Anda di halaman 1dari 2

JURNAL HARI KEDUA

PELATIHAN INFECTION PREVENTION AND CONTROL NURSE (IPCN)


Senin, 26 September 2022

Oleh: Ns. Bobby Dwi Putera, S.Kep


RSJ Dr. Yaunin Padang, Sumatera Barat

 Peran PERSI dalam mendukung PPI, PPI menjadi penting karna apabila terjadi
infeksi/HAIs pada pasien akan menyebabkan AVLOS memanjang, sehingga cost menjadi
tidak efisien. Oleh karna itu PERSI hadir untuk memberikan edukasi dan sosialisasi
kepada IPCN di seluruh Indonesia untuk dapat meningkatkan praktik PPI dalam
melakukan pelayanan kesehatan, karna PPI adalah daya ungkit peningkatan quality of
care. Saya sebagai IPCN harus memiliki Leadership Commitment sehinga bisa terjadi
Hospital Transformation, baik dalam hal memutus rantai infeksi maupun menanamkan
prinsip PPI di lingkungan rumah sakit saya.
Pemateri : dr. Tri Hesty Widyastoeti, SpM, MPH

 Kebijakan PPI dalam peningkatan mutu, Terdapat 13 standar PPI, mulai dari
penyelanggaraan PPI hingga edukasi terkait PPI di Fasyankes. melalui PMK 27/2017
tentang PPI Pemerintah dalam hal ini Kemenkes telah mengatur penyelenggraan PPI di
Fasyankes, sehingga diharapkan program PPI dapat berjalan dengan sebaik-baiknya. PPI
juga harus berkolaborasi dengan komite mutu, keselamatan pasien dan K3 untuk
menciptakan lingkungan Fasyankes yg aman dan nyaman untuk pasien dan tenaga
kesehatan didalamnya. Saya menyadari bahwa Kemenkes sudah menyediakan regulasi,
pedoman dan segala hal yang bisa di adopsi untuk kelancaran PPI di fasyankes saya,
sehingga saya bisa menyusun program PPI yang tepat dan efisien di fasyankes tempat
saya bekerja sebagai IPCN.
Pemateri : Direktur Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Kemenkes

 Epidemiologi Penyakit Infeksi (HAIs), dengan memahami Epidemiologi infeksi dengan


pendekatan triad epidemiologi yaitu Host-Agent-Environment (H-A-E) saya menjadi
lebih mengerti bagaimana mengelolanya sehingga tidak terjadi dis-equilibrium, sehingga
akan selalu menguntungkan Host atau dalam hal ini yaitu pasien, tenaga kesehatan dan
petugas di Fasyankes. saya juga mempelajari bagaimana perbedaan karakteristik (H-A-E)
dan interaksinya, sehingga saya bisa menerapkan di fasyankes saya nantinya strategi yang
tepat untuk memutus interaksi atau rantai infeksi tersebut.
Pemateri : Dr. Rokiah Kusumapradja, SKM, MHA

 Statistik dasar dalam program PPI, Sebagai seorang IPCN kita harus memahami
pengolahan data, dalam hal ini yaitu data hasil monitoring dan audit yang kita lakukan,
mulai dari angka infeksi hingga kepatuhan kewaspadaan isolasi yang telah diterapkan di
Fasyankes kita. saya disini juga belajar untuk lebih memahami proses pengolahan data
mulai dari mendapatkan rate yang akurat, pegolahan, penyajian dan analisis/interpretasi
data tersebut. hingga akhirnya nanti saya dan komite PPI bisa menyusun program PPI
yang tepat sesuai dengan hasil analisis data yang didapatkan.
Pemateri : Dr. Rokiah Kusumapradja, SKM, MHA

 Konsep dasar HAIs dan program PPI, Penting untuk seorang IPCN memahami HAIs,
faktor penyebab HAIs, Dampak serta Solusi dari HAIs tersebut. Body of knowledge IPC
harus dipahami dengan baik yang mana didalamnya terdapat segala hal terkait
penyelenggaraan PPI RS, maka dari itu saya dan komite PPI RS akan berusaha untuk
menyusun regulasi, pedoman, program dan SPO yang baik melalui kewaspadaan standar
maupun transmisi. serta audit pelaksanaan Bundles pada tiap unit kerja di RS.
Pemateri : Costy Pandjaitan, CVRN, SKM, MARS, PhD

 Kewaspadaan Isolasi, Kewaspadaan isolasi yang mana didalamnya terdapat


kewaspadaan standan dan kewaspadaan berdasarkan transmisi merupakan Jantung dari
pelaksanaan PPI di Fasyankes, hal ini menjadi titik vital pemutusan mata rantai infeksi.
Saya sebagai IPCN menyadari bahwa masih banyak kekurang disana-sini terkait
pelaksanaan kewaspadaan isolasi ini di fasyankes saya, baik dalam hal Hand Hygiene,
Kebersihan Lingkungan, Penggunaan APD, Pengelolaan Linen, maupun kewaspadaan
berdasarkan transmisi kontak. Namun kedepannya akan saya dan komite PPI RS
tingkatkan lagi.
Pemateri : dr. Aziza Ariyani, SpPK

 Pencegahan CAUTI (ISK), dalam pencegahan ISK penting untuk terlaksananya


bundles, baik bundles insersi maupun maintenance. Meskipun di fasyankes saya sangat
jarang dilakukannya pemasangan kateter urin, tapi tidak menutup kemungkinan akan
dilakukam suatu waktu, sehingga penting bagi saya sebagai seorang IPCN untuk
mensosialisasikan pelaksanaan bundles CAUTI, mulai dari saat insersi hingga perawatan
dan pemeliharaan kateter itu sendiri.
Pemateri : Linduati Christina, S.Kep, Ns, MARS

Anda mungkin juga menyukai