2 SAMUEL 10
“... tetapi inilah yang kulakukan: Kecelakaan pembangkit listrik tenaga nuklir di
Aku melupakan apa yang telah Chernobyl tahun 1986 mengakibatkan jutaan
di belakangku dan orang terpapar radiasi yang berbahaya, bahkan
mengarahkan diri kepada apa
yang di hadapanku, dan berlari-
hingga kini beberapa bagian di kota tersebut
lari kepada tujuan untuk masih terlarang untuk dilewati. Bagaimanapun,
memperoleh hadiah, yaitu sejak dibuka untuk turis tahun 2011, banyak
panggilan surgawi dari Allah orang antusias untuk mengunjunginya dengan
dalam Kristus Yesus.” pemandu khusus. Upaya pembersihan yang terus
(Filipi 3:13-14)
berjalan memberikan rasa aman di tengah
keprihatinan mereka terhadap bencana nuklir terburuk itu.
Masa lalu yang buruk bukan berarti akan menjadikan hari-hari kita selanjutnya suram
dan tanpa harapan. Paulus yang dulunya dikenal sebagai penganiaya jemaat Tuhan
melupakan kekelaman tersebut dengan bergiat demi Injil Kristus adalah contoh bagi
kita yang hidupnya sudah sedemikian hancur untuk bangkit bersama Tuhan karena
sungguh Dia mempunyai rencana yang indah bagi kita yang percaya kepada kuasa
penebusan-Nya. Meskipun banyak orang membiarkan hidupnya asal lewat akibat luka
batin yang terpendam, kita selalu mempunyai Tuhan yang akan mengubah kedukaan
mendalam kita menjadi suatu antusias untuk menatap hari yang tidak dapat
dipadamkan.
Jangan biarkan kegelapan mengikat kita karena suara hati kita yang terus menuduh
bahwa kita tidak layak memperoleh pengampunan-Nya. Tuhan sungguh mau
membebaskan kita dari semua kekelaman masa lalu, sehingga hal itu tidak lagi
membayangi kita. Dia mau memberikan kesempatan kepada kita kesekian kali untuk
memuliakan nama-Nya.
ANDAI PUNYA SAYAP
MAZMUR 55
Pikirku: “Sekiranya
Sebuah lagu yang dilantunkan Diva Idola Cilik
berjudul “Andai Aku Punya Sayap” membuat
aku diberi sayap saya terharu dan berpikir bahwa si pengarang
seperti merpati, aku lagu ini ingin mengajak seseorang tahu tentang
akan terbang dan dunia yang sangat indah, sampai-sampai ia ingin
mencari tempat yang mengajak keluarganya terbang dan melihat ada
kebaikan di luar sana yang bisa dinikmati. Ya,
tenang.” tatkala manusia merasakan banyaknya tekanan, ia
(Mazmur 55:7) bisa berandai-andai punya sayap dan terbang
mencari tempat yang dapat membuatnya tenang.
Tekanan yang dialami pemazmur (ay. 9-15) membuatnya juga ingin terbang menjauh
hendak menyingkir dan mencari perlindungan (ay. 7-9). Ia jujur mengatakan bahwa
hatinya gelisah, takut dan gentar (ay. 5-6)—sungguh perasaan yang tidak
menyenangkan. Meski mengalami perasaan tertekan yang sedemikian besar, ia tetap
melihat Allah yang berdaulat atas kehidupannya. Ia berseru kepada Tuhan (ay. 17)
dan dia merasakan ada pertolongan Tuhan (ay. 18-19) sehingga ia menasihatkan kita
untuk menyerahkan semua permasalahan pada Tuhan (ay. 23) karena ia sudah
mengalami pemeliharaan Tuhan.
Memercayakan hidup pada Tuhan merupakan sebuah bentuk latihan. Kita bisa saja
berandai-andai memiliki sayap dan ingin terbang menjauhi permasalahan yang ada,
tetapi ketika Tuhan ingin kita bertahan, ya bertahanlah! Dan mulai belajar untuk
berserah pada maksud dan kehendak Tuhan. Tidak gampang karena kita butuh
memercayakan hidup kita pada Tuhan secara total, tetapi kita juga dapat merasakan
pemeliharaan-Nya.
TAK GENTAR MESKI DIANCAM
LUKAS 13:31-35
Bagaimana dengan Yesus? Ia pun pernah menghindar dari orang-orang yang hendak
bermaksud jahat kepada-Nya. Tetapi pada kesempatan lain ketika Yesus jelas-jelas
mendapatkan teror untuk menghentikan pelayanan kemanusiaan yang sedang
dilakukan-Nya, bahkan berita ancaman akan dibunuh oleh Herodes, Yesus menolak
untuk lari. Ia justru berkata jika Ia akan menyelesaikan pekerjaan-Nya di tempat itu
selama beberapa hari ke depan. Hidup di bawah ancaman tidak membuat-Nya merasa
takut, namun bukan berarti Ia akan melakukan perlawanan kepada para penentang-
Nya.
Kita pun mendapati tidak sedikit orang hidup dalam ancaman karena
memperjuangkan keadilan, kebenaran, dan hak hidup sesama. Meski dalam ancaman,
mereka tidak menghentikan misi yang telah dipercayakan Tuhan kepadanya. Mereka
tidak lari, dan pada saat yang sama mereka tidak melakukan perlawanan. Mengapa
iman mereka tetap teguh dalam kondisi demikian? Rasul Paulus berkata bahwa kasih
Kristuslah yang menguatkan mereka. Mereka percaya bahwa penindasan,
penganiayaan, bahkan pedang sekalipun tidak dapat memisahkan dari ka
MENYERGAP DALAM SENYAP
AMSAL 14:21
”Makan di rumah saja ya,” kata ibu itu kepada
... berbahagialah anaknya. “Uang kita habis untuk beli tiket kereta.
orang yang Sisanya cuma cukup untuk naik angkutan kota.”
menaruh belas Sambil menangis, balita itu mengangguk. Melihat
itu, Nino membatalkan niatnya untuk makan di
kasihan kepada warung. “Terimalah, Ibu, saya mohon. Sekadar
orang yang untuk makan siang,” kata Nino seraya
menderita. mengulurkan selembar seratus ribuan.
(Amsal 14:21b) Turun dari kereta, dengan perut kosong, Nino
harus berjalan kaki hampir dua kilometer untuk
sampai di rumah. Sisa uangnya tak lagi cukup untuk naik ojek. Meski begitu, ia
merasa bahagia.
Pengalaman Nino tak asing buat kita: Melihat sesama menderita, hati kita tergerak
oleh belas kasihan, dan menuntut agar kita berusaha menolong. Tuntutan hati itu
begitu kuat hingga terasa sebagai kewajiban yang tak bisa ditolak.
Tuhan bersabda, “Berbahagialah orang yang menaruh belas kasihan kepada orang
yang menderita.” Tuhan berjanji, jika kita menaruh belas kasihan kepada orang yang
menderita—yakni ketika tuntutan hati untuk menolong sesama sungguh kita
wujudkan— kita akan diliputi kebahagiaan. Kebahagiaan yang berbeda, yang kita
alami bukan karena mendapatkan yang kita ingini, bukan karena kita mengharap
apalagi mengejarnya, melainkan karena kita mengusahakan kebahagiaan sesama
begitu rupa hingga justru lupa kebahagiaan sendiri. Kebahagiaan ini menyergap diam-
diam, menyelinap senyap tak terduga, dan tahu-tahu sudah memenuhi hati.
Tahukah Anda bagaimana rasanya disergap kebahagiaan seperti itu? Anda benar, itu
sangat indah. Sungguh sangat indah.