Anda di halaman 1dari 2

Aturan Mengenai Gaji Karyawan yang

Terlambat
Pasal 88A ayat (3) UU 13/2003 jo. UU 11/2020 dan pasal 55 ayat
(1) PP 36/2021 menegaskan pengusaha wajib membayar upah pada
waktu yang telah diperjanjikan dan sesuai dengan kesepakatan
antara pengusaha dengan pekerja.

Artinya tidak dapat dibayarkan terlambat, atau tata cara


pembayaran dan jumlahnya tidak sesuai dengan kesepakatan.
Ketentuan selanjutnya yakni dalam pasal 185 ayat (1) dan (2)
menyebut penyimpangan dari pasal 88A ayat (3) merupakan tindak
pidana kejahatan dan pengusaha dapat dijatuhi sanksi pidana
penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 4 (empat)
tahun dan/atau denda paling sedikit Rp 100.000.000,00 (seratus
juta rupiah) dan paling banyak Rp 400.000.000,00 (empat ratus
juta rupiah).

Selain sanksi pidana, pasal 88A ayat (6) UU 13/2003 jo. UU


11/2020 menyebut pengusaha yang karena kesengajaan atau
kelalaiannya mengakibatkan keterlambatan pembayaran upah,
dapat dikenakan denda sesuai dengan persentase tertentu dari upah
pekerja/buruh.

Lebih lanjut pasal 61 ayat (1) PP 36/2021 mengatur denda yang


dikenakan, adalah sebagai berikut:

1. Mulai dari hari keempat sampai hari kedelapan terhitung


tanggal seharusnya upah dibayar, dikenakan denda sebesar
5% (lima persen) untuk setiap hari keterlambatan dari upah
yang seharusnya dibayarkan
2. Sesudah hari kedelapan, apabila upah masih belum dibayar,
dikenakan denda keterlambatan sebagaimana dimaksud pada
huruf a ditambah 1% (satu persen) untuk setiap hari
keterlambatan dengan ketentuan 1 (satu) bulan tidak boleh
melebihi 50% (lima puluh persen) dari upah yang seharusnya
dibayarkan
3. Sesudah sebulan, apabila upah masih belum dibayar,
dikenakan denda keterlambatan sebagaimana dimaksud pada
angka 1 dan 2 di atas, ditambah bunga sebesar suku bunga
tertinggi yang berlaku pada bank pemerintah.

Selain itu PP Pengupahan mengatur ketentuan tentang waktu


pembayaran gaji karyawan. Berikut ini beberapa aturan pokoknya:

1. Pengusaha wajib membayar gaji pada waktu yang telah


diperjanjikan antara pengusaha dengan pekerja/buruh.
2. Dalam hal hari atau tanggal yang telah disepakati jatuh pada
hari libur, hari yang diliburkan, atau hari istirahat mingguan,
pelaksanaan pembayaran gaji diatur dalam perjanjian kerja,
peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.
3. Gaji dapat dibayarkan dengan cara harian, mingguan, atau
bulanan.
4. Jangka waktu pembayaran gaji oleh pengusaha tidak boleh
lebih dari 1 bulan.
5. Dalam hal gaji dibayarkan melalui bank, maka gaji harus
sudah dapat diuangkan oleh pekerja/buruh pada tanggal
pembayaran upah yang disepakati kedua belah pihak.

Dalam PP Pengupahan juga memberikan toleransi keterlambatan


pembayaran gaji hingga hari ketiga tanggal penggajian.

Anda mungkin juga menyukai