KELOMPOK 8:
DINA (220401005)
SAPIRA (22040104)
FAHRI AFRIZA (220401074)
MUHAMMAD KHATIBUL HAZMI YUSMAR (220401087)
RIZKI SAPUTRA (220401086)
KHALISH ILHAMI ( 220401085)
Istilah etika berasal dari bahasa Yunani, ethos yang bermakna karakter, kebiasaan, sifat,
akhlak, dan cara berpikir. Kata etika juga berkenaan dengan bagaimana seseorang berperilaku
atau bertindak. Pengertian ini dekat dengan ide tentang etika sebagai sesuatu yang internal
dari karakter positif yang memotivasi orang untuk bertindak secara benar. Secara intrinsik
ethic berkaitan dengan masalah perilaku yang benar atau correct conduct di tengah hidup
bermasyarakat. Sedangkan, secara etimologis, etik mengindikasikan suatu concern akan
virtuous people atau orang-orang baik, karakter yang handal (reliable character), dan perilaku
yang tepat (proper conduct).' Etika juga didefinisikan sebagai ajaran baik dan buruk yang
diterima umum tentang sikap, perbuatan, kewajiban, dan sebagainya.
Sedangkan etika komunikasi Islam, tentunya lebih dekat dengan perspektif religius yang
menjadikan Al-Qur'an, Hadis, Ijma Ulama, dan Qias, sebagai acuan dalam menentukan
masalah baik dan buruk. Termasuk perilaku yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh
dilakukan. Etika Komunikasi Islam, juga menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan, kejujuran,
tolong-menolong, kemanusiaan, persatuan, persa- maan derajat, kesejahteraan, kebahagiaan,
optimis, dan lain sebagainya.
Prinsip etika dalam komunikasi Islam membahas tentang nilai yang menjadi pegangan
komunikator (da'i) maupun komunikan (mad'u), mengenai apa yang baik dan buruk dalam
perspektif ajaran Islam. Oleh karenanya, Rasulullah diutus ke muka bumi tidak lain adalah
untuk memperbaiki akhlak umat manusia. Sebagaimana, Rasulullah bersabda, "Aku diutus
Allah untuk menyempurnakan akhlak dan menutup risalah kenabian." (HR. Bukhari). Dalam
ajaran Islam etika dikenal dengan istilah akhlak sebagai ilmu yang membahas tentang cara
berbuat berhubungan kepada Allah, meneladani akhlak Rasulullah, berbuat baik kepada
sesama manusia, dan memelihara alam semesta dari berbagai kerusakan dan kehancuran.
PEMBAHASAN
Semangat ilmiah para ilmuwan dan sarjana Muslim pada kenya- taannya mengalir dari
kesadaran mereka akan akidah. Tak diragu- kan bahwa, secara religius dan historis, asal-usul
dan perkembangan semangat ilmiah dalam Islam berbeda dari asal-usul dan per- kembangan
hal yang sama di Barat. Tidak ada yang lebih baik dalam mengilustrasikan sumber religius
semangat ilmiah dalam Islam ini daripada fakta bahwa semangat ini pertama kali terlihat
dalam ilmu- ilmu agama.
Sejalan dengan cintanya kepada Allah, seorang mukmin akan mencintai Rasul dan jihad pada
jalan-Nya. Inilah yang disebut dengan cinta utama. Sedangkan cinta kepada ibu bapak, anak-
anak, sanak saudara, harta benda, kedudukan dan segala macamnya adalah cinta menengah
yang harus berada di bawah cinta utama. Artinya, segala sesuatu baru boleh dicintai kalau
diizinkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan pelaksanaan cinta itu harus pula sesuai dengan
syariat yang telah diturunkan-Nya. Apabila cinta menengah diangkat melebihi cinta utama
maka cintanya jatuh menjadi hina, tidak ada nilainya. Inilah yang disebut dengan cinta paling
rendah. Jalinan cinta kasih persaudaraan yang disemai Rasulullah di antara para sahabatnya
telah membentuk suatu hubungan antarindividu yang saling menguatkan, menghormati,
menyayangi, dan semangat untuk maju bersama-sama. Situasi itulah yang ditunjukkan Sa'ad
bin Rabi' tatkala ia menghadapi masa-masa kritis. Meskipun dalam kondisi kritis, ia tetap
menunjukkan rasa persaudaraan yang tinggi. Sebagaimana yang diriwayatkan Ibnu Hisyam
bahwa Nabi pernah bertanya kepada para sahabatnya, siapa di antara kalian yang bersedia
mencari kabar di mana keberadaan Sa'ad bin Rabi' saat ini. Dia masih hidup atau sudah
meninggal. Salah seorang sahabat dari Anshar menyatakan kesediaannya untuk mencari di
mana keberadaan Sa'ad bin Rabi'. Setelah dicari sekian lama, akhirnya Sa'ad ditemukan
dalam keadaan terluka parah dalam kondisi kritis. Kemudian sahabat dari Anshar tersebut
memberi tahu Sa'ad bin Rabi', "Aku diperintahkan Rasulullah untuk mencari dirimu. Guna
memastikan apakah engkau masih hidup atau sudah meninggal dunia." Dalam keadaan
terluka parah Sa'ad menjawab, "Beri tahu Rasulullah bahwa aku sudah meninggal dan
sampaikanlah salamku pada beliau. Kemudian sampaikan juga pada beliau bahwa Sa'ad bin
Rabi' berharap, semoga Allah selalu melimpahkan kebajikan, kemuliaan, dan kemenangan
atas kepemimpinan Rasulullah.
Dalam komunikasi Islam, orang yang berhasil merupakan mereka yang memiliki tujuan
untuk menjadi orang yang bertakwa, kemudian berusaha terus-menerus merealisasikan
tujuannya menjadi orang yang bertakwa tersebut. Selain itu, juga memiliki pemikiran dan
harapan yang positif terhadap kehendak Allah. Setiap saat seseorang menghadapi masalah
dan tantangan dalam hidup ini. Orang-orang yang berprasangka baik kepada Allah tentu
memiliki keyakinan bahwa bersama kesulitan terdapat kemudahan. Sebagaimana yang
tergambar dalam firman Allah, "Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.
Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan." (QS As-Syarh [94]: 5-6).
Dari detik berubah menjadi menit, dari menit berganti menjadi jam. Kemudian waktu
bergerak dari pagi berubah menjadi siang, dari siang bergulir menjadi sore. Selanjutnya, sore
menghilang berganti malam, yang pelan-pelan berubah menjadi fajar. Kemudian waktu
bergerak dari hari berganti minggu, dari minggu berganti bulan, dari bulan berubah menjadi
tahun. Begitulah waktu terus berlari dan tidak akan pernah kembali dan berhenti. Apabila
seseorang sudah melewatinya, maka dengan cara apapun waktu tidak akan dapat dipanggil
kembali.
Oleh karenanya, dalam perspektif komunikasi Islam, pemanfaatan waktu dilakukan oleh
semua stakeholder, baik oleh komunikator (da'i) maupun komunikan (mad'u). Rasulullah
mengingatkan, "Apabila kamu berada di sore hari janganlah menunggu melakukan sesuatu
sampai pagi menjelang. Apabila kamu berada di pagi hari janganlah menunggu melakukan
sesuatu hingga sore menjelang. Manfaatkanlah waktu sehatmu untuk menghadapi waktu
sakitmu, dan waktu hidupmu untuk menghadapi meninggalmu." (HR. Bukhari).
Suatu ketika, seseorang melukai kepala seorang budak perempuan dengan batu sampai
terluka. Kemudian salah seorang sahabat Nabi menanyai budak wanita tersebut, siapa yang
berbuat demikian kejam terhadapnya. Ketika disebutkan nama seseorang yang memukulinya.
Wanita tersebut menganggukkan kepalanya. Kemudian, orang yang melukai budak wanita
tersebut dihadapkan kepada Rasulullah, tetapi ia tidak mengakui perbuatannya sampai waktu
yang cukup lama.
Muamalah juga terkait dengan persoalan harta, hak milik, per- janjian, jual-beli, utang-
piutang, sewa-menyewa, pinjam-meminjam. Juga persoalan yang mengatur keuangan serta
segala hal yang merupakan hubungan manusia dengan sesamanya, baik secara individu,
kelompok, dan masyarakat. Tujuannya adalah agar tercapai suatu kehidupan yang tenteram,
damai, dan bahagia serta sejahtera.
Situasi seperti ini tampak dengan jelas pada sebagian kelompok umat Islam, yang tidak
kurang ketakwaan, keikhlasan, dan sema- ngatnya dalam beribadah. Akan tetapi mereka tidak
memiliki ilmu pengetahuan yang dalam terhadap ajaran Islam secara komprehensif. Seperti
itulah pemahaman agama kaum khawarij yang memerangi Ali bin Abi Thalib, yang banyak
memiliki kemuliaan. Ali bin Abi Thalib juga merupakan menantu Rasulullah. Kaum khawarij
menghalalkan darahnya dan darah umat Islam yang mendekatkan diri kepada Allah.
Setiap komunikator (da'i) yang mengajak pada kebaikan dan mengajak menjauhi keburukan
diwajibkan harus memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan dalam. Sebab, korelasi antara
ilmu penge- tahuan dan cara mempraktikkan komunikasi Islam sangat dekat. Karena seorang
da'i dituntut untuk memiliki keluasan pemahaman terhadap ajaran Islam. Sehingga dia dapat
menerangkan ajaran Islam secara gamblang dan mudah dipahami komunikannya. Jika tidak,
maka komunikasi yang dia sampaikan tidak banyak berfaedah, bahkan bisa jadi akan
menjadikan orang menjauh dari ajaran Islam yang disampaikannya. Sebab yang demikian itu,
tidak lain karena komunikatornya tidak menguasai ilmu pengetahuan untuk menerangkan
materi komunikasi Islam secara baik dan benar. Terlebih lagi Allah berjanji akan mengangkat
derajat orang orang yang berilmu.
PENUTUP
Prinsip etika dalam komunikasi Islam membahas tentang nilai yang menjadi pegangan
komunikator (da'i) maupun komunikan (mad'u), mengenai apa yang baik dan buruk dalam
perspektif ajaran Islam. Oleh karenanya, Rasulullah diutus ke muka bumi tidak lain adalah
untuk memperbaiki akhlak umat manusia. Sebagaimana, Rasulullah bersabda, "Aku diutus
Allah untuk menyempurnakan akhlak dan menutup risalah kenabian." (HR. Bukhari). Dalam
ajaran Islam etika dikenal dengan istilah akhlak sebagai ilmu yang membahas tentang cara
berbuat berhubungan kepada Allah, meneladani akhlak Rasulullah, berbuat baik kepada
sesama manusia, dan memelihara alam semesta dari berbagai kerusakan dan kehancuran
DAFTAR PUSTAKA
Muis, A., Islamic Mass Media and the Information Age, Jakarta: Library Panjimas, 1989,
Munir and Wahyu Ilaihi, Da'wah Management, Jakarta: Prenada Group, 2015.
Murodi, Islamic Da'wah and Challenges of the Quraysh Community: A Study of the History
of Da'wah at the time of Rasulullah SAW, Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2013.
Muis, A., Islamic Mass Media and the Information Age, Jakarta: Panjimas Library, 1989.
Mulkhan, Abdul Munir, "Religion in Cultural Dialogue," In the Name of Religion: Conflict-
Free Dialogue, Bandung: Hidayah Library, 1998.
Nadjib, Emha Ainun, "Islamic Press Between Ideology, Distribution and Quality of Life."
Sahid Magazine, issue, December 8, 1991.
Nana Rukmana, Mosques and Da'wah: Planning, Building and Managing Mosques, Jakarta:
al- Mawardi, Cet. 1, 2002.
Nasr, Seyyed Hossein, Spirituality and Islamic Art, Bandung: Mizan, 1993.
Zain, Muhammad Basam Rusydi, Madrasatul Anbiya Tbar wal Adhwa, translator. Fadhilah
Ulfa and Ismail Jalili, Vol, 2 Yogyakarta: Pustaka Marwa, 2007.
Zulkarimein Nasution, Erika Journalism Basic Principles, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2015.