiliki aspek
yang sedikit memprihatinkan berupa fasilitas fisik, baik anak tanpa kebutuhan khusus,
maupun yang berkebutuhan khusus.
Dalam analisis peneliti, SD Negeri Karanganyar secara garis besar telah melakukan
praktik inklusi dengan baik dengan implementasi aspek-aspek pedagogis, psikologis,
sosial, dan inklusivitas. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah perlunya pengembangan
sumber belajar dan fasilitas. Kedua aspek tersebut harus dikembangkan oleh pihak

19
sekolah dengan sebaik mungkin agar implementasi sistem inklusi dapat berdampak secara
maksimal. Untuk ketersediaan variasi bahan pembelajaran dapat dikomunikasikan
dengan lembaga-lembaga yang dinilai memiliki potensi untuk bekerja sama dalam
penyediaan bahan pembelajaran. Untuk aspek fasilitas fisik akan menjadi hal yang sulit
untuk direalisasikan karena sekolah negeri memiliki anggaran terbatas yang tentu saja
akan sangat menghambat pengembangan fasilitas fisik. Namun, masih ada kemungkinan
untuk mendapat sumbangan dana dari pemerintah maupun pihak-pihak yang ingin
berkolaborasi.
6.2. Kritik dan Saran
1. Kurangnya pengumpulan data kuantitatif: Laporan observasi ini lebih fokus pada
deskripsi naratif dan pengamatan langsung, namun kurangnya data kuantitatif
mengenai tingkat keberhasilan implementasi program inklusi dan pencapaian peserta
didik dapat mengurangi kekuatan analisis dan validitas laporan.
- Saran: Disarankan untuk melengkapi laporan observasi dengan data kuantitatif
yang relevan, seperti angka partisipasi, tingkat kelulusan, atau perbandingan
pencapaian akademik peserta didik inklusi dengan peserta didik non-inklusi. Hal
ini akan memberikan pemahaman yang lebih holistik dan kuat terhadap
keberhasilan program inklusi di sekolah.
2. Kurangnya penjelasan tentang metode pengumpulan data: Laporan ini tidak
memberikan informasi yang cukup mengenai metode pengumpulan data yang
digunakan dalam observasi, seperti teknik pengamatan yang diterapkan, instrumen
yang digunakan, dan proses seleksi peserta observasi.
- Saran: Disarankan untuk memberikan penjelasan yang lebih rinci tentang metode
pengumpulan data yang digunakan, termasuk teknik pengamatan yang dipilih dan
alasan di balik pemilihan tersebut. Selain itu, disarankan juga untuk menjelaskan
proses seleksi peserta observasi, seperti kriteria inklusi dan eksklusi yang
diterapkan.
Kami selaku peneliti masih membutuhkan masukan untuk perbaikan laporan observasi
dan untuk penelitian kedepan yang memiliki prospek lebih baik dari penelitian kami baik
dari segi penulisan laporan maupun topik bahasan yang lebih relevan dan krusial.
6.3. Apresiasi Terhadap Kerjasama Dan Partisipasi Pihak-Pihak Terkait
Selama pelaksanaan observasi ini, kami ingin menyampaikan apresiasi yang tinggi
terhadap kerjasama dan partisipasi pihak-pihak terkait yang telah memberikan kontribusi
yang berarti dalam penelitian ini. Keberhasilan penelitian ini tidak terlepas dari dukungan
dan kolaborasi yang diberikan oleh berbagai pihak yang terlibat. Kami ingin mengucapkan
terima kasih kepada:

1. Ibu Veroyunita Umar, S.Pd., M.Pd. yang telah memberikan bimbingan selama
mengajar mata kuliah Pendidikan Inklusi, pengarahan observasi dan penyusunan
laporan observasi. Tanpa bantuan Ibu Veroyunita Umar, kami tidak dapat melakukan
observasi dengan baik dan benar.

20
2. Manajemen Sekolah SD Negeri Karanganyar yang telah memberikan izin dan fasilitas
yang diperlukan untuk pelaksanaan observasi ini. Kerjasama yang baik dan dukungan
yang diberikan oleh manajemen sekolah sangat berharga dalam memastikan
kelancaran dan kesuksesan penelitian ini.
3. Guru Ajar dan Guru Pendamping Khusus yang telah bersedia berbagi pengalaman dan
memberikan wawasan yang berharga dalam pemahaman tentang pendidikan inklusi.
Kerjasama yang erat dan dedikasi yang ditunjukkan oleh guru-guru ini telah
memberikan kontribusi positif dalam pengumpulan data dan pemahaman yang
mendalam tentang proses belajar-mengajar dalam konteks inklusi.
4. Peserta Didik inklusi yang telah berpartisipasi dengan antusias dalam kegiatan
observasi ini. Kesediaan mereka untuk berbagi pengalaman dan berinteraksi dengan
peneliti telah memberikan wawasan berharga tentang pengalaman belajar mereka
dalam lingkungan inklusi.

Kerjasama dan partisipasi aktif dari semua pihak yang terlibat telah menjadikan penelitian
ini menjadi mungkin dan berhasil. Tanpa dukungan mereka, pencapaian hasil yang
signifikan dalam pemahaman tentang sekolah inklusi tidak akan terwujud. Kembali, kami
ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tulus atas kerjasama yang luar biasa dari semua
pihak terkait."

21
DAFTAR PUSTAKA

Dearing, E., Kreider, H., Simpkins, S., & Weiss, H. B. (2006). Family involvement in school and
low-income children's literacy: Longitudinal associations between and within families.
Journal of Educational Psychology, 98(4), 653-664.
Desforges, C., & Abouchaar, A. (2003). The impact of parental involvement, parental support
and family education on pupil achievements and adjustment: A literature review.
Department for Education and Skills.
Epstein, J. L. (2011). School, family, and community partnerships: Preparing educators and
improving schools. Westview Press.
Fan, X., & Chen, M. (2001). Parental involvement and students' academic achievement: A meta -
analysis. Educational Psychology Review, 13(1), 1-22.
Henderson, A. T., & Mapp, K. L. (2002). A new wave of evidence: The impact of school, family,
and community connections on student achievement. National Center for Family &
Community Connections with Schools.
Jeynes, W. H. (2005). A meta-analysis of the relation of parental involvement to urban
elementary school student academic achievement. Urban Education, 40(3), 237-269.
Patrikakou, E. N., Weissberg, R. P., Redding, S., & Walberg, H. J. (2005). School-family
partnerships: Enhancing the academic, social, and emotional learning of children.
Teachers College Press.
Sui-Chu, E. H., & Willms, J. D. (1996). Effects of parental involvement on eighth-grade
achievement. Sociology of Education, 69(2), 126-141.

22
LAMPIRAN

23
24

Anda mungkin juga menyukai