Anda di halaman 1dari 2

1.

Syarat sahnya perjanjian terdapat pada pasal 1320 KuhPer, yaitu :

-kesepakatan mereka yang mengikatkan diri

-kecakapan mereka yang membuat kontrak

-suatu hal tertentu

-suatu sebab yang halal.

1. Para Pihak

Syarat perjanjian dinyatakan sah yang pertama adalah adanya kesepakatan para pihak. Artinya harus
ada persetujuan atau kesepakatan para pihak yang membuat perjanjian. Tidak boleh ada paksaan
atau tekanan, melainkan perjanjian harus atas dasar kehendak sendiri. Hal ini juga telah ditegaskan
kembali dalam Pasal 1321 KUH Perdata:

Tiiada suatu persetujuan pun mempunyai kekuatan jika diberikan karena kekhilafan atau diperoleh
dengan paksaan atau penipuan.

Kontrak ini telah memenuhi salah satu syarat kontrak yaitu para pihak. Dalam kontrak ini para pihak
diantaranya yaitu :

1. Bank

2. Nasabah

2. Kecakapan Para Pihak

Mengenai cakap tidaknya seseorang, perlu diketahui siapa saja yang menurut hukum tidak cakap
atau tidak punya kedudukan hukum untuk membuat perjanjian, sebagaimana disebutkan dalam
Pasal 1330 KUH Perdata yaitu: Yang tak cakap untuk membuat persetujuan adalah; anak yang belum
dewasa; orang yang ditaruh di bawah pengampuan; perempuan yang telah kawin dalam hal-hal yang
ditentukan undang-undang dan pada umumnya semua orang yang oleh undang-undang dilarang
untuk membuat persetujuan tertentu.

Dalam kontrak ini telah memenuhi syarat bahwa para pihak telah memenuhi kriteria kecakapan.
Dimana seseorang yang menjadi nasabah dan orang dari pihak bank sudah mengerti hukum dan
paham mengenai peraturaan dalam perjanjian ini.

3. Singkatnya, prestasi adalah apa yang jadi kewajiban debitur dan apa yang jadi hak kreditur dalam
suatu perjanjian.

Dalam kontrak ini telah dijabarkan pula klausul-klausul yang membuat tentang peraturan perjanjian
yang dilakukan. Seperti maksud dari pembiayaan mudharabah, perjanjian bank tentang perjanjian
jangka waktu dan fasilitas, syarat-syarat realisasi pembiayaan, pembagian hasil, dan hal-hal lain yang
ditentukan.

4.Sebab yang Halal


KUH Perdata tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai sebab yang halal. Adapun yang diatur adalah
suatu sebab terlarang jika dilarang oleh undang-undang, bertentangan dengan kesusilaan atau
ketertiban umum.

Akad ini telah sesuai dengan ketentuan otoritas jasa keuangan, yaitu kerjasama bagi hasil. Yang
dimana tidak melanggar ketentuan hukum yang berlaku. Namun demikian, dalam konteks keuangan
Islam, penting untuk memastikan bahwa sebab-sebab yang menyertai suatu transaksi atau akad
adalah halal. Sebab yang halal mencakup aspek-aspek seperti sumber pendapatan yang tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah, kepatuhan terhadap hukum Islam, dan ketaatan
terhadap prinsip-prinsip moral dan etika yang diakui dalam agama. Oleh karena itu, dalam
menjalankan kerjasama bagi hasil sesuai dengan ketentuan otoritas jasa keuangan, perlu ditekankan
bahwa sebab-sebab yang mendukung akad tersebut haruslah yang halal. Hal ini bertujuan untuk
memastikan keberlanjutan dan keabsahan transaksi yang dilakukan dalam kerangka keuangan Islam.

Anda mungkin juga menyukai