Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH PENGELOLAAN LIMBAH PADAT

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1:

SOFIA PUTRI DEY 2022311186

MARIA OCTAVIANI WOGE 2022310793

MARIA ANJELINA BAI 2022310714

MIKAEL A. B. BAON 2022310267

DIONISUS JEMAUN 2022310695

UNIVERSITAS FLORES

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI SIPIL


KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa, yang atas rahmat-Nya
dan karunianya kami dapat menyelesaikan tugas kelompok ini tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Ilmu
Lingkungan Dan Penyehatan yang telah memberikan tugas terhadap kami. Kami juga ingin
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam pembuatan Makalah ini.
Kami sebagai penyusun merasa masih banyak kekurangan dalam penyusunan Makalah ini,
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempatan makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………2

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………3

BAB I

PENDAHULUAN ……………………………………………………………………………..4

A. Latar Belakang …………………………………………………………………..4

B. Fakta Masalah …………………………………………………………….......... 5

C. Pertanyaan Masalah………………………………………………………………7

D. Tujuan…………………………………………………………………………….7

BAB II

PEMBAHASAN …………………………………………………………………………….. 8

A. Hasil Penelitian ………………………………………………………………….8

B. Faktor Penyebab dan Dampak Kesehatan …………………………………….12

C. Solusi dan Konsep ……………………………………………………………..16

BAB III

PENUTUP ……………………………………………………………………………………23

A. Simpulan ……………………………………………………………………….23

B. Saran ……………………………………………………………………………24

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………. 25


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kecenderungan jumlah penduduk yang semakin meningkat dewasa ini diikuti aktivitas
perkotaan yang makin berkembang menimbulkan dampak adanya kecenderungan
buangan/limbah yang meningkat dan bervariasi. Limbah/buangan yang ditimbulkan dari
aktivitas dan konsumsi masyarakat yang lebih dikenal sebagai limbah domestik telah
menjadi permasalahan lingkungan yang harus ditangani oleh pemerintah dan masyarakat.
Limbah domestik tersebut, utamanya limbah padat menjadi permasalahan lingkungan
karena secara kuantitas maupun tingkat bahayanya dapat mengganggu kesehatan manusia,
mencemari lingkungan, dan mengganggu kehidupan makhluk hidup lainnya.(Nur Afni)

Pengelolaan limbah padat perkotaan merupakan salah satu tantangan penyedia layanan
yang paling penting yang dihadapi kota-kota di Afrika dan kota lainnya (Achankeng, 2003).
Karena menurunnya perekonomian yang dialami Zimbabwe selama sepuluh tahun, antara
tahun 2000 dan 2010, banyak tantangan yang menghalangi pengelolaan limbah padat
perkotaan. Tantangan-tantangan ini termasuk ketidakmampuan kota untuk memasok air
bersih bagi penduduk, ketidakmampuan untuk membuang dan mengelola limbah mulai dari
pelayanan dalam kegiatan pemisahan, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, dan
pembuangan yang aman. Berbagai permasalahan dalam pengelolaan sampah tersebut tentu
saja memerlukan penanganan yang serius karena pertumbuhan kota yang cepat secara
langsung berimplikasi pada pembangunan infrastruktur dasar dan pelayanan publik. (Nur
Afni)
Terjadinya penumpukan sampah di sebabkan oleh beberapa hal, diantaranya
pertambahan penduduk dan arus urbanisasi yang pesat menyebabkan timbulnya sampah
pada perkotaan semakin tinggi kendaraan pengangkutan yang jumlah maupun kondisinya
kurang memadai; system pengelolaan TPA yang kurang tepat dan tidak ramah lingkungan;
serta belum diterapkannya pendekatan reduce, reuse, dan recycle.(Andi Sani)

Salah satu Negara seperti Afrika Selatan, kabupaten dan kotamadyanya diharapkan
untuk saling melengkapi dalam menangani pengelolaan sampah, yaitu penghapusan sampah,
menolak pembuangan dan pembuangan limbah padat. Survei yang dilakukan di Afrika
Selatan mengungkapkan bahwa pembuangan limbah padat di sebagian besar tempat
pembuangan tidak mengikuti aturan yang telah ditetapkan. Limbah rumah sakit dan bahan
bangunan berbahaya berserakan tanpa adanya pemisahan. Afrika Selatan memiliki sekitar
1.280 tempat pembuangan sampah, dan sebagian besar dimiliki dan dioperasikan oleh
masing-masing kota dan terletak di sebuah lokasi seperti tambang yang telah ditinggalkan
dan jurang. (Nur Asda)

Limbah padat adalah issue global lain yang signifikan sebagai sumber penting dalam
menghasilkan gas rumah kaca. Untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dari limbah padat,
manajemen limbah padat secara konvensional harus dikonversi menjadi manajemen sumber
daya dan membangun konstruksi baru hierarki manajemen limbah padat yang terintegrasi.
Beberapa tahun terakhir, pemanasan global diarahkan pada peningkatan efek Gas Rumah
kaca di atmosfir bumi dan itu menyebabkan perubahan secara global khususnya tentang
iklim. Sekarang menjadi ancaman serius kepada ummat manusia. (Suratman)

Dalam pengelolaan limbah padat di Indonesia diperlukan metode penanganan limbah


yang tepat dan optimal untuk diterapkan agar limbah yang semakin meningkat kuantitasnya
dapat tertangani dengan baik sehingga dampak negatif yang ditimbulkannya dapat
diminimalkan. (Asbudi)

B. FAKTA MASALAH

1. Emisi Gas Rumah Kaca dipengaruhi oleh proses manajemen limbah padat yang mana
emisinya terhitung 3,6 % total emisi gas rumah kaca dunia per tahun. Pemanasan
Global diarahkan pada peningkatan Gas Rumah Kaca yang mana mencakup
penguapan air, CO2, CH4, dan nitrat oksida. (Suratman)
2. Penyebab langsung dari kerusakan pelayanan kota, termasuk ketidakteraturan
pengumpulan sampah (Federasi Palang Merah & Bulan Sabit Merah, 2010)
mengakibatkan munculnya wabah kolera yang terjadi pada tahun 2008-2009 yang
menginfeksi lebih dari 3.500 nyawa manusia di Zimbabwe.
Berdasarkan survey yang telah dilakukan penduduk kota Chinhoyi menghasilkan
limbah rata-rata 6.895 ton per tahun, dimana 47% adalah limbah yang mudah terurai
(3.240 ton). Jumlah limbah yang dihasilkan per rumah tangga per hari adalah
mencapai tiga kali lipat (0,8 kg) dari limbah di pinggiran kota Sakubva yang populasi
penduduknya lebih banyak di banding Kota Chinhoyi yakni sebanyak 62.419 jiwa.
Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan sampah di kota Chinhoyi belum berjalan
dengan baik. Karena keterbatasan sumber daya keuangan, pemerintah kota tidak
memiliki sumber daya manusia yang khusus menangani pengelolaan sampah.
Selama ini, pengelolaan limbah di kota Chinhoyi melewati lima tahap mulai dari
pemisahan limbah, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan
limbah. Namun pelaksanaannya belum berjalan sesuai dengan kebijakan pemerintah
setempat. Hal ini menunjukkan masalah limbah/sampah kurang mendapat perhatian
serius dari pemerintah kota Chinhoyi. Terbukti dengan menumpuknya sampah di
depo-depo sampah atau pun di tempat sampah rumah tangga. Keadaan ini amat
memprihatinkan, karena dengan penumpukkan sampah dapat mengakibatkan
penyakit dan polusi. (Nur Afni)
3. Hanya 44% dari 1.280 tempat pembuangan sampah di Afrika Selatan diberi kuasa
melalui izin pembuangan limbah padat, dan dari yang diizinkan, sesuai dengan
kondisinya jarang diaudit dan sering tidak diketahui pengelolaannya, seharusnya
setiap pembuangan sampah memliki izin operasional dan sesuai dengan standar
Persyaratan Minimum pembuangan sampah oleh pemerintah Afrika Selatan. (Nur
Asda)
4. Permasalahan limbah padat di Indonesia, hanya sebagian kecil saja yang
pengangkutannya sampai pada TPA. Hanya 40% sampah perkotaan yang diangkut
oleh TPA (Andi Sani)
5. Salah satu limbah industri adalah limbah pabrik kelapa sawit (PKS). Limbah PKS
semakin meningkat seiring dengan perkembangan industri kelapa sawit yang sedang
terjadi sehingga kuantitas dan kualitas limbah padat yang dihasilkan juga semakin
meningkat. Oleh karena itu dibutuhkan manajemen penanganan limbah padat industri
yang terstandardisasi. (Asbudi)

C. PERTANYAN MASALAH
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah.
1. Limbah padat apa saja yang terdapat di Indonesia, Zimbabwe, dan Afrika Selatan?
2. Bagaimana dampak pengelolaan limbah padat terhadap Emisi rumah kaca?
3. Bagaimana pengelolaan limbah padat ditinjau dari aspek penyimpanan/ pewadahan
dan pengumpulan?
4. Apa saja faktor penyebab dan dampak kesehatan yang ditimbulkan oleh pengelolaan
limbah padat?
5. Bagamana konsep dan solusi dalam pengelolaan limbah padat di Indonesia,
Zimbabwe, Afrika Selatan dan secara global?

D. TUJUAN
Tujuan dalam penulisan ini adalah :

1. Untuk mengetahui limbah padat apa saja yang terdapat di Indonesia, Zimbabwe, dan
Afrika Selatan
2. Untuk mengetahui dampak pengelolaan limbah padat terhadap Emisi rumah kaca
3. Untuk mengetahui pengelolaan limbah padat ditinjau dari aspek penyimpanan/
pewadahan dan pengumpulan
4. Untuk mengetahui faktor penyebab dan dampak kesehatan yang ditimbulkan oleh
pengelolaan limbah padat
5. Untuk mengetahui konsep dan solusi dalam pengelolaan limbah padat di Indonesia,
Zimbabwe, Afrika Selatan dan secara global
BAB II
PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


1. Jenis Limbah padat Organik dan Non organik di beberapa kota di dunia
berdasarkan jurnal penelitian:

Tipe Sampah
No Negara Organik Non Organik
Contoh (%) Contoh (%)
Indonesia (Jakarta, Daun-daun dan Kertas, Karton, plastik,
1. Makassar, Surabaya, makanan 79,45 logam, debu, karet, kaca 20,55
Bandung) dan tekstil
Limbah
biomassa
2. Zimbabwe (Kota Chinhoyi) (potongan kayu, 47 Plastik, Logam, bahan 53

gulma) dan sisa kimia, kertas dan lainnya.

makanan
3 Limbah Limbah umum, limbah
makanan, B3 Limbah elektronik,
3. Afrika (Kota Alice) kompos dan 10 limbah bahan bangunan, 90

Bangkai Limbah spare part mobil,


binatang material pakaian dan
kertas

Ket: (Dari Jurnal Andi Sani, Nur Afni, dan Nur Asda)

Dari beberapa jurnal yang dirangkum diketahui bahwa sampah organik adalah
sampah yang terdiri dari bahan-bahan yang bias terurai secara alamiah/biologis.(sampah
dapur/sisa masakan, potongan kayu, potongan kecil kertas, sisa makanan, dsb).
Sedangkan sampah non-organik adalah sampah yang terdiri dari bahan-bahan yang sulit
terurai secara biologis sehingga penghancurannya membutuhkan penanganan
lebih lanjut (logam, besi, kaleng, plastik, karet, botol, kaca).
Dari tabel diatas didapatkan bahwa Di Indonesia, kota dengan komposisi sampah
terbanyak berupa makanan berada pada kota Jakarta dengan jumlah presentasi 66.41 %
dan kota dengan komposisi sampah terendah berupa makanan berada pada kota bandung
dengan presentasi 63.55%, hal ini membuktikan bahwa semakin banyak jumlah
penduduk pada suatu wilayah maka semakin banyak pula jumlah sampah yang
dihasilkan. (Andi Sani)
Sementara itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa penghasil tertinggi limbah
padat pada rumah tangga di kota Chinhoyi adalah limbah yang mudah terurai (47,1%)
yang terdiri dari limbah biomassa dan sisa makanan. Penelitian ini mengungkapkan
bahwa setiap rumah tangga menghasilkan limbah rata-rata 2,7 kg perhari atau sama
dengan 985,5 kg per tahun tiap rumah tangga.(Nur Afni)

Limbah padat yang ada di kota Alice paling banyak adalah limbah kertas sebesar
25 % sedangkan jumlah limbah yang paling sedikit di TPA limbah padat Alice adalah
Pakaian bekas atau material pakaian sebesar 3%. (Nur Asda)

2. Hubungan pengelolaan limbah padat berkaitan dengan Emisi gas rumah kaca di
Cina (Suratman)

Menurut hasil penelitian (data) bahwa dan limbah padat memberikan kontribusi
sebesar 3,6 % sedangkan persentase teringgi yang memberikan sumbangsih terbesar
terhadap emisi gas rumah kaca adalah dari “Electricity and Heat” sebesar 24,58 %,
kemudian selanjutnya adalah “land use Change” sebesar 18,18 %
Berikut ini disajikan data-data perbandingan emisi Gas Rumah Kaca dari
Berbagai sector yang berbeda yang berhubungan dengan manajemen limbah.

3. Hasil Penelitian berkaitan dengan operasional Limbah Padat. (Nur Afni)


Sistem Penyimpanan Sementara / Pewadahan

Sampah yang ada dilokasi sumber (kantor, rumah tangga, hotel, dsb) di Kota
Chinhoyi, Zimbabwe ditempatkan dalam tempat penyimpanan sementara, dalam hal ini
tempat sampah. Dari tempat penyimpanan tersebut, sampah dikumpulkan kemudian
dimasukkan ke dalam dipo (rumah sampah). Dipo ini berbentuk bak besar yang
digunakan untuk menampung sampah rumah tangga yang dikelola oleh pemerintah. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa sebelum pengumpulan dan pengangkutan ke tempat
pembuangan sampah, 22% rumah tangga menggunakan tempat penyimpanan
gandum/arang sebagai wadah penyimpanan limbah sementara, 26% menggunakan
karung, 19% yang menggunakan kantong plastik, 25% yang membuang limbah ke
lubang, dan 8% yang menggunakan wadah alternatif lain, seperti kotak dan ember
plastik.
Sedangkan penyimpanan sementara limbah hasil bisnis dan industri yaitu menggunakan
wadah plastik dan gudang, namun limbah seperti kertas biasanya di simpan secara terpisah
dan dikumpulkan oleh sebuah perusahaan daur ulang limbah kertas.
4. Tahap Pengangkutan dan Pengumpulan Limbah
Pengumpulan limbah padat kota Chinhoyi berada di bawah tanggung jawab
Departemen Kesehatan Lingkungan. Sesuai dengan kebijakan Pemerintah Kota, frekuensi
pengumpulan sampah di wilayah pemukiman harus dilakukan sekali setiap minggu,
sedangkan pada pusat kota dan tempat-tempat umum harus dilakukan setiap hari.
Tempat pembuangan terletak sekitar 3 km dari kota, sehingga dalam pengangkutan
sampah menuju tempat pembuangan, pemerintah menyediakan 3 kendaraan yaitu sebuah truk
terbuka 7 ton dan dua trailer yang ditarik oleh traktor.

Hasil penelitian pada tabel 2 menunjukkan bahwa 26% responden


menyatakan pemerintah kota tidak mengumpulkan limbah dari rumah-rumah
penduduk, 48% menyatakan pengumpulan limbah yang seharusnya dilakukan
sekali seminggu ternyata dilakukan dua kali seminggu. Sisanya (18%) dari
responden menyatakan pengumpulan limbah tidak menentu dan tidak konsisten.
Dalam bisnis dan industri, limbah seharusnya dikumpulkan setiap hari, namun
karena teterbatasan sumber daya, pengumpulan menjadi tidak menentu.

B. FAKTOR PENYEBAB DAN DAMPAK KESEHATAN

Pengelolaan sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan untuk menangani sampah
sejak ditimbulkan sampai dengan pembuangan akhir. Secara garis besar, kegiatan
pengelolaan sampah meliputi pengendalian timbulan sampah, pengumpulan sampah, transfer
dan transport, pengolahan, dan pembuangan akhir.
Ada beberapa faktor penyebab jika ditinjau dari manajemen / operasional limbah
padat diantaranya:

1. Sistem Pewadahan dan Pengumpulan Limbah Padat


Di Indonesia, pengumpulan limbah padat masih mengalami hambatan terutama
pada pengumpulan sampah dimana dalam pengolahannya tidak dilakukan pemisahan
baik sebelum atau selama pembuangan di rumah tangga maupun TPS. (Andi Sani)

2. Sistem Pengangkutan

Sistem pengangkutan sampah di Indonesia menggunakan alat pengangkut / truk


banyak yang masih tidak tertutup sehingga menimbulkan bau dan sampah yang diangkut
biasanya diterbangkan oleh angin. (Andi Sani)
Pengangkutan sampah yang juga ddilakukan di Kota Chinhoyi menunjukkan
bahwa pemerintah kota tidak mengumpulkan limbah dari rumah-rumah penduduk,
pengumpulan limbah yang seharusnya dilakukan sekali seminggu ternyata dilakukan
dua kali seminggu. Selain itu, pengumpulan limbah tidak menentu dan tidak konsisten.
Dalam bisnis dan industri, limbah seharusnya dikumpulkan setiap hari, namun karena
keterbatasan sumber daya, pengumpulan menjadi tidak menentu. Hal ini berdasarkan
hasil penelitian pengelolaan limbah di Kota Chinhoyi (Nur Afni)

3. Pembuangan Akhir dan Pengolahan limbah padat

TPA di Indonesia lebih dari 90 % menggunakan metoda Open Dumping, kurang


dari 10% Berupa TPA Controlled Landfll dan Sanitary Landfll (Andi Sani)
Pembuangan limbah seperti limbah rumah sakit yang tidak seharusnya dibuang di
lokasi TPA tak terkendali. Limbah rumah sakit seperti penyeka, botol bekas obat-obatan,
masker oksigen dan kateter berserakan dimana-mana. Adapula sisa bekas bangunan dan
limbah elektronik.
Selain itu, Penyemprotan dengan bahan kimia juga dilakukan untuk membasmi
hama dan vector penyakit (Penelitian di Afrika Selatan, di Kota Alice)(Nur Asda)
Konstruksi tempat pembuangan limbah di kota Chinhoyi tidak dilakukan sesuai
dengan peraturan yang ditetapkan. Tempat pembuangan tidak dipadatkan dan tanpa
lapisan dasar sehingga bisa berdampak pada pencemaran air bawah tanah yang
merupakan alternative sumber air yang penting bagi warga yang bermukim dekat tempat
pembuangan tersebut. (Nur Afni)

Dampak Kesehatan

1. Terhadap kesehatan dan keselamatan (Andi Sani)


- Menjadi tempat pengembangbiakan bibit penyakit.
- Sampah yang menutup saluran air menyebabkan banjir.
- Sampah yang dibakar terus menerus dapat menyebabkan infeksi saluran pernafasan
atas (ISPA).
2. Terhadap air dan tanah
- Sampah yang mencemari sungai mematikan kehidupan akuatik dan menyebabkan
pendangkalan.
- Pencemaran air permukaan dan air tanah.
- Bakteri pathogen dan E.coli dapat berkembang biak
3. Terhadap kualitas udara
- Pembakaran sampah menyebabkan penyakit ISPA, kanker (gasdioxin).
- Timbulnya gas-gas beracun (H2S, NH3, dan lain-lain)
- Pemanasan global: CO2, CH4 (Gas Rumah Kaca)
4. Masalah lingkungan :
Umumnya TPA dengan metode Open Dumping mengakibatkan pencemaran air
permukaan dan air tanah (dari air lindi), udara (bau dan asap), seta tanah (sampah dan air
lindi). TPA Open Dumping juga dapat menjadi sarang penyakit.

Dampak Kesehatan dari pengolahan sampah beberapa Negara


1. Pemulung yang mengumpulkan sampah memiliki risiko tinggi terhadap infeksi penyakit
seperti infeksi kulit dan infeksi darah akibat kontak langsung dengan limbah, dan dari
luka yang terinfeksi. Infeksi Mata dan infeksi saluran pernafasan akibat paparan debu
yang terinfeksi, khususnya selama operasi TPA. Penyakit lain yang dihasilkan dari
gigitan binatang yang ada di sampah. Infeksi usus yang ditularkan oleh lalat di tempat
sampah. Penyakit kronis pada operator TPA beresiko penyakit pernapasan kronis,
termasuk kanker akibat paparan debu dan senyawa berbahaya. Kecelakaan Tulang dan
gangguan otot akibat penanganan kontainer yang berat. Menginfeksi luka akibat kontak
dengan benda tajam. Keracunan dan luka bakar akibat kontak dengan sejumlah kecil
limbah bahan kimia berbahaya campur dengan limbah umum. Luka bakar dan cedera
lainnya akibat kecelakaan kerja di tempat pembuangan sampah atau dari ledakan gas
metana di lokasi TPA. (Nur Asda)
2. Di kota Chinhoyi, sampah yang terkumpul di buang di lokasi pembuangan kota yang
terbuka. Hal ini dapat menimbulkan risiko kesehatan bagi warga yang bermukim di
daerah tersebut. Lalat adalah vector pembawa yang efektif bagi sanitasi patogen untuk
penyakit seperti kolera dan diare, sebab lalat mampu terbang hingga 5 kilometer.
Selain itu, konstruksi tempat pembuangan limbah di kota Chinhoyi tidak dilakukan
sesuai dengan peraturan yang ditetapkan. Tempat pembuangan tidak dipadatkan dan
tanpa lapisan dasar sehingga bisa berdampak pada pencemaran air bawah tanah yang
merupakan alternatif sumber air yang penting bagi warga yang bermukim dekat tempat
pembuangan tersebut. Di samping itu, dalam proses pengelolaan limbah tidak dilakukan
pula pemisahan limbah sebelum atau selama pembuangan limbah sehingga campuran
limbah yang terdiri dari plastik, kertas, kaca, logam, asbes, dan limbah medis dapat
menimbulkan bahaya kesehatan utamanya bagi pemulung aktif di tempat tersebut. (Nur
Afni)
3. Aktivitas pembakaran limbah padat juga dapat membawa dampak negatif tidak hanya
bagi kesehatan namun membawa dampak pula bagi lingkungan. Asap pembakaran tidak
hanya dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan bagi penduduk sekitar, tetapi asap
pembakaran juga dapat merusak keanekaragaman hayati, menimbulkan polusi udara,
dan emisi gas perusak ozon, seperti karbonmonoksida, nitrogendioksida, dan sulfur
dioksida. Gas-gas ini juga dapat menimbulkan ancaman bagi kesehatan manusia. (Nur
Asda)
4. Sampah padat yang bercampur dengan sampah organic menjadi sumber penyebaran
penyakit karena tempat berkembang biak vector penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus
dan kecoa. Lalat dan nyamuk dapat terbang sejauh 5 kilometer yang menyebarkan
penyakit yang dapat membayakan kesehatan warga di sekitar TPA Alice. Nyamuk
Aedes, yang mengirimkan filariasis, demam kuning perkotaan, demam berdarah, dan
beberapa infeksi lainnya. (Nur Asda)

5. Salah satu limbah lainnya adalah limbah kelapa sawit. Dengan meningkatnya kuantitas
limbah pabrik kelapa sawit seperti tandang kosong, hal ini akan mempunyai dampak
terhadap kesehatan dengan tidak mengelolah tandang kosong seperti :
a. Menyebabkan pencemaran lingkungan seperti membusuknya tandang kosong tadi
secara otomatis akan mengundang vektor seperti lalat dan tikus.
b. Dengan kuantitas tandang kosong yang berlebihan dihasilkan oleh perusahaan
biasanya biasanya pihak perusahaan membakarnya sehingga ini akan menimbulkan
pencemaran udara. (Asbudi)
C. SOLUSI DAN KONSEP

Ada beberapa solusi pengelolaan limbah padat yang diterapkan oleh beberapa negara,
yaitu :
1. Sistem Pewadahan dan Pengumpulan

Di Afrika Selatan khususnya di Kota Alice Pemerintah telah membuat kebijakan


mengenai pengelolaan limbah padat. Adanya peraturan mengenai kategorisasi limbah
menurut jenisnya, sampah yang cepat membusuk dipisahkan dengan sampah yang tidak
cepat membusuk (Nur Asda)

2. Sistem Pengangkutan

Pengangkutan dimaksudkan sebagai kegiatan operasi yang dimulai dari titik


pengumpulan terakhir dari suatu siklus pengumpulan sampai ke TPA pada pengumpulan
dengan pola individual langsung, atau dari tempat pemindahan (Trasfer Depo, Trasfer
Station), penampungan sementara (TPS, TPSS,) atau tempat penampungan komunal sampai
ke tempat pengolahan/pembuangan akhir. Sehubungan dengan hal tersebut, solusi
pengangkutan serta penggnaan peralatan yang akan dipakai tergantung dari pola
pengumpulan yang dipergunakan baik dari individu maupun komunal dengan kendaraan
atau tempat seperti container, kendaraan truck sampah biasa, dump truck atau compactor
truck.

3. Sistem Pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir


Lokasi pembuangan limbah Alice diberi pagar agar meminimalisasi efek bau yang
dibawa oleh angin yang ditimbulkan oleh sampah. Selain itu untuk menghindari adanya
pemulung illegal yang mengambil sampah yang dapat tertular oleh penyakit dan
menghindari pembakaran limbah padat oleh masyarakat. Pagar difungsikan juga sebagai
pengahalang binatang seperti Anjing dan sapi yang memakan plastik yang beracun dan
akhirnya mati.

Setelah itu dilakukan penimbangan berat sampah yang masuk ke lokasi TPA dengan
jembatan timbang, yang didaftar menurut kategori, berat (dengan ton atau kilogram), dan
sumber, nama perusahaan pengangkutan dan waktu dan tanggal pengiriman. Data ini
penting karena mereka membentuk dasar untuk menentukan bagaimana TPA harus dikelola
dalam hal peralatan yang diperlukan dan menentukan usia TPA, serta mengetahui kapasitas
TPA sehingga dapat menampung limbah dari masyarakat. Lebih penting lagi untuk
mendeteksi adanya limbah berbahaya sehingga dapat dipindahkan ke lokasi lainnya.
Jembatan timbang berguna sebagai kendaraan pengumpul sampah pada saat sampah tiba di
lokasi TPA, beban limbah juga diperiksa untuk limbah yang tidak selaras dengan kriteria
penerimaan landfill.

Dari aspek keamanan, solusi yang ditawarkan oleh pemerintah Afrika Selatan adalah
TPA harus memiliki petugas penjaga atau manajer untuk mengawasi jalannya pembuangan
dan pengolahan sampah di TPA (Nur Asda)

4. Sistem Pemilahan dan Pengolahan Limbah Padat (daur ulang dan pengomposan)
Dalam pengelolaan limbah yang efektif harus ada kegiatan untuk mengurangi dan
mendaur ulang sehingga dapat mengurangi pencemaran lingkungan dan bahaya kesehatan.
Sebagai solusi dalam menangani 47,1% limbah domestik di Chinhoyi maka dianjurkan
untuk melakukan pemisahan sumber dan skala besar pengomposan komponen yang mudah
terurai sebagai sarana untuk mengurangi limbah pada tingkat rumah tangga.
Daur ulang limbah domestik yang dapat terurai menjadi kompos dapat mereduksi
sampah dan mengurangi polusi air melalui subtitusi pupuk kimia dengan kompos di bidang
pertanian perkotaan. Hal ini dapat dijadikan solusi untuk mengurangi limbah padat
perkotaan. Praktek pertanian saat ini banyak menggunakan pupuk kimia yang menyebabkan
pencemaran air bawah tanah melalui eutrofikasi dan pencucian. Pengomposan limbah padat
dan penggunaan kompos tersebut pada petani perkotaan dapat membantu dalam mengurangi
pencemaran. Sedangkan pengomposan komponen limbah domestik yang dapat terurai, dapat
membantu mengurangi limbah padat kota jika dilakukan di rumah tangga.
Studi di Israel menunjukkan bahwa sektor limbah dapat berkontribusi sebanyak 25%
dari emisi gas rumah kaca lebih dari 20 tahun. Ayalon dkk (2002), menyatakan bahwa cara
yang paling efektif dalam segi biaya untuk mengurai limbah komponen organic adalah
dengan menggunakan pengomposan aerobik.
Selain itu, penggunaan teknologi pupuk vermikultur (pertanian cacing tanah) untuk
mendaur ulang limbah padat yang mudah terurai merupakan pilihan yang layak. Pelatihan
teknologi pertanian cacing tanah menggunakan limbah domestik yang mudah terurai dapat
menjadi cara pengurangan limbah dan daur ulang sementara dan pada saat yang sama dapat
pula menciptakan kesempatan kerja.
Teknologi dapat digunakan untuk mengembangkan beberapa produk alternatif yang
dihasilkan limbah yang sama, yang dapat bermanfaat bagi masyarakat. Teknologi yang
tersedia dapat memulihkan energi panas yang terkandung dalam limbah, sehingga dapat
menggantikan bahan bakar fosil yang terbatas, seperti batu bara, minyak, atau gas alam yang
dapat digunakan oleh pembangkit listrik tenaga konvensional, dengan berkontribusi
terhadap pengurangan emisi CO2. Teknologi dapat dimanfaatkan secara efisien dengan
mengkonversi komponen limbah yang mudah terurai menjadi gas benilai kalori tinggi,
seperti metana melalui proses bio-methanation.
Komponen limbah yang terurai melalui pengomposan sangat kaya akan nutrisi dan
secara luas digunakan sebagai bio-pupuk diberbagai belahan dunia. Limbah yang dikonversi
ke dalam bentuk energi, dapat mengurangi ketergantungan pada pengisian tanah dan bahan
bakar fosil. (Nur Afni)
Solusi lainnya adalah Landfill. Walaupun menimbulkan percemaran tanah, menutupi
sampah dengan tanah secara teratur merupakan salah satu solusi untuk menghalangi
perkembangbiakan vector pembawa penyakit seperti kecoa, lalat, tikus, dan nyamuk. Selain
itu penutupan sampah juga untuk mengurangi bau sampah.

Pengelolaan limbah padat anorganik seperti Tandan Kosong kelapa sawit juga
dilakukan dengan pegomposan, sehingga dapat dipakai sebagai pupuk pada tanaman kelapa
sawit (Asbudi)
Solusi mengenai pengelolaan limbah padat sekarang ini telah dikembangkan oleh
berbagai Negara diataranya:
Pengelolaan Limbah padat di Indonesia dan Zimbabwe (Kota Chinhoyi):

Apabila kita melakukan pengelolaan kembali sampah, maka manfaat yang didapatkan
antara lain berupa: sumber pendapatan; penghematan sumber daya alam; penghematan energy;
penghematan lahan TPA; dan lingkungan yang bersih, sehat, serta nyaman.

Selain itu, penerapan Manajemen Limbah Padat yang tepat menjadi salah satu poin
penting untuk mengurangi peningkatan emisi gas rumah kaca yang berdampak kepada
pemanasan global. Berikut adalah Hierarki baru penerapan manajemen Limbah padat yang
terintegrasi seperti pada gambar berikut;
ECO-
DESI
REDUC
GN
E
REUSE
RECYCLING
RECOVERY
DISPOSAL
New Hierarcy of integrated solid waste management

Hierarki baru integrasi pengelolaan limbah berkaitan dengan global warming sbb : (Suratman)
1. Eco-design adalah suatu pendekatan untuk merancang suatu produk dengan
pertimbangan khusus pada dampak lingkungan dari produk selama seluruh siklus hidup,
dan dapat mengurangi pengolahan atau pembuangan limbah padat. Bangunan dan produk
harus dirancang dengan tujuan menggunakan bahan kimia lebih sedikit dan peningkatan
efisiensi energi, serta mengurangi hasil buangan atau emisi
2. Recycling atau daur ulang adalah proses untuk menjadikan suatu bahan bekas menjadi
bahan baru dengan tujuan mencegah adanya sampah yang sebenarnya dapat menjadi
sesuatu yang berguna, mengurangi penggunaan bahan baku yang baru, mengurangi
penggunaan energi, mengurangi polusi, kerusakan lahan, dan emisi gas rumah kaca jika
dibandingkan dengan proses pembuatan barang baru. Daur ulang adalah salah satu
strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan,
pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk / material bekas pakai, dan
komponen utama dalam manajemen sampah modern dan bagian ketiga adalam proses
hierarki sampah 3R (Reuse, Reduce, and Recycle).
3. Recovery adalah pemakaian kembali sebagian sampah/limbah yang dapat digunakan
untuk keperluan lain. Konsep ini dapat diterapkan misalnya dengan mengolah sebagian
dari batu baterai bekas sebagai sumber energi alternatif. Konsep ini banyak diterapkan
oleh masyarakat di pedesaan terpencil yang tidak terjangkau aliran listrik oleh PLN.
4. Reuse atau penggunaan kembali adalah menggunakan lagi suatu barang lebih dari sekali.
Ini mencakup penggunaan kembali secara konvensional di mana barang dipakai lagi
dengan fungsi yang sama, dan penggunaan kembali di mana barang dipergunakan dengan
fungsi yang berbeda. Berbeda dengan proses daur ulang yang menghancurkan barang
bekas menjadi bahan mentah yang dipakai untuk membuat barang baru. Dengan
mengambil produk yang berguna dan menukarkannya, tanpa melalui proses, hal ini
menghemat waktu, uang, energi, dan sumber daya.
5. Disposal adalah pembuangan limbah yang tidak bisa dimanfaatkan lagi dan limbah residu
yang akan dibuang melalui proses landfill.

Di beberapa Negara, telah dikembangkan suatu strategi dalam pengelolaan Limbah padat.
Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, dan Saudi Arabia mengadopsi sebuah system manajemen
pengelolaan Limbah secara seragam dan mekanisme monitoring dimulai dari produksi limbah,
pengumpulan, sortir, pengelolaan dan pembuangan. Pengelolaan ini juga dianut secara global
oleh Negara-negara di dunia.
Hierarki pengelolaan limbah padat terpadu berbentuk piramida. Pengelolaan yang paling
dianjurkan adalah reduction, kemudian reuse, recycling dan composting, waste to energy,
treatments dan yang terakhir dianjurkan adalah landfilling.
Waste to Energy atau Limbah-ke-energi (WtE) atau energi-dari-limbah (EFW) adalah proses
menciptakan energi dalam bentuk listrik atau panas dari pembakaran sumber limbah . WtE
adalah bentuk pemulihan energi . Proses yang paling WtE menghasilkan listrik langsung melalui
pembakaran, atau menghasilkan komoditas bahan bakar yang mudah terbakar, seperti metana ,
metanol , etanol bahan bakar atau sintetis. Insinerasi, pembakaran bahan organik seperti limbah
dengan pemulihan energi adalah implementasi WtE paling umum.
Treatment sampah disini termasuk compacting (pemadatan sampah) dan Chemical treatment
(pemberian bahan kimia). Pemadatan dapat mengurangi volume sampah dan biaya relative lebih
rendah sedangkan pemberian bahan kimia pada limbah yang dikeringkan dan diolah secara kimia
untuk menghilangkan bahan kimia beracun berbahaya dan membuat limbah terbentuk lebih
stabil.

Landfill adalah Pembuangan sampah pada penimbunan darat termasuk menguburnya untuk
membuang sampah, metode ini adalah metode paling populer di dunia. Penimbunan ini biasanya
dilakukan di tanah yg tidak terpakai , lubang bekas pertambangan , atau lubang lubang dalam.
Sebuah lahan penimbunan darat yg dirancang dan dikelola dengan baik akan menjadi tempat
penimbunan sampah yang hiegenis dan murah. Sedangkan penimbunan darat yg tidak dirancang
dan tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan berbagai masalah lingkungan , diantaranya
angin berbau sampah , menarik berkumpulnya hama , dan adanya genangan air sampah. Efek
samping lain dari sampah adalah gas methan dan karbon dioksida yang juga sangat berbahaya.

Karakteristik desain dari penimbunan darat yang modern diantaranya adalah metode
pengumpulan air sampah menggunakan bahan tanah liat atau pelapis plastik. Sampah biasanya
dipadatkan untuk menambah kepadatan dan kestabilannya , dan ditutup untuk tidak menarik
hama (biasanya tikus). Banyak penimbunan sampah mempunyai sistem pengekstrasi gas yang
dipasang untuk mengambil gas yang terjadi. Gas yang terkumpul akan dialirkan keluar dari
tempat penimbunan dan dibakar di menara pembakar atau dibakar di mesin berbahan bakar gas
untuk membangkitkan listrik.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kesimpulan dari jurnal penelitian :

1. Masing-masing negara seperti Indonesia, Afrika Selatan, China dan Zimbabwe memiliki
limbah padat baik organik maupun anorganik.

2. Beberapa factor penyebab masalah limbah diantaranya pengelolaan limbah yang tidak
sesuai dengan standar minimum pengelolaan limbah, mulai dari sistem pewadahan dan
pengumpulan limbah padat, sistem pengangkutan, pembuangan akhir dan pengolahan
limbah padat
3. Dampak kesehatan dari pengelolaan limbah padat yang buruk berupa pencemaran udara
dari pembakaran limbah dan bau busuk yang menyengat, pencemaran air dari
mikroorganisme, serta pencemaran tanah. Pencemaran udara yang terakumulasi menjadi
sebab timbulnya efek rumah kaca dan global warming. Kesemuanya memiliki kontribusi
dalam timbulnya penyakit seperti kolera, malaria, infeksi mata, diare, ISPA, filariasis,
demam kuning perkotaan, demam berdarah, dan beberapa infeksi lainnya.
4. Indonesia, Afrika, dan Zimbabwe telah memiliki manajemen pengelolaan limbah padat
mulai dari tingkat rumah tangga sampai di TPA. Di Afrika Selatan dan Zimbabwe
pengelolaan sampah hamper sama dengan Indonesia. Sedangkan secara global berupa
Integrated Waste Management Hierarchy.
B. SARAN

1. Perlu adanya regulasi mengenai pengelolaan limbah padat oleh pemerintah dan swasta
seperti perusahaan agar tidak membahayakan kesehatan manusia berupa konsep baru
dalam pengelolaan manajemen Limbah Padat
2. Pemerintah dari setiap Negara seharusnya mengadopsi dan mematuhi Pengelolaan
Limbah Padat Terpadu bertaraf internasional (ISWM), yang merupakan pencegahan, daur
ulang, pengomposan, dan program pembuangan limbah yang komprehensif dan berusaha
untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.
3. Pemberdayaan masyarakat berupa pendidikan dan keterampilan dalam mengolah limbah
padat agar dapat bernilai secara ekonomi dan mengurangi limbah padat yang sampai di
tempat pembuangan akhir sampah.
DAFTAR PUSTAKA

Al. Sentot Sudarwanto, SH, MH, 2010, Jurnal Peran Strategis Perempuan dalam Pengelolaan
limbah padat di akses pada tanggal 8 september 2012
jurnal.pasca.uns.ac.id/index.php/ekosains/article/download/9/10 ___(Andi Sani)

Downmore, Musademba. 2011. Municiplity Solid Waste (MSW) Management Challenges of


Chinhoyi Town in Zimbabwe : Opportunities of Waste Reduction and Recycling.
www.jsd-africa.com ___(Nur Afni Ponseng)

M. Hidayanto, 2010 limbah kelapa sawit sebagai sumber pupuk pada pakan ternak organik,
peternakan.litbang.deptan.go.id/fullteks/lokakarya/plimbah08-13.pdf____(Asbudi)

Remigios, Mupindu Wiseman. 2012. The Management, Practice and Environmental Health
Implications of the Municipal Solid Waste Dump Site in Alice, South Africa.
Available Online at http://www.onlineresearchjournals.org/JSS____ (Nur Asda
Mustaring)

Zeng, Xianlai, dkk. 2010. Integrated Solid Waste Management Under Global Warming di
China. diakses dari www.google.com ____(Suratman)

Gautam , Vivek. 2009. Solid Waste Management in GCC: Challenges & Opportunities.
Diakses dari http://www.frost.com/

Anda mungkin juga menyukai