Anda di halaman 1dari 5

Nama : Irsan Mochammad Hizki Erfriansyah

NPM : 180310220072
Dosen Pengampu : 1. Prof. Dr. Nina Herlina, M. S
2. Tanti R. Skober, M. Hum
Pembicara 1: Prof. Dr. Nina Herlina, M. S (SOP Pengusulan Pahlawan

Nasional)

Dasar Hukum pencalonan tokoh untuk diangkat menjadi pahlawan nasional

diatur dalam:

1. UUD 1945 BAB III pasal 15 “Presiden memberi gelar, tanda jasa, dan lain-

lain tanda kehormatan yang diatur dalam undang-undang.

2. UU Nomor 20 Tahun 2009 Tentang gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2010 Tentang pelaksanaan UU

Nomor 20 Tahun 2009 Tentang gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan.

4. Permensos RI Nomor 13 Tahun 2018 Tentang Perubahan Atas Permensos

Nomor 15 Tahun 2012 Tentang Pengusulan Gelar Pahlawan Nasional.

Alur pencalonan pahlawan kurang lebih seperti ini, masyarakat dan

akademisi menghubungi bupati dan gubernur setempat untuk meminta surat

rekomendasi dari instansi sosial, lalu kemudian instansi sosial mengusulkan nama

tokoh tersebut kepada Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Daerah (TP2GD) untuk

mengadakan seminar atau pun diskusi mengenai kelayakan tokoh tersebut.

Nara Singa II sudah mengalami proses pengusulan dari masyarakat sejak

tahun 2016. Prof. Nina ketika itu juga mengikuti seminar nasional itu Setidaknya

harus ada testimoni atau surat rekomedasi dari 20 lembaga yang menyatakan bahwa

perjuangan dari Nara Singa II memang patut memperoleh gelar kepahlawanan.


Menurut Prof. Nina Herlina berdasarkan pengalamannya yang sudah sering

merekomendasikan beberapa tokoh untuk memperoleh gelar pahlawan, pencalonan

atau pengusulan gelar ini sangat amat terlihat adanya unsur politis. Prof. Nina juga

mewanti-wanti di seminar ini untuk selalu berhati-hati dan terus memantau sekalipun

Nara Singa II sudah masuk di Dewan Gelar Pusat. Hal ini berkaitan dengan unsur

politis yang disebutkan diatas, pernah terjadi adanya unsur politis yaitu nama seorang

tokoh yang akan diresmikan menjadi Pahlawan Nasional, seketika hilang dari daftar

nama. Nama lain kemudian menggantikan calon tersebut tanpa melewati verifikasi

dari tim TP2GD.

Pembicara 2: Prof. Dr. Isjoni, M. Si (Nilai-nilai Kejuangan Nara Singa II)

Nilai kejuangan adalah konsep berkenaan dengan sifat, mutu, keadaan, yang

berguna bagi manusia dan kemanusiaan yang menyangkut perihal perang, berkelahi,

perlawanan, dan juga laga. Dalam hal ini, konsep dari nilai kejuangan berkenaan

dengan penggambaran Nara Singa II memiliki daya pendorong dan pendobrak

Kerajaan Indragiri untuk merdeka dan terbebas dari Portugis. Dengan begitu, output

yang diharapkan adalah nilai kejuangan dari Nara Singa II ini bisa menjadi trasmisi

dan teladan bagi generasi berikutnya.

Nara Singa II memiliki keberanian yang sangat besar untuk melawan

penjajah dari negeri barat, yaitu portugis yang pada tahun 1511. Kedatangan Portugis

di Malaka bertujuan untuk menguasai Malaka yang terkenal akan rempah dan

kuatnya jalur perdagangan. Nara Singa II dan pasukannya tidak menginginkan

wilayahnya menjadi jajahan negara lain, ia memutuskan untuk melawan pasukan

Portugis melalui beberapa perang terbuka, sekali pun persenjataan Portugis lebih

maju dibandingkan Malaka, ia tetap tidak gentar.


Konflik internal adalah hal yang umum terjadi di setiap kerajaan Nusantara

atau mungkin seluruh kerajaan di dunia, tak terkecuali dengan konflik antara

Kerajaan Indragiri dan Kesultanan Malaka. Ketika ia naik tahta menjadi Raja

Indragiri untuk menggantikan ayahnya, ia merupakan orang pertama yang

menganjurkan rasa persatuan dan kesatuan diantara kedua kerajaan itu. Ia

berpendapat bahwa musuh mereka yang nyata adalah penjajah Portugis.

Meskipun ayah dan keluarganya dianggap sebagai pengkhianat Malaka

karena tuduhan akan melakukan kudeta terhadap Sultan Melaka Alaudin Riyatsyah I,

yang mana tuduhan ini hampir saja membuat Nara Singa II hampir saja kehilangan

wewenangnya untuk menjadi raja di Kerajaan Indragiri. Ia tidak mendendam pada

raja dari Kerajaan Malaka, ia bahkan berjanji akan tetap patuh dan mempertahankan

Malaka dari pengaruh bangsa asing. Ini merupakan contoh dari sikap Cinta tanah air

Pembicara 3: Dr. Bunari, M. Si (Riwayat Hidup Nara Singa II)

Nara Singa II adalah sultan terakhir dari Kerajaan Keritang, sebelum

kemudian namanya berubah menjadi Kesultanan Indragiri. Dari 25 raja lainnya, ia

merupakan satu-satunya raja yang paling memiliki kharisma dan paling berpengaruh

di Kesultanan Indragiri, hal ini disebabkan karena ia merupakan satu-satunya raja

Indragiri yang mau turun langung ke medan peperangan melawan Portugis.

Nama kecilnya adalah Ibrahim. Tidak ada catatan pasti yang bisa

menjelaskan kapan Nara Singa II lahir. Sejarawan memperkirakan bahwa Ia lahir

pada 1472. Ia diasuh oleh kakeknya, Sultan Malaka Mansyursyah sampai usia 5

tahun. Setelah itu ia diasuh oleh pamannya, Sultan Alaudin Riatsyah I selama 11
tahun. Ia juga sempat mengembara keluar dari Indragiri dan kembali lagi pada tahun

1508/1509 di usia 30-an (antara 35/36 tahun).

Pada tahun 1518, ia menikah dengan Tun Khatijah, Putri dari Sultan

Mahmudsyah. Ia menikahi Tun Khatijah di Bintan. Ketika Nara Singa II sudah

menjadi sultan di Indragiri, ia menikah lagi dengan putri dari Raja Minangkabau,

Dang Purnama. Pernikahan kedua ini ditunjukan sebagai bagian dari upaya

diplomasi.

Hal pertama yang dilakukannya ketika dilantik menjadi Raja Indragiri adalah

memindahkan pusat pemerintahan dari Perigi Raja ke Pekantua. Setelah itu, ia

kemudian menyusun kekuatan militer di Reteh untuk menghadang serangan Portugis.

Nara Singa II sudah menjadi seperti legenda di ingatan masyarakat Riau, ia

dikenal dengan julukan “Ke darat jadi singa, ke laut jadi naga”. Hal ini dikarenakan

Raja Nara Singa II yang sangat terampil dalam berperang, baik pertempuran itu

dilakukan di laut maupun di darat. Sebagai raja, ia tidak hanya melihat peperangan

dari jauh saja, tetapi ia juga ikut turun dan terlibat dalam berbagai peperangan.

Pada pertempuran yang terjadi di Kopak, Raja Nara Singa II terluka cukup

parah di sekujur tubuhnya, tapi ia masih bisa diselamatkan dan dikembalikan ke

Indragiri oleh beberapa pasukannya yang tersisa. Sayangnya, luka yang cukup parah

itu tidak bisa dipertahankan lagi, pada akhir tahun 1530 itu Raja Nara Singa II

meninggal dunia.
SIMPULAN

Dasar hukum yang mengatur mengenai pemberian gelar kepahlawanan ini

diatur dalam UUD 1945 BAB III pasal, UU Nomor 20 Tahun 2009, Peraturan

Pemerintah Nomor 35 Tahun 2010, dan juga Permensos RI Nomor 13 Tahun 2018

Kementerian yang mempunyai wewenang untuk mengatur proses pencalonan

seseorang untuk diresmikan sebagai pahlawan nasional adalah Kementerian Sosial

dengan dibantu oleh Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Daerah.

Dari syarat dan ketentuan yang berlaku, maka dapat disimpulkan bahwa Nara

Singa II layak menjadi Pahlawan Nasional. Hal ini berkaitan dengan syarat umum

serta syarat khusus yang ditetapkan oleh Kemensos. Pada seminar ini, dilakukan

verifikasi sederhana atau ringkas kepada Nara Singa II.

Menurut moderator, PR untuk tim seminar ini adalah perihal pengajuan ke

Pemprov Kepri untuk segera mengajukan kepahlawanan Nara Singa ke Pemerintah

Pusat agar proses pencalonan bisa segera terealisasikan. Hal ini juga berkaitan

dengan tuntutan masyarakat riau yang mayoritasnya sudah mengakui

kepahlawanan Nara Singa II.

Anda mungkin juga menyukai