Anda di halaman 1dari 6

TUGAS MATA KULIAH TEORI SOSIOLOGI

Oleh:
1. Ulil Arkham, M.Pd.I NIM : 227120100111009
2. Kukuh Tri Sandi, S.Pi, MT, M.Sc . NIM : 227120100111008
3. Herning Budhi Widyastutu. NIM : 217120101011015

PROGRAM DOKTOR SOSIOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
PASCA SARJANA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2022
CHAPTER VI SYMBOLIC INTERACTIONIS THEORIZING

I. LANDASAN TEORI
Teori Interaksionisme Simbolik dikemukakan oleh George Herbert Mead. Menurut
pendapat Mead, interaksi sosial terjadi karena penggunaan simbol-simbol yang memiliki
makna. Simbol tersebut menciptakan makna yang dapat memicu adanya interaksi sosial
antar individu. Contoh interaksionisme simbolik dalam aktivitas sehari-hari yaitu ketika
kita sedang melakukan aktivitas berbelanja di mana terdapat pelayan yang
menawarkan berbagai produk. Oleh karena itu dalam hal ini kita akan menempatkan
diri sebagai seorang konsumen. Interaksionisme simbolik pada contoh ini memberikan
makna atas suatu peran dan juga aktivitas pada setiap individu.
Interaksi simbolik didasarkan pada ide-ide tentang individu dan interaksinya dengan
masyarakat.
Esensi interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri manusia,
yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna. Perspektif ini
menyarankan bahwa perilaku manusia harus dilihat sebagai proses yang
memungkinkan manusia membentuk dan mengatur perilaku mereka dengan
mempertimbangkan ekspektasi orang lain yang menjadi mitra interaksi mereka
Dalam pandangan teori Interaksionisme Simbolik, manusia adalah mahluk
pembuat atau produsen simbol. Segala sesuatu (objek) yang ada di dalam kehidupan
manusia mempunyai makna simbolik. Makna-makna ini tidak datang dengan sendirinya,
melainkan dihadirkan dan kemudian disepakati dan dijadikan simbol. Simbol di sini
dipahami sebagai tanda yang mengandung kesepakatan makna. Oleh sebab itu,
perilaku manusia, baik sebagai individu maupun kelompok bertitik tolak dari makna-
makna simbolik dari objek itu tadi.
Asumsi dasar teori interaksionisme simbolik menurut Herbert Mead adalah
Pertama a manusia bertindak terhadap benda berdadarkan “arti” yang dimilikinya.
Kedua Asal mula arti benda-benda tersebut muncul dari interaksi sosial yang dimiliki
seseorang. Ketiga makna yang demikian ini diperlakukan dan dimodifikasikan melalui
proses interpretasi yang digunakan oleh manusia dalam berurusan dengan benda-
benda lain yang diterimanya. Dari ketiga asumsi tersebut kemudian melahirkan pokok-
pokok pemikiran interaksi simbolik yang menjadi ciri-ciri utamanya yaitu: interaksi
simbolik adalah proses-proses formatif dalam aknya sendiri karena hal tersebut ,maka
ia membentuk proses terus menerus yaitu proses pengembangan atau penyesuaian
tingkah laku,dimana hal ini dilakukan melalui proses dualisme difinisi dan
interpretasi ,proses pembuatan interprtasi dan definisi dari tindakan satu orang ke
orang lain berpusat dalam diri manusi melalui interaksi simbolik yang menjangkau
bentuk-bentuk umum hubungan manusia secara luas.
 Bentuk paling sederhana dan paling pokok dalam komunikasi dilakukan melalui
isyarat. Hal ini disebabkan karena manusia mampu menjadi objek untuk dirinya sendiri
dan melihat tindakan-tindakanya sebagaimana orang lain melihatnya. Lebih khususnya
lagi komunikasi simbolis manusia itu tidak terbatas pada isyarat-isyarat fisik.
Sebaliknya,ia menggunakan kata-kata,yakni simbol suara yang mengandung arti dan
dipahami dan dipahami bersama dan bersifat standar. Namun Mead dengan hati-hati
mengemukakan bahwa pranata tak selalu menghancurkan individualitas atau
melumpuhkan kreativitas . Mead mengakui adanya oranata sosial yang meninas,
streotip. ultrakonservatif yakni yang dengan kelakuan, ketidaklenturan dan
ketidakprogresifanya menghancurkan atau melenyapkan individualitas. Menurut Mead,
pranata sosial seharusnya menyediakan ruang yang cukup bagi individualitas dan
kreativitas. Disini Mead menunjukan konsep pranata sosial yang sangat modern ,baik
sebagai pemaksa individu maupun sebagai yang memungkinkan mereka untuk menjadi
individu yang kreatif. Pada awal perkembanganya ,interaksi simbolik lebih menekankan
studinya tentang perilaku manusia pada hubungan interpersonal,bukan pada
keseluruhan kelomok atau masyarakat.

II. PROBLEMATIKA DI MASYARAKAT


Berangkat dari teori Simbolik, saya mencoba untuk meneliti fenomena sosial
dimasyarakat, yaitu Program Bantuan Sosial Beras untuk Orang Miskin (Raskin) yang
digulirkan oleh pemerintah mulai tahun 1998 sampai dengan tahun 2017. Raskin adalah
program pemerintah dalam upaya meningkatkan Ketahanan Pangan dan memberikan
perlindungan pada keluarga miskin melalui pendistribusian beras minimal 15
kg/KK/bulan dengan harga Rp. 1.600,- per kg di titik distribusi.  Tujuan Program Raskin
adalah memberikan bantuan dan meningkatkan/membuka akses pangan Keluarga
Miskin dalam rangka memenuhi kebutuhan beras sebagai upaya peningkatan
Ketahanan Pangan ditingkat keluarga penerima manfaat pada tingkat harga bersubsidi
dengan jumlah yang telah ditentukan. Raskin ini diperuntukkan bagi masyarakat
Prasejahtera dan dilaksanakan oleh Perum Bulog. Mekanisme penyalurannya, Bulog
mendistribusikan beras ke Balai Desa, kemudian Pemerintah Desa akan membagikan
kepada Rumah Tangga Penerima/KK sesuai alokasi dari Pemerintah untuk ditebus
dengan harga Rp.1.600 /Kg, setelah semua Raskin terdistribusi dan tertebus, Kades
akan membayar kepada Bulog sesuai jatah Raskin yang diterima.
Biasanya Rumah warga Penerima Raskin akan mendapatkan tanda berupa Stiker
yang menunjukkan bahwa pemliki rumah adalah Keluarga Prasejahtera dan menerima
Raskin. Ini berarti tetangga di sekitar akan memahami bahwa si Penerima Raskin
adalah orang miskin dan pantas menerima bantuan sosial. Akan tetapi di beberapa
wilayah, khususnya di Madura terjadi fenomena penerima Raskin tidak hanya keluarga
Prasejahtera, akan tetapi warga desa yang mampu juga banyak yang menerima Raskin.
Biasanya oleh Kepala Desa ada upaya untuk pemerataan bantuan Raskin, kepada
warga lain yang tidak terdaftar sebagai penerima. Ini dilakukan salah satuy sebabnya
untuk mengurangi konflik di masyarakat akibat tidak meratanya jatah bantuan. Rata-
rata dari 15 kg/KK yang seharusnya, dilakukan pengurangan yang nilainya beragam,
antara sepertiga sampai seperlima dari jatah seharusnya. Sehingga keluarga miskin
hanya mendapatkan 5 kilo bahkan hanya 3 kilo perbulan. Sisanya kemana, ini biasanya
lari ke warga lain yang seharusnya tidak menerima, bahkan banyak diantaranya yang
bergelar Haji, penulis pernah bertanya kepada pak Haji yang menerima Raskin, kenapa
sudah kaya taoi kok minta dan mau menerima Raskin, jawabannya sangat sederhana,
kan sudah membayar pajak, berarti berhak mendapat bantuan Raskin dari pemerintah.
Ini artinya Raskin yang di simbolkan bantuan untuk orang miskin menjadi luntur,
bahkan dianggap sebagai hadiah dari pemerintah untuk semua warga tanpa melihat
status ekonomi.
Tindakan repetisi seperti itu akan memperkuat tentang adanya pemaknaan yang
benar-benar telah bergeser di benak pelakunya terhadap suatu simbol Raskin. Teori
Interaksionisme Simbolik dalam konteks tulisan ini menunjukkan bahwa perilaku
“menyimpang” yang diperagakan oleh siapapun, jika dibiarkan (tanpa dikoreksi) dalam
kurun waktu tertentu akan menghadirkan mana simbolik baru. Program Beras untuk
warga Miskin (Raskin) menjadi hilang makna asalinya karena terkikis akibat interaksi
sosial, yang bermula dari aksi-aksi individual. Penciptaan budaya hukum yang sehat
dalam skala yang luas wajib juga dimotori oleh penegakan disiplin dalam budaya
hukum di tingkat kehidupan bertetangga, dan, itu bisa disimbolkan dari perilaku
sederhana seperti dengan tidak mau menerima Raskin yang seharusnya ditujukan oleh
keluarga prasejahtera.
Teori Interaksi Sosial Menurut Ahli Sosiologi Pembahasan terkait dengan
interaksi sosial sudah dijelaskan oleh beberapa ahli sosiologi pada era abad ke-19 dan
awal 20. Di antaranya ialah George Herbert Mead dan Erving Goffman. Keduanya
menjelaskan interaksi sosial sebagai suatu bentuk aktivitas individu yang dapat menjadi
faktor pembentuk kepribadian dari setiap orang. Kedua sosiolog itu juga merumuskan
teori tentang interaksi sosial, yakni Interaksionisme Simbolik dan Dramaturgi. 1. Teori
Interaksionisme Simbolik Teori Interaksionisme Simbolik dikemukakan oleh George
Herbert Mead. Menurut pendapat Mead, interaksi sosial terjadi karena penggunaan
simbol-simbol yang memiliki makna. Simbol tersebut menciptakan makna yang dapat
memicu adanya interaksi sosial antar individu. Contoh interaksionisme simbolik dalam
aktivitas sehari-hari yaitu ketika kita sedang melakukan aktivitas berbelanja di mana
terdapat pelayan yang menawarkan berbagai produk. Oleh karena itu dalam hal ini kita
akan menempatkan diri sebagai seorang konsumen. Interaksionisme simbolik pada
contoh ini memberikan makna atas suatu peran dan juga aktivitas pada setiap individu.
2. Teori Dramaturgi Teori Dramaturgi dikonsepsikan oleh Erving Goffman. Menurut
Goffman, interaksi sosial seperti suatu pertunjukan seni. Sebab, dalam interaksi sosial
ada dua jenis kehidupan, yaitu backstage (belakang panggung) dan juga frontstage
(depan panggung). Teori Goffman menggambarkan kehidupan manusia yang memiliki
perbedaan pola interaksi yang tergantung pada situasi dan kondisi. Dalam kehidupan
sehari-hari, dramaturgi dalam interaksi sosial terlihat seperti dalam kehidupan seorang
Ayah. Saat bekerja, seorang ayah mungkin akan menjadi seorang bos yang akan
bersikap tegas kepada bawahannya di perusahaan. Sebaliknya, saat di rumah dan
menjadi figur ayah, sosok itu mungkin akan lebih ramah dan bersahabat kepada anak-
anaknya. Jenis-Jenis Interaksi Sosial Ada beragam jenis interaksi sosial yang dipelajari
dalam sosiologi. Secara umum, mengutip isi dari penjelasan di publikasi Kemdikbud,
jenis interaksi sosial bisa terbagi menjadi tiga, yakni hubungan orang per-orang, relasi
individu dan kelompok, serta hubungan antar-kelompok. Pembagian jadi 3 jenis ini
didasari atas subyek yang terlibat dalam interaksi. Sementara mengutip situs Lumen
Learning, terdapat setidaknya 5 jenis interaksi sosial. Detailnya adalah sebagai berikut.
1. Komunikasi Non-Verbal Proses komunikasi ini dilakukan tanpa adanya aktivitas
verbal antar individu. Jenis interaksi sosial seperti ini banyak ditemukan dewasa ini
seperti dalam aktivitas media sosial. Selain itu, jenis komunikasi ini dapat disampaikan
pula melalui pakaian dan gaya kita. Sehingga dalam hal ini berkaitan dengan teori
interaksionisme simbolik. 2. Pertukaran Sosial Jenis interaksi sosial ini melakukan
aktivitas pertukaran yang mengarah pada hubungan antar individu. Munculnya
pertukaran didasarkan pada kepentingan satu sama lain dengan membentuk suatu
hubungan. 3. Kerja sama Proses ini merupakan suatu kegiatan kerja atau melakukan
sesuatu secara bersamaan antara dua orang individu atau lebih. Kerja sama bisa
terbagi ke dalam tiga jenis, yaitu dipaksakan, sukarela, dan tidak disengaja. 4. Konflik
Dalam sosiologi, konflik dianggap sebagai hal yang normal yang ada dalam suatu
interaksi sosial. Hal tersebut dapat terjadi akibat adanya kepentingan pribadi atau
perebutan suatu kendali atas sumber daya yang langka. 5. Kompetisi Kompetisi juga
wajar dalam aktivitas interaksi sosial. Kompetisi memicu terjadinya interaksi sosial satu
sama lain dalam suatu kelompok, yakni antar-individu, ataupun antar kelompok.

Anda mungkin juga menyukai