Anda di halaman 1dari 2

Pertanyaan:

Denda Akibat Gaji Terlambat Dibayar


Yth Bapak/Ibu: Di kantor saya pembayaran gaji sebelumnya dibayarkan setiap tanggal 1 setiap
bulan, namun sekarang ada kebijakan baru bahwa pembayaran gaji dibayarkan dengan rentang
waktu antara tanggal 1 - 4 setiap bulan, jadi pembayaran gaji kadang dilakukan pada tanggal 1
kadang tanggal 2/3/4. Hal ini berakibat pada pembengkakan bunga pada cicilan/kartu
kredit/asuransi/pinjaman dll milik karyawan secara pribadi, karena mereka dari awal sudah
menandatangani perjanjian bahwa jatuh tempo pembayaran adalah tanggal 1, selain memang
kebutuhan bulanan yang sudah menipis. Dari sisi hukum, bolehkah pembayaran gaji dengan
sistem seperti itu dilakukan? Mohon penjelasannya, Terimakasih.  

Jawaban:

Mengenai upah pekerja ditentukan dalam Pasal 1 angka 3 UU No. 13 Tahun


2003 tentang Ketenagakerjaan (“UUK”) sebagai berikut:
“Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang  sebagai
imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan
dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-
undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh.”

Berdasarkan pengaturan tersebut dapat kita ketahui bahwa upah ditetapkan dan
dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan atau peraturan perundang-
undangan.

 
Menurut ketentuan Pasal 10 ayat (1) PP No. 8 Tahun 1981 tentang
Perlindungan Upah (“PP 8/1981”), upah harus dibayarkan langsung kepada
buruh pada waktu yang telah ditentukan sesuai dengan perjanjian. Lebih lanjut
dalam Pasal 17 PP 8/1981disebutkan pula bahwa jangka waktu pembayaran
upah secepat-cepatnya dapat dilakukan seminggu sekali atau selambat-lambatnya
sebulan sekali kecuali bila perjanjian kerja untuk waktu kurang dari satu Minggu.

Dari ketentuan-ketentuan tersebut di atas, maka penentuan kapan upah dibayarkan


seharusnya diatur dalam kesepakatan atau perjanjian kerja atau perjanjian kerja
bersama (jika ada serikat pekerja) sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.  

Sedangkan, berdasarkan penjelasan Anda, perusahaan tempat Anda bekerja telah


mengeluarkan kebijakan bahwa upah akan dibayarkan pada tanggal 1 tiap bulannya
yang selama ini telah disepakati oleh seluruh pekerja. Karena penentuan waktu
pembayaran upah ditentukan sesuai dengan perjanjian atau kesepakatan, maka
pihak perusahaan tidak dapat menetapkan secara sepihak kebijakan pembayaran
upah antaratanggal 1 sampai dengan tanggal 4 setiap bulannya.

 
Dengan demikian, jika pihak perusahaan hendak mengubah kesepakatan tanggal
pembayaran upah, harus dilakukan atas kesepakatan antara pengusaha dan
pekerja. Karena dalam perusahaan tempat Anda bekerja, tanggal pembayaran upah
sebelumnya telah disepakati adalah tanggal 1 dalam perjanjian (perjanjian kerja
atau perjanjian kerja bersama), maka perusahaan wajib mematuhinya. Apabila
perusahaan melakukan pembayaran upah setelah tanggal 1, artinya perusahaan
melakukan keterlambatan pembayaran upahsebagaimana diatur dalam Pasal 95
ayat (2) UUK.

 
Pasal 95 ayat (2) UUK menyatakan bahwa “Pengusaha yang karena kesengajaan
atau kelalaiannya mengakibatkan keterlambatan pembayaran upah,
dikenakan denda sesuai dengan persentase tertentu dari upah pekerja/buruh.
Persentase denda ini diatur oleh pemerintah (Pasal 95 ayat [3] UUK) yang kita
temui dalam Pasal 19 PP 8/1981:

Pasal 19
Apabila upah terlambat dibayar, maka mulai dari hari keempat sampai hari kedelapan
terhitung dari hari di mana seharusnya upah dibayar, upah tersebut ditambah dengan 5%
(lima persen) untuk tiap hari keterlambatan.
Sesudah hari kedelapan tambahan itu menjadi 1 % (satu persen) untuk tiap hari
keterlambatan, dengan ketentuan bahwa tambahan itu untuk 1 (satu) bulan tidak boleh
melebihi 50% (lima puluh persen) dari upah yang seharusnya dibayarkan.
Apabila sesudah sebulan upah masih belum dibayar, maka disamping berkewajiban untuk
membayar sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), pengusaha diwajibkan pula membayar
bunga sebesar bunga yang ditetapkan oleh bank untuk kredit perusahaan yang
bersangkutan.
Penyimpangan yang mengurangi ketentuan dalam pasal ini adalah batal menurut hukum

 Dasar hukum:
1.     Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
2.     Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1981 tentang Perlindungan Upah.

Anda mungkin juga menyukai